Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ANALISIS KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM

( Disusun Guna Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Audit Investigasi )
Dosen : I Nyoman Wara, SE., Ak., CA., CfrA dan
Dr. Najmatuzzahrah, SE., MBA., MH., CFE., CFrA., CPA (Aust.)., CA., Ak

Disusun oleh:
Sandra Hanania 120110180024

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraud atau kecurangan adalah perbuatan kecurangan disengaja dan sudah direncanakan yang
didasari ketidakjujuran, yang bisa dilakukan oleh seseorang, baik karyawan maupun pimpinan
yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan berdampak pada kerugian perusahaan baik
secara finansial maupun non finansial. Salah satu jenis fraud menirit The Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE) ialah korupsi, korupsi adalah salah satu jenis fraud yang
paling sulit dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme), korupsi di dalamya bisa ada penyalahgunaan wewenang/konfik kepentingan
(conclict of interet), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratiuities),
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion) angka kenaikan korupsi cukup besar di
negara-negara yang berkembang dikarenakan penegakan hukumnya lemah dan masih kurang
kesadaran akan tata kelola perusahaan yang baik. Menurut Fuad (2015), terdapat tiga hal yang
melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan kecurangan (fraud) dikenal dengan istilah fraud
triangle, yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization).

Salah satu kasus korupsi yang menggegerkan Indonesia pada tahun 2012 adalah, kasus
korupsi Simulator SIM, simulator SIM sendiri adalah alat yang terdiri dari layar dan perangkat
lain yang didesain seperti mobil dan motor, melalui alat simulator dapat diketahui apakah
seseorang mampu mengendarai kendaraan atau tidak. Kasus ini melibatkan petinggi-petinggi
POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia) dan didalamnya terdapat permasalahan dengan
pihak KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perjalanan kronologis kasus simulator SIM dan siapa saja pelaku yang
terlibat ?
2. Apa saja penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku kasus simulator SIM ?
3. Bagaimana penyelesaian kasus simulator SIM dan dampaknya?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kronologis Kasus Korupsi Simulator SIM


Sukotjo S. Bambang yang merupakan Direktur PT Inovasi Teknologi Indonesia (PT ITI)
adalah sosok dibalik terungkapnya kasus korupsi Simulator SIM, bermula dari 7(tujuh) lembar
surat tulisan tangan yang dikirim oleh Sukotjo S. Bambang dari rutan Kebon Waru Bandung.
untuk menjawab pertanyaan Media Tempo, berdasarkan keterangan beliau, perusahaan yang
dipimpin yakni PT Inovasi Teknologi Indonesia digandeng untuk membuat simulator SIM oleh
PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (PT CMMA), perusahaan pemenang tender proyek di
Korlantas Polri. PT CMMA memenangkan proyek simulator kemudi sepeda motor dan mobil
senilai Rp 196,87 miliar. Masing-masing untuk motor sebanyak 700 unit simulator snilai Rp
54,45 miliar dan 556 unit simulator mobil senilai Rp 142,415 miliar. Sedangkan, PT CMMA
membeli alat-alat ke PT ITI yang dipimpin oleh Sukotjo S.Bambang sebesar Rp 83 miliar.
Adapun penyebab Bambang dijebloskan ke dalam penjara ialah, dugaan penipuan dan
penggelapan yang dilakukan oleh PT ITI karena dituduh gagal memenuhi target proyek,
kemudian Sukotjo S. Bambang dimasukkan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
Adapun KPK telah menyediliki kasus ini sejak Januari 2012. Setelah proses verifikasi dan
liputan secara mendalam, Media Tempo menulis laporan skandal ini yang berjudul “Simsalabim
Simulator SIM” edisi tanggal 23-29 April 2012.

Seminggu setelah rilis informasi yang dimuat dalam berita Tempo, Kabareskrim
memerintahkan untuk melakukan penyelidikan, selama penyelidikan yang dilakukan oleh
POLRI, diketahui bahwa POLRI telah memeriksa 33 orang yang dinilai mengetahui tentang
pengadaan simulator SIM kendaraan roda dua maupun roda empat. Penyelidik dari POLRI juga
melakukan interogasi dengan Sukotjo S, Bambang, dan penyelidik dari POLRI memperoleh
informasi bahwa ada sejumlah data dan informasi yang telah diberikan ke KPK. Bareskrim
POLRI melalui surat perihal Dukungan Penyelidikan pada tanggal 17 Juli 2012 meminta data
dan infromasi yang dimiliki KPK tentang hasil pengumpulan bahan keterangan terkait kasus
simulator SIM.

Pada tanggal 30 Juli 2012, ketua KPK yang saat itu menjabat yakni Abraham Samad
beserta Zulkarnaen memberikan data dan informasi yang diminta oleh POLRI, melalui

3
kesempatan itu juga pihak KPK menyampaikan bahwa KPK akan melakukan penyidikan
terhadap dugaan penyimpangan pengadaan simulator SIM di Korlantas. Kapolri yang saat itu
menerima pihak KPK menyatakan bahwa pihak POLRI perlu mendiskusikan tindak lanjutnya
karena Bareskrim juga sudah melakukan penyelidikan dan akan mempresentasikan di hadapan
Pimpinan KPK tanggal 31 Juli 2012 hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Bareskrim untuk
naik ke tahap penyidikan, namun pada hari yang sama setelah pertemuan pihak POLRI dan KPK,
sore harinya KPK melakukan penggeledahan di Korlantas. Proses penggeledahan ini mengalami
miskomunikasi dikarenakan salah satu penyidik KPK mengatakan pada petugas Korlantas bahwa
Kapolri mengizinkan penggeledahan tersebut karena Ketua KPK sudah menghadap Kapolri,
padahal dalam pertemuan itu tidak ada pembicaraan mengenai penggeledahan, hal ini
menyebabkan insiden beberapa penyidik KPK yang tertahan tidak dapat keluar dari Kepolisian
setelah melakukan penggeledahan di Korlantas POLRI untungnya, insiden yang sempat
memanas ini dapat diselesaikan.

Keesokan harinya tanggal 31 Juli 2012, Abraham Samad selaku Ketua KPK dan
Bambang Widjojanto kembali menghadap Kapolri di Gedung Rupatama Mabes POLRI. Maksud
pertemuan itu adalah untuk membicarakan tindak lanjut atas penggeledahan dan penyidikan
selanjutnya, KPK juga sekaligus menyatakan telah menetapkan Djoko Susilo Susilo yang pernah
menjabat sebagai Kepala Korps Lalu Lintas sebagai tersangka, selain itu disepakati bahwa pihak
KPK dan POLRI menyediakan ruangan khusus penyimpanan barang bukti dan sepakat saling
memberikan akses bukti, akses terhadap ruangan tersebut hanya bisa oleh pihak KPK dan
POLRI, disepakati juga barang-barang yang tidak terkait dengan kasus dugaan korupsi Simulator
SIM akan dikembalikan, penetapan Djoko Susilo sebagai tersangka dapat dikatakan adalah
sebuah sejarah sebab baru pertama kali KPK menetapkan perwira tinggi POLRI yang masih aktif
sebagai tersangka. Tak lama kemudian Bareskrim POLRI meningkatkan penyelidikan menjadi
penyidikan dan menetapkan Didik, Teddy Rusmawan, Budi Susanto, Sukotjo, dan Bendahara
Korps Komisaris Legimo sebagai tersangka.

Menurut keterangan POLRI, peristiwa perselisihan mengenai kewenangan penyidikan


kasus korupsi simulator SIM terjadi disebabkan karena POLRI beranggapan bahwa kasus
tersebut saat itu sedang ditangani oleh POLRI, namun perselisihan ini dibantah oleh Abraham
Samad, ia menyatakan bahwa tidak ada perebutan perkara kasus simulator SIM, Abraham Samad

4
menjelaskan bahwa jika mengacu pada peraturan yang ada, kewenangan penyidikan kasus
simulator SIM ada pada pihak KPK dan menyatakan bahwa apabila KPK terlebih dahulu
melakukan penyidikan, maka instansi lain akan membantu jalannya penyidikan, hal ini bukan
berarti bahwa instansi lain harus berhenti menyidik, tetapi berarti bahwa instansi lain seharusnya
dapat mendukung KPK dalam menuntut sampai tuntas penyidikan.

Presiden yang menjabat saat itu yakni Bapak Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan
melalui konferensi Persnya di Istana Negara pada bulan Oktober 2012 bahwa penanganan kasus
Simulator SIM di Korlantas Polri yang melibatkan Irjen (Pol) Djoko Susilo, sepenuhnya
ditangani oleh KPK.hal ini akhirnya memperjelas siapa yang berwenang melakukan penyidikan
kasus korupsi simulator SIM . Tak terima, pihak Korlantas POLRI melakukan gugatan perdata
karena merasa dirugikan dengan penyitaan 349 item dan dokumen yang dilakukan KPK dimana
barang bukti yang disita ini tidak ada kaitannya dengan perkara yang tengah diselidiki, akibat
penyitaan itu, pelayanan publik Korlantas menjadi terganggu. Jadi gugatan Korlantas adalah
meminta KPK mengembalikan barang bukti itu karena pelayanan publik menjadi terkendala nilai
gugatan tersebut mencapai angka Rp 425 miliar, gugaran immateriil mencapai Rp 6 miliar. Pada
tanggal 5 November 2912, KPK memeriksa Sukotjo S. Bambang di Laboratorium
Thermodinamika ITB, pemeriksaan ini dilakukan dengan melibatkan ahli permesinan dan
elektronika ITB, pemeriksaan ini meliputi perbedaan simulator sepeda motor dan mobil buatan
tahun 2010 dan 2011 di PT Inovasi Teknologi Indonesia, perusahaan milik Sukotjo selain itu
pemeriksaan juga meliputi ciri khas, jumlah produksi per hari simulator motor dan mobil buatan
PT ITI, pemeriksaan Sukotjo di ITB terkait dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan RI,
mesin simulator tersebut akan dibongkar dan diperiksa spesifikasi bahan dan suku cadangnya,
lalu dihitung nilai biaya pembuatannya. Djoko Susilo jugasudah dinonaktifkan dari jabatannya

2.2 Penyimpangan yang dilakukan selama pengadaan simulator SIM

1. Adanya dugaan mark up sebesar Rp 100 miliar


PT CMMA memenangkan proyek simulator kemudi sepeda motor dan mobil senilai Rp
196,87 miliar. Masing-masing untuk motor sebanyak 700 unit simulator snilai Rp 54,45 miliar
dan 556 unit simulator mobil senilai Rp 142,415 miliar. Sedangkan, PT CMMA membeli alat-
alat ke PT ITI yang dipimpin oleh Sukotjo S.Bambang sebesar Rp 83 miliar, maka dari itu ada
rincian barang yang seolah-olah beberapa jenis namun kenyataannya hanya satu jenis dan ada

5
upaya menaikkan harga komponen, ada proses pembayaran 100 persen padahal barang belum
100 persen.

2. Tahap Lelang
Badan Pemeriksa Keuangan menemukan, bahwa dilibatkannya PT Citra Mandiri
Metalindo Abadi (CMMA) dan PT Inovasi Teknologi Indonesia (ITI), dua perusahaan itu
dipastikan sudah jadi pemenang bahkan sebelum proses tender dimulai, data-data yang
digunakan dalam proses penganggaran adalah data-data dari pihak PT CMMA dan PT ITI, dalam
pelaksanaan pengadaan driving simulator, Djoko Susilo telah melanggar ketentuan dengan
menyetujui pencairan anggaran full untuk PT CMAA. Djoko Susilo memerintahkan ketua panitia
pengadaan, Teddy Rusmawan untuk memberikan pekerjaan kepada Budi Susanto yang
merupakan Direktur PT CMMA. Perbuatan Djoko Susilo yang telah memerintahkan ketua
panitia untuk memberikan pekerjaan kepada Budi Susanto, bertentangan dengan PP no 14 Tahun
2015 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Panitia juga tidak melakukan pembuktian
kualifikasi terhadap perusahaan pemenang tender, padahal hal ini adalah yang sangat penting. PT
CMMA Tidak memiliki kualifikasi dan tidak berkompetensi untuk membuat simulator. Hal
tersebu dilihat dari pengalaman dan track record perusahaan.

3. Harga Perkiraan Sementara


Sukotjo S. Bambang turut berperan dalam menyiapkan perusahaan pendamping dalam
proses lelang. Ia juga membantu panitia pengadaan dalam membuat spesifikasi teknis dan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) padahal yang berwenang membuat HPS adalah PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) dalam hal ini ialah Didik Purnomo, dalam penyusunan HPS itu lah terjadi mark up,
caranya dengan menuliskan komponen utuh dan kemudian merinci komponen itu, memasukkan
komponen yang tidak digunakan, serta menaikkan harga masing-masing komponen.

4. Tahap Penyerahan
Kerugian bersumber dari ketidaksesuaiann spesifikasi barang dengan perjanjian yang
terttera di dalam kontrak senilai Rp 21 miliar, berdasarkan pada cek fisik simulator roda dua dan
roda empat di 272 titik yang tersebar di 33 provinsi ditemukan spesifikasi yang tidak sesuai
dengan kontrak, bahkan ada banyak alat yang tidak berfungsi. Simulator roda empat
menyumbang kerugian Rp 10 miliar dan sisanya Rp 11 miliar berasal dari roda empat sehingga
total sebesar 21 miliar kerugian yang bersumber dari ketidaksesuaian spesifikasi,. Untuk mark up

6
anggaran sebesar Rp 86 miliar dilakukan di simulator roda empat dan Rp 14 miliar di roda dua.
Sehingga total penggelembungan Rp 100 miliar.

2.3 Penyelesaian kasus korupsi simulator SIM

Brigjen Pol Didik Purnomo yang menjabat sebagai Mantan Wakil Kepala Korlantas
POLRI dihukum 5 tahun penjara, selain itu Didik juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp
250 juta, Didik terbukti menyalahgunakan wewenang sebagai pejabat pembuat kewenangan
dalam menandatangani HPS dan spesifikasi teknis pengadaan simulator SIM roda dua dan roda
empat serta terbukti menerima suap sebesar Rp 50 juta dari Direktur PT ITI

Direktur PT Inovasi Teknologi Indonesia Sukotjo Sastronegoro Bambang dihukum 4


tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsidier tiga bulan kurungan, Sukotjo terbukti ikut andil
dalam menentukan harga simulator SIM roda dua dan empat dengan cara digelembungkan,
padahal harga tersebut dijadikan acuan dalam pengadaan di Korlantas Polri tahun 2011, Sukotjo
juga terbukti memperkaya diri sendiri sebesar Rp 3.9 miliar.

Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (Dirut PT CMMA), Budi Santoso dihukum
14 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsidier 6 bulan penjara, Budi Santoso juga harus
menmbayar ganti rugi sebesar Rp 88,4 miliar. Apabila tidak dapat membayar dalam waktu satu
bulan maka harta bendanya akan disita dan dilelang oleh pihak Kejaksaan, apabila harta benda
tidak mencukupi maka akan digantikan dengan tahanan selama satu tahun.

Djoko Susilo dihukum 18 tahun penjara dengan denda Rp 1 milier subsidier 1 tahun.
Djoko Susilo juga dihukum untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 32 miliar dan Apabila
tidak dapat membayar dalam waktu satu bulan maka harta bendanya akan disita dan dilelang
oleh pihak Kejaksaan, apabila harta benda tidak mencukupi maka akan digantikan dengan
tahanan selama lima tahun, selain itu Djoko Susilo juga dijatuhi pidana tambahan berupa
pencabutan hak-hak tertentu untuk memilih dan dipilih dalam jabatan publik. Hampir seluruh
aset kekayaan Djoko Susilo yang didapat dari hasil korupsi dirampas.

Setelah melakukan perhitungan, Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan bahwa nilai


kerugian negara yang muncul dari korupsi proyek simulator ujian surat izin mengemudi
mencapai Rp 121 miliar.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebanyak empat tersangka yang terdiri dari Kepala dan Wakil Kepala Korlantas Polri dan
Direktur pemenang tender ditetapkan oleh KPK karena secara terbukti dan bersama-sama
melakukan penyimpangan selama proses pengadaan simulator SIM roda dua dan empat dari
proses penganggaran, proses pelelangan hingga proses pembayaran dan penerimaan barang. Tak
tanggung-tanggung negara mengalami kerugian sebesar Rp 121 miliar akibat dari korupsi ini.
Kasus korupsi simulator SIM sangat menggegerkan negara Indonesia, karena melibatkan
petinggi POLRI yang dianggap sebagai role model oleh masyarakat dalam melaksanakan
peraturan, Rakyat menuntuk kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini agar kepercayaan
masyarakat kepada kepolisian yang hilang bisa perlahan dikembalikan, namun sayangnya ada
konflik perebutan penyelidikan antara KPK dan POLRI, sehingga diputuskan oleh Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono bahwa KPK lah yang berhak menyelidiki kasus ini hingga tuntas.

3.2 Saran
Menurut saya, tindakan korupsi yang dilakukan oleh petinggi Kepolisian sangatlah
mengecewakan masyarakat dan saya pribadi, mengingat polisi adalah panutan masyarakat, dan
saya pribadi setuju bahwa KPK yang lebih berhak untuk menyelidiki kasus ini karena
dikhawatirkan apabila POLRI yang menyelidiki akan ada unsur independensi yang diragukan
karena melibatkan petinggi POLRI.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.medcom.id/nasional/hukum/xkE936ek-ahli-temukan-4-penyimpangan kasus-
simulator

https://www.merdeka.com/peristiwa/duduk-perkara-kasus-simulator-sim.html

https://www.viva.co.id/arsip/341477-kronologi-korupsi-simulator-sim-versi-polri

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150122150616-12-26552/rekayasa-lelang-simulator-
sim-terungkap

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 10 Nomor 1, Januari 2018, ANALISIS YURIDIS
KONTRAK PENGADAAN BARANG SIMULATOR SURAT IZIN MENGEMUDI POLRI,
Yulita Heriyanti dan Martin Roestamy

Anda mungkin juga menyukai