Skripsi
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2
2020
ABSTRAK
Oleh
Rafika Amelia Putri
Kejahatan yang baru muncul di zaman modern ini biasanya muncul karena
menggunakan alat-alat yang canggih, salah satu kejahatan yang muncul akibat
kemajuan teknologi adalah kejahatan akan pemalsuan Surat Izin Mengemudi
(SIM) di Wilayah hukum Polresta Bandar Lampung. Sehubungan dengan adanya
kasus tersebut, Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Modus operandi
tindak pidana pemalsuan SIM, (2) Strategi penyidikan oleh Kepolisian terhadap
modus operandi tindak pidana pemalsuan SIM.
Biro Jasa hingga Samsat. Selain itu Strategi penyidikan oleh Kepolisian terhadap
modus operandi tindak pidana pemalsuan Surat Izin Mengemudi (SIM) dilakukan
melalui beberapa cara antaralain: antaralain: a. penyidikan di tempat kejadian
perkara (TKP), b. mengungkap cara kejahatan itu dilakukan, c. menemukan
pelaku kejahatan, d. penjahat memperlakukan barang-barang hasil kejahatan, e.
motif pelaku berbuat kejahatan, f. cara-cara memeriksa atau mendengar
keterangan saksi dan tersangka, g. cara melakukan penyidikan, h. cara
mempergunakan penyidikan, dan mempergunakan informan.
4
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain, pemerintah pusat maupun daerah
saling berkordinasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Mengingat, hampir tiap kejahatan timbul oleh karena faktor ekonomi. Serta aparat
Rafika Amelia Putri
penegak hukum dalam hal ini Kepolisian, melakukan sosialisasi terhadap bahaya
penggunaan SIM palsu serta pemaparan MO para pelaku, untuk meminimalisit
kejadian serupa terulang kembali.
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup........................................................5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………….. .......................................5
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual........................................................6
E. Sistematika Penulisan...........................................................................11
V. PENUTUP
A. Simpulan...............................................................................................79
B. Saran.....................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejahatan yang baru muncul di jaman modern ini biasanya muncul karena
yang merugikan masyarakat (evil conduct) hingga muncul reaksi dari masyarakat
itu sendiri. Menurut asalnya tidak ada pembatasan secara resmi dan juga tidak ada
dipandang sebagai persoalan pribadi atau keluarga.1 Pada tahapan awal terjadinya
Kepolisian adalah segala ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
1
I.S. Susanto, 2011, Kriminologi, Cet. Ke-1, Yogyakarta: Genta Publising, hlm. 22.
2
Indonesia, Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia , UU No.2 Tahun 2002, LN
No. 2 Tahun 2002, TLN No.4168, Ps. 1 Butir 1.
3
Ibid., Ps. 2.
2
Salah satu tindak pidana yang banyak dilakukan di jaman modern ini adalah
tindak pidana pemalsuan, tindak pidana pemalsuan sudah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada Pasal 263 sampai Pasal 276. Surat
adalah lembaran kertas yang diatasnya terdapat tulisan kata, frasa dan/atau kalimat
yang terdiri huruf-huruf atau angka dalam bentuk apapun dan dibuat dengan cara
apapun yang tulisan mana mengandung arti dan makna buah pikiran manusia. 4
Pemalsuan surat perlu adanya perlindungan dari negara. Sebab surat merupakan
hal yang tertulis dan dapat dipercaya bagi siapapun yang mendapatkannya. Tindak
terhadap kepercayaan yang diberikan oleh umum (publica fides) pada surat.5
pemalsuan Surat Izin Mengemudi (SIM), tindakan ini dilakukan agar pengendaara
motor menjadi legal dalam berkendara. SIM merupakan tanda bukti legitimasi
kompetensi, alat kontrol, dan data forensik kepolisian bagi seseorang yang telah
4
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, 2014, Tindak Pidana Pemalsuan : Tindak Pidana yang
Menyerang Kepentingan Hukum Terhadap Kepercayaan Masyarakat mengenai Kebenaran Isi
Tulisan dan Berita yang Disampaikan, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 135.
5
Ibid, hlm. 35
6
Indonesia, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU No.22 Tahun 2009, LN No. 96
Tahun 2009, TLN No.5025, Ps. 86.
3
dengan kendaraan yang digunakan, seperti SIM C untuk kendaraan roda dua, SIM
A untuk kendaraan roda empat dan lainnya. Dengan kata lain, seseorang yang
tidak memiliki SIM dianggap belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang
dari SIM yang dipalsukan tentu menghindari jika ada razia kendaraan oleh pihak
kepolisian, ketidak telitian dari kepolisian saat melakukan razia dapat memberikan
Kasus yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan SIM yang terjadi di
tukang cetak foto. Akhiruddin menjual SIM palsu tersebut dengan harga kisaran
Rp. 40.000,- per keping. Dengan cara menscan SIM asli, lalu mengganti identitas
pengguna jasa nya yang kemudian dicetak dan dilaminating agar bentuk SIM
Para pelaku dijerat dengan pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen, dengan
oleh pihak Kepolisian tersebut di atas selaras dengan Pasal 263 Ayat (1) dan (2)
KUHP tentang Pemalsuan Surat, yang menjelaskan bahwa seseorang yang dengan
sengaja memalsu surat yang dapat menimbulkan hak dan dengan sengaja
memakai surat yang isinya tidak benar atau yang di palsu, dapat dijerat dengan
7
https://www.lampost.co/berita-sim-palsu-dibanderol-rp50-ribu.html diakses pada 17 November
2020 Pukul 10.27 WIB.
4
Sesuai dengan contoh kasus di atas Pasal 263 KUHP merupakan pasal yang umum
karena surat yang dimaksud tidak secara rinci, sehingga asal memenuhi unsur
surat tersebut palsu maka dapat dijerat dengan pasal ini. Selanjutnya Pasal 264
ayat (1) dan (2) KUHP berisi ancaman pidana penjara paling lama delapan tahun
terhadap pemalsuan beberapa surat tertentu. SIM yang merupakan akta otentik,
diatur lebih jelas pada Pasal 266 ayat (1) dan (2), yang juga berisikan tentang
keterangan palsu yang dimasukkan ke dalam suatu akta otentik. Pasal 263, 264,
dan 266 KUHP secara jelas memaparkan tentang unsur-unsur pemalsuan surat dan
Berdasarkan deskripsi kasus tindak pidana pemalsuan dokumen berupa SIM yang
semakin marak terjadi telah membuktikan bahwa kejahatan di era globalisasi saat
ini semakin mutakhir, sehingga tugas Kepolisian sebagai garda terdepan aparat
penegak hukum dituntut untuk semakin jeli dalam menanggulangi tindak pidana
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa perlu adanya kajian
hukum pidana terhadap modus operandi tindak pidana pemalsuan SIM di Provinsi
pidana pemalsuan ini, maka akan mudah untuk menentukan proses penyidikan
yang tepat untuk menyelesaikan kasus ini. Maka dari itu, penulis tertarik untuk
8
https://lsc.bphn.go.id/konsultasiView?id=1354 diakses pada 17 November 2020 Pukul 10.30
WIB.
5
Provinsi Lampung
1. Permasalahan
Mengemudi (SIM)?
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah hukum pidana, yang terfokus
penelitian ini adalah Polresta Bandar Lampung dan ruang lingkup waktu
1. Tujuan Penelitian
Mengemudi (SIM).
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu
sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
landasan teoritis bagi perkembangan ilmu hukum pidana pada umumnya, dan
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penulisan skripsi ini diharapkan berguna menjadi rujukan
serta tambahan kepustakaan bagi aparatur penegak hukum dalam modus operandi
1. Kerangka Teoritis
7
Setiap penelitian akan ada kerangka teoritis yang menjadi acuan dan bertujuan
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka teori yang dianggap relevan untuk
a. Teori GONE
Tren kejahatan yang dilakukan secara kolektif, dasarnya merupakan aksi individu-
individu secara kolektif, dalam teori aksi (The Theory of Action) sebagaimana
dikemukakan oleh Parson dan Shils, yang merujuk pada empat hal konsep prilaku.
Pertama, prilaku yang berorientasi pada tujuan akhir; Kedua, berkenaan dengan
suatu pengeluaran energi atau usaha yang bermotivasi pada kegiatan itu.11
1) Greed (Keserakahan)
Greed merupakan perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap
orang. Keserakahan timbul karena adanya sifat tidak puas terhadap yang diiliki.
9
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hlm. 125.
10
Ibid., hlm. 124.
11
Sunarto, 2018, Penegakan Hukum dan Penyelesaian Konflik Sosial Masyarakat, Bandar
Lampung: Aura, hlm. 88
12
Nenden Rilla Artistiana, 2019, Mengikis Mental Koruptor Sejak Dini: Penerbit Duta, hlm. 13
8
2) Opportunities (Kesempatan)
3) Needs (Kebutuhan)
Korupsi bisa muncul karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Ketika nilai kejujuran tidak ditanamkan di dalam diri maka desakan kebutuhan
4) Exposures (Pengungkapan)
Penegakan hukum yang lemah dapat membuat para koruptor bebas melancarkan
13
Ibid, hlm. 13
14
Ibid, hlm. 14
15
Ibid, hlm. 14
16
Ibid, hlm. 15
9
Pengertian modus operandi (MO) dalam lingkup kejahatan yaitu operasi cara atau
teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam melakukan kejahatannya.17
Menurut Hazelwood dan Burgess, modus operandi memiliki tiga tujuan utama
yaitu:18
c. Teori Penyidikan
(KUHAP) adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
cara untuk mengumpulkan bukti-bukti awal untuk mencari tersangka yang diduga
17
Alfitra, 2014, Modus Operandi Pidana Khusus Di Luar KUHP (Jakarta: RAS/Penebar), hlm.37.
18
Robert D Keppel and William J. Birnes, 2009, Serial violence: analysis of Modus Operandi and
Signature Characteristics of Killers, Boca Raton: CRC Press USA, hlm. 5.
19
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51a4a954b6d2d/soalpenyelidikan/#:~:text=
Pasal%201%20angka%202%20KUHAP,terjadi%20dan%20guna%20menemukan
%20tersangkanya.%E2%80%9D diakses pada 17 November 2020 Pukul 10.48 WIB.
10
melakukan tindak pidana dan saksi-saksi yang mengetahui tentang tindak pidana
tersebut.
Proses penyelidikan lebih menekankan pada tata cara guna mencari dan
menemukan sesuatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana.
mencari serta mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat
2. Konseptual
kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan diteliti dan/atau
penjahat.22
tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana oleh peraturan-
20
M.Yahya Harahap, 2008, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 109.
21
Soekanto, Op.Cit, hlm.132.
22
R. Soesilo, 1980, Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminil, Bandung: Karya Nusantara,
Bandung, hlm 98.
11
d. Surat Izin Mengemudi adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan
sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan trampil
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
maka skripsi disusun dalam 5 (lima) Bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
I. PENDAHULUAN
23
Tri Andrisman, 2009, Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, Universitas Lampung, hlm. 70.
24
Adami Chazawi, 2014, Tindak Pidana Pemalsuan Terhadap Pemalsuan, Jakarta: Raja Grafindo,
hlm. 3.
25
https://www.polri.go.id/layanan-sim diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 00.17 WIB.
12
Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan
umum tentang tindak pidana. modus operandi, tindak pidana pemalsuan, Surat
Izin Mengemudi.
Berisi tentang penjelesan dan pembahasan mengenai permasalahan yang ada yaitu
V. PENUTUP
Pada bagian ini berisikan simpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian dan
dan pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian skripsi ini.
13
1. Pengertian Penyidik
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
a. Penyidik kepolisian untuk semua perkara tindak pidana umum. Dalam KUHAP
dan pengangkatan,yaitu:
(2) atau yang berpangkat bintara dibawah pembantu letnan dua apabila
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b KUHAP,
yaitu pegawai negeri sipil yang mempunyai fungsi dan wewenang sebagai
dimiliki oleh pejabat pegawai negeri sipil hanya terbatas sepanjang yang
khusus itu. Hal ini sesuai dengan pembatasan wewenang yang disebutkan
dalam Pasal 7 ayat (2) KUHAP yang berbunyi: “Penyidik pegawai negeri sipil
penyidik Polri.
27
M. Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan
Penuntutan, cet VII, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 111-112.
16
1) Korupsi;
2. Pengertian Penyidikan
yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak pidana
dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi, maka saat itulah
suatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan
pada penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada tindakan mencari serta
sebagai berikut:
hukum yang bersifat pembatasan dan penegakan hak-hak warga negara, bertujuan
umum agar terpelihara dan terciptanya situasi keamanan dan ketertiban, oleh
karna penyidikan tindak pidana juga merupakan bagian dari penegakan hukum
yang berlaku.28
pada praktiknya, sekarang ini terhadap beberapa tindak pidana tertentu ada
penyidik-penyidik yang tidak disebutkan di dalam KUHAP. Untuk itu pada bagian
ini akan dipaparkan siapa sajakah penyidik yang disebutkan di dalam KUHAP dan
siapa saja yang juga yang merupakan peyidik namun tidak tercantum di dalam
28
Mahrizal Afriado,”Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana Oleh Kepolisian
Terhadap Laporan Masyarakat Di Polisi,” Sektor Lima Puluh.Vol.III. No.2.JOM Tahun 2016.
18
berwenang antaralain:
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dalam bahasa Indonesia, untuk istilah
umpamanya saja dapat dikatakan sebagai perbuatan yang dapat atau boleh
Moeljatno, perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu.29
Moeljatno berpendapat bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu
aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana, asal saja dalam pidana itu
29
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2004, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya
Paramita, hlm. 54.
20
diingat bahwa larangan tersebut ditujukan pada perbuatannya yaitu suatu keadaan
bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan”.
Tindak pidana adalah pelanggaran norma- norma dalam bidang hukum lain, yaitu
hukum perdata, hukum ketatanegaraan, dan tata usaha pemerintah, yang oleh
sifat yang ada dalam setiap tindak pidana adalah sifat melanggar hukum
melanggar hukum.31
Berdasarkan pendapat di atas maka paling tepat digunakan adalah istilah “tindak
pidana” karena mengandung istilah yang tepat dan jelas sebagai istilah hukum,
Menurut Lamintang, tindak pidana dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan
30
Ibid, hlm. 56.
31
Wiryono Prodjodikoro, 2003, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung: PT. Refika
Aditama, hlm. 1.
21
Unsur-unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau
yang berhubungan pada diri si pelaku dan termasuk kedalamnya yaitu segala
monistis dan menurut aliran dualistis. Berikut pandangan para sarjana kedua aliran
tersebut:
32
P.A.F Lamintang, 1990, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet 2, Bandung: Sinar Baru,
hlm. 184-184.
33
Ibid, hlm. 184.
22
a) D. Simons
adalah:
(1) Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan);
(2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);
(3) Melawan hukum (onrechtmatig);
(4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld verband staand);
(5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar
person).
(3) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan- perbuatan itu
seperi dalam Pasal 281 KUHP sifat “openbaar” atau “dimuka umum”.
(2) Adanya kesalahan (dolus dan culpa). Perbuatan harus dilakukan dengan
34
Sudarto, 1975, Hukum Pidana I A dan I B, Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman, hlm. 32.
23
b) Van Hamel
Dua pendapat sarjana di atas dapat mewakili pendapat aliran monistis. Dari
pendapat para sarjana yang beraliran monistis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1) Moeljatno
ada unsur-unsur:
Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang tersimpul dalam
Pasal 1 ayat (1) KUHP. Syarat materiil pun harus ada pula, karena perbuatan itu
harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak
35
Ibid, hlm. 33.
36
Ibid., hlm 27.
24
boleh atau tidak patut dilakukan, oleh karena itu bertentangan dengan atau
2) W.P.J. Pompe
Menurut hukum positif strafbaar feit adalah tidak lain dari feit yang diancam
yang bersifat melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana.
Dengan demikian pandangan sarjana yang beraliran dualistis ini ada pemisahan
antara criminal act dan criminal responsibility. Menurut Soedarto kedua pendirian
itu, baik aliran monistis maupun aliran dualistis, tidak mempunyai perbedaan yang
pendirian itu secara konsekuen, agar tidak terjadi kekacauan pengertian. Bagi
harus dapat dipidana, sedangkan bagi yang berpandangan dualistis, sama sekali
belum mencukupi syarat untuk dipidana karena masih harus disertai syarat
pertanggungjawaban pidana yang harus ada pada si pembuat atau pelaku pidana.
Jadi menurut pandangan dualistis, semua syarat yang diperlukan untuk pengenaan
37
Ibid., hlm.28
38
Ibid.,
25
Awalnya para ahli hukum membagi jenis tindak pidana ke dalam apa yang disebut
sendiri membagi tindak pidana menjadi dua yaitu kejahatan (misdijven) dan
pelanggaran (overtredingen).
a) Delik formil adalah delik yang dianggap telah selesai dengan hukuman
39
P.A.F Lamintang, Op. Cit. hlm. 200.
26
sebagainya.40
yang diatur dalam Pasal 187, 197, 245, 263, 310, 338 KUHP.
b) Delik culpa, yaitu delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu
yang diatur dalam Pasal 195, 197, 201, 203, 231 ayat (4), 395 dan 360
KUHP.41
perommissinis commissa;
41
Sudarto, Op. Cit,. hlm. 34.
27
a) Delik tunggal, yaitu delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu
kali, atau delik-delik yang pelakunya sudah dapat dihukum dengan satu
Aflopende delicten adalah delik-delik yang terdiri dari satu atau lebih
delicten adalah delik-delik yang terdiri sendiri dari satu atau lebih tindakan
42
Ibid
43
P.A.F Lamintang, Op. Cit. hlm. 205.
44
Ibid., hlm. 206.
28
Pasal 124 ayat (2) angka 4, 228 dan 261 ayat (1) KUHP. Sedangkan contoh
aflopend delict terdapat dalam Pasal 279 ayat (1) dan Pasal 453 KUHP.45
7) Delik aduan dan delik biasa (klacht delicten dan gewone delicten);
Delik aduan, yaitu delik yang hanya dapat dituntut karena adanya
pengaduan dari pihak yang dirugikan. Misalnya delik yang diatur dalam
Pasal 310 KUHP dan seterusnya tentang penghinaan, Pasal 284 tentang
atas delik aduan absolut dan delik aduan relatif. Delik aduan absolute
misalnya delik yang diatur dalam Pasal 284, 310, 332 KUHP. Delik aduan
relatif misalnya delik yang diatur dalam Pasal 367 KUHP tentang pencurian
46
Ibid., hlm.207
29
diperingan.47
C. Modus Operandi
Kosa kata MO tersebut sering digunakan di koran-koran atau televisi jika ada
berita kejahatan. Modus operandi adalah modus yang digunakan oleh penjahat
dipakai, akan tetapi mereka itu dalam operasinya biasanya memakai cara-cara
“The term modus operandi is used to encapsulate all of the behaviors that are
requisite to a particular offender successfully perpetrating a crime. it
47
Ibid., hlm.216
48
Bryan A. Garner, 2004, Black’s Law Dictionary, United States of America: West Publishing,
hlm. 1095.
30
kepala polisi di West Riding Yorkshire, England. Dia membuat arsip mengenai
MO di Scotland Yard pada tahun 1896 yang mencatat mengenai metode dari
berbagai kejahatan yang dapat dilacak dari distrik ke distrik. Dia membangun 10
MO dari satu pelaku hanya berlaku selama tiga sampai empat bulan sebelum
mulai berubah atau berkembang. Hal ini diakibatkan oleh pengalaman pelaku
melalui penahanan, liputan media tentang kejahatan serupa, publikasi atau alat
49
Robert D Keppel and William J. Op.Cit, hlm. 4.
50
Ibid., hlm. 2-3.
31
Pemalsuan surat diatur dalam Bab XII Buku II Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dari Pasal 263 sampai dengan Pasal 276, yang dapat dibedakan
1. Pemalsuan surat pada umumnya yang bentuk pokok pemalsuan surat sesuai
dengan Pasal 263 KUHP. Bagi yang mempergunakan surat palsu atau yang
dipalsukan kalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan kerugian maka
dapat dipidana dengan pidana penjara yang sama dengan si pembuat surat
palsu itu.
2. Pemalsuan surat yang diperberat seperti dalam surat akte otentik, surat utang
dari suatu negara atau dari lembaga umum, surat kredit atau surat dagang
sebagaimana diatur dalam Pasal 264 KUHP.
3. Menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam surat resmi (akte) tentang
hal yang kebenarannya harus dinyatakan dalam akte itu, sebagaimana tersebut
di dalam Pasal 266 KUHP.
4. Pemalsuan surat keterangan Dokter tentang adanya suatu penyakit, cacat, dan
pemalsuan surat keterangan palsu tentang adanya atau tidak adanya penyakit
dengan maksud untuk memperdayakan kekuasaan umum atau penanggung
asuransi, sebagaimana diatur dalam Pasal 267 Surat terkandung arti atau makna
tertentu dari sebuah pikiran, yang kebenarannya harus dilindungi. Perlindungan
terhadap tindak pidana/kejahatan pemalsuan surat kendaraan bermotor ini
adalah Surat terkandung arti atau makna tertentu dari sebuah pikiran, yang
kebenarannya harus dilindungi. Perlindungan terhadap tindak pidana/kejahatan
pemalsuan surat kendaraan bermotor ini adalah Surat terkandung arti atau
makna tertentu dari sebuah pikiran, yang kebenarannya harus dilindungi.
Perlindungan terhadap tindak pidana/kejahatan pemalsuan surat kendaraan
bermotor ini adalah KUHP dan Pasal 268 KUHP.
5. Pemalsuan surat-surat tertentu seperti surat keterangan kelakuan baik,
kecakapan, surat jalan palsu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh
orang lain memakai surat itu supaya dapat memudahkan urusannya,
sebagaimana diatur di dalam Pasal 269 KUHP, Pasal 270 KUHP, dan Pasal 271
KUHP.
6. Pemalsuan surat keterangan pejabat tentang hak milik atas suatu barang dengan
maksud untuk memudahkan barang itu dijual atau digadaikan dengan maksud
untuk memperdayai pegawai kehakiman atau polisi tentang asalnya barang itu,
sebagaimana diatur dalam Pasal 274 KUHP
51
Adam Chazawi, Op- Cit, hlm 97
32
Surat adalah suatu lembaran yang diatasnya terdapat tulisan yang terdiri dari
kalimat dan huruf termasuk angka yang mengandung/berisi buah pikiran atau
makna tertentu, yang dapat berupa tulisan dengan tangan, dengan mesin ketik,
printer komputer, dengan mesin cetakan dan dengan alat dan cara apa pun.
Membuat surat palsu (membuat palsu sebuah surat) adalah membuat sebuah surat
yang seluruh atau sebagian isinya palsu. Palsu artinya tidak benar atau
52
Adam Chazawi, 2002, Kejahatan Mengenai Pemalsuan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm
99
53
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulpa, 2001, Kriminologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.
77
33
1. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isi surat tidak sesuai atau
2. Membuat sebuah surat yang seolah-olah surat itu berasal dari orang lain
selain pembuat surat. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan
pemalsuan materiil. Palsunya surat atau tidak benarnya surat terletak pada
Pemalsuan surat dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang mempunyai tujuan
untuk meniru, menciptakan suatu benda yang sifatnya tidak asli lagi atau
surat palsu, pemalsuan surat dapat terjadi terhadap sebagian atau seluruh isi
membuat surat palsu dan memalsu surat, adalah bahwa membuat surat
surat,kemudian dibuat suatu surat yang isinya sebagian atau seluruhnya adalah
bertentangan dengan kebenaran atau palsu. Seluruh tulisan dalam surat itu
dihasilkan oleh perbuatan membuat surat palsu. Surat yang demikian disebut
dengan surat palsu atau surat tidak asli. Isi dan asalnya surat yang tidak benar dari
si pembuat surat palsu, dapat juga tanda tangannya yang tidak benar. Hal ini dapat
1. Membuat dengan meniru tanda tangan seseorang yang tidak ada orangnya,
seperti orang yang telah meninggal dunia atau secara fiktif (dikarang-karang).
34
2. Membuat dengan meniru tanda tangan orang lain baik dengan persetujuannya
ataupun tidak. Tanda tangan yang dimaksud disini adalah termasuk juga tanda
tangan dengan menggunakan cap/ stempel tanda tangan.
3. Perbuatan memalsu surat adalah berupa perbuatan mengubah dengan cara
bagaimanapun oleh orang yang tidak berhak atas sebuah surat yang berakibat
sebagian atau seluruh isinya menjadi lain / berbeda dengan isi surat semula.
Tidak penting apakah dengan perubahan itu lalu isinya menjadi benar ataukah
tidak atau bertentangan dengan kebenaran ataukah tidak, bila perbuatan
mengubah itu dilakukan oleh orang yang tidak berhak, memalsu surat telah
terjadi. Orang yang tidak berhak itu adalah orang selain si pembuat surat.
Perbuatan membuat palsu atau memalsu surat seperti itu dipidana apabila
terkandung maksud untuk:54
SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. SIM yang
dikeluarkan oleh pihak kepolisian telah diakui dan diterima oleh masyarakat dan
SIM juga bisa menjadi barang bukti kuat di depan pengadilan. Pengaturan
Menurut UU LLAJ, SIM terbagi menjadi 2 (dua) bentuk dan golongan yaitu:
54
Eko Adi Susanto.” Pertanggungjawaban Pidana Yang Memakai Surat Palsu Ditinjau Dari Pasal
263 Ayat ( 2) KUHP,” Daulat Hukum, Vol. 1. No. 1 Tahun 2018.
55
Tio Dandi Fasu Dewa,”Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan
Surat Izin Mengemudi (SIM),” Skripsi Universitas Lampung Tahun 2020.
56
Indonesia, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ps.86.
35
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
dan objek yang sedang diteliti yang bersifat teoritis berdasarkan atas
dibahas. Penelitian ini bukanlah memperoleh hasil yang dapat diuji melalui
baik berupa pendapat, sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dan nara
sumber tentang obyek yang diteliti.58 Data primer dalam penelitian dapat
57
Soerjono Soekanto, 1983, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 43.
58
Ibid.
37
pribadi.
Bandar Lampung.
2. Data Sekunder
bahan hukum sekunder yang meliputi buku-buku, hasil penelitian dan karya
ilmiah serta bahan hukum lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah studi pustaka dan studi dokumen. Studi pustaka merupakan suatu teknik
Pada Polresta Bandar Lampung). Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:
Indonesia..
Jalan.
data sekunder mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier. Bahan hukum sekunder berupa bahan pustaka yang berkaitan
dengan objek penelitian buku-buku teks ilmu hukum, teori hukum, sejarah
dalam pertemuan ilmiah yang secara khusus atau umum memiliki relevansi
Bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.59 Bahan hukum tersier
dan lain-lain.
C. Penentuan Narasumber
Jumlah : 2 orang
59
Soerjono Soekanto, Op.Cit. hlm. 52.
40
diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang
kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-
saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu
E. Analisis Data
penelitian ini. Tujuan analisa data ini adalah untuk memperoleh pandangan-
secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Dalam
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis yaitu apa yang
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang
Seiring dengan kemajuan budaya serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi
hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan
Perilaku yang tidak sesuai norma atau dapat disebut sebagai penyelewengan
biasanya oleh masyarakat dicap sebagai suatu pelanggaran dan bahkan sebagai
yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara..61
tersebut dapat goyah bilamana dalam masyarakat tersebut terdapat ancaman yang
kejahatan. Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku
60
Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 1.
61
Ibid.,
43
kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor
keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang
berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku. Maksudnya adalah bahwa
yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari
luar diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor rumah tangga dan
lingkungan.62
seakan-akan asli atau kebenaran tersebut dimilikinya. Karena gambaran ini orang
lain terpedaya dan mempercayai bahwa keadaan yang digambarkan atas barang/
ketidak benaran atau palsu atas sesuatu (obyek), yang sesuatunya itu tampak dari
62
Andi Hamzah, 1986, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 64.
63
H. A. K. Moch Anwar, 1990, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Bandung: Citra Aditya Bakti,
hlm. 130.
44
kertas laminating biasa, saat perekat pada laminating tersebut dibuka ternyata
berisi kertas karton dan stiker berbentuk hologram. Sedangkan, pada dasarnya
bahan pembuatan SIM itu sama dengan bahan pembuatan kartu ATM
(Anjungan Tunai Mandiri). Pemeriksaan berlanjut dengan di bawanya
pengendara yang di curigai menggunakan SIM palsu tersebut ke Kepolisian
Resor Kota Bandar Lampung. Setelah dilakukan pengecakan melalui database
ternyata tanda tangan dan nama Kapolres pada tahun yang tertera pada SIM
tersebut tidak sesuai dan dinyatakan palsu. Melalui pendalaman kasus tersebut
oleh pihak kepolisian, pelaku mengatakan bahwasannya ia diiming-imingi
sebuah SIM tersebut jikalau ia membeli kendaraan bermotor. Dalam
pengembangan kasus tersebut pihak kepolisian mendapatkan 3 (tiga) tersangka.
Pertama, pelaku bernama Akhirudin sebagai pembuat. Kedua, pelaku bernama
Mei Gunarto sebagai distributor atau pencari . Ketiga, pelaku bernama
Firmansyah sebagai pengguna SIM Palsu.”64
Berdasarkan uraian di atas, dapat di ketahui bahwa, para pelaku ini bertindak tidak
sendirian dan menggunakan beberapa cara atau tahapan dalam pemasaran SIM
palsu. Ada beberapa MO yang dijalankan oleh para pelaku pemalsuan SIM ini,
antaralain:
Facebook merupakan salah satu media sosial yang kerap digunakan oleh
kebanyakan orang. Facebook sebagian salah satu situs jejaring sosial yang
didirikan. Hanya dalam kurun waktu 8 tahun semenjak didirikan pada tahun 2004,
laporan dalam internet Worlds Stats, sebuah lembaga statistik indenpenden dari
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
64
Bhirawidha mengatakan bahwa, saat ini, facebook tidak hanya sebagai tempat
untuk berbagi cerita dan foto keluarga. Lebih dari itu, facebook saat ini menjadi
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku atas nama Akhirudin untuk
memasarkan SIM palsu kepada para calon pembeli. Akhirudin mengakui bahwa
Bhirawidha berpendapat bahwa, dalam MOnya kali ini, Akhirudin bersama Mei
Gunarto bekerjasama guna memasarkan SIM palsu tersebut, tugas Mei Gunarto
adalah menjadi kaki tangan pemasaran dengan cara menjual kendaraan roda dua
melalui Mei Gunarto, para korban akan mendapatkan SIM secara percuma. Dalam
pemalsuan SIM ini juga bergerak secara masif ke tempat-tempat strategis seperti
halnya Biro Jasa hingga Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat),
65
http://www.podfeeder.com/teknologi/mengenal-lebih-dalam-mengenai-facebook/ diakses pada
18 November 2020 Pukul 09.32 WIB.
66
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
67
Ibid.,
46
tempat pembuatan SIM serta perpanjangan SIM yang terdapat disekitaran jalan
bahwa hal hal tersebut dilakukan pelaku karena, tempat-tempat seperti Biro Jasa,
Samsat serta mobil pelayanan SIM inilah yang kerap kali di datangi oleh para
calon pemohon pembuatan SIM yang dapat menjadi sasaran para pelaku.
Beberapa MO seperti di atas tidak lain dilakukan oleh para pelaku guna untuk
dari nama, alamat rumah hingga nomor telepon. Hal inilah yang dilakukan oleh
muka bumi ini. Kendati demikian, tak dapat dipungkiri, kesuksesan suatu
rencana tetap ada digenggaman yang maha Esa. Melalui media sosial
aksinya ini karena, pada saat ini facebook melaporkan telah memiliki 2,7 miliar
pengguna aktif bulanan pada kuartalan yang berakhir Juni 2020. Angka ini
68
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190719144302-40-86209/jumlah-pengguna-facebook-
tembus-238-m-di-ri-berapa diakses pada 18 November 2020 Pukul 20.23 WIB.
47
Menurut Erna Dewi, secara normatif dan/atau kepustakaan hukum, belum ada
aksinya, seperti menipu, dan termasuk pemalsuan.69 Hal serupa pula disampaikan
demi kelancaran suatu tindakan baik itu pidana, kejahatan maupun pelanggaran.70
Penulis berpendapat bahwa, dalam hal MO tindak pidana pemalsuan SIM seperti
ini, pihak kepolisian harus dapat dengan teliti, serta harus banyak mengingat
serta menimbang dengan baik, tiap-tiap clue yang didapatkan saat proses
sesuatu. Silogisme yang digunakan oleh para pelaku tindak pidana pastilah
Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa peminat dari
SIM palsu ini tidaklah sedikit, ini dibuktikan dengan pengakuan Akhirudin yang
mengatakan bahwa aksinya ini berjalan 1 (satu) tahun lamanya. Menurut Erna
Dewi, boleh jadi pemalsuan SIM ini disebabkan sulitnya prosedur dan/atau tahap2
69
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung,
tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
70
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
71
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung,
tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
48
SIM sebagaimana yang telah Erna Dewi utarakan, penulis mencoba menganalisis
tentang relevansi teori gone dalam tindak pidana pemalsuan SIM ini, antara lain:
a. Greed (Keserakahan),
Penulis berpendapat bahwa, para pelaku tindak pidana pemalsuan SIM ini
Karena. keserakahan akan membuat seseorang tidak bisa lagi berfikir dengan
jernih yang berujung “gelap mata” demi mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Sama hal nya dengan yang dilakukan oleh pelaku kasus tindak
pidana pemalsuan SIM yang rela melakukan pemalsuan SIM dengan berbagai
cara seperti menscan SIM asli dan mengganti atau mengedit identitas sesuai
Rp 70.000,’.
b. Opportunities (Kesempatan),
Terdapat jargon yang populer terkait faktor kesempatan teori ini yaitu
“Kejahatan terjadi bukan karena ada niat saja, tetapi karena adanya
kesempatan”. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pelaku tindak pidana
aksinya dengan kemampuan yang mumpuni di bidang IT. Selain dari pada itu,
penulis juga berpendapat bahwa, tindak pidana pemalsuan SIM ini timbul oleh
karena adanya kenaikan angka kendaraan bermotor. Hal ini ditujukan sebagai
data penunjang sebagai relevansi dari uraian narasumber dari pihak kepolisian.
Jenis Kendaraan
Roda dua 98.881.267 105.150.082 111.988.683 120.101.047
Roda Empat 13 480 973 14 580 666 15 423 968 16 440 987
Sumber: bps.go.id
roda dua tiap tahunnya mencapai 9.000.000 unit, sedangkan pada roda empat
Erna Dewi berpendapat bahwa, pada era globalisasi seperti ini banyak
Masyarakat selalu berfikir untuk mencari sesuatu yang mudah dan murah.
Analogi sederhana yang dapat penulis paparkan adalah sebagai berikut. Andai
kata pembuatan SIM resmi dikenakan biaya dan tes, sedangkan jika membuat
SIM palsu tidak perlu melalui tes dan hanya membayarkan uang kepada pelaku
c. Needs (Kebutuhan),
dipahami adalah, kebutuhan manusia akan selalu ada akan tetapi alat pemenuh
kebutuhan (uang) yang sering kali tidak ada yang biasa kerap kita sebut
72
Ibid.,
50
tindak pidana pemalsuan SIM ini untuk mengatur kebutuhan hidup nya yang
tinggi, mungkin menjadi salah satu alasan mengapa para pelaku tindak pidana
d. Exposures (Pengungkapan),
Erna Dewi berpendapat bahwa, dalam hal yang terakhir ini peran aparat
SIM. Karena, jika pihak aparat penegak hukum terutama Kepolisian hanya
“menunggu bola” ini akan berakibat fatal dengan tidak adanya keamanan serta
kaji, tak naif rasanya apabila pihak aparat penegak hukum dalam hal ini
hal pengungkapannya baik yang diatur di dalam KUHAP dan UU Polri. Hal
Jasa hingga Samsat. Maka dari itu, pada bagian selanjutnya, penulis akan
73
Ibid.,
51
Hukum berlaku sebagai pengatur dan pelindung bagi siapa saja yang terlibat di
dalamnya. Kedudukan hukum ini bersifat mengikat bagi siapa saja yang berada
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Polri sebagai agen penegak
hukum dan pembina keamanan dan ketertiban masyarakat. Konsepsi tugas, fungsi dan
peran Polri yang bersumber dari landasan yang masih relevan namun masih perlu
1. Perlindungan masyarakat;
2. Penegakan Hukum;
3. Pencegahan pelanggaran hukum;
74
C. S. T Kansil, 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
hlm. 38.
52
tentang Polri, secara gamblang dirumuskan bahwa tugas pokok Polri adalah
dalam rangka kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Dalam ketentuan
Undang-undang tersebut, ada dua hal yang mendasar tugas utama Polri
pada Pasal 13. Dalam ketentuan Pasal 13 ditegaskan bahwa Polri bertugas:
Istilah polisi dan kepolisian mengandung pengertian yang berbeda, istilah Polisi
adalah sebagai organ atau lembaga pemerintahan yang ada dalam negara,
sedangkan kepolisian adalah sebagai organ dan sebagai fungsi, yang pertama
terstruktur dalam organisasi negara. Dan yang kedua dikatakan sebagai fungsi,
yakni tugas dan wewenang serta tanggung jawab lembaga atas kuasa undang-
pelayan masyarakat. Sebagai alat negara kepolisian secara umum memiliki fungsi
75
Sadjijono, 2006, Hukum Kepolisian: Profesionalisme dan Reformasi Polri, (Surabaya: LaksBang
Mediatama, hlm. 56.
53
Erna Dewi berpendapat bahwa, tugas dan fungsi kepolisian ini harus dijalankan
dengan baik agar tujuan kepolisian yang ada di dalam undang-undang dan pasal
produk hukum yang berlaku pada saat ini melalui upaya represif dan juga
Kepolisian dalam hal ini sebagai instansi penegakan hukum memiliki sebagian
1. Penyelidikan
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan dalam Pasal 1
76
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung,
tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
54
melakukan penyelidikan.77
Penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi
lain:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
b. Mencari keterangan dan barang bukti.
c. berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri.
d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.79
dahulu dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan
77
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik--
penyelidik--penyidikan--dan-penyelidikan/#:~:text=Pasal%201%20angka
%205%20KUHAP,dalam%20undang%2Dundang%20ini.%E2%80%9D diakses pada19
November 2020 Pukul 01.26 WIB.
78
Yahya Harahap, 2006, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan Kuhap Penyidikan dan
Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 101.
79
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Ps. 5.
80
Ibid.,
55
tujuan mengumpulkan “bukti permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat
dilakukan tindak lanjut penyidikan. Pada tahapan ini, pihak Satuan Lalu Lintas
bahwasannya temuan kasus ini pertama kali di temukan saat proses razia
kendaraan bermotor oleh pihak Polres Kedaton dan Polresta Bandar Lampung.81
Erna Dewi berpendapat bahwa, dalam kasus semacam ini pelaku yang tertangkap
tangan dapat segera ditahan tanpa adanya surat perintah, dengan ketentuan bahwa
penangkapan harus segera menyerahkan tersangka berserta barang bukti yang ada
pada pihak penyidik, yang akan dilakukan oleh pihak Reskrim Polresta Bandar
Lampung.82
Penulis berpendapat bahwa, dalam hal penemuan kasus seperti ini pihak
razia. Mengapa demikian? Karena, dalam proses razia kendaraan seperti ini,
pihak Kepolisian seolah memiliki “pisau bermata dua”. Maksud dari pisau
a. Melalui razia, pihak Kepolisian dapat menekan angka pelanggaran lalu lintas
b. Melalui razia, pihak Kepolisian dapat langsung menindak para pelaku tindak
pidana. Karena, tak jarang pihak Kepolisian dalam razia kendaraan bermotor
ini menemukan narkoba, senjata tajam (Sajam) hingga senapan api (Senpi)
82
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung,
tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
56
2. Penyidikan
Guna mengetahui mengetahui tentang penyidik dapat kita jumpai dalam Pasal 1
KUHAP, bahwa yang dimaksud penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang
bahwa di dalam Pasal 1 ayat (1) KUHAP mendalilkan bahwa penyidik adalah:
serangkaian tindak penyidikan dalam dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
ini membuat terang tentang pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka.
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
i. Mengadakan penghentian penyidikan.
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
harus bekerja secara profesional sesuai dengan ketentuan yang ada, kemudian
57
atau setelah pihak polisi menerima laporan atau informasi tentang adanya suatu
tindak pidana. Dalam hal ini seorang penyidik salah satunya melakukan introgasi
kepada pelaku dan juga kepada saksi guna menemukan ada atau tidaknya pelaku
lainnya yang ikut serta dalam tindak kejahatan ini, kemudian juga untuk
menemukan titik terang dalam tindak pidana ini serta mencari dan mengumpulkan
Erna Dewi berpendapat bahwa, dalam tahapan melakukan proses hukum salah
satunya yaitu tahap penyidikan seorang polisi harus memiliki kualitas, kualitas
yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
yaitu polisi harus memiliki keahlian dan strategi-strategi khusus dalam hal ini
tidak boleh sembarangan karena dalam proses penyidikan ini polisi akan mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu akan membuat terang tentang
Secara formal dan prosedural, suatu proses penyidikan dikatakan telah mulai
laporan atau informasi tentang adanya suatu tindak pidana dan telah memeriksa
laporan dan informasi tersebut dengan cermat, cepat dan teliti. Hal ini menjaga
agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dari pihak kepolisian, dari pihak
83
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
84
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung,
tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
58
harus bersemangat dan bertindak cepat, mengingat tiap saat ingatan para saksi
makin berkurang, makin lama bekas-bekas kejahatan akan hilang, setiap saat
Kecepatan adalah tuntutan taktis pertama bagi pemeriksa perkara, akan tetapi
sebagai dasar bagi para penyidik melakukan penyidikan yang sesuai dalam
KUHAP dan di luar KUHAP. Berikut strategi yang diterapkan dan sesuai dalam
85
Hamrad Hamid dan Harun M Husein, 1997, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang
Penyidikan. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 36.
86
Firganefi dan Ahmad Irzal Fardiansyah, 2014, Hukum dan Kriminalistik. (Bandar Lampung:
Justice Publisher Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Lampung, hlm.13.
59
bahwa diduga telah terjadi sebuah tindak pidana. Laporan dari masyarakat
merupakan langkah awal yang baik dan sangat berguna bagi pihak Kepolisian.87
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau
telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. 88 Erna Dewi
berpendapat bahwa, setelah menduga telah terjadinya tindak pidana maka yang
diatur pada Pasal 1 Butir 17 Peraturan Kepolisian Nomor 14 Tahun 2018 tentang
Perlu dipahami, untuk melaporkan suatu dugaan telah terjadi tindak pidana, maka
1) Menurut Pasal 103 Ayat (1), (2) dan (3) jo. Pasal 108 Ayat (3), (4) dan (5)
KUHAP, bahwa:
a) Laporan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor.
b) Laporan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyelidik dan
ditandatangani oleh pelapor dan penyelidik.
c) Dalam hal pelapor tidak dapat menulis, hal itu harus disebutkan sebagai
catatan dalam laporan tersebut.
d) Setelah menerima laporan, penyelidik atau penyidik harus memberikan
tanda penerimaan laporan kepada yang bersangkutan.
87
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
88
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, UU No.8 Tahun 1981, LN No. 76
Tahun 1981, TLN No.3209, Ps. 1 Butir 24.
89
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung,
tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
60
2) Hal yang dilaporkan secara lisan oleh pelapor harus dicatat oleh penyelidik,
dan setelah selesai dicatat oleh penyidik, kemudian dibacakan kembali oleh
Penyidik atau disuruh baca kepada si pelapor, dan setelah itu si pelapor setujui
dan tidak ada hal-hal yang perlu diperbaiki/keberatan, maka segera
ditandatangani laporan itu oleh si pelapor dan penyelidik. (Pasal 108 ayat (4)
KUHAP).
3) Apabila si pelapor tidak dapat menulis, maka laporan si pelapor dicatat oleh
penyidik kemudian dibacakan kembali, dan hal itu harus disebutkan sebagai
catatan dalam laporan tersebut. (Pasal 103 Ayat (3) KUHAP), dan proses
selanjutnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 103 Ayat (2) KUHAP jo. Pasal
108 Ayat (6) KUHAP.
4) Dengan laporan secara tertulis (Pasal 103 Ayat (1) jo Pasal 108 Ayat (1) dan (4)
KUHAP).
5) Untuk itu Penyidik wajib memberikan surat tanda tarima penerimaan laporan
kepada pelapor. (Pasal 103 Ayat (2) KUHAP jo. Pasal 108 Ayat (6) KUHAP).90
lingkungan agar tetap dalam keadaan aman. Oleh karenanya, kita yang sudah
pidana kepada pihak berwenang bilamana terdapat dugaan telah terjadi tindak
pidana. Terdapat jerat pidana bilamana seseorang yang mengetahui bahwa ada
dugaan telah terjadinya tindak pidana. Mengenai setiap orang yang mengetahui
90
Andi Sofyan, 2012, Hukum Acara Pidana Suatui Pengantar, (Yogyakarta: Rangkang Education,
hlm. 80-81.
91
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt504d52481c208/bagaimana-prosedur-
melaporkan-tindak-kejahatan-di-kepolisian-apakah-gratis-atau-harus-membayar-/#_ftn1 diakses
pada 19 November 2020 Pukul 01.28 WIB.
61
adanya niat untuk melakukan suatu tindak pidana, hal ini diatur dalam Pasal 165
KUHP, yaitu: 92
“Barang siapa mengetahui ada niat untuk melakukan salah satu kejahatan
berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107 dan 108, 110–113, dan 115–129 dan 131
atau ada niat untuk lari dari tentara dalam masa perang, untuk desersi, untuk
membunuh dengan rencana, untuk menculik atau memperkosa atau mengetahui
adanya niat untuk melakukan kejahatan tersebut dalam bab VII dalam kitab
undang-undang ini, sepanjang kejahatan itu membahayakan nyawa orang atau
untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 224, 228, 250 atau
salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 264 dan 275 sepanjang mengenai
surat kredit yang diperuntukan bagi peredaran, sedang masih ada waktu untuk
mencegah kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak segera memberitahukan hal itu
kepada pejabat kehakiman atau kepolisian atau kepada orang yang terancam oleh
kejahatan itu, dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan, dengan pidana paling
lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.“
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa menjadi kewajiban bagi setiap
orang untuk melaporkan kepada polisi, jika mengetahui terjadinya suatu tindak
kejahatan, walaupun dalam Pasal 165 KUHP tersebut hanya disebutkan beberapa
pasal tindak kejahatan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya
suatu tindak kejahatan, karena jika tidak diberitahukan segera maka orang tersebut
kejahatan.93 Dalam kasus pemalsuan SIM ini, Bhirawidha mengatakan bahwa, ini
semua hasil temuan murni pihak Satlantas Polresta Bandar Lampung di lapangan.
93
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f8d988d2e4f3/apakah-saksi-yang-
mengetahui-tindak-pidana-dapat-di-kenakan-ancaman-hukuman/ diakses pada 19 November 2020
Pukul 01.29 WIB.
62
anggota Kepolisian, sangat jarang sekali ditemukan adanya tindak pidana yang
dilakukan hanya oleh satu orang saja. Oleh karena itu, pihak Reskrim Polresta
hasil dari suatu kejahatan. Hal ini bertujuan guna pengumpulan data-data dari tiap
tindak pidana, supaya pihak Satreskrim tidak perlu bersusah payah untuk
menyelidiki dimana barang hasil kejatan ini akan di jual atau mungkin di
pasarkan.94
Bhirawidha berpendapat bahwa, kasus pemalsuan SIM ini mulai terungkap saat
dilakukan oleh pihak Polsek Kedaton dan Polresta Bandar Lampung. Mulanya,
pihak Reskrim hanya memiliki satu tersangka, tetapi dengan proses pemeriksaan
yang intensif dan berbagai macam strategi pengolahan kata. Akhirnya pihak
94
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
63
orang lain di belakang SIM palsu yang dibawa oleh Firmansyah ini.95
Pada mulanya, Akhirudin beserta Mei Gunarto ditetapkan sebagai saksi pada
kasus Pemalsuan SIM kali ini sebelum akhirnya ditetapkan sebagai tersangka
penipuan ini. Pada dasarnya, supaya panggilan yang dilakukan aparat penegak
hukum pada semua tingkat pemeriksaan dapat dianggap sah dan sempurna, harus
pada tingkat penyidikan diatur dalam Pasal 112, Pasal 119, dan Pasal 227
KUHAP.96
untuk apa dia dipanggil, apakah sebagai tersangka, saksi, atau ahli.
penyidik. Memang cap jabatan stempel bukan mutlak, yang mutlak adalah
tanda tangan pejabat penyidik sesuai dengan Pasal 112 Ayat (1).97
95
Ibid.,
Yahya Harahap , 2009, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan
96
97
Ibid., hlm. 126-127.
64
berikut:
Menyatakan Pasal 1 Angka 26 dan Angka 27, Pasal 65, Pasal 116 Ayat (3) dan
Ayat (4), serta Pasal 184 Ayat (1) huruf a KUHAP bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
pengertian saksi dalam Pasal 1 Angka 26 dan Angka 27, Pasal 65, Pasal 116 Ayat
(3) dan Ayat (4), serta Pasal 184 Ayat (1) huruf a KUHAP, tidak dimaknai
termasuk pula “orang yang dapat memberikan keterangan dalam rangka
penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang tidak selalu ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”.
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri, juga setiap orang yang punya pengetahuan yang
pengetahuannya itu demikian yang diatur dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP jo.
Putusan MK 65/PUU-VIII/2010.
ancaman hukuman bagi orang yang menolak panggilan sebagai saksi diatur dalam
“Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-
undang yang harus dipenuhinya, diancam:
1) dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
65
2) dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.”
baru dapaat dikenakan tuntutan pidana sesuai dengan Pasal 224 Ayat (1), jika ia
hanya lupa atau segan untuk datang saja, maka ia dikenakan Pasal 522 KUHP.
Surat panggilan tersangka diatur dalam Pasal 112 Ayat (1) KUHAP. Berdasarkan
dan saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat panggilan yang sah
dan hari seorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut. Dalam penjelasan
Pasal 112 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa surat panggilan yang sah adalah
ketentuan Pasal 109 KUHAP, yaitu hal penyidik telah mulai melakukan
memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, maka dengan telah dimulainya
Jeane Rompas, “Tempat Pemeriksaan Tersangka Menurut Pasal 112 dan Pasal 113 Kitab
98
pelaku. Setelah ketiganya selesai diperiksa dalam ruangan yang berbeda, ketiga
pelaku ini dikumpulkan pada satu ruangan dan di berikan pertanyaan kembali, hal
ini berfungsi supaya tidak adanya tekanan batin atau “rasa tidak enak” antar para
penyidik.100
Erna Dewi berpendapat bahwa, dalam tataran ilmu hukum pidana tidak ada
perbedaan yang tertulis secara konkret di dalam KUHP. Walaupun begitu, pihak
Kepolisian harus lebih berfikir aktif untuk menentukan berbagai aspek, mulai dari
tata cara penyidikan yang tidak boleh menggunakan kekerasan serta penentuan
pasal yang dijerat, jangan sampai ini semua berujung dengan keadaan yang
Sebagai contoh cara-cara kejahatan penyiksaan pada saat penyidikan saat ini
seperti yang termuat dalam laporan 6.700 halaman yang dirilis Komite Intelijen
Senat AS, berikut 13 teknik penyiksaan yang dilakukan para agen CIA (Central
99
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
100
Ibid.,
101
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas
Lampung, tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
67
antaralain:
1) Tampar perut.
2) Meraih kerah.
3) Mengisolasi tahanan.
4) Manipulasi diet.
5) Tekan wajah.
6) Tampar wajah.
7) Ditelanjangi.
8) Membuat stres.
9) Kurang tidur.
10) Berdiri di dinding.
11) Membanting tahanan.
12) Waterboarding.
13) Ditelanjangi dan diguyur air.102
Erna Dewi berpendapat bahwa, dalam proses penyidikan kasus pemalsuan SIM
dapat digunakan teori hukum progresif, tetapi yang harus dipahami bahwasannya
tidak selamanya teori ini bisa digunakan. Teori hukum progresif sifatnya
mengesampingkan aturan tertulis tetapi aturan tetap harus tercapai. Teori ini dapat
terhadap penerapan sistem hukum di Indonesia yang selalu statis, koruptif, dan
Maroni, 2013, Wajah Hak Asasi Manusia Dalam Peradilan Pidana, Bandar Lampung: Aura
102
103
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas
Lampung, tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
68
normatifitas dan sistem yang ada tanpa ada usaha untuk melihat aneka kelemahan
ada usaha untuk melakukan perbaikan, yang ada hanya menjalankan hukum
Mempertahankan status quo dalam kondisi tersebut akan makin bersifat jahat
sekaligus bertahan dalam situasi korup dan dekaden dalam sistem yang nyata-
nyata memiliki kelemahan. Status quo juga bertahan salah satu alasannya karena
doktrin otonomi hukum, padahal dalam diri hukum sesungguhnya juga benteng
obyektif. Pandangan dan pendekatan yang dipraktekkan dalam sistem rule of law
Penulis berpendapat bahwa, dalam proses penegakan hukum secara luas maupun
hanya dalam lingkup penyidikan sekalipun, pihak Kepolisian harus memahi ajaran
104
Satjipto Rahardjo, 2006, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm.
114.
105
Bernard L. Tanya, dkk, 2010, Teori Hukum : Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing, hlm. 204-204
69
hukum progresif seperti ini. Supaya kesejahteraan masyarakat makin nampak jelas
esensi hukum yang pasti, antara keadilan atau sebuah kepastian hukum.
hanyalah untuk menemukan barang bukti dan pasal yang dapat dijerat pada para
pelaku tindak pidana pemalsuan SIM ini. Berdasarkan hasil dari penyidikan kasus
barang bukti berupa, sebuah SIM palsu, Alat Scan beserta Alat Print. Sedangkan
untuk pasal yang dikenakan untuk ketiga pelaku ini ialah Pasal 263 KUHP tentang
pemalsuan surat.106 Terkait penentuan pasal, Pasal 263 KUHP pula disebutkan
oleh Erna Dewi sebagai pasal yang sesuai dengan kasus pemalsuan SIM di
Pada hakekatnya tiap-tiap perbuatan pidana harus terdiri atas unsur-unsur lahir
oleh karena perbuatan, yang mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan
karenanya, adalah suatu kejadian dalam alam lahir yaitu, kelakuan dan akibat
(perbuatan); hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, yaitu
mengenai diri orang yang melakukan perbuatan dan yang mengenai di luar diri si
pembuat, karena adanya hukum tambahan atau disebut juga dengan unsur-unsur
yang memberatkan pidana; serta unsur melawan hukum yang objektif; dan unsur
melawan hukum subjektif.108 Suatu tindak pidana atau perbuatan pidana itu juga
107
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas
Lampung, tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
108
Muhammad Helmi, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pembunuhan Sebagai
Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia,” 98 Muzahib, Vol XIV, No. 1 2015
109
Satochid Kartanegara, 2007, Hukum Pidana Bagian Satu, Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa,
2007, hlm. 184-186.
71
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan menjabarkan terkait unsur obyek
dan unsur subyektif pada Pasal 263 KUHP. Adapun unsur-unsur dalam pasal
tersebut ialah:
1) Unsur perbuatan yang tertera pada Ayat (1) menjelaskan yang pertama adalah
membuat surat palsu dan memalsukan surat. Dalam kasus pemalsuan SIM di
dibawa oleh pelaku dan tertangkap tangan pada saat dilakukannya razia.
2) Unsur objeknya yakni surat yang memiliki sifat menimbulkan sesuatu hak,
daripada sesuatu hal. Sebelum kita mengkaji prihal apakah terdapat unsur yang
kedua ini pada kasus pemalsuan SIM di Bandar Lampung, mari kita lihat
bermotor di jalan wajib memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor
72
dasar tersebut sudah menimbulkan suatu hak serta menjadi suatu bukti daripada
sesuatu. Dari uraian singkat ini pelaku sudah jelas memenuhi unsur obyektif
yang kedua
Memalsu surat: mengubah surat sedemikian rupa sehingga isinya menjadi lain
dari isi yang asli. Caranya bermacam-macam, tidak senantiasa surat itu diganti
dengan yang lain, dapat pula dengan cara mengurangkan, menambah atau
kepada orang lain yang harus mempergunakan lebih lanjut atau menyerahkan
surat itu ditempat dimana surat tersebut harus dibutuhkan. Dalam hal ini
menggunakan surat palsu inipun harus dibuktikan, bahwa orang itu bertindak
seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, demikian pula perbuatan itu harus
dapat mendatangkan kerugian. Supaya dapat dihukum menurut pasal ini, maka
pada waktu pemalsuan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau
suruh orang lain menggunakan surat itu seolah-olah asli dan tidak palsu. Dengan
.
Indonesia, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 77
110
Ibid., Ps. 86.
111
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt54866ed0ddc09/melamar-pekerjaan-
dengan-memakai-ijazah-orang-lain. diakses pada 19 November 2020 pukul 01.31 WIB.
112
Eko Adi, Op.Cit.,
73
Erna Dewi berpendapat, selain dapat dijerat Pasal 263 KUHP, para pelaku
pemalsuan SIM ini dapat juga dijerat dengan Pasal 378 KUHP. Maka dari itu,
penulis akan memaparkan kembali unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP, yaitu:
“Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”
Moh. Anwar yang menyatakan bahwa dalam Pasal 378 KUHP terdapat unsur-
113
Moch Anwar, 1989, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II) jilid I, (Bandung: Citra
Aditya Bhakti, hlm 86.
74
Bhirawidha berpendapat bahwa strategi penyidikan yang tertera dalam KUHP dan
UU Polri sudah sangat baik dan sesuai untuk mengungkapkan suatu tindak pidana,
tetapi harus tetap mencari bahkan menggunakan beberapa strategi di luar KUHP,
yang dimana strategi tersebut harus berlandaskan nilai serta norma yang berlaku
dan yang tak kalah penting harus tetap sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP). Adapun strategi penyidikan di luar KUHP dan UU Polri akan
sebagai berikut:
Erna Dewi berpendapat bahwa, pendalaman motif pelaku kejahatan sangat baik
dilakukan secara intens karena strategi semacam ini merupakan titik awal pihak
penegak hukum dalam hal ini Kepolisian mengetahui alasan terjadinya tindak
pidana. Motif pelaku dalam tataran ilmu hukum pidana biasa disebut dengan
Bhirawidha berpendapat bahwa, motif pelaku tindak pidana pemalsuan SIM ini
b. Motif Intelektual, yang mana pada motif ini kejahatan yang dilakukan hanya
untuk kepuasan pribadi dan menunjukkan bahwa dirinya telah mampu untuk
114
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas
Lampung, tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
75
dengan aksi Akhirudin yang mengerjakan pesanan SIM palsu di rumah dengan
c. Motif Ekonomi, yang mana pada motif ini sebenarnya sudah sangat sering di
dengan oleh pihak Reskrim Polresta Bandar Lampung. Akhirudin, Mei Gunarto
Penulis berpendapat bahwa tak jarang tindak pidana yang dilakukan oleh
contoh, tindak pidana pencurian sepeda motor yang mulai marak kembali di
Wilayah hukum Polresta Bandar Lampung saat ini, merupakan tindak pidana
hanya sendiri, pastilah sudah ada pelaku itu ketahui bahwa ada seorang “penadah”
dari hasil curian itu. Oleh karena itu, pelaku beraksi walaupun hanya seorang diri.
Erna Dewi berpendapat bahwa, bagi para penadah dapat dikenakan Pasal 480
115
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
76
Timbul sebuah pertanyaan, bagaimana jika seseorang pembeli suatu barang hasil
kejahatan, tidak mengetahui bahwa barang beliannya itu merupakan hasil dari
sebuah kejahatan. Perlu diingat, untuk mengetahui seseorang dapat dijerat Pasal
480 KUHP ini atau tidak, tentu dilihat kembali apakah perbuatan memenuhi
a. yang dinamakan “sekongkol” atau biasa disebut pula “tadah” itu sebenarnya
hanya perbuatan yang disebutkan pada sub 1 dari pasal ini.
b. Perbuatan yang tersebut pada sub 1 dibagi atas dua bagian:
1) membeli, menyewa, menerima tukar, menerima gadai, menerima sebagai
hadiah, atau karena hendak mendapat untung, menjual, menukarkan,
menggadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan barang yang
diketahuinya atau patut disangkanya diperoleh karena kejahatan;
2) menjual, menukarkan, menggadaikan, dsb dengan maksud hendak mendapat
untung barang yang diketahuinya atau patut disangkanya diperoleh karena
kejahatan.
c. Elemen penting pasal ini adalah terdakwa harus mengetahui atau patut dapat
menyangka bahwa barang itu asal dari kejahatan. Di sini terdakwa tidak perlu
tahu dengan pasti asal barang itu dari kejahatan apa (pencurian, penggelapan,
penipuan, pemerasan, uang palsu atau lain-lain), akan tetapi sudah cukup
apabila ia patut dapat menyangka (mengira, mencurigai) bahwa barang itu
bukan barang “terang”.
Untuk membuktikan elemen ini memang sukar, akan tetapi dalam prakteknya
biasanya dapat dilihat dari keadaan atau cara dibelinya barang itu, misalnya
dibeli dengan di bawah harga, dibeli pada waktu malam secara bersembunyi
yang menurut ukuran di tempat itu memang mencurigakan.
d. Barang asal dari kejahatan misalnya berasal dari pencurian, penggelapan,
penipuan, pemalsuan uang, sekongkol, dll.117
116
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Universitas
Lampung, tanggal 12 November 2020 Pukul 10.00 WIB.
117
R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, hlm. 86.
77
dikantakan penadah apabila telah memenuhi segala macam unsur subjektif serta
unsur objektif.
dilakukan, ini semua demi jelasnya suatu tindak pidana serta akar permasalahan.
kejahatan serupa.
digunakan tidak untuk semua kasus, bukan hanya karena sulit mencari seseorang
yang dapat dipercaya melakukan tugas ini, tetapi juga lebih kearah penekanan
bila tindak pidana ringan (tipiring) menggunakan jasa dari informan. Walaupun
strategi ini tidak digunakan dalam proses penyelidikan maupun penyidikan tindak
ilmunya.118
Hasil dari penyidikan kasus tindak pidana pemalsuan SIM C dituangkan dalam
Berita Acara Penyidikan (BAP) dan dijadikan satu berkas dengan surat-surat
118
Hasil Wawancara dengan Bhirawidha selaku Kepolisian bidang Reskrim Polresta Bandar
Lampung, tanggal 10 November 2020 Pukul 10.10 WIB.
78
ahli, dan tersangka, yang bertujuan untuk mendapatkan keterangan saksi, ahli dan
tersangka yang dituangkan dalam BAP, guna membuat terang perkara tindak
pidana pemalsuan SIM C. Sehingga, peran seseorang maupun barang bukti dalam
peristiwa pidana yang terjadi menjadi jelas. Pemeriksaan yang dituangkan dalam
dengan teliti oleh penyidik dalam BAP. Prinsip pencatatan keterangan saksi yaitu
dicatat sesuai kata yang dipergunakan oleh saksi. Berita acara yang berisi
a. Saksi menandatangani BAP setelah lebih dulu isi berita acara tersebut
disetujuinya. Jika saksi pandai membaca ia dipersilahkan membaca seluruh
BAP tersebut. Tetapi kalau dia tidak bisa membaca, tidak ada pilihan lain selain
daripada membacakan berita acara di hadapan saksi oleh penyidik.
b. Undang-undang memberika keleluasaan untuk saksi yang tidak ingin
menandatangani BAP, jika hal ini terjadi penyidik membuat catatan tentang
ketidakmauan itu dalam berita acara. Catatan tersebut berupa penjelasan alasan
yang menjadi sebab saksi menolak membubuhkan tanda tangan dalam berita
acara. Dalam hal saksi tidak mau menandatangani berita acara ia harus
memberi alasan yang kuat.
Jika pada pemeriksaan awal tidak terdapat cukup bukti adanya tindak pidana,
Perintah Penghentian Penyidikan). Namun jika dipandang bukti telah cukup maka
119
Indonesia, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Perkapolri No. 14 Tahun
2012, Psl. 1-2.
120
Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 143.
79
penuntutan.121
Perkara yang sudah diterima oleh JPU (Jaksa Penuntut Umum), namun
seandainya masih dirasa kurang lengkap dan kurang sempurna maka JPU bisa
terkait apa saja hal yang harus dilakukan oleh penyidik supaya berkas tersebut
dapat lengkap dan sempurna. Proses ini disebut dengan istilah prapenuntutan.122
121
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt553621d6ab46b/apakah-penghentian-
penyidikan-harus-dengan-penetapan-tersangka-terlebih-dulu/ diakses pada 19 November 2020
Pukul 0l.34 WIB.
122
Ibid.,
80
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan antara lain:
aplikasi facebook guna pemasaran SIM palsu tersebut. Kedua, para pelaku
B. Saran
2. Diharapkan dalam pihak aparat penegak hukum dalam hal ini Kepolisian,
kembali.
82
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
A.Bryan Garner, 2004, Black’s Law Dictionary, United States of America: West
Publishing.
Ahmad Irzal Fardiansyah dan Firganefi, 2014, Hukum dan Kriminalistik. (Bandar
Lampung: Justice Publisher Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
Ardi Ferdian dan Adami Chazawi, 2014, Tindak Pidana Pemalsuan : Tindak
Pidana yang Menyerang Kepentingan Hukum Terhadap
Kepercayaan Masyarakat mengenai Kebenaran Isi Tulisan dan
Berita yang Disampaikan, Jakarta: Rajawali Pers.
83
Christine S.T. Kansil dan C.S.T. Kansil, 2004, Pokok-pokok Hukum Pidana,
Jakarta, Pradnya Paramita.
Eva Achjani Zulpa dan Topo Santoso, 2001, Kriminologi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hamzah, Andi, 1986, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Kansil C. S. T, 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Kartanegara, Satochid, 2007, Hukum Pidana Bagian Satu, Jakarta: Balai Lektur
Mahasiswa.
L, Bernard. Tanya, dkk, 2010, Teori Hukum : Strategi Tertib Manusia Lintas
Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing.
Maroni, 2013, Wajah Hak Asasi Manusia Dalam Peradilan Pidana, Bandar
Lampung: Aura Publishing.
Moch Anwar, H. A. K., 1990, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Ngani, Nico. 1984, Mengenal Hukum Acara Pidana, Bagian Umum Dan
Penyidikan, Yogyakarta: Liberty.
Rilla, Nenden Artistiana, 2019, Mengikis Mental Koruptor Sejak Dini: Penerbit
Duta.
William J. Birnes and Robert D Keppel, 2009, Serial violence: analysis of Modus
Operandi and Signature Characteristics of Killers, Boca Raton:
CRC Press USA.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. JURNAL/SKRIPSI
Rompas, Jeane, “Tempat Pemeriksaan Tersangka Menurut Pasal 112 dan Pasal
113 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,” Lex
Administratum Volume 5 Tahun 2017.
D. SUMBER LAIN
https://www.lampost.co/berita-tokoh-pendiri-tanggapi-pembekuan-ukm-
mahusa.html
https://www.lampost.co/berita-sim-palsu-dibanderol-rp50-ribu.html
https://lsc.bphn.go.id/konsultasiView?id=1354
86
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51a4a954b6d2d/soalpenyelid
ikan/#:~:text=Pasal%201%20angka%202%20KUHAP,terjadi
%20dan%20guna%20menemukan%20tersangkanya.%E2%80%9D
diakses pada 17 November 2020 Pukul 10.48 WIB.
https://www.polri.go.id/layanan-sim
http://www.podfeeder.com/teknologi/mengenal-lebih-dalam-mengenai-facebook/
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190719144302-40-86209/jumlah-
pengguna-facebook-tembus-238-m-di-ri-berapa.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51a4a954b6d2d/soal-
penyidik--penyelidik--penyidikan--dan-penyelidikan/#:~:text=Pasal
%201%20angka%205%20KUHAP,dalam%20undang%2Dundang
%20ini.%E2%80%9D.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt504d52481c208/bagaimana-
prosedur-melaporkan-tindak-kejahatan-di-kepolisian-apakah-gratis-
atau-harus-membayar-/#_ftn1
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f8d988d2e4f3/apakah-saksi-
yang-mengetahui-tindak-pidana-dapat-di-kenakan-ancaman-
hukuman/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt54866ed0ddc09/melamar-
pekerjaan-dengan-memakai-ijazah-orang-lain.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt553621d6ab46b/apakah-
penghentian-penyidikan-harus-dengan-penetapan-tersangka-
terlebih-dulu/