Anda di halaman 1dari 4

KONFIGURASI AIRFRAME

August 21, 2016 Caesar Wiratama pesawat aeromodelling, Uncategorized Leave a


comment

Dalam mendesain pesawat terbang, pesawat tanpa awak (UAV),


maupun pesawat aeromodelling, terdapat cukup banyak variasi
pemilihan konfigurasi pesawat misalkan konvensional, tail-
boom, tailless , delta dan lain sebagainya.

Banyaknya variasi ini sering menjadikan dilema serta menjadi


perdebatan manakah konfigurasi yang terbaik. Oleh karena itu
dalam artikel ini akan dibahas beberapa konfigurasi pesawat terbang
(airframe) khususnya yang menjadi trend di kalangan UAV mengenai
keunggulan dan kekurangan dari beberapa konfigurasi tersebut.
a. Tail-aft on Fuselage

Konfigurasi ini adalah yang paling umum digunakan, sehingga tidak


jarang juga disebut dengan konfigurasi konvensional. Ekor
(Empenage) dari konfigurasi ini pada umumnya adalah berbentuk T,
Y maupun V tail.

Dengan fuselage yang panjang, menjadikan volume yang dimiliki


lebih besar dibandingkan dengan konfigurasi lainya, sehingga
konfigurasi ini sering digunakan untuk UAV yang
membutuhkan endurancesangat tinggi untuk menyimpan bahan
bakar yang sangat banyak dan sensor-sensor yang besar.

b. Tail-aft on Booms

Konfigurasi menggunakan tail-boom ini cukup banyak digunakan


pada UAV dengan jarak misi menengah. Keunggulan dari konfigurasi
ini adalah peletakan mesin pendorong yang dekat dengan center of
gravity(CG), sehingga lebih stabil dan lebih mudah diatur karena
tidak sensitif terhadap CG.

Kemudian, letak empenage yang berada di belakang propeller juga


meningkatkan efektivitas dari control surface (elevator dan ruder)
sehingga lebih mudah dikendalikan meski dalam kecepatan yang
rendah.

Selain itu, konfigurasi ini memungkinkan propeller dan mesin lebih


terlindungi ketika take-off maupun landing.

c. Canard

Konfigurasi ini memiliki horizontal stabilizer jauh di depan CG. Tidak


seperti konfigurasi dengan ekor di belakang CG, horizontal
stabilizer yang berada di depan menyeimbangkan pesawat dengan
cara menghasilkan gaya kearah atas (lift), sehingga secara
aerodinamika lebih efisien. Kemudian, sayap yang berada di
belakang juga membuat karakteristik stall lebih baik karena stabiliser
dapat diatur untuk stall lebih dahulu dari sayap.

Namun karena CG berada di belakang, stabilitas direksional


(yaw) dari konfigurasi ini menjadi kurang baik, karena
pemberian vertical stabilizer tidak memiliki jarak yang cukup
terhadap CG sehingga efektivitasnya berkurang.

d. Flying wing

Konfigurasi ini biasa digunakan oleh UAV berukuran kecil dan sedang
karena kesederhanaan nya, yang mana menguntungkan secara
struktural maupun penggunaan sistem penggerak. Secara umum,
semakin sederhana suatu sistem, maka akan lebih handal.

Untuk mencapai kestabilan secara longitudinal (pitch),


digunakan sweep-back serta airfoil yang memiliki momen positif.
Selain itu, penggunaan sweep-back juga berfungsi untuk mencapai
kestabilan direksional (yaw).

e. Delta wing
Hampir sama dengan flying wing, yaitu sifatnya yang sederhana
menjadikan konfigurasi ini lebih handal. Selain itu, bentuk sayap
delta juga tidak mudah rusak dibandingkan bentuk lainya. Meskipun
secara aerodinamika, bentuk delta kurang menguntungkan karena
menghasilkan induced drag yang besar.

Bentuk delta ini biasa dimanfaatkan juga untuk menyimpan parasut


karena penampang sayapnya yang luas.

Anda mungkin juga menyukai