‘GASTROINTESTINAL TRACT’
Invaginasi
Atresia ani
Fistel perianal
Hemoroid
Proktitis
Fisura anus
Abses Anorektal
Prolaps Rektum
By
1. Sex : lk > pr
2. Iklim
3. Usia
4. Rasial : putih > berwarna
TEORI Yang Berkembang (sering dianut):
1. Perubahan diet menyebabkan perubahan
bakteri intestinal
2. Perubahan sifat bakteri merupakan faktor
predisposisi terjadinya inflamasi dari tractus
intestinalis
3. Inflamasi berlanjut dan melibatkan peyers
patch, peyers patch menebal
4. Penebalan ini menghasilkan penonjolan ke
arah lumen usus
5. Terjadilah invaginasi
TEORI LAIN :
Ileum terminalis mengalami kontriksi oleh Spasme
dari Intestinal Colik🡪INVAGINASI
PATOLOGI :
Catatan :
Reposisi karena barium enema 🡪bisa terjadi peritonitis karena :
- feses tersebar
- barium chemical peritonitis
🡺 hal ini disebabkan telah terjadi Perforasi 🡪 sehingga tindakan Barium
Enema (Colon in Loop) merupakan Kontraindikasi.
DIAGNOSTIC :
1. Anamnesa
sakit perut tiba-tiba, muntah, bab darah dan
lendir
2. Pemeriksaan :
- physic diagnostic
- rectal toucher
- rontgen / Ro : ba enema 🡪 intussuception
dikelilingi Ba disebut coiled spring
appearance
DIFFERENTIAL DIAGNOSTIC :
1. Enterocolitis acuta
2. Syndroma Henoch’s purpura
3. Prolapsus recti (bisa dibedakan)
THERAPY :
1. Barium enema / tekanan hidrostatica (juga
dipakai dalam diagnostic)
2. Operasi
1. Reposisi ‘milking procedure’melawan arah
peristaltik
2. Reseksi 🡪 ‘eea’ end to end anastomose
🡪 stoma (demage control)
1. Reduksi Manual pada Akut
Invaginasi
2. Procedur Mikulicz, pada ileocolic
Invaginasi
3. End To End Anastomosis, pada
Type Ileoileal Invaginasi
II. ATRESIA ANI (IMPERFORANT
ANUS)
• Tergolong ke dalam ‘NAE’ (new born abdominal
emergencies)
• Sifatnya ‘segera’ 🡪 waktu operasi yang disegerakan
• Def : Keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang anus secara kongenital.
Sering disebut juga ‘clausura’ (Dorland Dictionary)
note : kelainan lubang anus mudah terbukti saat lahir
🡪 kelainan bisa dan sering terlewatkan bila tidak
dilakukan pemeriksaan cermat atau pemeriksaan
perineum
• Secara fungsional dibagi atas 2 kelompok besar :
1. Atresia ani dengan fistel adekuat
🡪 terjadi dekompressi edekuat GI tract
ex: Bayi Pr dengan fistula rectovagina yang
cukup besar
2. Atresia ani tanpa fistel atau dengan fistel
yang tidak adekuat
🡪 tidak terjadi dekompressi GI tract
sehingga muncul obstruksi GI tract (acut
abdomen)
Pada kelompok ini; tidak terdapat mekanisme
apapun untuk dekompressi spontan colon 🡪
memerlukan tindakan intervensi bedah ‘segera’.
Pasien atresia ani tanpa fistel; secara anatomi :
1. Kantong rektum letak rendah
🡪 memungkinkan Ano-proktoplasti
(bedah transperineum)
2. Kantong rektum letak tinggi
🡪 hampir selalu disertai dengan fistula ke
urethra, vesika urinaria atau vagina
atas 🡺 menghalangi bedah
transperineum
Pada kelompok ini : sebagian besar (60%) bayi
laki-laki dengan anus imperforata
- paling baik dengan membuat stoma atau colostomi
disversi/peralihan sementara.
Jenis utama Atresia anus :
Pemeriksaan Klinik dan Pendukung :
• Inspeksi (evaluasi langsung daerah perineum)
- ada/tidak lubang anus
- ada/tidak fistel (jika perlu dengan alat bantu)
- fistel adekuat/tidak
• - Jika terdapat fistel; perlu diperiksa urin di lab 🡪 ada/tidak meconium
- Pada fistel perineum atau vagina 🡪 dapat menggunakan kateter kecil melalui fistel
dan menyuntikkan media kontras dan dievaluasi jenis fistelnya
• Pada atresia ani tanpa fistel; pemeriksaan Ro’ Wangensteen-Rice telah digunakan sejak
dulu 🡺 untuk menjelaskan secara anatomi posisi kantong rectum yang buntu.
Kekurangan teknik ini ; pada beberapa hari pertama kehidupan sering 🡪 udara usus
belum maksimal ke distal atau karena ada mekonium liat yang menghalangi udara ke
distal.
• Pada kasus tertentu; Gaiding USG pelvis (pemasangan jarum transperineum)🡪kontras
dimasukkan untuk menentukan posisi anatomi tepat dari kantong rectum (distal).
• Pemeriksaan lain seperti : BNO/IVP, Ro’ lumbo sacral 🡪 boleh dilakukan karena sering
Atresia ani disertai dengan kelainan kongenital yang lain.
•
PENATALAKSANAAN :
•
•
• Beberapa pendekatan teknik operasi yang sering dipakai
untuk memotong atau menutup fistula :
1. Pendekatan abdominosakroperineum
Kerugiannya :
- menetapnya/tingginya insiden
inkontinensia feses
- prolapsus mukosa anus
2. Pendekatan sagitalis posterior dari Pena
dan deVries
- hasil lebih baik dan perlu pengawasan jangka
panjang untuk tercapainya kontinensia feses
jangka panjang
Beberapa Teknik operasi :
1. Proktoplasty atau anoplasty tanpa
fistula pada pria dan wanita :
2. Proktoplasty pada wanita dengan
fistula :
A)
B)
3. Procedur bertahap pada Atresia Ani
letak tinggi :
A) Stoma
B) Full-through
III. FISTULA PERIANAL
Batasan :
Fistula perianal 🡺 Saluran abnormal yang
menghubungkan 2 permukaan berepitel yaitu
mukosa kanal anal atau rektum dengan kulit
perianal.
Sinus Perianal 🡺 saluran yang menghubungkan
sumber infeksi dengan permukaan kulit perianal
Patofisiologi :
Sebagian besar fistula perianal berasal dari
abses yang terbentuk dari infeksi interspincteric
anal gland.
Sebagian kecil lainnya berasal dari penyakit
Crohn’s, kolitis ulserativa, infeksi tuberkulosa
dan keganasan rektoanal.
Klasifikasi Fistula Perianal :
Berdasarkan letak dan hubungannya dengan m. spingter ani interna dan
eksterna.
Menurut Park dkk :
A. Intersphincteric
- Simple low tract
- High blid tract
- high tract with rectal opening
- rectal opening without perineal opening
- Extrarectal extension
- Secondary to pelvic desease
B. Transsphincteric
- Uncomplicated
- High blid tract
C. Suprasphincteric
- Uncomplicated
- High blind tract
D. Extrasphincteric
- Secondary to anal fistula
- Secondary to trauma
- Secondary to anorectal disease
- Secondary to pelvic inflammation
Gambar : Klasifikasi Fistel Perianal
GEJALA KLINIS :
- Biasa riwayat abses anorectal yang terdrainase
dan menyembuh spontan, disertai episode
infeksi ulangan dan keluarnya pus dari lubang
bekas abses.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS :
1. Pemeriksaan Klinis
A. Anamnese
B. Pemeriksaan fisik (sederhana)
- Inspeksi : external opening (keluar pus,
jaringan granulasi atau sikatriks)
“ OPERASI”
Prinsif utamanya 🡪 menghilangkan saluran fistula, mencegah keambuhan
dan mempertahankanfungsi m. sfingter ani.
• Hemorrhoid (± 85%)
• Fissura Ani
• Fistula Ani
• Cryptitis / Papillitis
• Perianal Hematoma
• Perianal Exzema
• Polip
Anatomi Anal canal :
PATOFISIOLOGI :
Proses terjadi hemoroid terbagi 2 :
1. -Saat BAB mengejan (ex. Orang Tua)🡪 penebalan bantalan fibrovaskuler dan
pelebaran vaskuler.
-Mukosa jadi rapuh, vaskularisasi meningkat 🡪 prolaps jaringan hemoroid
dan perdarahan per rektum (merah segar).
-Terjadi berulang ulang🡪rusaknya jar ikat penunjang sekitar vasa
hemoroidalis.
-Tekanan yang berlebihan /tinggi dan lama (ex. konstipasi, kehamilan,
mengangkat beban, obesitas, diet rendah serat, diare kronis,vena
varikosa, posisi duduk tidak nyaman atau berdiri yang lama dan faktor
genetik) 🡺 Hemoroid >> dan dapat terdorong keluar dari posisinya oleh
kotoran (bab).
2. Peningkatan resting pressure dalam kanalis analis selama bab (ex. Orang
Muda)🡪aliran darah balik terhambat 🡪 dilatasi dan pemanjangan vena &
rusaknya jar ikat penunjang vena
KLASIFIKASI HEMOROID:
1. Berdasarkan Letaknya
- Hemoroid interna : berasal dari fleksus hemoroidalis superior
- Campuran
• HISPERIDIN + DI OSMIN
• DOSIS 1 GRAM/HARI
2. Skleroterapi
Dengan menyuntikkan fenol 5 % dalam almond oil 3-5 ml 🡪 pada hemoroid derajat I
dan II
3. Terapi Pembedahan
1) Untuk hemoroid grade III, IV atau gr I dan II yang gagal diterapi dengan metoda
konservatif (non pembedahan)
2) Eksisi trombus, jika trombus cukup besar dan menimbulkan nyeri
3) Ligasi rubber band
4) Hemoroidektomi teknik terbuka (contoh : teknik Milligan-Morgan)
5) Hemoroidektomi teknik tertutup (contoh : teknik Ferguson)
6) Stapled hemorrhoidopekxy (PPH Procedure)
7) HAL-RAR (Doppler Guided) 🡪 Perlu alat Khusus
8) Ligation “Vietnam’s Technic” 🡪 PPH modification with ligation
9) Laser Tehnik (terbaru dikembangkan)
Instrumen Ligasi ‘rubber band’
Teknik : STAPLED HEMORRHOIDECTOMY (PPH)
- Proktitis gonore 🡪 iritasi, gatal, mengeluarkan mukus dan pus, dan nyeri.
- Proktitis sifilis 🡪 ulkus durum yang agak keras dan tidak nyeri
Pengobatan terhadap Proktitis :
- Pemberian obat-obatan anti inflamasi
seperti : salofalc 2x1
- Fisura ani dapat terjadi karena : iritasi diare, penggunaan laksana, cedera partus, atau iatrogenik.
Sering penyebab tidak jelas
Gambar : Trias Fisura Ani
Gambaran Klinis dan Diagnosis :
- Anamnese : keluhan konstipasi, feses keras,
nyeri yang sangat tiap defekasi, darah segar
dipermukaan tinja.
Catt :
Penderita Hemoroid yang mengeluh nyeri
biasanya menderita Fisura
sebab :
“Hemoroid interna tidak menyebabkan nyeri”
Penatalaksanaan Fisura Anus :
I. Konservatif :
- Diet kaya serat dan banyak minum 🡪 defekasi
lancar dan feses lunak
- Anestetik lokal
II. Operatif :
- Sfingterotomi interna : dimana sfingter eksterna tetap utuh 🡪 mencegah inkontinensia
Catt :
Fisura anus adalah kelainan kronik yang sering kambuh / eksarsebasi 🡪 bila konservatif berhasil baik,
Penyebab lain 🡺 infeksi dari kulit anus, hematom, fisura anus, dan
skleroterapi
Cara membedakannya :
….dengan cara memasukkan jari diantara
dinding anus yang keluar dengan cincin anus
tempat adanya rongga yang dalam.
Gambar 37-12.
• Diagnosa Banding pada prolaps dewasa :
- Hemorrhoid grade III-IV
- Prolaps mukosa🡪 lipatan mukosa
menunjukkan gambaran Radier
- Prolaps polip yang bertangkai
- Papil rektum yang bertangkai
Bandingkan Prolaps Rekti di kiri dengan
Hemoroid gr.III/IV di kanan
Gbr. Incarcerated Gr. Four hemorrhoids;
bandingkan dengan Prolaps dikanan
Penatalaksanaan :
A. Prolaps pada Anak-anak
- Pemberian diet berserat dan pelunak feses 🡪
beberapa minggu 🡺 mengurangi tekanan
mengedan saat defekasi
- Perbaikan keadaan umum dan nutrisi
- Posisi defekasi sebaiknya jongkok jangan duduk 🡪
mengurangi tekanan saat mengedan
• 2. Operasi Thiersch :
🡺 dipasang pita dari bahan sintetik atau benda lain (pernah digunakan Fascia Lata dari paha) 🡪 diikatkan
subkutan sekitar anus 🡪 kontriksi anus yang mencegah prolaps
Keuntungan :
- operasi ringan
- lebih tidak beresiko bagi pasien
Kerugiannya :
- Terdapat komplikasi; impaksi feses, infeksi dan erosi pita ke dalam
rektum
- Tingkat kekambuhan yang tinggi; ideal untuk yang resiko operasi
tinggi dan harapan hidup terbatas (misal pasien tua atau
Malignant)
• 2. Pendekatan Abdominal :
a. Reseksi Anterior (= sigmoidektomi 🡪 kolon descenden di
anastomosiskan dengan sisa rektum )
Reseksi Anterior dengan atau tanpa rektopeksi dan
b. Rektopeksi
🡺 Rektum dimobilisasi dari panggul dan dilepaskan dari jaringan
sekitarnya 🡪 ditarik ke atas dan 🡪 difiksasi ke Sakrum.
Fiksasi ke sakrum dapat dengan :
1. Jahitan benang Mersilen atau non absorbable
2. Dengan Mesh (bahan khusus seperti jaring2 yang tidak iritatif
terhadap dinding usus)