Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kasus

PERFORASI KOLON SELAMA PROSEDUR BARIUM ENEMA PADA


PASIEN YANG TANPA DIKETAHUI ADANYA PENYAKIT KOLON
Necdet Fatih Yasar and Enver htiyar
Alamat : Departemen Bedah Umum, Eskisehir Osmangazi University Faculty of Medicine, Meselik Campus, 26480 Eskisehir, Turkey

ABSTRAK
Barium enema merupakan tes diagnostik untuk kolon yang aman dan akurat, namun, pada kasus
yang jarang dapat menimbulkan komplikasi seperti perforasi kolon. Dinding kolon dapat
melemah karena disebabkan oleh trauma iatrogenik selama pemberian enema dan atau retensi
balon kateter enema, atau karena penyakit yang dapat menyebabkan perforasi dibandingkan
kolon yang sehat ketika dilakukannya enema. Pada kasus-kasus peningkatan tekanan transmural
kolon, jarang sekali dapat menimbulkan perforasi kolon. Kami melaporkan sebuah kasus
perforasi kolon pada wanita berusia 72 tahun ketika diberikan barium dengan jumlah yang
berlebihan ke dalam rektum.
PENDAHULUAN
Barium

secepat mungkin. Jika pasien dapat bertahan

enema

merupakan

tes

diagnostik untuk kolon. Namun, pada kasus

dari syok dan sepsis, komplikasi yang dapat


timbul adalah adhesi intraperitonial.

yang sangat jarang dapat menimbulkan

Pada kasus-kasus peningkatan tekanan

komplikasi berupa perforasi kolon, impaksi

transmural kolon sendiri jarang sekali dapat

barium, intoksikasi cairan, reaksi alergi dan

menimbulkan

aritmia. Perforasi usus besar merupakan

dinding kolon dapat melemah karena trauma

komplikasi yang paling berat, terjadi sekitar

iatrogenik atau penyakit sehingga mudah

0,02%-0,04% dari jumlah pasien yang

terjadi perforasi kolon ketika dilakukan

dilakukan tindakan barium enema. Perforasi

tindakan enema dibandingkan kolon yang

intraperitonial merupakan kasus yang berat,

normal. injuri pada mukosa rektum atau

karena barium dan bakteri yang terdapat

kanalis ani selama pemberian enema atau

dalam feses dapat menyebabkan peritonitis

retensi balon kateter enema merupakan

akut

penyebab

disertai

penurunan

volume

perforasi

paling

kolon.

sering

yang

Namun,

dapat

intravaskular. Resusitasi adekuat, pemberian

menimbulkan perforasi usus. Kami laporkan

cairan secara cepat dan laparotomi untuk

sebuah

reseksi

peningkatan tekanan oleh bariun.

usus

atau

evakuasi

barium

merupakan tindakan yang harus dilakukan

kasus

perforasi

kolon

karena

PRESENSTASI KASUS
Seorang
berusia

72

wanita
tahun

omentum tak dapat dibersihkan dengan


kaukasian

diberikan 24 jam setelah Nasogastric tube

departemen bedah setelah ditemukan terjadi

dilepaskan pada hari ketiga post operasi.

ekstravasasi selama prosedur barium enema.

Pada hari kesembilan perawatan, pasien

Pasien mengalami gejala mual, muntah dan

dibolehkan pulang setelah dipastikan telah

nyeri perut intermiten. Tanda vital suhu

sembuh sempurna dengan rencana dilakukan

37,4C, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi

penutupan

82x/menit, laju respirasi 24x/menit. Pada

kemudian.

fisik

dirujuk

tindakan lavase peritoneum. Diet oral

ke

pemeriksaan

segera

Turki

terdapat

kolostomi

delapan

minggu

distensi

abdomen, rebound dan direct tenderness di

PEMBAHASAN

seluruh kuadran. Pemeriksaan hematologi

Tadros

dan

Watters

mengusulkan

dan biokimia berada dalam batas normal

empat mekanisme injuri, yaitu trauma yang

kecuali hitung leukosit (12,800/mm3). Foto

disebabkan enema, balon yang overinflasi,

polos abdomen memperlihatkan terdapat

baru saja dilakukan kolonoskopi terutama

dilatasi

kolon

jika dilakukan biopsi dan terdapat penyakit

desending dengan barium berada di rongga

di mukosa rektal berupa kanker, striktura,

intraperitoneal. Pada foto Thoraks tidak

divertikulosis atau inflamasi usus besar.

ditemukan adanya pneumoperitoneum.

Peningkatan

rektum,

sigmoid

Resusitasi

cairan

dan

transmural

kolon

antibiotik

sendiri jarang sekali dapat menimbulkan

intravena diberikan dengan segera. Tindakan

perforasi kolon. Pada pasien kami tidak

operasi laparotomi pada pasien dilakukan

memiliki gangguan pada kolon dan tidak

setelah

telah

pernah dilakukan kolonoskopi. Overinflasi

eksplorasi

balon tidak dicatat oleh dokter yang

menunjukkan adanya perforasi kolon dengan

menangani pasien selama proses barium

diameter 10cm pada 15 cm di atas refleksi

enema dan trauma yang disebabkan oleh

peritoneum dan barium mencakupi segmen-

enema tidak dapat dicurigai karena lokasi

segmen

perforasi berada pada 15 cm diatas refleksi

diagnosis

ditegakkan.

kolon

akut

dan

tekanan

abdomen

Laparotomi

dan

omentum.

Setelah

dilakukan bilasan peritoneum, dilanjutkan

peritoneal.

Satu-satunya

resiko

adalah

dengan tindakan kolostomi Mikulicz dan

pelemahan kuat regang dinding kolon

omentektomi karena barium yang terdapat di

karena usia pasien yang sudah lanjut usia.

Akantetapi, pada hasil foto polos abdomen

4. Tunda pemeriksaan sekurangnya 6

pasien, memperlihatkan bahwa terdapat

hari pada kasus setelah dilakukan

sejumlah

barium

yang

mendilatasikan

rektum, sigmoid dan kolon desending yang

polipektomi atau biopsi dalam.


5. Jika memungkinkan gunakan barium
dengan konsetrasi yang rendah.

menyertai perforasi kolon. Kemungkinan

Pasien

terbesar yang dapat membuat terkumpulnya


sejumlah barium dalam lumen dan perforasi
kolon adalah peningkatan tekanan yang
berlebihan selama prosedur berlangsung.
Dibandingkan dengan faktor resiko lainnya,
seperti injuri mukosa rektum atau kanalis
anal ketika retensi balon atau pemberian
enema,

peningkatan

tekanan

yang

berlebihan pada kasus ini merupakan satusatunya alasan yang dapat menyebabkan
perforasi proses barium enema dilakukan.
Fry et al dan williams-Harned mengusulkan
bahawa

insiden

terjadinya

perforasi

kolorektal dapat direduksi dengan cara, yaitu


1. Protoskopi sebelum barium enema
2. Menghindari penggunaan balon

perforasi

rektum

dengan manifestasi ekstravasasi udara dapat


ditangani dengan baik dengan antibiotik
intravena dan pengistirahatan usus secara
total.

Sedangkan

pada

pasien

dengan

manifestasi ekstravasasi barium harus segera


dilakukan operasi dan kolostomi. Pada kasus
ini, kolon sigmoid yang telah diketahui
mengalami perforasi dilakukan reseksi dan
dibuat kolostomi Mikulicz dan anastomosis
dilakukan setelah 8 minggu pasca recovery.
Perforasi ekstraperitoneal biasanya bukanlah
suatu

bencana

besar

menyebabkan
seringkali

dengan

nyeri,

akantetapi
sepsis,

membentuk

dapat

selulitis,
granuloma

submukosa barium persisten yang dapat


menyebabkan

ulserasi

atau

rektal pada pasien-pasien yang telah

disalahartikan

diketahui

rektal,

Komplikasi yang paling berbahaya dari

menggunakan balon dengan desain

barium enema adalah intravasasi vena

yang aman dan dipasang secara hati-

barium. Untungnya kasus ini sangatlah

hati setelah sebelumnya dilakukan

jarang dan kaus ini merupakan kasus letal.

memiliki

lesi

pemeriksaan rektum secara digital.


3. Hindari pemeeriksaan barium pada
pasien dengan kolitis

dengan

dapat

neoplasma.

Kesimpulan dari kasus ini adalah


bahwa kolon dapat mengalami perforasi
ketika

terjadi

peningkatan

tekanan

transmural dan bahaya harus diketahui untuk

menghindari

segala

resiko

terjadinya

perforasi dan tekanan berlebihan harus


dihindari selama prosedur dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai