Anda di halaman 1dari 23

STANDAR OPERASI PROSEDUR

PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG MENGALAMI KECELAKAAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 U m u m
Melihat perkembangan kegiatan penerbangan di Bandara Ngurah Rai yang semakin hari
semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka perlu diupayakan
peningkatan pelayanan terutama terhadap kelangsungan operasional Bandara Ngurah
Rai-Denpasar pada setiap saat.
Dalam hal terjadi kecelakaan pesawat udara yang dapat mengganggu kelancaran
ataupun dapat menghentikan operasional Bandara Ngurah Rai, maka perlu diupayakan
pemindahan pesawat udara yang mengalami kecelakaan tersebut secara cepat dan aman,
sehingga kelangsungan operasional Bandara Ngurah rai dapat dipulihkan secepatnya,
disamping kerusakan pesawat udara yang mengalami kecelakaan tidak semakin parah
akibat pemindahan tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud:
SOP ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi personil PKP PK untuk
mengoperasikan pasilitas/peralaatan Salvage.
1.2.2 Tujuan :
SOP ini dibuat untuk mempercepat proses merangkai peratan/fasilitas dalam waktu
singkat
1.3 Dasar Hukum
a.

Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan.

b.

Document ICAO No. 9137-AN/898 tentang Airport Manual Part 5 Removal Of


Disabled Aircraft.

c.

Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor: SKEP/57/IV/99, tentang


Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak Di Bandar Udara

BAB II
UNIT KERJA TERKAIT
2.1 Pelaksana Tugas Operasi
Untuk melaksanakan tugas operasi pengangkatan dan pemindahan pesawat udara yang
rusak, diperlukan adanya koordinasi yang baik antar PT Angkasa Pura I(Persero )Bandara
Udara Ngurah Rai dengan operator pesawat udara maupun dengan pihak / instansi luar.
2.2 Pejabat / Dinas Intern terkait
Pejabat / Dinas Intern PT Angkasa Pura I(Persero) Bandar Udara Ngurah Rai-Denpasar :
a.

General Manager PT Angkasa Pura I( Persero ) Bandar Udara Ngurah


Rai./ Pejabat Airport Duty Manager

b.

Manager Operasi LLP

c.

Manager Operasi Bandara

d.

Manager Teknik Umum & Peralatan

e.

Manager Personalia dan Umum.

f.

Dinas Sisi Udara

g.

Dinas Pengamanan

h.

Dinas PKP-PK

i.

Dinas ADC / APP Control

j.

Dinas Bangunan

k.

Dinas Landasan & Tata Lingkungan

l.

Dinas A2B

m.

Dinas Perlengkapan dan Pergudangan

2.3 Unit Kerja / Instansi Extern terkait


a. Dinas Perhubungan dan Imformasi Propinsi
b. Administrator Bandar Udara Ngurah Rai
c. Operator Pesawat Udara (AOC )
2.4 Instansi / Unit kerja pendukung
a. Batalyon Zipur
b. Dinas Pekerjaan Umum
c. DPPU Pertamina ,dsb

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
3.1 Umum
Untuk melaksanakan kegiatan operasi pengangkatan dan pemindahan pesawat udara yang
rusak, organisasi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Kelompok Perencana
b. Kelompok Pendukung
c. Kelompok Pelaksana
3.1.1 Kelompok Perencana
a.
b.

Kepala Kantor Administrator Bandar Udara Ngurah Rai Denpasar


General Manager ( GM ) PT Angkasa Pura ( Persero ) Ngurah Rai menyangkut

c.

pesawat sipil.
Komandan Lanud Ngurah Rai menyangkut pesawat Militer.

Anggota kelompok perencana terdiri dari:


a. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
b. Kepala Dinas Perhubungan Propinsi
c. Manager Operasi LLP
d. Manager Ops. Bandara , (Ketua Kelompok Pelaksana)
e. Manager Teknik Umum & Peralatan
f. Operator Pesawat udara
g. Perwakilan Industri pesawat udara yang bersangkutan
h. Kepala Teknisi pesawat udara
i. Konsultan peralatan pengangkutan pesawat udara.
3.1.2 Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung terdiri dari unit-unit kerja fungsional operator pesawat udara yang
bersangkutan , meliputi dukungan-dukungan administrasi,logistik dan keuangan.
3.1.3 Kelompok Pelaksana
Ketua Kelompok Pelaksana dijabat oleh :
a. Manager operasi . Bandara , jika menyangkut pesawat sipil.
b. Kepala Dinas Ops. Pangkalan TNI,AU jika pesawat militer.

Dalam melaksanakan tugasnya ketua kelompok pelaksana dibantu :


a. Satuan Operasi Peralatan Salvage
b. Satuan Operasi Teknik Pesawat Udara
c. Satuan Operasi Sisi Udara
d. Satuan Operasi Pengamanan
e. Satuan Operasi PKP-PK
f. Satuan Operasi Teknik Landasan
g. Satuan Operasi Alat-Alat Besar
h. Satuan Operasi Tenaga Kerja Kasar
i. Satuan Operasi Pengangkutan

BAB IV
PERTANGGUNG JAWABAN
1.

Pemberitahuan tentang adanya kecelakaan pesawat udara kepada Komisi Nasional


Kecelakaan Transportasi (KNKT) menjadi tanggung jawab dari operator pesawat udara yang
mengalami kecelakaan .

2.

Pelaporan tentang adanya kecelakaan pesawat udara kepada instansi induk dan
instansi terkait lainnya dilakukan oleh koordinator dan operator pesawat udara sesuai
mekanisme jalur komunikasi yang telah ditetapkan masin-masing.

3.

Segala biaya dan resiko yang timbul dari operasi pengangkatan dan pemindahan
pesawat udara yang rusak menjadi tanggung jawab operator pesawat udara yang
bersangkutan atau Ground Support Agent yang ditunjuk.

4.

Pengambilan foto dokumentasi secara detail untuk keperluan penyelidikan


maupun lainnya menjadi tanggung jawab PT Angkasa Pura I (Persero ) Bandara Ngurah
Rai- Denpasar dan operator pesawat udara yang bersangkutan.

5.

Koordinator perencana bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dengan


semua unsur / unit kerja terkait tentang perencanaan operasi pengangkatan dan pemindahan
pesawat udara yang rusak.

6.

Kelompok pendukung bertanggung jawab didalam memberikan dukungan atau


segala kebutuhan yang diperlukan dalam operasi pengangkatan dan pemindahan pesawat
yang rusak yang meliputi dukungan administrasi , logistik, personil dan keuangan.

7.

Ketua pelaksana operasi pemindahan pesawat udara yang rusak bertanggung


jawab untuk memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan operasi pengangkatan dan
pemindahan pesawat udara yang rusak, sesuai rencana yang telah ditetapkan oleh
koordinator perencana, selain itu selalu melaporkan kepada koordinator tentang setiap
perkembangan dari operasi yang dilaksanakan.

BAB V
TINDAKAN OPERASI PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK
5.1 Tindakan Umum
Tindakan ini dititik beratkan pada upaya mengatasi gangguan yang dapat menghalangi
kelangsungan operasional Bandara Ngurah Rai

disamping upaya untuk mencegah

kerusakan yang lebih parah dari pesawat udara yang mengalami kecelakaan tersebut,
sebagai dampak dari operasi pemindahan pesawat udara yang rusak.
5.2 Tindakan PT Angkasa Pura I (persero) Bandara Ngurah Rai
Tindakan yang dilakukan PT Angkasa Pura.I( Persero ) Bandara Ngurah Rai :
a. Menerbitkan Notam jika diperlukan
b. Mengkoordinasikan seluruh operasi Bandara dengan unit-unit pelayanan lalu lintas
udara guna kesinambungan dari operasi pesawat udara, selama mungkin.
c. Menentukan rintangan-rintangan (obstacle) yang terdapat dalam wilayah Bandar
udara sesuai dengan tolok ukur tentang rintangan (Clearance Criteria) dari ICAO,
dan mengadakan pertimbangan apakah terdapat bagian dalam wilayah pergerakan
ini yang harus di tutup.
d. Mengadakan pengamanan terhadap tempat kecelakaan dan mengadakan koordinasi
dengan pejabat penyelidikan kecelakaan mengenai tindakan-tindakan yang harus
diambil sebelum operasi pemindahan pesawat udara di mulai.
e. Menyediakan kendaraan permulaan/penuntun dan petugas, untuk mengawal
peralatan perusahaan penerbangan ke tempat kecelakaan.
f. Mendirikan pos komando pemindahan ditempat kecelakaan bila dianggap perlu.
g. Memeriksa semua wilayah sebelum dibukanya kembali operasional Bandara.
h. Membuat laporan dan dokumentasi tentang proses operasi pengangkatan dan
pemindahan pesawat udara yang rusak dari awal hingga selesai.
i. Menentukan lokasi penempatan pesawat udara yang dipindahkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor keamanan, ketertiban, dan kelancaran operasional
Bandara.
j. Merevisi Juklak pemindahan pesawat udara yang rusak berdasarkan masukan,
temuan dan pengalaman selama operasi pemindahan pesawat udara di lapangan.

5.3 Tindakan Koordinator


Tindakan koordinator didalam menyiapkan dan merencanakan operasi pemindahan
pesawat udara yang rusak yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan semua pejabat yang terkait yang masuk
didalam kelompok perencana yang terdiri dari: KNKT, Manager

Ops.LLP,

Manager Ops. Bandara (Ketua kelompok Pelaksana), Manager Teknik Umum &
Peralatan, Operator pesawat udara, perwakilan industri pesawat udara, dan
konsultan pengangkatan pesawat udara.
Rencana tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Rute-rute yang akan di lewati termasuk pengawalan yang diperlukan.
2. Pengeluaran BBM dan barang lain yang dapat meringankan berat pesawat
udara.
3. Persyaratan dan siap pakainya peralatan untuk pemindahan pesawat udara.
4. Penggunaan dari peralatan Bandar udara dan peralatan operator pesawat
udara.
5. Pengiriman alat pendukung tambahan dari operator pesawat udara dan
bandara lain ke lokasi.
6. Keadaan cuaca, terutama bila derek pengangkat atau operasi pneumatic
elevator diperlukan.
7. Lampu penerangan dilokasi.
8. Rencana menghadapi segala kemungkinan, bila timbul kesulitan pada rencana
semula.
a.Menyediakan kendaraan pertolongan dan pemadam kebakaran, apabila
diperlukan.
b. Mengadakan pengawasan terhadap petugas dan peralatan Bandar udara
yang ditugaskan untuk operasi pemindahan.
c.Membuat keputusan atas nama penguasa Bandar udara, apabila
diperlukan, untuk pelaksanaan pemindahan dari pesawat udara yang
rusak.

d. Melaporkan hal-hal yang melampaui batas-batas rintangan di kawasan


bandara, terutama yang disebabkan oleh pengoperasian alat-alat berat
selama operasi pengangkatan pesawat udara.
e.Mengikuti/memperhatikan berita prakiraan cuaca.
f. Membuat laporan ringkas secara kronologis dan membuat dokumentasi
selama operasi pemindahan pesawat udara dilaksanakan.
g. Jika penggalian diperlukan sebelumnya harus dikoordinasikan dengan
unit terkait mengenai kemungkinan adanya jaringan kabel/pipa air yang
ada di bawahnya.
5.4 Tindakan Operator Pesawat Udara
Tindakan yang dilakukan oleh operator pesawat udara adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan tangga pesawat yang mudah dibawa dan memindahkan/mengamankan
surat-surat, bagasi dan barang muatan lainnya di pesawat dengan persetujuan dari
pejabat yang berwenang.
b. Menunjuk seorang perwakilan yang diberi wewenang untuk mengambil keputusan
dalam segi teknis dan keuangan yang diperlukan dalam operasi pemindahan
pesawat udara.
c. Menyiapkan dukungan logistik dan konsumsi selama operasi pemindahan pesawat
udara.
d. Membuat dokumentasi yang diperlukan.
e. Melaksanakan perbaikan darurat pada pesawat udara yang akan dipindahkan jika
diperlukan.
f. Memberikan data-data teknis pesawat udara yang akan dipindahkan terutama yang
diperlukan dalam operasi pemindahan.
g. Senantiasa terlibat dan mengawasi perkembangan operasi pengangkatan dan
pemindahan.
h. Menentukan kebutuhan untuk konsultasi dengan industri pesawat udara yang
bersangkutan atau operator pesawat udara yang lain dan berpengalaman menangani
kecelakaan seperti itu.
i. Mendatangkan Tim Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) pada
kesempatan pertama, jika diperlukan.

BAB VI
PROSEDUR DAN METODE OPERASI
6.1 Prosedur
1. Dalam pelaksanaan pemindahan pesawat udara yang rusak, dan harus mendapat perhatian
dalam pelaksanaannya adalah:
a.

Keselamatan para petugas.

b.

Penutupan landasan (Runway Block) harus diupayakan dalam jangka


waktu yang sependek mungkin.

c.

Tidak terjadi kerusakan pesawat udara yang lebih parah, sebagai dampak
dari operasi pemindahan.

2.

Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang baik antara unsur yang terkait dalam
pelaksanaan operasi dan perlunya penyiapan peralatan yang diperlukan dalam operasi
pemindahan sesuai kebutuhan baik jumlah maupun jenisnya.

3.

Langkah langkah atau pertimbangan yang diperlukan oleh para penanggung


jawab adalah sebagai berikut:
a.

Hubungan listrik/battery pesawat udara harus diputuskan.

b.

Kondisi pesawat udara yang akan dipindahkan harus diketahui dengan


cermat dan pasti.

c.

Dilakukan upaya mengurangi berat keseluruhan pesawat udara sampai


seringan mungkin, seperti mengeluarkan bahan bakar, muatan air dan komponenkomponen pesawat udara yang memungkinkan.

d.

Pengosongan tangki bahan bakar harus dilakukan sesuai prosedur yang


berlaku.

e.

Setelah evakuasi penumpang selesai dipindahkan agar terlebih dahulu


dimasukkan udara segar ke dalam pesawat udara.

f.

Segala tumpahan cairan yang mudah terbakar disekitar pesawat udara


harus dibersihkan, baik sebelum operasi maupun sesudahnya.

g.

Selama operasi pemindahan dilaksanakan harus selalu di stand-by kan di


lokasi 1 (satu) unit kendaraan PKP-PK.

h.

Ketentuan DILARANG MEROKOK di lokasi kecelakaan dan


sekitarnya harus selalu dipatuhi bersama.

i.

Setelah operasi pemindahan selesai, maka sebelum membuka kembali


operasional Bandara harus dilaksanakan pemeriksaan wilayah secara seksama untuk
keselamatan penerbangan.

4. Operasi pemindahan pesawat udara yang rusak dapat dilaksanakan setelah ada izin dari
pejabat yang berwenang, kecuali dalam keadaan luar biasa demi keselamatan pesawat
udara lain sehingga yang rusak harus dipindahkan, maka dapat ditempuh langkahlangkah:
a.

Dilaksanakan pemotretan secara detail sesuai prosedur penyidikan (DOC.


6920 AN/855).

b.

Lokasi atau posisi dari semua komponen besar di atas tanah harus diberi
tanda.

c.

Letak/posisi kecelakaan, termasuk goresan-goresan pada landasan/tanah


harus dibuat gambar sketsanya.

6.2 Metode Operasi Pemindahan


1. Pada umumnya setiap jenis pesawat terbang dilengkapi dengan buku petunjuk perbaikan
yang dikeluarkan oleh pabrik pesawat terbang yang bersangkutan, yang memberikan
petunjuk tentang prosedur perbaikan dan keterangan tentang peralatan/perkakas khusus
yang diperlukan. Namun pada umumnya terbatas pada cara-cara mengangkat pesawat
dengan dongkrak atau elevator dan cara-cara memperbaiki/mengganti roda pesawat.
2. Metoda operasi pemindahan yang diterapkan pada setiap kejadian adalah tergantung
kepada sifat dan jenis kecelakaan pesawat serta kondisi medan/lokasi kecelakaan tersebut
terjadi. Dalam keadaan luar biasa dimana keberadaan pesawat terbang yang rusak
tersebut dapat menimbulkan bahaya besar bagi pesawat terbang lainnya dan tidak dapat
dihindarkan, maka pemindahan pesawat yang rusak tersebut harus dilaksanakan dengan
segera.
3. Sebelum

operasi pemindahan pesawat dilaksanakan, perhatian pertama adalah

menetapkan kondisi pesawat terbang dan setelah itu adalah masalah cuaca,

wilayah/medan operasi dan type/jumlah peralatan termasuk peralatan khusus yang


diperlukan.
4. Penelitian terhadap roda pesawat harus dilaksanakan secepat dan secermat mungkin.
5. Memindahkan pesawat udara yang rusak sedapat mungkin dilaksanakan dengan bertahan
di atas roda-rodanya sendiri.
6. Pada umumnya pemindahan pesawat udara type kecil dapat diselesaikan dengan aman
dan efesien tanpa memerlukan peralatan yang rumit dan kendaraan Derek maupun truk
penarik dapat dipergunakan secara efektif. Hal-hal pokok yang perlu dipertimbangkan
adalah memperingan berat pesawat dan tersedianya peralatan pengangkat barang,
dongkrak elevator, gerobak besar serta pengawasan dari petugas yang berpengalaman.
7. Sedangkan operasi pemindahan pesawat udara type besar dapat dilaksanakan dalam 4
tahap sebagai berikut:
a. Tahap Pertama,apabila pesawat terbang terhenti di luar permukaan yang beraspal maka
diperlukan pembuatan jalan darurat sehingga peralatan pengangkat yang berat dapat
ditempatkan pada posisi yang diinginkan dan pesawat terbang dapat ditarik
kepermukaan yang beraspal.
b. Tahap Kedua, memperingan pesawat terbang dengan mengeluarkan bahan bakar,
barang muatan dan benda-benda lainnya, dan jika perlu dapat disiapkan untuk
perbaikan.
c. Tahap Ketiga, mengangkat dan persiapan untuk menarik pesawat udara, yang
diupayakan ditarik di atas roda-rodanya, sehingga jika ada bagian-bagian yang rusak
harus diperbaiki.
d. Tahap keempat, menarik/memindahkan pesawat udara dari lokasi kecelakaan ke
tempat yang telah disiapkan.

BAB VII
PROSEDUR OPERASI SALVAGE
7.1 SEBELUM OPERASI:
7.1.1. COMPRESSOR
.a Cek oli mesin
.b Cek air radiator.
.c Cek bateray
.d Cek bahan bakar
.e Cek kelep kelep out let.
.f Cek tekanan compressor dengan engine On.
.g Cek tekanan ban.
7.1.2. LIHTING :
.a Cek oli mesin.
.b Cek bahan baker.
.c Cek tekanan ban.
.d Cek trouble shoting( mesin posisi hidup)
7.1.3. WIND (DEREK ).
.a Cek oli.
.b Cek bahan baker.
.c Cek tekanan ban.
.d Cek persneleng.
.e Cek seling dari karatan.
.f Cek bateray.
.g Cek jangkar.
7.1.4. ELEVATOR ( AIR BAG )
.a Cek kebocoran.
.b Cek nevel in or out
7.1.5. CONSUL :
a. Cek on or off.
b. Cek pressure gauge.

c. Cek legulator

7.1.6. HOSE ( SELANG)


a. Cek kelapukannya.
b. Cek coupling dari kerusakan.
c. Cek selang yang tersumbat.
7.1.7. PAD ( BANTALAN ).
a. Cek spon dari kekenyalan)
b. Cek dari kerusakan, robek
.
7.1.8. TIRPOR :
a. Macet atau tidak.
b. Cek karatan atau tidak.
7.2 PENGOPERASIAN :
7.2.1.ELEVATOR ( KANTONG UDARA).
a. Letakkan elevator diatas lempengan yang telah berisi bantalan busa di atas
permukaan tanah yang rata dibawah pesawat yang telah ditentukan.
b. Letakan bantalan busa di atas kantong udara.
c. Beri nomor masing masing valve inlet kantong udara mulai dari bawah.
d. Hubung selang ke konsul sesuai permintaan
e. Kembangkan kantong udara secara bersamaan mulai dari yang paling bawah
kemudian yang paling atas dan selanjutnyasesuai kebutuhan.
7.2.2 CONSUL :
a Letakkan consul pada posisi yang tepat
b Buka tutup plastic valve consul.
c. Hubungkan selang dari valve outlet consul ke valve inlet kantong udara.
d. Hubungkan selang darivalve inlet diconsul ke valve outlet compressor.
f. Buka valve inlet pada consul dan set regulator untuk mendapatkan tekanan 7 psi
padapresure gauge.
g. Buang udara pengesetan melalui valve pembuangan pada consul.
h. Buka valve outlet pada consul untuk menyalurkan udara ke kantong udara sesuai
penomoran yang dibutuhkan.
i. Tutup valve outlet pada consul setelah udara yang disalurka kekantong udara
terpenuhi.

7.2.3.COMPRESSOR :
a. Switch pada posisi on.
b. Hidupkan mesin compressor.
c. Cek tekanan udara melalui valve pembuangan.
d. Buka valve outlet pada compressor untuk menyalurkan udara ke consul.
e. Tutup va;ve outlet setelah udara terpenuhi.
7.2.4. TIRPOR :
a. Letakkan tirpor pada tempat yang telah ditentukan
b. Buka handle lock ke un lock.
c. Masukkan seling ke lubang tirpor.
d. Lepas handle unlock ke posisi lock.
e. Pasang groud anchor dan kaitkan dengan tirpor.
f. Hubungkan seling ke pesawat.
g. Release ke depan dan kebelakang.
7.2.5.BANTALAN :
a. Rakit bantalanlempengan sesuai kebutuhan.
b. Letakkan pada tanah yang ratadibawah pesawat.
c. Letakkan bantalan busa diatas bantalan lempengan diatas kantong udara.
7.2.6 TRACK WAY :
a. Rakitkan track way sesuai kebutuhan .
b. Letakkan di bawah roda pesawat, disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Meletakan track way dibawah roda pesawat dengan posisi melintang.
7.2.7 WIND :
a. Letakkan wind pada tempat yang telah ditentukan.
b. Pasang jangkar
c. Tarik seling handle lock off.
d. Start engine handle lock on.
e. Handle rem off.
f. Handle coupling netral.
g. Handle perseneleng posisi R
h. Lepaskopling dan tambah gas.

7.3 SETELAH OPERASI


7.3.1 ELEVATOR :
a. Kempeskan kantong udara
b. Lepaskan selang
c. Cuci bersih dan keringkan
d. Taburkan talek dan gulung.
e. Tempatkan sesuai jenisnya pada ruang ber A/C.
7.3.2 CONSUL :
a. Buka valve pembuangan.
b. Buka valve outlet.
c. Buka selang.
d. Bersihkan ,
e. Tutup nevel yang tersedia.
f. Simpan pada tempat ber A/C.
7.3.3 COMPRSSOR :
a. Matikan mesin.
b. Buka selang.
c. Buang sisa udara .
d. Bersihkan dan simpan pada tempatnya.
7.3.4 BANTALAN :
a. Lepaskan bantalan lempengan dari pasangannya.
b. Bersihkan dan simpan di ruangan ber A/C,
7.3.5 TRACK WAY :
a. Lepaskan track way dari pasangannya.
b. Bersihkan dan simpan di ruangan secara tersusun.
7.3.6 HOSE :
a. Bersihkan dan gulung satu per satu.
b. Tutup nepel yang suda tersedia .
c. Simpan bersama consul di ruangan ber AC.
7.3.7 SELING :
a. Bersihkan dan gulung satu persatu.
b. Simpan dalam satu ruangan ber A/C.

7.4 PELAKSANAAN TUGAS


7.4.1 CONTROLER
Berkonsultasi denga operator Airlines
Point / daerah yang bisa / yang tahan diangkat oleh elevator.
Point / daerah yang bisa / yang tahan di cantoli peralatan tethering dan di tarik.
Central of gravity dari pesawat
Tinggi pesawat yang akan di naikan
Isi bahan bakar
Berkonsultasi dengan maintenance Koordinator
Kondisi peralatan salvage seperti
Elevator,
Tethring,
Consule,
Compressor,
Hight lighting dll.
7.4.2 FOREMAN LIFTHING
a. Menyiapkan peralatan pengembangan seperti:
Kompressor
Consule
Slang tekanan tinggi untuk supply udara dari Kompressor,Consule,dan
Elevator.
b. Mengoperasikan elevator sesuai prosedur dengan persetujuan controller
c. Mengempeskan kembali elevator denga menyimpan di gudang.
d. Memasang hight preasure bersama sama dengan petugas lifting dan compressor.
e. Memberi nomor huruf yang sama antara consul eke elemen Elevator
f. Mengontrol / memeriksa kelep kelep out let dan in let serta preasure gauge
g. Bila peralatan sudah siap operasi segera informasikan kepada foreman lifting
h. Saat mengalirkan udara bertekanan harus selalu mengawasi preasure gauge
dengan tekanan tidak boleh lebih dari 7 psi / 500 gram /cm
7.4.3 FOREMAN THETRING
a. Menyiapkan peralatan tethering seperti : Ancor,Tirpor,Winch.
b. Memasang peralatan pada posisi yang telah di tentukan , baik ground maupun
pada pesawat
c. Melaksanakan operasi sesuai instruksi Controler.
d. Wajib memperhatikan movement ( gerakan pesawat ) bila tidak normal agar
segera laporkan kepada Contorler.
e. Wajib mengawasi Plumb line ( Lot )

STRUKTUR ORGANISASI TEAM SALVAGE


DIRJENUD/OTORITAS
BANDARA

GENERAL MANAGER

AIRLINES

SECURITY
DAN
PERTAMINA

CONTROLER

MANAGER
GENERAL
LABOUR

POREMAN
LIFTHING

POREMAN
TETERING

MAINTENANC
E
POREMAN
CONSOL

ELICTRICAL

= Jalur Comando dalam pengoperasian Salvage Equipment


= Jalur Comando dalam pemeliharaan / peralatan salvage
= Jalur koordinasi

TRANSPOR
TATION

KONTAK PERSON PERALATAN PENDUKUNG SALVAGE


INSTANSI TERKAIT BANDARA NGURAH RAI
N
O

JENIS ALAT

PEMILIK

SALVAGE EQUITMEN

PT .AP I
(PERSERO

CRANE FORKLIP

PT
MARANTUS
( BENUA )

CRANE FORCLIP

PORKLIP 7 - 8 TON

LOADER

PUSHBEACK CAR ( 3 )
FORKLIP ( 3 )
TRACTOR 2,5 ( 15 )
TOWBAR 767,747,

PT.PARUNA
TIRTA
PRAKASIA
PELABUHAN
( BENUA )

PT. SAGITA
CARGO
PELABUHAN
BENUA
PT. BUMI
PASIR
MANDIRI
PELABUHAN
BENUA

PT.JAS
GROUND
HANDLING

TELPONE

0361 751011
EXT 5000

PERSON KONTAK
GENERAL MANAGER
AP.I
BANDARA NGURAH RAI
( HERU
LEGOWO,SE,MM.

0361 758628

BRENCH MANAGER
PT.MARANTUS ( BENUA
)
MOCH. ROHIM

0361 723364

KEPALA CABANG
PT.PARUNA TIRTA
PRAKASIA
PELABUHAN BENUA

0361 702881

KEPALA CABANG
TEDDY

0361 725728

PIMPINAN PROYEK
PT. BUMI PASIR
MANDIRI
YUYUN YANWAR

0361 751011

BAGIAN MANTENANCE
PT.JAS BANDARA
NGURAH RAI

EXT. 5442

757,DC 10,
A 330,A310.

N
O
7

JENIS ALAT
PUSHBEACK CAR ( 4 )
TRACTOR : WB (4 ),NB
(4)
BAGASI (19)
TOWBAR B.737
(3),B767(1)
DC 10(3),MD 83 (1),F.27
(1)
F.28 (1),A.330 (2), A.300
(2)
TOWBAR
CN.235,F.27,F.28,
HS.748,DMC.6 (a. 1 UNIT
)
CRANE 10 TON (2),11
TON (1)
ESCAPATOR (1),FORKLIP
2 TON
MOTOR GRADER (1),
FIBRATOR ROLLER 8 - 10
TON (1)
WALLES 10 TON (4 )

PEMILIK
PT.GAPURA
ANGKASA

PT.MNA

TELPONE

PERSON KONTAK

0361 751011

WORK SHOP
PT.GAPURA

EXT.5426

BANDARA NGURAH RAI

0361 751011

PT.MNA

EXT. 5265
P.U.
PROPINSI
BALI

0361 420410

UPTD PU BALI

0361 225191

COK. RAKA,
KOSA ARTA

DATA IVENTARIS PERALATAN SALVAGE


BANDARA NGURAH RAI - BALI
2011
NO.

NAMA BARANG

BERAT

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Sling
Sling
Sling
Sling
Sling
Sling
Sling
Sling
Sling pendek,besar

22
42
30
7
13
4
6
4
50

Linggis lama ( RFD )

4
4
27
27

Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.

11
5
5
4
0,5
0,5

Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.

1
13
23

Kg.
Kg.
Kg.

28

Air Bag 30 Ton, 8 Box

Linggis baru (AMS )


Tirfor lama ( RFD )
Tirfor baru (AMS )
Stik Tirfor lama ( RFD )
Stik Tirfor baru (AMS )
Groun Anchor baru
Sakle
Sakle lama ( RFD )
Sakle baru (AMS )
Sakle
Sakle
Clam mata ayam
Clam mata ayam
Kunci Anchor
Harnes
Air Distributor

Air Bag 40 Ton, 3 Box

JUMLA
H

UKURAN
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang
Panjang

10
21
15
5
5
2
1,8
1,8
10
115
115
65
65

m
m
m
m
m
m
m
m
m
cm.
cm.
cm.
cm.

Panjang
lebar
Panjang

400
210
310

cm.
cm.
cm.

4
4
4
4
4
8
4
8
2
18
49
2
6
4
6
6
7
11
17
2
44
24
2
2
11
2
30

Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah

80

Buah

lebar
29
30
31
32

Air konsul
Slang konsul ke Elevator
Conextor
Compressor

33

Slang Compressor

34

Palet

35

Track Way

44
9
4
900

Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.
Kg.

200

cm.

Panjang

15

Panjang
Lebar
Tinggi

310
130
130

cm.
cm.
cm.

Kg.

8
110
110
2

8
2

16

Kg.

Panjang
Lebar

230
20

cm.
cm.

100

Buah
Buah
Buah

Unit
Bua
h
Bua
h
Bua
h

DATA IVENTARIS PERALATAN SALVAGE


BANDAR UDARA NGURAH RAI - BALI
2011

NO.
36

NAMA BARANG
Tool Kit

BERAT
21

UKURAN

JUMLAH

Kg.

37

Ground Pad

10

Kg.

Panjang
Lebar

327
130

cm.
cm.

Bua
h

38

Top Pad

2,5

Kg.

Panjang
Lebar

327
130

cm.
cm.

111

Bua
h

39

Tenda

66

Kg.

40
41
42
43
44
45
46

Tabung tenda
Lighting
Winch
Kampak
Hammer
Panyong

11

Kg.

1
2
1

4
4
3
2,5

Kg.
Kg.
Kg.

Skop

Kg.

Bua
h
Bua
h
Unit
Unit

BAB VIII
PENUTUP
Keberhasilan dari suatu operasi pertolongan kecelakaan penerbangan pada suatu
kecelakaan tergantung pada kesiapan dan persiapan dari berbagai aspek, untuk itu sangat
dibutuhkan terjalinya komando, komonikasi, dan koordinasi dari semua unsur yang terkait dalam
penanganan operasi pemindahan pesawat yang mengalami kecelakaan.
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP PK) merupakan
salah satu dinas di PT Angkasa Pura I ( Persero ) yang bertanggung jawab terhadap keselamatan
penerbangan terutama apabila terjadi kecelakaan penerbangan dan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang terbaik
Kesiapan phisik dan mental harus tetap dipertahankan dan di tingkatkan setiap saat agar
tidak menjadi korban saat bertugas.
Demikianlah Standar Operasi Prosedur pemindahan pesawat yang mengalami kecelakaan
di Bandara ini dibuat sebagai pedoman didalam melaksanakan tugas pada pertolongan
kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran.
Ditetapkan di
Pada tanggal

:
:

Ngurah rai,Bali
September 2011

GENERAL MANAGER
PT Angkasa Pura I ( Persero )
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai

PURWANTO, SE.MM
NIP : 9059489 - P

Anda mungkin juga menyukai