Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Skabies adalah infestasi kulit pada manusia yang disebabkan oleh
penetrasi tungau parasit Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis.
Tungau skabies sudah diidentifikasi pada tahun 1600an, namun baru sebagai
penyebab dari erupsi kulit sampai tahun 1700an.1
Penyakit ini sangat menular. Penularan terjadi melalui kontak personal
langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui bendabenda) seperti pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Tungau ini bersifat
obligat pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam
epidermis superfisial.1
Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia menderita
skabies.1 Skabies dapat menyerang seluruh tingkat social ekonomi, namun
banyak dtemukan di daerah perkotaan yang banyak penduduk dan di tempat
yang banyak penghuninya seperti pondok pesantren.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Skabies

Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau
gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis, dan produknya. 1,2,3
2.2

Etiologi
Sarcoptes

scabiei

termasuk

kedalam

filum

Arthropoda,

kelas

Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut


Sarcoptes scabiei var. hominis. 2
Sarcoptes scabiei var hominis mempunyai tubuh yang ovoid, pipih
dorsoventral. Ukuran panjang sarcoptes betina dewasa 0,4 mm dan lebar 0,3
mm. Tubuhnya berwarna putih-krim. Sarcoptes scabei tumbuh dengan cepat
dan multipikasi hanya di tubuh manusia, karena itu disebut sebagai parasite
obligat manusia.1
Secara

morfologik

merupakan

tungau

kecil,

berbentuk

oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,


bewarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, betina berkisar 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron
x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di
depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagi berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau
betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
2

dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari. 2

Gambar 2.4. Siklus hidup tungau skabies 4


2.3

Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadidisebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.2
Terjadi hipersensitivita tipe cepat dan tipe lambat untuk terjadinya lesi.
Untuk infestasi hanya memerlukan kurang lebih 10 tungau. Sensitisasi terjadi
dalam beberapa pecan. Pada reinfestasi, gatal dirasakan dalam 24 jam. IgE
ditemukan normal pada sekelompok orang. Temuan imunologis seperti IgG,
IgM dan IgA dalam seruma akan kembali normal setelah terapi.1
3

2.4 Bentuk Skabies


Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus
skabies antara lain :
a. Skabies pada Bayi
Skabies pada bayi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala,
leher, telapak tangan dan kaki, pada dewasa tidak dapat ditemukan lesi
pada tempat-tempat tersebut. Lesi pada genital berupa papul, vesikel,
krusta dan nodul.1
b. Skabies Norwegia
Skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan
kaki, kuku distrofik dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat
menular, tetapi rasa gatalnya minimal. Tungau dapat ditemukan dalam
jumlah yang sangat besar. Penyakit ini terdapat pada penderita retardasi
mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik seperti pada penderita
HIV/AIDS, dan psikosis. 1,2
2.5

Gejala Klinis
Ada 4 tanda kardinal, yaitu:
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.2
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dkenal
keadaan hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena.2
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di
telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 2 Berikut dipaparkan
gambaran tempat predileksi skabies.

Gambar 2.1. Tempat predileksi skabies 2


4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.2
2.6

Penegakan Diagnosis
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui
pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain:
1. Kerokan kulit

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula


menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi
minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan
pembesaran kecil. Hasil positif jika ditemukan tungau, telur atau fecal pellet.1
2. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek,
lalu ditutup dengan mikroskop cahaya.2
3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.2
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksan dengan pewarnaan H.E.2
2.7

Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan the greet
imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding ialah: prurigo, pioderma, dermatitis, dan gigitan
serangga.1,2,3

2.8

Pengobatan
Pengobatan skabies perlu diberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarganya bahwa penyakit skabies mudah sekali menular sehingga semua
individu yang berkontak/serumah harus diobati walapun gejala belum ada.1
Untuk pemberian obat pada pasien scabies, harus memenuhi syarat obat
yang ideal, yaitu:2
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hip0sensitisasi).2

a.

Pengobatan secara umum /Edukasi

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.


2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya
dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci
dengan teratur dan harus direndam dengan air panas. Kasur
dijemur ditempat yang panas, kemudian setalh djemur ujung-ujung kasur
disetrika. Lakukan penyemprotan pada tempat tidur dengan menggunakan
larutan pestisida.
5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam
seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama
beberapa hari.
6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan
pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.
b. Pengobatan secara khusus
Terapi topikal pada skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Krim Permetrin 5% : Obat ini dioleskan mulai leher ke bawah/pada lesi
dan dibiarkan selama 10 jam lalu dibilas/dibersihkan.Bila belum sembuh
diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.1,2
2. Lindane 1% : Obat pertama untuk scabies sebelum ada permetrin. Obat
dioles 8-12 jam kemudian dibersihkan, dapat diulang 1 minggu kemudian.
Lindane bersifat neurotoksik sehingga tidak boleh diberikan untuk bayi, anak
dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas, wanita hamil atau menyusui,
penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya.1

3. Sulfur presipitatum : dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak
boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari 2 tahun.2
4. Emulsi Benzil benzoas 20- 25% : efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.2
5. Krotamiton 10% : dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra.2 Untuk mengobati sekabies obat ini sering gagal.1
2.9 Komplikasi
Komplikasi scabies umumnya ringan berupa infeksi sekunder, umumnya
akibat Staphylococcus aureus dan Streptococcus -hemolitikus grup A, dapat
berupa krusta, vesikupustul maupun bula.1
2.10 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.2
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad fanctionam

: bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama

: Tn. A

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 24 tahun

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Palembang

Alamat

: Jl. K. Jaya Lrg. Losari, Sako Kenten

Tanggal kunjungan / jam : 2 Desember 2015/ 11.00 WIB


No. Medrek

: 510081

3.2. Anamnesis
Diperoleh secara alloanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang BARI
pada tanggal 2 Desember 2015/ 11.00 WIB.
3.2.1

Keluhan utama :
Trasa gatal terutama pada sela jari kedua tangan sejak 6 bulan yang
lalu.

3.2.2

Keluhan tambahan :
Gatal juga dirasakan pada daerah lipatan ketiak kanan dan kiri serta
pada bokong.

3.2.3

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal pada sela jari
kedua tangan. Keluhan di sertai gatal pada bagian lipatan ketiak kanan
dan kiri serta pada bagian bokong pasien. Pasien mengaku rasa gatal
terutama dirasakan pada malam hari.
Pasien mengaku memakai handuk yang sama dengan keluarga yang
lain. Pasien tidur bersama adik laki-lakinya. Pasien mengaku pernah

berobat tetapi tidak mengalami perubahan. Pasien mandi menggunakan


air PAM.
Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien
datang ke RSUD Palembang BARI.
3.2.4

Riwayat penyakit dahulu


Keluhan yang sama belum pernah dialami sebelumnya. Pasien
mengatakan tidak mempunyai riwayat asma bronkial, rhinitis alergi,
dermatitis atopik, darah tinggi, kencing manis, gangguan empedu,
hipertiroidea, gagal ginjal, maupun penyakit kronis lainnya. Pasien tidak
dalam keadaan psikis yang tertekan. Pasien mengatakan tidak punya
riwayat alergi terhadap makanan dan obat.

3.2.5

Riwayat penyakit dalam keluarga


Pasien mengaku Ibu dan adiknya pernah mengalami keluhan yang
sama 6 bulan yang lalu tetapi keluhan sudah tidak dirasakan lagi oleh
ibu dan adik pasien.

3.2.6

Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita anak pertama dan ayahnya bekerja PNS, ekonomi
menengah sedang.

3.2.7

Riwayat Kebersihan
Penderita mandi 2-3 kali sehari, pagi dan sore dengan
menggunakan air PAM. Penderita mengaku jarang mengganti pakaian
yang digunakan.

3.3. Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik

10

Kesadaran

: Compos mentis

Berat Badan

: 59 kg

Tinggi Badan

: 170 cm

Keadaan gizi

: baik

Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHG
Nadi

: 80x/menit

Suhu

: 36,6 C

Pernapasan

: 20x/menit

KEPALA

: Normocephali

Wajah

: Simetris

Mata

: Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut

: Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-)

Telinga

: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher

: Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

THORAKS
Inspeksi

: Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia (-/-)

11

Palpasi

: Tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

ABDOMEN
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Bising usus(+) normal

EKSTREMITAS
Ekstremitas superior : Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)
Kuku

: onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);


Kulit : lihat status dermatologikus
Ekstremitas inferior : Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);
Kuku

: onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);


Kulit : lihat status dermatologikus
B. Status Dermatologikus

12

Regio sela sela digiti IV dan V dextra dan Digiti IV dan V manus sinistra,
Regio axillaris dextra dan axillaris sinistra, Regio Gluteus tampak papul
berudiameter 0,1cm berjumlah multiple dengan penyebaran diskret di bagian
gluteus tampak diserta skuama dan erosi.

13

Tampak

skuama

dan

erosi pada region gluteus

Regio sela sela digiti IV dan V dextra dan Digiti IV dan V manus sinistra, Regio
axillaris dextra dan axillaris sinistra, Regio Gluteus tampak papul berudiameter
0,1cm berjumlah multiple dengan penyebaran diskret di bagian gluteus tampak
diserta skuama dan erosi.

14

3.4

Pemeriksaan Penunjang
Tes tinta Burowi
Kerokan kulit
Kuretase terowongan
Apusan kulit

3.5

Pemeriksaan Anjuran
Tes Tinta Burowi

3.6

Diagnosis Kerja
Skabies

3.7

Diagnosis Banding
1. Skabies
2. Prurigo : Papul multipel gatal, biasanya pada bagian ekstensor ekstremitas
3. Insect Bite (gigitan serangga): Timbul setelah gigitan, efloresensinya urtikaria
papuler

3.8

Resume
Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal pada sela jari kedua
tangan. Keluhan di sertai gatal pada bagian lipatan ketiak kanan dan kiri serta
pada bagian bokong pasien. Pasien mengaku rasa gatal terutama dirasakan pada
malam hari.
Pasien mengaku memakai handuk yang sama dengan keluarga yang lain.
Pasien tidur bersama adik laki-lakinya. Pasien mengaku pernah berobat tetapi
tidak mengalami perubahan. Pasien mandi menggunakan air PAM.
Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke
RSUD Palembang BARI.

15

3.9

Penatalaksanaan
Umum/ Edukasi :
1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya
dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci
dengan teratur dan harus direndam dengan air panas. Kasur
dijemur ditempat yang panas, kemudian setalh djemur ujung-ujung kasur
disetrika. Lakukan penyemprotan pada tempat tidur dengan menggunakan
larutan pestisida.
5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam
seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama
beberapa hari.
6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan
pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.
Khusus:
Topikal
Krim Permetrin 5% 1x1, dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari, di
diamkan selama 10 jam, kemudian di hapus.
Sistemik
Citirizine tablet 10 mg 1x1

3.10.

Prognosis
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: bonam

16

Quo ad sanationam: bonam

BAB IV
ANALISA KASUS
Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau
gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis, dan produknya.
Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal pada sela jari kedua
tangan. Keluhan di sertai gatal pada bagian lipatan ketiak kanan dan kiri serta
pada bagian bokong pasien. Pasien mengaku rasa gatal terutama dirasakan pada
malam hari. Pasien mengaku memakai handuk yang sama dengan keluarga
yang lain. Pasien tidur bersama adik laki-lakinya. Pasien mengaku pernah
berobat tetapi tidak mengalami perubahan. Pasien mandi menggunakan air
PAM. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke
RSUD Palembang BARI.
Berdasarkan analisis mengenai keterkaitan antara teori dan anamnesis,
maka diagnosis mengarah ke skabies. Kemudian dilakukan pengkajian lebih
lanjut berdasarkan status dermatologis.
Regio interdigitalis IV dan V dextra dan interdigitalisIV dan V manus
sinistra, regio axillaris dextra dan axillaris sinistra, regio gluteus tampak papul
berudiameter 0,1cm berjumlah multiple dengan penyebaran diskret di bagian
gluteus tampak diserta skuama dan erosi.
Menurut teori, ada 4 tanda kardinal, dari skabies yaitu: Pruritus
nokturnal, penyakit ini menyerang secara kelompok, Adanya terowongan
(kunikulus) dan ditemukannya tungau. Tempat predileksinya biasanya

17

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria),
dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak
kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki. Untuk menyingkirkan diagnosis banding maka
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes tinta Burrow.

18

DAFTAR PUSTAKA
1.

Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama.


Palembang : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011 : 167-173.

2.

Handoko, Ronny P. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.


Ed. 6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2010 : 122125.

3.

Siregar, R. S. Penyakit Kulit karena Parasit dan Insekta. Dalam : Atlas


Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta: 2004: 164-167.

4.

Curie BJ, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. N Engl J
Med 2010;362: 717-25

19

Anda mungkin juga menyukai