Anda di halaman 1dari 6

Nama : Herlina Yustika Rahayu

NPM : 193515416076
Program Studi : Administrasi Publik
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi
Kelas : K.02
Dosen : Sukarno Juri Budiono, S.H., M.H.
Muhamad Anwar, S.H., M.H.

Analisa Kasus Korupsi


Kasus 1.
Tindak pidana korupsi oleh mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.
1. Perkara kasus
Najib Razak menjadi tersangka kasus korupsi 1MDB (Malaysia Development
Berhad). 1MDB merupakan lembaga pendanaan pembangunan Negara yang didirikan
ketika Najib Razak masih menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia pada tahun 2009.
1MDB didirikan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi Malaysia. 1MDB dibangun
dengan pendapatan Negara. 1MDB banyak memperoleh aliran dana untuk investasi dan
mendapat pengaruh international yang besar. Namun kecurigaan terhadap 1MDB mulai
muncul pada tahun 2015 karena 1MDB beberapa kali tidak membayar hutangnya pada
bank hingga US$ 11 miliar.
Kasus ini menyeret penyelidikan mandiri oleh Kehakiman AS. Mengingat ada
dana publik Malaysia yang mengalir ke sistem keuangannya. Departemen itu
mengatakan lebih dari US$ 4,5 miliar dicuri dari 1MDB antara 2009-20015 oleh pejabat
tingkat tinggi dan rekanannya. Sebanyak puluhan juta dolar, digunakan anak tiri Najib
bernama Riza Aziz, dan dipakai untuk mendanai The Wolf of Wall Street film yang
dibintangi Leonardo DiCaprio. Ratusan juta juga dipakai Riza, dan Low, untuk membeli
real estate berkelas di Beverly Hills dan New York AS serta London Inggris. Ini juga
termasuk membeli lukisan mahal milik Monet (US$ 35 juta), Van Gogh (US$ 5,5 juta),
bombardier (US$ 35 juta), saham EMI Music Publishing (US$ 100 juta) dan kapal pesiar
(US$ 250 juta).
Dalam 7 tuduhan yang menyangkut Najib Razak termasuk penyalahgunaan
kekuasaan, pencucian uang, dan pelanggaran kepercayaan. Selama hampir 16 bulan,
sejumlah sasksi dan bukti-bukti telah dikumpulkan untuk pengadilan ini sehingga
diketahui bahwa Najib Razak telah melakukan korupsi uang sekitar RM 42juta ringgit
dari SRC International ke rekening pribadinya melalui beberapa perusahaan sebagai
perantara. Aliran dana tersebut telah Najib Razak gunakan untuk berbelanja di toko-
toko mewah, membayar proyek renovasi rumah dan membiayai kegiatan-kegiatan
partai politik dari koalisinya. Najib Razak didakwa memanfaatkan jabatannya untuk
menerima suap karena menyetujui pemerintah senilai miliaran Ringgit dalam bentuk
pinjaman kepada SRC International. Tindakannya ini mengarah pada dakwaan
pelanggaran kepercayaan public dan dakwaan menerima hasil dari aktivitas melanggar
hukum. Polisi menyita lebih dari 500 tas tangan dan 12.000 perhiasan yang diperkirakan
bernilai US $ 270 juta.

2. Pasal yang dikenakan


- Bagian 23 dari Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) tahun 2009 tentang
penyalahgunaan kekuasaan : 12 tahun penjara dan denda RM210 juta
- Pidana Pelanggaran Kepercayaan (CBT) sehubungan dengan tiga dakwaan
berdasarkan 409 KUHP : masing-masing 10 tahun penjara
- Sehubungan dengan ketiga dakwaan berdasarkan Bagian 4 (1) (b), Undang-Undang
Anti Pencucian Uang, Undang-Undang Pendaaan Anti-Terorisme, dan hasil Undang-
Undang Kegiatan Melanggar Hukum : masing-masing 10 tahun penjara

3. Masa hukuman/Putusan
Hakim Mohd Nazlan memerintahkan agar semua hukuman penjara berjalan bersamaan,
yang berarti Najib Razak akan menjalani hukuman penjara selama 12 tahun dan wajib
membayar denda sebesar RM210 juta. Adapun karena sudah memasuki usia 67 tahun,
Najib Razak Rajak dibebaskan dari hukuman cambuk. Putusan ini kemudian membuat
Najib Razak menjadi Perdana Menteri Malaysia pertama yang terbukti melakukan
Tindak Pidana Korupsi

4. Kerugian Negara
Najib Razak telah merugikan Negara sebesar US$4,5 miliar (lebih dari Rp 65 triliun) dari
dana 1 Malaysia Development Berhad (1MDB).

Kasus 2.
Tindak Pidana Korupsi oleh mantan Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, Budi Susanto.
1. Perkara kasus
Agustus 2010, Budi Susanto mengadakan pertemuan dengan Sukotjo
sastronegoro untuk meminta sukotjo bersedia mengerjakan penyediaan barang-barang
untuk pengerjaan pengadaan optimalisasi driving simulator Uji Klinik pengemudi roda
dua sebanyak 1000 unit dan roda empat sebanyak 1000 unit dengan menggunakan dana
penerimaan Negara bukan pajak (PNBP), dan Sukotjo bersedia membantu Budi Susanto
terkait pengadaan tersebut. Namun karena PNBP di korlantas Polri pada tahun 2010
tidak memenuhi target, maka yang terealisasi hanya 100 unit untuk roda dua dan 50
unit untuk roda empat. Kemudian beliau memberikan uang sejumlah Rp. 50 juta kepada
Darsian dan staffnya sebesar Rp. 15 juta. November 1010, Budi Susanto terkait
pengadaan tersebut mengajukan kredit modal kerja (KMK) sebesar RP 101 miliar ke
Bank BNI SKM Jakarta Gunung Sahari menggunakan nama PT CMMA dengan menjamin
surat perintah kerja pengadaan tersebut. 29 Desember 2010, pihak Bank menyetujui
pemberian KMK dengan nilai maksimum sebesar Rp. 100 miliar kepada Budi Susanto
yang kemudian beliau akhirnya ditunjuk sebagai pelaksana dalam pengadaan TA 2011.

Pada Januari 2011 secara bertentangan dengan hukum, produk milik Budi
Susanto sebagai penyedia barang tidak bagus dan sebaiknya spesifikasinya mengacu
Driving Simulator yang ada di singapura. 12 Januari 2011 sebagai tindak lanjut
pemberian KMK RP.100 miliar pihak Bank BNI SKM Jakarta Gunung Sahari
memberitahukan kepada Budi Susanto melalui surat bahawa telah mentransfer uang
sejumlah Rp. 35 miliar ke rekening PT ITI di Bank BNI KLN Cijeruk Bandung dengan
direktur Sukotjo S. Bambang. 13 januari 2011 Budi Susanto meminta Sukotjo membawa
uang sebesar Rp. 2 miliar dengan dibungkus 1 buah kotak kardus ke kantor Korlantas
polri untuk diberikan kepada Djoko Susilo. 14 januari 2011 atas biaya Budi Susanto
berangkat ke Singapore Safety Driving Center (SSDC) untuk melihat contoh alat Driving
Simulator berdasarkan perintah Djoko Susilo. 24 januari 2011 panitia pengadaan
korlantas Polri mengumumkan adanya pelelangan pengadaan Driving Simulator Uji
Klinik pengemudi roda dua TA 2011 dengan HPS Rp.55,3 miliar dan rda empat dengan
HPS Rp. 143.448.000.000 dalam upaya meloloskan PT. CMMA sebagai pemenang lelang
dengan seolah-olah dilakukan pelelangan secara terbuka maka pada akhir bulan januari
2011, Budi Susanto memerintahkan Sukotjo agar menyiapkan perusahaan-perusahaan
yang akan dijadikan sebagai peserta pendamping dalam proses pelelangan tersebut
dengan imbalan Rp. 20 juta untuk mengatur agar PT CMMA menjadi pemenang. 25
februari PT. CMMA menandatangani SPJB pengadaan roda dua senilai RP.
54.453.000.000 untuk 700 unit. 17 maret 2011 dilakukan pencarian dana 100% sebesar
Rp. 48.760.186.364 setelah potongan pajak yang selanjutnya ditransfer ke rekening PT
CCMA padahal pekerjaan pengadaan tersebut belum terealisasikan 100%. Seminggu
setelah pencairan Budi Susanto menitipkan 4 kardus berisi uang Rp. 30 miliar untuk
diberikan kepada Djoko Susilo. Kemudian pertengahan maret Budi Susanto meminta
uang sebesar Rp.1,5 miliar kepada Sukotjo untuk diberikan kepada penanggung jawab
pengadaan sebesar Rp. 50 juta dan anggota tim per Audit sebesar Rp. 1 miliar. Budi
Susanto dalam pelaksanaan pekerjaan Driving Simulator tsb menggelembungkan harga
kontrak dan menyediakan barang yang tidak sesuai spesifikasi teknis sehingga
menyebabkan pengeluaran keuangan Negara yang tidak seharusnya dibayarkan sebesar
Rp. 121.830.768.863,59
Rangkaian perbuatan Budi Susanto telah memperkaya diri selaku Direktur PT
CMMA sebesar RP. 88.446.926.695,- dan memperkaya orang lain atau korporasi yaitu
Djoko Susilo sebesar Rp. 36. 834.278.241,- dan orang-orang yang bersangkutan dalam
memperlanjar pengadaan tsb.

2. Pasal yang dikenakan


- Pasal 2 ayat (1) jo UU Tipikor “setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana penjara dengan
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun paling lama 20
tahun atau denda paling sedikit RP.200 juta dan paling banyak RP1 miliar”.
- UU No.20 tahun 2001 tentang perubahan UU No.31 tahun 1999 tentang
pemberantasan Tindak pidana Korupsi.
- Pasal 55 ayat (1) KUHP, “orang yang turut serta melakukan perbuatan pidana,
dipidana sebagai pelaku tindak pidana. Jadi berdasarkan pasal 55 ayat (1) KUHP,
orang yang turut serta melakukan tindak pidana korupsi juga dipidana dengan
ancaman pidana yang sama dengan pelaku tindak pidana korupsi”.
- Pasal 65 ayat (1) KUHP, “dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus
dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa
kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya
satu pidana”

3. Masa hukuman/Putusan
Masa hukuman yang diterima oleh Budi Susanto adalah pidana penjara 8 tahun dengan
dikurangi masa tahanan, denda Rp500juta dan uang pengganti RP 17.136.912.198,- atau
masa kurungan 2 tahun penjara

4. Kerugian Negara
Kerugian Negara yang disebabkan oleh Budi Susanto sebesar Rp 144.984.207.936,- atau
setidaknya sebesar Rp. 121.830.768.863,59 sebagaiman perhitungan kerugian keuangan
Negara atas pengadaan driwing simulator Uji Klinik pengemudi R-2 dan R-4 TA 2011 di
Kepolisian RI oleh ahli dari BPK RI

Anda mungkin juga menyukai