Anda di halaman 1dari 4

BEDAH ANAK

Morbus Hirschprung / Megakolon Kongenital

1. Definisi  kelainan kongenital berupa tidak adanya sel ganglionik (utk peristaltik, mengatur
relaksasi otot halus) pada plexus myentericus (auerbach) dan plexus submucosal (meissner)
 80% terjadi di rectum / kolon sigmoid  tidak terjadi peristaltik usus sehingga mekonium
tidak keluar  penumpukan feses di kolon sehingga memberikan gambaran megakolon
2. Khas (trias: obstipasi, distensi abdomen, muntah)  evakuasi mekonium terlambat >24 jam
90% (cardinal sign), obstruksi usus letak rendah (distensi abdomen, muntah hijau/bilious
vomit), perut kodok (besarnya di perut bawah)  obstruksi berkelanjutan  peningkatan
tekanan intraluminal usus  penurunan perfusi ke jaringan  nekrosis  perforasi 
peritonitis
3. Komplikasi dpt terjadi hirschprung associated enterocolitis (HAEC) pada 10% MH 
obstruksi yg menyebabkan infeksi sekunder  bahaya disebabkan clostridium welchii
(vancomycin)
4. PF  RT feses dan gas menyemprot keluar (pada di segmen pendek / klasik)
5. Diagnosis
a. Foto polos abdomen  non spesifik, bisa ada cut off sign/air fluid level di
rectosigmoid
b. Barium enema  mencari zona transisi antara segmen kolon ganglion yg dilatasi dan
segmen kolon aganglion yg kontriksi
c. Anorectal manometry  biasa pd anak lbh besar dgn konstipasi kronik, bisa eksklusi
MH
d. Biopsi rektal (gold standart)  histopatologi ditemukan tdk ada sel ganglion pada
plexus myentericus, hipertrofi bundle saraf, peningkatan straining dgn
asetikolinesterase
6. Foto barium retensi dikerjakan pada MH bila foto barium enema ragu-ragu  rentensi
barium enema terjadi karena pemberian barium enema tekanan tinggi (umumnya barium
hanya dialirkan saja, jika tdk sabaran maka barium disemprotkan jadi usus dilatasi sehingga
ragu-ragu)
7. Tatalaksana
a. Sementara  kolostomi utk mencegah komplikasi karena kolon terlalu dilatasi
b. Bedah definitif (usia cukup ±6 bln)  teknik operasi swenson, duhamel, soave

Malformasi Anorektal

1. Definisi  spektrum anomali kongenital yg terdiri dari anus imperforate dan kloaka
persisten
a. Anus imperforate  tanpa anus/dengan anus tdk sempurna
b. Kloaka persisten  karena pemisahan traktur urinarius, genitalis dan digestivus tdk
terjadi menyebabkan rectum, vagina dan uretra bermuara ke 1 lubang perineum
2. Jika ditemukan malformasi anorektal indentifikasi VACTRL (vertebral anomalies, anal atresia,
cardiovascular abnormality, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, limb defects)
terlebih dahulu
3. Atresia ani ada 2 jenis  tanpa fistula atau dengan fistula (fistula pada perempuan tdk prnh
berhubungan dgn traktus urinarius karena dihalangi traktus reproduksi)
a. Laki-laki  fistula rectovesica, fistula rectourethra, fistula rectoscrotal, fistula
rectoperineal
b. Perempuan  fistula rectovagina, fistula rectovestibular, fistula rectoperineal
4. Cara bedain fistula laki-laki letak tinggi/intermediate  masukin kateter
a. Fistula rectovesica  urine bag keruh (karena bercampur feses)
b. Fistula rectourethra  urine bag jernih (karena kateter menutup jalan masuk fistel
rectourethra)
5. Chest knee position (lateral cross table radiograph / wangenstein reis )  posisi bayi saat
rontgen  ukur jarak dari lipatan anus (anal dimple) ke udara paling distal rectum dengan
invertogram  >1 cm letak tinggi, <1cm letak rendah
a. Baru bisa dikerjakan 12-24 jam post lahir agar udara ad waktu sampai distal rectum
b. Tdk boleh ad fistel agar udara tdk keluar fistel saat rontgen
6. Tatalaksana bedah sesuai dengan lesi
a. Letak rendah, tanpa fistel / fistel kecil  bisa langsung bikin anus / operasi 
perineal operation tanpa kolostomi  PSARP (posterior sagittal anorectoplasty)
b. Letak sedang dan tinggi, ada fistula  rekonstruksi 3 tahap  kolostomi – PSARP
(post 6 bln) – penutupan kolostomi dan businasi

Atresia Intestinal

1. Salah satu penyebab obstruksi neonatus


2. Klasifikasi
a. Atresia duodenum  beberapa jam setelah lahir bayi muntah (umumnya proyektil,
hijau, kembang pd epigastrium dan kempes saat bayi muntah)  foto polos
abdomen tegak: double bubble sign
b. Atresia jejunum  gejala mirip atresia duodenum  foto polos abdomen tegak:
tripple bubble sign
c. Atresia ileum  kembung abdomen menyeluruh, post 24 jam akan muntah hijau,
mekonium hampir selalu tdk keluar  foto polos abdomen tegak: obstruksi saluran
cerna letak rendah, barium enema: lumen kolon kecil (mikrokolon)

Atresia Esofagus

1. Klasifikasi gross  type A (pure EA), type B (EA + proximal TEF), type C (EA + distal TEF), type
D (EA + proximal-distal TEF), type E (H-type TEF)

2. PF babygram utk melihat


a. 10 cc udara dimasukan melalui pipa replogle utk membedakan atresia murni /
dengan fistula  jika ada udara abdomen maka ada TEF, jika tdk ada udara dlm usus
maka atresia murni
b. Melihat ujung NGT yg berhenti antara C7-T2
c. Kelianan vertebra, jantung, letak arkus aorta
d. Menyingkirkan atresia intestinal

Hipospadia

1. Definisi  lokasi meatus uretra yg abnormal di ventral penis, kurvatura ventral yg abnormal
(chordae), distribusi preputium yg abnormal dgn “dorsal hood phenomenon”  karena
gangguan hormon androgen
2. Semakin proksimal makin jarang (biasa ad kelainan bawaan lain  evaluasi intersex), distal
makin sering
3. Klasifikasi
a. Anterior (distal)  granular, coronal, subcoronal
b. Middle  distal penile, midshaft, proximal penile
c. Posterior (proximal)  penoscrotal, scrotal, perineal
4. Umur ideal operasi hipospadia  6 bln - sebelum masuk sekolah  chordektomi (release
chordae sehingga penis bisa lurus saat ereksi), urethroplasty (membuat OUE di ujung gland
penis sehingga pancaran urin dan semen bisa lurus ke depan)
5. Voiding cystourethrogram (VCUG)  diperlukan pada pasien dengan defek scrotal dan atau
perineal utk evaluasi adanya prostatic urticle

Defek dinding abdomen

1. Gastrochisis  penonjolan isi abdomen yg melibatkan intestinal (midgut) melalui defek


dinding abdomen kanan paraumbilical (dinding abdomen kanan umbilicus lemah karena
resorpsi vena umbilikalis kanan), tdk terbungkus
a. Perlu tatalaksana urgent, jrng ditemukan bersama anomali lain
b. Tatalaksana  bungkus usus dgn kasa nacl hangat dan dibungkus plastik, resusitasi
cairan IV, dekompresi usus dgn NGT/OGT, menjaga suhu tubuh, infection control
dgn broad spectrum amphicillin / gentamycin
2. Omphalocele  defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilicus sehingga
terdapat herniasi organ dari cavum abdomen, organ terbungkus membran tipis (selaput
amnion di luar dan peritoneum di dalam, diantara lapisan terdapat wharton’s jelly), isi usus ±
liver, umbilikus tdk terlihat
a. Tdk perlu tatalaksana urgent, srng bersama anomali lain (50%)
3. Tatalaksana bedah
a. Primary closure  bila bowel mudah direduksi
b. Staged closure  menggunakan silo

Undescensus Testis / Kriptorkismus

1. Definisi  gangguan perkembangan testis yg ditandai gagalnya penurunan salah satu/kedua


testis secara komplit ke dalam skrotum  2 fase penurunan testis (fase transabdominal
minggu 10-15, fase inguinoscrotal minggu 28-35)  karena defek sekresi androgen fase
perinatal
2. Lokasi tersering UDT  kanalis inguinalis (72%), supraskrotal (20%), intraabdomen (8%)
3. UDT di jalur kanalis inguinalis kalau ectopic testis diluar tmpt kanalis inguinalis
4. Orchidopexy  dilakukan sebelum usia 1 thn
5. HCG test diindikasikan pada UDT bilteral non palpable

Hidrokel

1. Definisi  penimbunan cairan peritoneum pada processus tunika vaginalis


2. Etiologi
a. Anak  patent processus tunika vaginalis
b. Dewasa  tumor, infeksi orchitis, parasit filaria, trauma
3. Tatalaksana  konservatif sampai usia 1 thn (ada kemungkinan obliterasi/mengecil), jika
tdak obliterasi sampai 1 thn maka operasi

Invaginasi / Intususepsi

1. Definisi  masuknya usus ke segmen usus lain (proximal ke distal 99%)  umur <1 thn
(tersering 6-8 bln karena mulai makanan padat kemudian gangguan peristaltik)
2. Tipe  ileo-ileal, ileo-colical (tersering), collo-cecal
3. Trias  kolik abdomen/muntah, massa abdomen yg teraba, feses berdarah dan lendir
4. PP  colon in loop dgn barium enema, USG (taget sign)
5. Tatalaksana  reduksi barium enema dengan cairan/hidrostatik atau udara/pneumatik (rule
of three: 3x coba, 3 menit/x coba, tinggi cairan digantung 3 ft), pembedahan

Tumor Wilm’s

1. Definisi  nefroblastoma, kanker ginjal tersering pada anak (tumor embryonal ginjal terdiri
dari sel blast, stromal, epitel)
2. Klinis  massa di pinggang asimtomatik, umunya unilateral, mobile (membedakan pada
neuroblastoma nyeri +)
3. PP  rontgen abdomen (membedakan tumor intra/retroperitoneal), USG, IVP (wilm’s
tumor: distorsi pelviocalyseal system, neuroblastoma: displascement pelviocalyseal system/
lily’s fenomenon), CT scan
4. Tatalaksana
a. National wilm’s tumor study group (NWTSG)  pembedahan lalu kemoterapi
adjuvan (pasca pembedahan) / radiasi (dipakai di amerika)
b. Sociate international oncologie pediatric (SIOP)  kemoterapi neoadjuvan (pra
pembedahan) lalu pembedahan (dipakai di eropa)

Soal

1. Kraniosinostosis (penutupan sutura bayi terlalu dini, jadi otak tidak bisa berkembang) 
operasi dilkukan secepatnya agar otak dpt berkembang
2. Radiologi pada bayi usia 2 bulan dengan malrotasi  barium follow through
3. Volume darah bayi  80-90 cc/kgbb
4. GERD pada anak plng srng karena kelainan angle of HIS
5. Atresia bilier tindakan  operasi porto enterostomi (kasai procedure)

Anda mungkin juga menyukai