Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andy Bramana Putra / 130314358

Kasus Simulator SIM


Kronologi Kasus
1. Kasus simulator SIM berawal dari pemberitaan di Majalah Tempo tanggal 29 April 2012 yang
berjudul SIMSALABIM SIMULATOR SIM.
2. Kabareskrim kemudian memerintahkan penyelidikan terhadap informasi yang dimuat dalam
berita Majalah Tempo tanggal 29 April 2012 hal 35 sampai dengan hal 38 tentang
SIMSALABIM SIMULATOR SIM,...
3. Dalam penyelidikan Polri sesuai Sprinlid/55/V/2012/Tipidkor tanggal 21 Mei 2012 telah
melakukan interogasi dan pengambilan keterangan terhadap 33 orang yang dinilai mengetahui
tentang pengadaan simulator peraga SIM kendaraan roda 2 maupun roda 4 tersebut.
4. Dalam interogasi dengan Sukoco S. Bambang Penyelidik memperoleh informasi, ada sejumlah
data dan informasi yang telah diberikan ke KPK.
5. Bareskrim menyurat kepada KPK dengan Nomor Surat : B/3115/VII/2012/Tipidkor tanggal 17
Juli 2012 perihal Dukungan Penyelidikan, yang isinya untuk meminta data dan informasi yang
dimiliki KPK tentang hasil pengumpulan bahan keterangan dalam perkara Simulator R2 dan R4
dimaksud.
6. Senin, (30/8/2012) pukul 14.00, Ketua KPK Abraham Samad dan Bapak Zulkarnaen menghadap
Kapolri, dan diterima diruang kerja Kapolri, Kapolri didampingi Kabareskrim dan penyidik. Pada
kesempatan tersebut ketua KPK menyampaikan bahwa KPK akan melakukan Penyidikan kasus
simulator SIM di Korlantas. Kapolri meminta waktu satu atau dua hari untuk mendiskusikan
tindak lanjutnya karena Bareskrim juga sudah melakukan penyelidikan.
7. Menindak lanjuti hasil pertemuan Ketua KPK dan Kapolri, Bareskrim menghubungi ajudan
pimpinan KPK untuk meminta waktu menghadap Ketua KPK tanggal 31 Juli 2012, dan mendapat
jawaban bahwa akan diterima pada pukul 10.00 WIB terkait perkembangan penyelidikan
Bareskrim.
Namun kenyataannya, pada hari yang sama Pukul 16.00 penyidik KPK melakukan
penggeledahan di Korlantas, padahal sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan Kapolri dan
Ketua KPK kita menunggu satu atau dua hari untuk presentasi hasil penyelidikan oleh
Bareskrim, dalam siaran Polri.
8. Dalam proses pengeledahan salah satu penyidik KPK mengatakan kepada petugas Korlantas
bahwa Kapolri sudah mengijinkan penggeledahan tersebut karena Ketua KPK sudah menghadapi
Kapolri.
Padahal pertemuan saat itu jam 14.00 tidak membicarakan sama sekali tentang
penggeledahan, sehingga terjadi mis komunikasi dalam penggeledahan, jelas siaran pers
Polri. Setelah Kabareskrim berdiskusi dengan 3 pimpinan KPK Abraham Samad, Busro
Mukodas dan Bambang Widjojanto didampingi Direktur Penyelidikan dan Direktur
Penuntutan KPK, disepakati untuk sementara penggeledahan tetap dilanjutkan dan barangbarang hasil penggeledahan ditempatkan dalam suatu ruangan tertentu dalam keadaan
tersegel dan terkunci.
9. Selasa (31/7/2012) pukul 15.00 WIB, Ketua KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto di
dampingi Deputi PIPM menghadap Kapolri membicarakan tindak lanjut penggeledahan dan
penyidikan. KPK menyatakan telah menetapkan DS sebagai tersangka. Pertemuan saat itu
disepakati KPK akan menyidik DS sebagai penyelenggara negara, sedangkan Bareskrim akan
menyidik penyelenggara negara lainnya dan pihak lainnya yang terlibat.
10. Selasa (31/7/2012) Bareskrim Polri meningkatkan penyelidikan menjadi penyidikan dan
menetapkan Budi Santoso selaku penyedia barang sebagai tersangka dalam perkara Simulator
SIM dengan Sprindik/184a/VII/2012/Tipidkor.
11. Rabu, (1/8/2012) Bareskrim Polri juga menetapkan Wakakorlantas Brigjen Pol Didik Purnomo,
Kompol Legimo, Bendahara Korlantas Teddy Rusmawan, dan Sukoco S Bambang sebagai
tersangka. Bareskrim mengeluarkan Sprindik serta mengirimnya ke KPK dan Kejagung.
12. Kamis (2/8/2012) dari pemberitaan media, Kabareskrim mengetahui bahwa KPK telah
menetapkan Didik Purnomo, Sukoco Bambang, dan Budi Susanto.
13. Jumat (3/8/2012) atas pemberitaan di media menyatakan bahwa Penyidik Polri tidak berwenang
jika kasus korupsi sudah ditangani KPK. Menurut Sutarman, joint investigastion dalam

penanganan perkara seperti ini sudah pernah dilakukan antara KPK dengan penegak hukum
lainnya 2010 lalu.
Kasus penyalahgunaan APBD Kab Langkat dengan tersangka Syamsul Arifin, dimana
dalam penyidikan kasus tersebut KPK menyidik untuk penyelenggara negara, sedangkan
untuk pihak-pihak lainnya diluar PN ditangani oleh Kejati Sumut. Sehingga pihak Kejati
Sumut dapat melakukan penyidikan perkara yang sama walaupun KPK Juga sudah
melakukan penyidikan, jelas Sutarman.
Berdasarkan rincian tersebut, Kabareskrim mengatakan polisi tetap akan melakukan
penyidikan pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri sebelum adanya ketentuan dan
keputusan pengadilan yang menyatakan penyidik Polri tidak berwenang menyidik kasus yang
sedang atau bersamaan ditangani oleh KPK. (mas)

Pembahasan :
Pelaku yang Terlibat
Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan simulator kemudi motor dan mobil pada korps lalu
lintas (Korlantas) Mabes Polri T.A 2011 ini, KPK telah menetapkan empat orang tersangka. Mereka
adalah Didik Purnomo, Pejabat Pembuat Komitmen dalam pengadaan ini sekaligus Wakil Ketua
Korlantas Mabes Polri, Sukotjo Bambang Direktur Utama PT Inovasi Teknologi Indonesia, Budi Susanto,
Dirketur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, dan Djoko Susilo Kepala Korlantas Mabes Polri.
Kejahatan Korupsinya
Kejahatan korupsi yang terjadi dalam kasus tersebut berkaitan dengan pembuatan atau pengadaan
alat driving simulator sim. Dalam proses penganggaran untuk alat driving tersebut digelembungkan dari
anggaran yang sebelumnya telah ditetapkan. Dana tersebut kemudian di bagi-bagikan dan masuk ke
kantong masing masing pejabat instansi yang terkait.

Cara mengatasinya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi seperti kasus di atas, seharusnya di dalam instansi
pemerintah itu adalah ditempatkan atau dipilih orang-orang yang tepat dalam arti mereka adalah orang
yang bersedia mengabdi kepada negara dan rakyat. Dan pemerintah harus bertindak tegas dalam
memberikan hukuman yang pantas kepada para koruptor dan bertindak cepat dalam memberantas korupsi
maupun tindak kejahatan lainnya yang dapat merugikan rakyat dan negara.
Peraturan yang menjerat kasus
Melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 Undang-Undang jo Pasal 55 ayat 1 kesatu jo pasal 56
KUHP. KPK juga sudah mencegah mereka bepergian ke luar negeri.

Pendapat
Dampak bagi Negara & rakyat :
Kasus tersebut membuat semakin merugikan Negara , karena dana yang tadinya bisa digunakan
untuk menjalankan program pembangunan di segala sector malah masuk ke kantong pribadi ini
menyebabkan pula pertumbuhan Negara menjadi terhambat. Dan pada akhirnya rakyat pun juga tidak
akan mendapatkan haknya.
Sebagai mahasiswa :
Kasus korupsi tersebut menambah buruk citra instansi pemerintahan. Selain itu seharusnya
pemerintah segera mengambil langkah tegas dalam setiap kasus korupsi yang telah terjadi,langkah tegas
tersebut dapat dicerminkan dari penetapan sanksi atau hukuman tindak korupsi. Hukuman yang ada
sekarang ini tidak dapat menghilangkan kasus korupsi di Negara ini, mungkin seharusnya kita dapat
meniru Negara cina dalam penetapan hukuman yaitu dengan memberikan hukuman mati.

Sebagai rakyat :
Para pejabat pemerintahan tersebut tidak memiliki hati nurani dan cenderung serakah. Sebaiknya
dalam melakukan pemilihan pejabat instansi pemerintahan harus dilakukan terlebih dahulu pembinaan
rohani yang mendalam.
Sebagai Pengamat
Dinamika dan polemik dalam kasus Simulator SIM saat ini menunjukkan adanya gejala
polemik yang tidak baik terutama dalam hubungan Polri dan KPK sebagai lembaga penegak hukum
sehingga kasus korupsi yang melibatkan petinggi institusi Kepolisan Indonesia ini seharusnya ditangani
oleh kedua belah pihak yakni institusi Polri dan KPK agar dalam penyidikan dan penanganannya dapat
segera terselesaikan dan membina kesatuan sesama lembaga penegakan hukum di Indonesia. KPK dan
Polri diharapkan dapat saling bersinergi secara baik untuk menyelesaikan kasus korupsi simulator SIM di
Korps Lalu Lintas Polri dengan transparan dan adil sehingga masalah korupsi ini tidak berlarut-larut
tanpa ujung yang jelas atas kerugian yang dialami oleh negara. Peran masyarakat diharapkan dalam
keikutsertaan mengawal proses pengusutan kasus korupsi simulator SIM sehingga kasus ini dapat
berjalan dengan baik dan tidak diam ditempat tanpa pengembangan.
Sebagai Pendukung
Sesuai Pasal 50 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berisi tentang ayat (3) Dalam hal KPK sudah mulai melakukan
penyidikan, kepolisian dan kejaksaan tidak berwenang lagi melakukan penyidikan. (4) Dalam hal
penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh kepolisian dan/ atau kejaksaan dan KPK,
penyidikan yang dilakukan kepolisian dan kejaksaan tersebut segera dihentikan.
Dengan jelas dalam Undang-Undang bahwa KPK-lah yang berwenang dalam proses penyidikan
dan penangan proses hukum dalam tindak korupsi. Jika pihak Polri tetap bersikeras tentang penangan
kasus simulator SIM atas dasar KUHAP sebagai tameng dalam menyidik kasus simulator SIM itu
tidaklah dibenarkan, karena sesuai asas hukum lex spesialis and lex superior dijelaskan bahwa produk
hukum yang lebih baru berlaku daripada yang lama. KUHAP adalah produk Undang-Undang terdahulu
ketimbang Undang-Undang tentang KPK, sehingga KPK memiliki kewenangan kuat untuk memeriksa
segala bentuk korupsi termasuk korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Penyidikan oleh
KPK dianggap lebih dipercaya, lebih independen, dan tidak bermasalah dengan kemungkinan konflik
kepentingan. Polri seharusnya kooperatif dan bahkan sangat diharapkan agar berada di garda paling depan
untuk memerangi berbagai kasus korupsi, termasuk kasus korupsi yang melibatkan jajarannya. Dalam
peletakan atas dasar Undang-Undang, Polri semestinya menghormati Undang-Undang itu. Jika Polri terus
melanjutkan penyidikan pada kasus ini, artinya Polri mengabaikan aturan hukum dalam struktur
pemberantasan korupsi, KPK berada pada posisi di atas lembaga-lembaga lain.
Sebagai Oposisi
Penyelidikan dan proses penangan kasus korupsi simulator SIM menjadi mutlak milik KPK. Nota
kesepahaman (MoU) antara KPK dan Polri, yang selalu digunakan Polri sebagai dasar untuk menyatakan
penggeledahan oleh penyidik KPK tidak sah dan penyidikan kasus simulator SIM menjadi kewenangan
Polri, tidaklah sesuai. Karena posisi MoU tidak lebih tinggi dari perangkat perundangan yakni
Undang-Undang 50 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
yang mengatur tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sumber:
http://evianthyblog.blogspot.com/2013/01/analisis-dan-pembahasan-kasus-simulator.html
https://adityadananjaya.wordpress.com/2012/10/06/kasus-korupsi-simulator-sim/

Anda mungkin juga menyukai