Anda di halaman 1dari 16

1.

Definisi Aeromodelling

Aeromodelling adalah kegiatan perancangan, pembuatan dan penerbangan


pesawat model yang lebih berat dari udara dimana gaya-gaya angkat yang
diperoleh dari permukaan sayap dengan ukuran yang tertentu dengan atau tanpa
motor dan tidak dapat membawa manusia
Mata lomba yang dipertandingkan di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Terbang Bebas Lempar (OHLG - Outdoor Hand-Launched Glider)
b. Terbang Bebas Tarik A2 (F1A - Free Flight Glider A2)
c. Terbang Bebas Tarik A1 (F1H - Free Flight Glider A1)
d. Kecepatan Kendali Tali (F2A - Control Line Speed)
e. Aerobatik Kendall Tali (F2B - Control Line Aerobatics)
f. Balap Beregu Kendali Tali (F2C - Control Line Team
Race)
g. Tempur Udara Kendali Tali (F2D - Control Line
Combat)
h. Aerobatik Kendali Radio (F3A - Radio Control
Aerobatics)
i. Helikopter Kendali Radio (F3C - Radio Control
Helicopter)
j. Terbang Layang Kendali Radio (F3J - Radio Control
Glider)
k. Nomor-nomor lain yang diselenggarakan oleh PORDIRGA
AEROMODELLING PB FASI

2. PORDIRGA AEROMODELLING PB PAM

a. Persatuan Olah Raga Dirgantara Aeromodelling (PORDIRGA


AEROMODELLING) PB FASI adalah organisasi resmi
aeromodelling. Pordirga Aeromodelling juga membawahi segala
kejuaraan aeromodelling di Indonesia dan yang memberikan
sertifikasi rekor-rekor pada tingkat nasional.
b. PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI adalah organisasi terbuka
untuk siapa yang tertarik pada penerbangan pesawat model.
c. PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI adalah organisasi nirlaba
yang mandiri dengan tujuan utama memajukan perkembangan
aeromodelling sebagai olah raga dan sebagai sarana rekreasi yang
sangat berguna.
d. PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI adalah organisasi yang
mengatur semua klub aeromodelling di Indonesia.
e. PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI mengatur tata cara
pelaksanaan pertandingan di Indonesia, keselamatan dan asuransi,
bantuan untuk mendapatkan lapangan terbang aeromodelling.
f. PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI adalah satu dari 7 ( tujuh
) cabang olah raga dirgantara di bawah Pengurus Besar Federasi
Aero Sport Indonesia ( PB FASI ) yang merupakan anggota resmi
Federation Aeronatique Internationale ( FAI ). FAI adalah organisasi
resmi dunia yang mengatur kegiatan olah raga dirgantara.

g. PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI adalah satu-satunya


organisasi olah raga dirgantara aeromodelling resmi yang dapat
mengirim perwakilan Aeromodelling Indonesia.

3. Syarat syarat mendirikan Klub Aeromodelling


Untuk mendirikan suatu Klub Aeromodelling sebaiknya dimulai dari kelompok
yang memiliki minat kuat untuk menekuni ilmu dan teknologi penerbangan atau
olah raga Aeromodelling. Dalam pelaksanaannya disarankan menghubungi
Pengurus Pordirga Aeromodelling PB FASI, Aeromodelling Provinsi atau Klub
yang sudah terbentuk untuk mendapatkan pengawasan dan bimbingan
seperlunya. Modal pembentukan klub sekurang-kurangnya adalah sebagai
berikut

a. Cukup jumlah anggota; sekurang kurangnya 10 orang yang


terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota
b. Memiliki alamat tetap atau kantor dengan sarana komunikasi
(telepon/fax, e-mail atau internet)
c. Mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

d. Tersedia lapangan/tempat latihan

4. Jenis Kejuaraan dan Waktu Penyelenggaraan


Kejuaraan Resmi
Kejuaraan yang diselenggarakan di tingkat daerah dan nasional
berdasarkan program kerja yang telah disusun oleh FASI PROVINSI, KONI
PUSAT serta disetujui dan diusulkan oleh PORDIRGA AEROMODELLING PB
FASI. Kejuaraan yang termasuk dalam kategori ini :
a. Kejuaraan Daerah (KEJURDA )

Kejuaraan yang diadakan di tingkat daerah 1 ( satu ) kali dalam setahun oleh
FASI PROVINSI sebelum dilaksanakannya kejuaraan resmi tingkat nasional
dalam hal ini KEJURNAS.
b. Kejuaraan Nasional ( KEJURNAS )

Kejuaraan yang diadakan di tingkat nasional 1 ( satu ) kali dalam setahun oleh
PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI atau pihak yang ditunjuk.
c. Babak Kwalifikasi PON

Kejuaraan resmi tingkat nasional yang diadakan untuk menentukan peserta dan
daerah yang berhak mengikuti PON oleh KONI Pusat dengan penyelenggara
Fannin Penyelenggara Pertandingan yang disahkan oleh PB PON dan
pengawas teknis dari PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI. Babak
kwalifikasi PON juga merupakan kejurnas untuk tahun tersebut.
d. Pekan Olah Raga Nasional
Kejuaraan resmi tingkat nasional yang diadakan oleh KONI Pusat 1 ( Satu ) kali
dalam 4 tahun yang merupakan bagian cabang olah raga yang dipertandingkan
pada PON dimana untuk penyelenggaraannya diatur oleh masing-masing induk
olah raga. Pada tahun pelaksanaan PON, Kejurnas ditiadakan.
e. Seleksi Tim Nasional
Kejuaraan resmi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh PORDIRGA
AEROMODELLING PB FASI untuk menentukan susunan peserta yang akan
mewakili Tim Nasional dalam Kejuaraan Tingkat Intemasional atau sesuai
dengan hasil kejurnas terakhir.

f. Kejuaraan Terbuka
1. Kejuaraan yang diselenggarakan oleh PORDIRGA AEROMODELLING PB
FASI dan pesertanya tidak perlu membawa mandat untuk mewakili daerahnya.
2. Kejuaraan yang dilaksanakan oleh institusi/organisasi yang mendapat
persetujuan Pordirga.
g. Kejuaraan Internasional
Kejuaraan yang diselenggarakan di Indonesia dengan peserta luar negeri
negara dan mengikuti peraturan resmi FAI atau merupakan bagian kalender
resmi FAI serta dilaksanakan oleh/atau disetujui Pordirga.

h. Kejuaraan Tidak Resmi

Kejuaraan yang tidak tercantum dalam kalender resmi PORDIRGA


AEROMODELLING PB FASI dan dapat diselenggarakan oleh organisasi
kemasyarakatan dengan mengikuti ketentuan dan aturan baik yang bersifat
umum dan untuk keselamatan.

5. Kategori Peserta

A. Kategori peserta berdasarkan penyelenggaraan

Peserta kejuaraan resmi untuk tingkat daerah terdiri dan anggota klub-klub
aeromodelling yang tergabung dalam FASI PROVINSI dimana peserta terbaik atau
pemenangnya akan ditunjuk oleh FASI PROVINSI dan KONI Provinsi sebagai wakil
daerah dalam kejuaraan resmi tingkat nasional.
Kategori Peserta Resmi Tingkat Nasional
a. Yang berhak mengikuti kejuaraan resmi untuk tingkat nasional baik
KEJURNAS, Babak Kwalifikasi PON, PON dan Seleksi Tim Nasional adalah
pemenang kejuaraan daerah FASI PROVINSI.
b. Khusus PON calon peserta dan jenis pertandingan yang boleh diikuti
adalah yang terdaftar dalam babak kwalifikasi yang ditetapkan oleh
PORDIRGA AEROMODELLING PB FASI
c. Setiap team dari masing-masing daerah harus dipimpin seorang
Team Manager.
d. Seleksi team nasional diikuti oleh pemenang kejuaraan daerah dan peserta yang
pernah memenangi kejuaraan resmi nasional. Pemenang seleksi nasional berhak
mewakili Indonesia di kejuaraan ditingkat Internasional.
e. Nomor Peserta Pertandingan ditentukan oleh PORDIRGA AEROMODELLING PB
FAST

B. Kategori Peserta Kejuaraan Tidak Resmi


Peserta kejuaraan tidak resmi terbuka untuk seluruh masyarakat umum baik
yang tergabung dalam klub aeromodelling atau perorangan yang dapat
membuktikan kelayakannya.
C. Kategori Peserta Menurut Keahlian
a. Beginner ( Novice )

- Peserta yang belum pernah mengikuti kejuaraan resmi ditingkat


nasional sebanyak 3 ( tiga ) kali.
- Peserta yang belum pernah menjadi menjadi pemenang di kategori ini
sebanyak 3 tiga ) kali untuk nomor tertentu
b. Intermediate

- Peserta yang pernah menjadi juara di kategori beginner 3 ( tiga ) kali


- Peserta yang pemah mengikuti kejuaraan nasional sekurang-
kurangnya 3 ( tiga ) kali memiliki peringkat diatas 6 dalam PON.

c. Advance

Peserta yang sudah pernah mengikuti sekurang-kurangnya 3 ( tiga )


kali dalam Kejuaraan resmi tingkat Nasional dan pernah menjadi
pemenang pada salah satu kejuaraan tersebut.

AIRFOIL TERMINOLOGY
Airfoil adalah suatu bidang seperti sayap pesawat terbang yang direncanakan
untuk memperoleh reaksi udara bila bidang tersebut bergerak di udara. Airfoil yang
efisien adalah airfoil yang penampangnya seperti tetesan air. Pada umumnya
permukaan atas airfoil selalu cembung sedangkan permukaan bawahnya bisa
cembung, cekung atau rata seperti gambar di bawah ini.
Bagian-bagian Airfoil

a. Leading edge = bagian depan dari airfoil/sayap


b. Trailing edge = bagian belakang dari airfoil/sayap
c. Upper Surface = bagian atas dari airfoil/sayap
d. Lower surface = bagian bawah dari airfoil/sayap
e. Chord = lebar airfoil/sayap (jarak antara leading edge
dengan trailing edge)
f. Tip Chord = Lebar ujung airfoil/sayap
g. Root Chord = Lebar pangkal airfoil/sayap
h. Span = panjang sayap, atau panjang sayap dihitung dari
wing tip kiri hingga wing tip kanan
i. Mean camber line /mean line = sebuah garis membagi airfoil sama besar
j. Chord line = garis lurus yang menghubungkan leading edge
hingga trailing edge
k. Maximum thickness = tebal maksimum suatu airfoil
l. Maximum camber = jarak terbesar antara chord line dengan mean
camber line
l. Co – incidence = suatu istilah bila chord line berimpit dengan mean
camber line
m. Fineness Ratio = perbandingan antara chord dengan maksimum
thickness
n. Angle of Attack = sudut yang dibentuk oleh chord line dengan relative wind
o. Angle of incidence = sudut yang dibentuk oleh chod line dengan longitudinal axis

Pesawat Out Door Hand Launched Glider ( OHLG )

Definisi :
Pesawat Out Door Hand Launched Glider adalah Pesawat Model yang dapat terbang
dengan gaya yang ada pada pesawat itu sendiri. Cara menerbangkannya adalah
dengan dilempar pakai tangan untuk mencapai ketinggian tertentu, baru mulai
penerbangannya.
Bentuknya bebas, luas sayapnya minimal 187,50 cm2, maksimal 800 cm2
Bahan dan Peralatan
A. Bahan untuk Pembuatan Pesawat OHLG
 Kayu Balsa Medium, tebal 4-6 mm , 1/2 sheet
 Kayu Balsa Medium, tebal 11/2 - 2 mm, 1/2 sheet
 Kayu Spruse, tebal 4 mm, lebar 2 cm, panjang 50 cm
B. Peralatan yang Digunakan untuk Pembuatan
Pesawat OHLG
 Cutter
 Ampelas kasar dan ampelas halus, dilengkapi landasan ampelas dari kayu
yang rata selebar penghapus papan tulis dan pines
 Jarum pentul
 Pukul besi
 Gergaji besi
 Alat-alat tulis: penggaris baja, pensil, spidol.
C. Bahan Lem Kayu PVC atau Acetone + Cellulose
D. Bahan Pelapis/Dope Super Thiner + Foam atau Herin + Foam
Kuas berukuran ¾ inch

Langkah-langkah Pembuatan OHLG

1 Pembuatan Sayap/Wing
 Waktu pembuatan wing, untuk pemula ± 4 x 45 menit

 Bahan kayu balsa Medium ukuran panjang 37,40 cm, lebar 8 cm, tebal bahan
0,60 cm. Bahan tersebut setelah dihaluskan dengan ampelas, tentukan
bagian atas dan bawah. Pada bagian atas buat garis lurus (high point line),
garis ini merupakan garis puncak atau garis paling tinggi dalam membentuk
air foil.

 Pada bagian depan (leading edge) dan bagian belakang (thrilling edge) yang
diberi tanda arsir dihilangkan dengan cara: Taruh bahan wing di atas meja
yang rata, kemudian dengan
menggunakan cutter kita serut searah dengan arah serat kayu.
Setelah mendekati bentuk air foil, baru kita menggunakan ampelas dengan
alas yang rata untuk mengampelas bagian atas sampai halus.
 Apabila bentuk air foil sudah benar, kita potong bagian yang diarsir
menggunakan cutter sesuai garis. Lalu betulkan bentuk air foil dari bekas
yang dipotong dengan ampelas. Makin ke ujung dibuat makin tipis dengan
bagian kanan dan kiri sama.
 Bahan wing kita letakkan di atas tripleks atau papan yang rata, lalu potong
bagian tip, baik wing kanan maupun wing kiri. Kita juga menggunakan jarum
pentul untuk bagian tengah dengan sudut alpha yang dinamakan sudut
hydral pada kedua ujung sampai membentuk wing tip hydral. Untuk
membantu pembuatan, kita gunakan jarum pentul dan agar sudut hydral
sama, maka dibutuhkan penyangga dengan ketinggian 2,50 cm.

 Pada sambungan kita beri lem dengan menggunakan lem alteco/acceton


dicampur dengan cellulose dan jangan lupa di bawah potongan yang diberi
lem tadi diberi alas kertas agar lem tidak menempel pada tripleks. Biarkan
sampai lem kering, lalu kita bisa mengerjakan bahan yang lain yaitu stabillo.

Langkah-Langkah Pembuatan Stabillo


Pembuatan Stabillo
 Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan stabillo OHLG ini relatif lebih cepat,
± 1 x 45 menit.
 Bahan yang digunakan adalah kayu balsa medium dengan tebal 11/2 - 2 mm,
lebar dan panjang stabillo disesuaikan konstruksi pesawat yang sedang
dibuat. Luas stabillo yang ideal ± 25% luas wing.

 Bahan kayu balsa medium/soft, dengan panjang 14 cm, lebar 5,70 cm tebal
antara 11/2 - 2 mm.

 Pada bagian depan (LE) dibuat bentuk bulat menggunakan ampelas sampai
rata, makin ke belakang dibuat makin tipis seperti pisau yang tajam.
 Dari bahan yang sudah dibentuk dengan garis, potong sesuai dengan garis
yang ada. Hilangkan bagian yang diarsir menggunakan cutter yang betul-
betul tajam. Hati-hati dalam memo-tong agar tidak terdapat bagian yang
rusak. Arah potongan dari LE ke ujung kanan dan kiri, lalu haluskan bentuk
potongan tadi.
 Stabillo dilihat dari samping di mana bagian depan (LE) berbentuk bulat
sedangkan bagian TE juga ditipiskan sampai tajam.

 Di sini sudah terlihat bentuk stabillo yang sudah dibentuk sesuai konstruksi
dan sudah dihaluskan. Jangan lupa bed garis bantu untuk membagi dua yang
sama, untuk memudahkan pada waktu assembling stabillo dan body. Yang
perlu diingat adalah pada pemasangannya jangan sampai terbalik, yaitu pada
bagian atas yang cembung.

Langkah-langkah Pembuatan Fin


Pembuatan Fin
 Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan fin pesawat OHLG

 Bahan dari kayu balsa medium, panjang 5,70 cm, lebar 3,70 cm, sedangkan
ketebalannya 11/2 - 2 mm.
 Perhatikan arah serat yaitu tegak lurus.

 Buat bentuk fin sesuai gambar konstruksi. Hilangkan bagianbagian yang diarsir,
gunakan cutter potong dari arah LE ke TE. Hati-hati jangan sampai rusak dalam
memotong karena bahannya tipis, apatagi bagian ujung TE mudah sekali pecah.
 Merupakan pandangan bawah bagian fin. Pada bagian depan (LE) juga dibuat
bulat dengan menggunakan ampelas halus yang menggunakan alas ampelas
yang rata. Makin ke belakang dibuat makin tipis dengan mengurangi bagian
samping kanan dan kiri yang sama dan rata. Pada ujungnya tetap berbentuk
tajam agar mudah dimainkan atau dibengkok ke kanan dan ke kid pada waktu
penerbangannya.
 Merupakan bentuk fin yang sudah jadi sesuai dengan konstruksi. Pada bagian
depan dibuat halus menggunakan ampelas halus. Tidak usah menggunakan landasan,
tetapi gunakan landasan tangan langsung agar dapat merasakan kehalusan bagian fin
ini. Potongan bagian bawah biarkan agak kasar karena dapat membantu assembling
dengan body. Lem akan merekat lebih kuat.
Langkah-langkah pembuatan body

Pembuatan body

 Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan body adalah ± 2 x 45 menit.

 Bahan pembuatan body biasanya kayu spruse yang mempunyai sifat lentur dan
kuat, tetapi lebih berat dibandingkan bahan body balsa keras (hard).
 Ada juga yang menggunakan bahan body dari bamboo, tetapi bahan bamboo ini
mempunyai kelenturan yang sangat tinggi sehingga pada waktu pelemparan
sampai waktu penerbangan mudah sekali berubah posisi bagian-bagiannya
sehingga mengakibatkan pesawat terbang tidak stabil.
 Yang paling ideal adalah kayu balsa keras atau ditingkatkan dengan bahan
fiberglass
 Bahan dari kayu balsa keras atau dari kayu spruse atau juga bisa menggunakan
kayu ramin. Ukuran body panjang 48 cm, lebar 2 cm, dengan ketebalan 4-5 mm.

 Buat bentuk body sesuai dengan gambar konstruksi, buat garis lengkung dari LE
ke depan agar bentuk nose lebih indah dan tidak ada drag (gaya hambat).
Selanjutnya, tank garis lurus dari letak sayap bagian bawah ke ujung body
bagian belakang. Gunakan pemotong dengan cutter. Bentuk body ini paling
mudah karena dengan bentuk seperti ini dudukan wing dan stabillo sudah
simetris dan rata, jangan lupa panjang nose dibuat sama dengan chord (lebar
wing). Panjang dan TE sampai ujung body biasanya dibuat 2 sampai 3 panjang
chord.
 Setelah bagian yang diarsir dipotong terlihat bentuk body yang sudah siap
assembling, hanya perlu dihaluskan dulu pada bagian nose dan bagian
potongan-potongan yang diarsir agar
 semakin ke ujung bahan semakin tipis dan dibuat halus. Khusus pada letak wing
dan stabillo tetap dibuat kasar agar tem pada waktu assembling tem dapat
merekat lebih erat.
Di sini untuk menjelaskan letak wing apabila nanti dipasang pada body, begitu
pula letak stabillo dan fin. Pada gambar ini juga dijelaskan letak ballast
(pemberat) yang terpasang pada nose. Dengan demikian, diharapkan pembaca
dapat memahami dengan lebih jelas bagaimana dan di mana meletakkan
bagian-bagian yang lain pada body seperti letak wing, letak stabillo, dan letak fin.

Langkah-Langkah Pembuatan Finger Rest


Pembuatan Finger Rest
 Pembuatan finger rest pesawat OHLG memakan waktu ± 1 x 45 menit.

 Bahannya dari balsa medium atau balsa keras dengan tebal 3-4 mm.
Bahan ini bisa dari potongan pada pembuatan wing tip lalu, sesuaikan
dengan bentuk wing dan kebiasaan melempar atlit/pelempar pesawat
OHLG. Apabila pelempar menggunakan tangan kanan, maka
pemasangan finger rest sebaiknya di sebelah kanan/kid dad letak wing
pada body sehingga pada waktu pelemparan yang keraspun bagian triling
adge (TE) tidak akan rusak.

 Karena finger rest berfungsi sebagai penguat bagian penyambungan


antara wing dan body, khususnya pada waktu pelemparan, maka finger
rest jangan sampai menambah berat pesawat, juga jangan menambah
drag, serta jangan sampai mengurangi keindahan pesawat model OHLG
yang dibuat.

 Bahan dengan kayu balsa medium atau hard dengan panjang 5,50 cm,
lebar 4,40 cm, dan ketebalan 0,30-0,40 cm. Perhatikan arah serat,
sebaiknya tegak lurus. Ingat, bahan ini nantinya akan dipotong menjadi
dua sama untuk bagian kanan dan kiri pada sayap yang melekat pada
body.
 Di sini sangat jelas bentuk finger rest yang akan dipasang sehingga pada
bagian diarsir kita potong menggunakan cutter dan kita hilangkan. Kita
ben garis tengah agar lebih jelas menentukan bagian atas dan bawah.

Assembling Body dan Wing

 Waktu untuk pengerjaan assembling body dan wing adalah ± 1 x 45 menit.


Sebelum mengerjakan assembling, sebaiknya bentuk body dan wing sudah dalam
kondisi yang siap di-assembling.

 Peralatan dan bahan yang perlu disiapkan untuk assembling antara lain:
1. Papan tripleks yang lurus dan rata ukuran 1 m2.
2. Lem Acetone + Cellulose atau Alteco atau lem kayu
yang cepat kering.
3. Jarum pentul.
4. Pukul besi/hammer.
5. Gergaji besi.
 Apabila peralatan dan bahan lem sudah siap, bagian yang akan
diassembling kita kasarkan dengan gergaji besi agar lem yang menempel
pada masing-masing bagian lebih kuat.

 Dudukan wing pada body kita beri lem, lalu kedua bagian tersebut kita
satukan pada dudukan yang tepat. Agar lebih kuat dapat kita pasangkan
jarum pentul secukupnya sampai lem kering. Jangan lupa dengan kedua
mata kita, kita amati dan pandangan depan bahwa letak wing harus tetap
tegak lurus terhadap body, kemudian dari pandangan atas, jarak wing tip
kanan dan jarak wing tip kin juga harus tetap sama.
 Kalau sudah kering dan kuat, barulah jarum pentul kita lepas dengan hati-
hati.

Assembling Body dan Stabillo


 Waktu untuk mengerjakan assembling body dan stabillo ini ± 1 x 45 menit.
 Pengerjaan assembling ini sangat menetukan baik tidaknya pesawat
OHLG yang dibuat. Karena itu, pengerjaan assembling harus dikerjakan
dengan teliti, tidak tergesa-gesa, hati-hati, dan dengan perhitungan yang
baik.
 Pada waktu assembling body dan stabillo, kita menggunakan pedoman
hasil dari assembling body dan wing, yaitu dengan memasang stabillo
sejajar lurus terhadap wing. Pada pandangan depan, posisi stabillo juga
tegak lurus terhadap body dan jarak tip stabillo kanan dibuat sama
jaraknya dengan tip stabillo kid pada pandangan atas.
 Waktu assembling juga pertu dikuatkan dengan jarum pentul pada
permukaan stabillo pada body sebelum dipasang lem. Kedua permukaan
yang akan disambungkan juga harus dikasarkan dengan gergaji besi agar
lem lebih kuat mencengkeram bidang penyambungan.

 Waktu assembling stabillo dengan body, sebelum tem kering pengamatan


mata pada dudukan perlu sekali dilakukan agar posisi bagian yang
diassembling sesuai yang kita inginkan.
 Apabila lem sudah kering, barulah jarum pentul dilepas dengan hati-hati.

Assembling Stabillo dengan Fin


 Waktu untuk mengerjakan assembling stabillo dengan fin ini ± 1 x 45 menit.

 Persiapan yang perlu adalah lem dan jarum pentul.


 Pengerjaan assembling ini tidak perlu di atas tripleks, tetapi bisa dilakukan
dengan tetap memegang pesawat di tangan kita.

 Sebelumnya, kita persiapkan garis lurus pada stabillo persis di atas


penyambungan dengan body lalu beri lem secukupnya. Begitu juga, pada permukaan
bawah fin juga kita beri lem. Selanjutnya, kedua permukaan itu kita pertemukan
dengan posisi tegak lurus dan rata. Bisa kita bantu dengan memasang jarum pentul
apabila diperlukan.
 Agar assembling pada bagian ini lebih kuat kita bisa tambahkan lem Alteco
secukupnya.

Assembling Finger Rest pada Wing


 Waktu untuk mengerjakan assembling finger rest pada wing ini ± lx 45
menit.
 Sifat assembling ini adalah sebagai penguat antara wing dan body, juga
untuk menguatkan posisi wing pada waktu pelemparan pesawat model
OHLG yang dilakukan pada kecepatan tinggi dan untuk membantu
dudukan pegangan jari pesawat agar pelemparan lebih mantap. Hati-hati
pada waktu assembling, jangan sampai finger tertukar letaknya yang
bagian kiri pada bagian kanan.

Model Control Line


Adalah model yang secara aerodinamis digerakkan oleh bidang-bidang kemudi baik
dalam ketinggian maupun kedudukan oleh seorang penerbang yang berdiri diatas
tanah dengan perantara satu atau lebih kawat atau tali yang tidak terlepas serta
secara langsung berhubungan dengan model pesawat terbang

Kategori Control Line


Speed model F 2 A
Aerobatic model F 2 B
Team Race model F 2 C
Combat model F 2 D

Model Speed
 Model CL Speed merupakan pesawat model piston yang mana gaya angkat
diperoleh dari gaya-gaya aerodinamis yang bekerja pada permukaan-permukaan
pendukungnya, yang tidak boleh berubah (kecuali bidang kontrol) selama
penerbnagan.
 Tujuan dari model speed adalah memperoleh kecepatan maksimum dengan
tenaganya sendiri selama jarak (jumlah lap) tertentu
 Karakteristik Model

1. Kapasitas motor maks 2,5 cc (0,15 Cu Inci) non ball bearing


2. Luas sayap dan stabilo 2 dm2 per cc mesin
3. Panjang sayap maks 100 cm
4. Berat maks 5 kg
5. Model harus take off dari tanah
6. Tali kendali 2 buah dengan panjang min 1592 cm dihitung dari sumbu motor
sampai tengah pegangan
7. Model harus tahan pull test sebarat 20 kali berat model
8. Model harus terbang berlawanan dengan arah jarun jam
 Usaha

a. dalam setiap penerbangan resmi, setiap peserta berhak atas 1 x usaha


b. Usaha dianggap telah dilaksanakan jika pilot tidak memberikan aba-aba dalam
waktu 3 menit setelah tanda START diberikan
Penerbangan Resmi
a. Setiap peserta berhak atas 2 penerbangan resmi

b. Pada setiap penerbangan resmi, perhitungan resmi dimulai pada saat model
melewati tonggak lap setelah pilot memberikan aba-aba, dimana jarak antara
aba-aba diberikan dan perhitungan resmi dimulai minimum ½ lap
c. Perhitungan resmi hanya dilakukan untuk 10 lap

d. Tanda STOP akan diberikan setelah perhitungan resmi selesai untuk


menandai berakhirnya penerbangan resmi
e. Catatan : Tonggak lap adalah tiang di tepi lingkaran terbang diseberang
petugas pengatur waktu sebagai acuan dalam perhitungan resmi

Anda mungkin juga menyukai