penanganan perkara seperti ini sudah pernah dilakukan antara KPK dengan penegak hukum
lainnya 2010 lalu.
Kasus penyalahgunaan APBD Kab Langkat dengan tersangka Syamsul Arifin, dimana
dalam penyidikan kasus tersebut KPK menyidik untuk penyelenggara negara, sedangkan
untuk pihak-pihak lainnya diluar PN ditangani oleh Kejati Sumut. Sehingga pihak Kejati
Sumut dapat melakukan penyidikan perkara yang sama walaupun KPK Juga sudah
melakukan penyidikan, jelas Sutarman.
Berdasarkan rincian tersebut, Kabareskrim mengatakan polisi tetap akan melakukan
penyidikan pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri sebelum adanya ketentuan dan
keputusan pengadilan yang menyatakan penyidik Polri tidak berwenang menyidik kasus yang
sedang atau bersamaan ditangani oleh KPK. (mas)
Pembahasan :
Pelaku yang Terlibat
Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan simulator kemudi motor dan mobil pada korps lalu
lintas (Korlantas) Mabes Polri T.A 2011 ini, KPK telah menetapkan empat orang tersangka. Mereka
adalah Didik Purnomo, Pejabat Pembuat Komitmen dalam pengadaan ini sekaligus Wakil Ketua
Korlantas Mabes Polri, Sukotjo Bambang Direktur Utama PT Inovasi Teknologi Indonesia, Budi Susanto,
Dirketur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, dan Djoko Susilo Kepala Korlantas Mabes Polri.
Kejahatan Korupsinya
Kejahatan korupsi yang terjadi dalam kasus tersebut berkaitan dengan pembuatan atau pengadaan
alat driving simulator sim. Dalam proses penganggaran untuk alat driving tersebut digelembungkan dari
anggaran yang sebelumnya telah ditetapkan. Dana tersebut kemudian di bagi-bagikan dan masuk ke
kantong masing masing pejabat instansi yang terkait.
Cara mengatasinya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi seperti kasus di atas, seharusnya di dalam instansi
pemerintah itu adalah ditempatkan atau dipilih orang-orang yang tepat dalam arti mereka adalah orang
yang bersedia mengabdi kepada negara dan rakyat. Dan pemerintah harus bertindak tegas dalam
memberikan hukuman yang pantas kepada para koruptor dan bertindak cepat dalam memberantas korupsi
maupun tindak kejahatan lainnya yang dapat merugikan rakyat dan negara.
Peraturan yang menjerat kasus
Melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 Undang-Undang jo Pasal 55 ayat 1 kesatu jo pasal 56
KUHP. KPK juga sudah mencegah mereka bepergian ke luar negeri.
Pendapat
Dampak bagi Negara & rakyat :
Kasus tersebut membuat semakin merugikan Negara , karena dana yang tadinya bisa digunakan
untuk menjalankan program pembangunan di segala sector malah masuk ke kantong pribadi ini
menyebabkan pula pertumbuhan Negara menjadi terhambat. Dan pada akhirnya rakyat pun juga tidak
akan mendapatkan haknya.
Sebagai mahasiswa :
Kasus korupsi tersebut menambah buruk citra instansi pemerintahan. Selain itu seharusnya
pemerintah segera mengambil langkah tegas dalam setiap kasus korupsi yang telah terjadi,langkah tegas
tersebut dapat dicerminkan dari penetapan sanksi atau hukuman tindak korupsi. Hukuman yang ada
sekarang ini tidak dapat menghilangkan kasus korupsi di Negara ini, mungkin seharusnya kita dapat
meniru Negara cina dalam penetapan hukuman yaitu dengan memberikan hukuman mati.
Sebagai rakyat :
Para pejabat pemerintahan tersebut tidak memiliki hati nurani dan cenderung serakah. Sebaiknya
dalam melakukan pemilihan pejabat instansi pemerintahan harus dilakukan terlebih dahulu pembinaan
rohani yang mendalam.
Sebagai Pengamat
Dinamika dan polemik dalam kasus Simulator SIM saat ini menunjukkan adanya gejala
polemik yang tidak baik terutama dalam hubungan Polri dan KPK sebagai lembaga penegak hukum
sehingga kasus korupsi yang melibatkan petinggi institusi Kepolisan Indonesia ini seharusnya ditangani
oleh kedua belah pihak yakni institusi Polri dan KPK agar dalam penyidikan dan penanganannya dapat
segera terselesaikan dan membina kesatuan sesama lembaga penegakan hukum di Indonesia. KPK dan
Polri diharapkan dapat saling bersinergi secara baik untuk menyelesaikan kasus korupsi simulator SIM di
Korps Lalu Lintas Polri dengan transparan dan adil sehingga masalah korupsi ini tidak berlarut-larut
tanpa ujung yang jelas atas kerugian yang dialami oleh negara. Peran masyarakat diharapkan dalam
keikutsertaan mengawal proses pengusutan kasus korupsi simulator SIM sehingga kasus ini dapat
berjalan dengan baik dan tidak diam ditempat tanpa pengembangan.
Sebagai Pendukung
Sesuai Pasal 50 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berisi tentang ayat (3) Dalam hal KPK sudah mulai melakukan
penyidikan, kepolisian dan kejaksaan tidak berwenang lagi melakukan penyidikan. (4) Dalam hal
penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh kepolisian dan/ atau kejaksaan dan KPK,
penyidikan yang dilakukan kepolisian dan kejaksaan tersebut segera dihentikan.
Dengan jelas dalam Undang-Undang bahwa KPK-lah yang berwenang dalam proses penyidikan
dan penangan proses hukum dalam tindak korupsi. Jika pihak Polri tetap bersikeras tentang penangan
kasus simulator SIM atas dasar KUHAP sebagai tameng dalam menyidik kasus simulator SIM itu
tidaklah dibenarkan, karena sesuai asas hukum lex spesialis and lex superior dijelaskan bahwa produk
hukum yang lebih baru berlaku daripada yang lama. KUHAP adalah produk Undang-Undang terdahulu
ketimbang Undang-Undang tentang KPK, sehingga KPK memiliki kewenangan kuat untuk memeriksa
segala bentuk korupsi termasuk korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Penyidikan oleh
KPK dianggap lebih dipercaya, lebih independen, dan tidak bermasalah dengan kemungkinan konflik
kepentingan. Polri seharusnya kooperatif dan bahkan sangat diharapkan agar berada di garda paling depan
untuk memerangi berbagai kasus korupsi, termasuk kasus korupsi yang melibatkan jajarannya. Dalam
peletakan atas dasar Undang-Undang, Polri semestinya menghormati Undang-Undang itu. Jika Polri terus
melanjutkan penyidikan pada kasus ini, artinya Polri mengabaikan aturan hukum dalam struktur
pemberantasan korupsi, KPK berada pada posisi di atas lembaga-lembaga lain.
Sebagai Oposisi
Penyelidikan dan proses penangan kasus korupsi simulator SIM menjadi mutlak milik KPK. Nota
kesepahaman (MoU) antara KPK dan Polri, yang selalu digunakan Polri sebagai dasar untuk menyatakan
penggeledahan oleh penyidik KPK tidak sah dan penyidikan kasus simulator SIM menjadi kewenangan
Polri, tidaklah sesuai. Karena posisi MoU tidak lebih tinggi dari perangkat perundangan yakni
Undang-Undang 50 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
yang mengatur tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sumber:
http://evianthyblog.blogspot.com/2013/01/analisis-dan-pembahasan-kasus-simulator.html
https://adityadananjaya.wordpress.com/2012/10/06/kasus-korupsi-simulator-sim/