Anda di halaman 1dari 16

ISSN : 2460-1608

PERAWATAN IGNITION SYSTEM PADA AUXILIARY


POWER UNIT (APU) GTCP 85-129

Indreswari Suroso1),Gatot Subiyono2) Ginanjar Cahya Permana3)


1), 2), 3)
Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi, cara kerja dan perawatan dari ignition system pada Auxiliary Power
Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) 85-129, komponen ignition system pada APU GTCP 85-125
terdiri dari ignition unit, igniter plug dan igniter cable.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu analisis yang digunakan berupa analisis kualitatif karena
hanya menggunakan gambaran-gambaran dalam penulisannya tidak menggunakan angka ataupun perhitungan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi terhadap komponen APU ignition system,
wawancara dan studi pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber data dari buku atau referensi lain seperti
maintenance manual, training manual, serta FAA handbook.
Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran
campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system APU GTCP 85-129 bekerja secara otomatis
selama proses starting APU, apabila terjadi kerusakan pada komponen-komponen ignition system maka cara
mengatasinya adalah dengan melakukan pengecekan pada komponen-komponen tersebut dengan cara audible test dan
visual check, kemudian melakukan pembersihan dan perbaikan komponen, apabila komponen tidak dapat diperbaiki
maka komponen tersebut harus diganti dengan yang baru dan melakukan uji coba untuk memastikan komponen bekerja
dengan baik.

Kata kunci: Auxiliary Power Unit (APU), APU GTCP 85-129, Ignition, Ignition System, APU Ignition System.

Pendahuluan

Pada era globalisasi ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat, hal
ini dapat dilihat dengan munculnya peralatan-peralatan canggih yang bisa mempermudah manusia
untuk melakukan berbagai macam kegiatan diantaranya adalah alat transportasi. Alat transportasi
adalah alat yang digunakan untuk memindahkan manusia dan barang dengan jumlah yang banyak
dan mudah. Alat transportasi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari hari adalah alat
transportasi darat, alat transportasi laut, dan alat transportasi udara.
Pesawat terbang mempunyai berbagai sistem dan komponen yang harus bekerja sesuai dengan
fungsinya, salah satunya adalah Auxiliary Power Unit (APU). APU berfungsi sebagai tenaga
cadangan yang menghasilkan tenaga pneumatic dan electrical pada saat pesawat di ground atau saat
engine tidak menyala, APU tidak akan menyala apabila ignition system pada APU tersebut tidak
bekerja dengan baik.
Igniter plug pada Auxiliary Power Unit (APU) memberikan spark (percikan) yang besar pada
ignition (starter) untuk membakar campuran udara dan fuel pada chombustion chamber. Oleh
karena itu, ignition system pada APU harus selalu dirawat dan diperhatikan dengan baik agar APU

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 1


ISSN : 2460-1608

tetap bisa bekerja sesuai dengan fungsinya, apalagi jika pesawat tersebut dioperasikan ke bandara
atau daerah terpencil yang tidak didukung oleh Ground Power Unit (GPU) dan Ground Turbine
Compressor (GTC) sebagai pengganti kerja APU. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui fungsi ignition system dan cara kerja ignition system pada APU GTCP 85-129, serta
mengetahui prosedur perawatan ignition system pada APU GTCP 85-129.

Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

Ignition System

Ada berbagai pengertian ignition system dari beberapa pakar. Menurut Hanwar [1], ignition system
berfungsi menciptakan percikan bunga api pada busi (spark plug) sebagai pemicu (igniter)
terjadinya pembakaran campuran udara dan bahan bakar pada ruang bakar pada setiap akhir
kompresi sesuai dengan urutan pengapian. Sistem pengapian merupakan bagian yang sangat vital
pada engine yang menggunakan fuel, karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara
dan bahan bakar pada ruang bakar tidak akan pernah terjadi. Sementara menurut Fahrudin [2],
ignition system dalam pesawat terbang berfungsi untuk mengatur arus listrik dengan komponen-
komponennya, sehingga menimbulkan api yang mampu membakar campuran bahan bakar dan
udara (fuel air mixture) didalam combustion chamber. Ignition system dan starting system sangatlah
diperlukan untuk menghidupkan engine di ground atau saat terbang dan juga pada penyalaan
berkelanjutan (continues ignition) untuk menjaga agar engine tetap hidup pada saat terbang.
Sistem pengapian pada mesin berfungsi membakar campuran udara dan bahan bakar di ruang bakar
pada akhir langkah kompresi, sehingga dihasilkan daya mekanik akibat pembakaran tersebut.
Konstruksi sistem pengapian yang menggunakan baterai sebagai sumber listriknya, disebut sebagai
sistem pengapian baterai.

Menurut Nugraha [3], Spark Plug merupakan komponen sistem pengapian yang berfungsi
mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya untuk
menghasilkan proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar. Loncatan
bunga api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua katup elektroda busi.
Menurut Eko [4], igniter plug memberikan spark yang besar untuk membakar campuran fuel dan
udara di combustion chamber. Igniter plug dipasang di sisi depan dari combustion chamber. Igniter
plug terdiri dari outer casing, center electroda dan ceramic isulator. Spark dari igniter plug berupa
electrik yang dihasilkan oleh center electroda yang dihubungkan dengan igniter cable. Menurut
Ruri [5], pada engine, campuran dan bahan bakar yang dikompresikan didalam silinder harus
dibakar untuk menghasilkan tenaga. Sistem pengapian berfungsi untuk membakar campuran udara
dan bahan bakar didalam ruang bakar yang telah dikompresi. Sistem pengapian yang digunakan
adalah pengapian listrik, yang artinya untuk menghasilkan percikan api digunakan tenaga listrik.

Komponen komponen sistem pengapian baterai:


a. Baterai, sebagai penyedia arus listrik tegangan rendah untuk coil.
b. Kunci kontak, berfungsi menghubungkan dan memutuskan aliran listrik dari baterai ke ignition
coil.
c. Ignition coil, berfungsi menaikkan tegangan listrik yang diterima dari baterai menjadi tegangan
tinggi (10.000 - 20.000 volt) yang diperlukan untuk pengapian, untuk mempertinggi tegangan
listrik tersebut pada ignition coil terdapat dua kumparan, yaitu: 1) Kumparan Primer (primary
coil), berfungsi menimbulkan medan magnet pada ignition coil, sehingga menghasilkan induksi

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 2


ISSN : 2460-1608

pada kumparan-kumparannya. Ciri dari kumparan primer ini adalah penampangnya besar tetapi
gulungannya sedikit (150 - 300 lilitan) dan berada di sebelah luar kumparan sekunder; 2)
Kumparan Sekunder (secondary coil), berfungsi menginduksi tegangan menjadi lebih tinggi
yang selanjutya dialirkan ke busi untuk menimbulkan pecikan api. Ciri dari kumparan ini
mempunyai penampang kecil dengan lilitan yang sangat banyak (15.000 - 30.000 lilitan) dan
berada disebelah dalam lilitan primer.
d. Busi (spark plug), berfungsi menghasilkan bunga api listrik antara kedua elektrodanya untuk
membakar campuran gas pada ruang bakar. Percikan bunga api ini diperoleh dari tegangan tinggi
yang dihasilkan igntion coil antara elektroda tengah dan sisi diberi renggang (gap) sebesar 0,6 -
0,8 mm, pada celah inilah terjadinya loncatan api listrik busi, bagian elektroda busi ini akan
segera menjadi kotor oleh gas-gas sisa pembakaran. Oleh karena itu, bagian ini harus dibersihkan
pada selang waktu tertentu.

Pengertian Auxiliary Power Unit (APU)


Auxiliary Power Unit (APU) adalah suatu gas turbine engine, yang menghasilkan tenaga electric
dan pneumatic. Tenaga pneumatic yang dihasilkan oleh APU bertekanan sebesar 40 psi dengan
temperature 3900 F 4400 F sedangkan tenaga electric pada APU yang dihasilkan sebesar 115v AC
400 Hz 3 phase. Tenaga pneumatic digunakan untuk air conditioning system yang berfungsi
mendinginkan cabin dan bleed supply system untuk starting engine sedangkan tenaga electric pada
APU digunakan untuk lighting system dan komponen yang ada pada control panel. APU terpasang
pada ekor pesawat terbang yang terletak di bagian bawah seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi APU


(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

Saat on ground APU dapat menghasilkan electric dan pneumatic dalam waktu yang bersamaan, saat
pesawat in flight APU yang digunakan secara bergantian, pada ketinggian 10000 ft atau 3050 m
APU bisa menggunakan tenaga pneumatic dan electrical, pada ketinggian 10000 ft 17000 ft atau
3050 5200 m hanya satu tenaga yang digunakan electrical atau pneumatic, dan pada ketinggian
17000 ft 35000 ft atau 5200 m- 10700 m hanya tenaga electrical yang digunakan. Biasanya APU
digunakan ketika pesewat on ground dan jarang dipakai ketika pesawat in flight, karena supply
pneumatic dan electrical sudah didapatkan dari engine [6].

Prinsip Kerja APU


Sistem kerja APU pada dasarnya hampir sama cara kerjanya dengan engine pada pesawat yaitu tiga

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 3


ISSN : 2460-1608

proses kerja. Proses kompresi (compression), proses pembakaran (ignition) dan ekspansi
(expansion). Ketiga operasi APU ini masing-masing terjadi di air intake, kompresor (compressor),
ruang bakar (combustion chamber), turbine dan exhaust.
Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara atmosfir yang masuk ke
dalam kompresor di mana temperatur udara tersebut juga naik. Udara bertekanan dari kompresor ini
masuk kedalam ruang bakar (combustion chamber). Bahan bakar disemprotkan ke dalam
combustion chamber yang di dalamnya terdapat udara bertekanan dan kemudian dinyalakan dengan
suatu alat penyala (igniter) hingga terbakar.
Kompresor dan combustion chamber menghasilkan media kerja dengan energi yang tinggi,
kemudian melakukan ekspansi dalam suatu turbine gas dan menghasilkan gaya poros. Media kerja
adalah gas yang dipergunakan untuk menghasilkan kerja pada turbine yaitu gas hasil pembakaran di
dalam ruang bakar. Dalam unit ini, energi kimia dari bahan bakar dirubah menjadi energi panas,
kemudian dirubah menjadi energi mekanis [7].

Fungsi dan Proses Terjadinya Listrik


Fungsi listrik di pesawat terbang yaitu untuk mensuplai pengapian (ignition) dalam pembakaran
campuran udara dan fuel untuk mengoperasikan engine, penyalaan lampu, instrument, navigation,
dan communication. Dasar pemikiran listrik dimulai dari teori elektron menyatakan bahwa benda
merupakan zat yang terdiri molekul dari bagian terkecil yang disebut atom. Atom merupakan
partikel terkecil dari semua unsur yang sudah tidak dapat dibagi lagi secara kimia.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada dengan sistematis dan apa adanya
tentang suatu variabel, gejala, atau prosedur pada saat penelitian dilakukan, tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu [8]. Sumber data pada penelitian ini bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari sumbernya secara langsung dari
hasil observasi dan wawancara dengan Engineer Boeing 737-series. Data sekunder diperoleh dari
dokumen dan prosedur yang dimiliki oleh Line Maintenance PT Sriwijaya Air Bandara Soekarno-
Hatta Cengkareng.

Alat Penelitian
Penelitian ini dalam pelaksanaannya telah menggunakan beberapa alat yang lazim digunakan.
Berikut adalah beberapa alat yang digunakan dalam melaksanakan penelitian:

1. Screw Driver
Screw Driver adalah alat yang digunakan untuk memutar sekrup atau baut dengan slot khusus.
Screw driver ini terdiri dari kepala atau ujung yang bergerak memutar, suatu mekanisme untuk
menerapkan torsi dengan memutar ujung, screw driver dibuat dalam berbagai jenis dan ujungnya
dapat diputar secara manual atau dengan motor penggerak.

2. Wrench
Wrench adalah alat yang digunakan untuk memberikan pegangan dalam membuka maupun
mengencangkan sebuah nut dan bold. Satu set wrench, biasanya memiliki ujung berbentuk open dan
ring di salah satu sisinya atau semua sisinya.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 4


ISSN : 2460-1608

3. Twister
Twister digunakan untuk membuat locking wire pada bold dan nut yang bertujuan mencegah
terjadinya putaran ke arah mengendor karena kekuatan getaran dan menjamin bold dan nut tetap
pada posisinya.

Bahan Penelitian
Pada penelitian ini dalam pelaksanaannya telah menggunakan beberapa bahan yang digunakan
untuk perawatan maupun perbaikan pada pesawat terbang yang mengenai ignition system pada APU
GTCP 85-129. Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian:
1. Auxiliary Power Unit (APU) GTCP 85-129
2. Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500 (ATA 49)
3. Aircraft Training Manual Boeing 737-300/400/500 (ATA 49)
4. Airframe and Powerplant Mechanics Airframe Handbook Flight Standart Service.
i.

Gambar 2. APU GTCP 85-129

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi Lapangan
Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut, di mana pengamatan
digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik dan harus berkaitan dengan
tujuan penelitian [9].

2. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab,
sambil tatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide atau panduan wawancara [9]. Materi yang diperoleh dalam penelitian ini
juga didapatkan dengan cara mewawancarai terhadap sumber-sumber terkait yang telah memahami
benar tentang masalah yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat memecahkan

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 5


ISSN : 2460-1608

masalah dalam penelitian ini.

3. Studi Pustaka
Menurut Arikunto [8], studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari
informasi melalui buku-buku, majalah dan literatur lainnya. Dalam hal ini metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari atau mengumpulkan sumber-sumber data
dari buku atau referensi lain seperti maintenance manual serta schematic manual.

Hasil dan Pembahasan


Ignition System
Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu
terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system
merupakan bagian yang sangat vital pada Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor
Power (GTCP) 85-129, karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara dan fuel pada
combustion chamber tidak akan pernah terjadi.
APU ignition terdiri dari ignition unit, igniter plug dan igniter cable. Tiga komponen tersebut harus
selalu dalam kondisi yang baik, jika salah satu komponen tersebut rusak atau tidak bekerja dengan
baik, maka hal inilah yang menyebabkan kegagalan fungsi ignition system. Komponen location
ignition unit, igniter plug dan igniter cable ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Komponen location ignition unit, igniter plug dan igniter cable
(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

Ignition Unit
Ignition unit berfungsi untuk mengubah 28 Vdc menjadi arus listrik yang besar. Ignition unit terdiri
dari transformer, vibrator, rectifier, booster coil dan capacitor. Gambar ignition unit ditunjukkan
pada Gambar 4. Ignition unit dipasang pada turbine plenum posisi six oclock. Lokasi ignition unit

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 6


ISSN : 2460-1608

ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 4. Ignition Unit


(Sumber: Aircraft Training Manual Boeing 737-300/400/500)

Gambar 5. Igniter plug


(Sumber: Aircraft Training Manual Boeing 737-300/400/500)

Igniter Plug
Igniter plug memberikan spark yang besar dengan energy sekitar 18.000 volt untuk membakar
campuran fuel dan udara di combustion chamber. Igniter plug dipasang di sisi depan dari
combustion chamber seperti pada Gambar 5. Igniter plug terdiri dari outer casing, center electroda
dan ceramic isulator. Spark dari igniter plug berupa electrik yang dihasilkan oleh center electroda
yang dihubungkan dengan igniter cable. Gambar igniter plug ditunjukkan pada Gambar 5.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 7


ISSN : 2460-1608

Igniter Cable
Igniter cable memasok jalur low-resistance antara ignition unit dan igniter plug, igniter cable
berfungsi sebagai pengantar arus listrik yang disediakan ignition unit menuju igniter plug.

Cara Kerja
Ignition system di Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) 85-129
bekerja secara otomatis selama proses starting APU, ditunjukkan pada Gambar 6 ketika APU
engine mencapai rpm 10% ignition system energize dan ignition system de-energize ketika APU
engine mencapai 95%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar system schematic manual
yang ada di lampiran.

Pada saat 10% rpm atau sekitar 4.200 rpm APU engine, ignition unit energized, vibrator
mensuplai 28 Vdc yang di transmitted ke transformer, transformer bekerja menambah voltage dan
mengirimkannya melalui rectifier ke storage capacitor. Pada saat storage capacitor telah terisi
penuh akan mengeluarkan gelombang arus intensitas tinggi ke primary winding dari booster coil,
dan secondary winding dari booster coil akan mensuplai gelombang arus ke igniter cable, kemudian
igniter cable mengirimkan arus tersebut menuju center electrode dari igniter plug yang
menghasilkan 4-5 spark perdetik dengan energi sekitar 18.000 volt untuk membakar campuran
udara dan fuel didalam combustion chamber.
Pada saat 95% rpm atau sekitar 39.900 rpm APU engine, ignition system de-energize secara
otomatis, karena pada kondisi itu didalam combustion chamber mempunyai suhu yang tinggi dan
tidak memerlukan lagi spark dari igniter plug untuk membakar campuran udara dan fuel secara
continue (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 8


ISSN : 2460-1608

Gambar 6. Auxiliary Power Unit (APU) start sequence


(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

Perawatan Ignition System


Ignition system pada APU harus selalu dirawat dan diperhatikan dengan baik agar APU tetap bisa
bekerja sesuai dengan fungsinya, apalagi jika pesawat tersebut dioperasikan ke bandara atau daerah
terpencil yang tidak didukung oleh Ground Power Unit (GPU) dan Ground Turbine Compressor
(GTC) sebagai pengganti kerja APU.
Inspection terhadap komponen ignition system perlu dilakukan agar tidak mengalami kegagalan saat

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 9


ISSN : 2460-1608

starting APU, kegagalan ignition system dapat disebabkan karena kerusakan dari salah satu
komponen ignition system tersebut, cara mengetahui kerusakan komponen ignition system dapat
dilakukan dengan cara audible test dan visual check.

Audible Test
Audible test merupakan pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara yang timbul saat proses
kerja komponen ignition system, jika terdapat suara yang tidak normal saat proses kerja komponen
tersebut maka perlu dilakukan visual check, proses audible test APU ignition system prosesnya
sama seperti proses starting APU, tetapi selama proses audible test dipantau oleh seseorang ketika
APU run up.

Prosedur penggunaan audible test yaitu:


1. Switch battery di cockpit pada posisi ON.
2. Master switch APU ke posisi START, selama 3 detik.
3. Melepaskan master switch APU, secara otomatis master switch APU ke posisi iddle atau ON.
4. Mendengarkan suara yang dihasilkan pada proses starting APU.
5. APU ignition system bermasalah apabila:
a) Suara ledakan saat pengapian atau penyalaan APU lemah.
b) Suara yang dihasilkan terdapat noise yang berlebih atau suaranya kasar.
c) Proses starting APU tidak normal.
Maka perlu dilakukan inspection lebih lanjut dengan cara visual check.

Visual Check
Visual check yaitu pemeriksaan dengan cara melihat langsung komponen tersebut, apabila pada
komponen terdapat aus, crack ataupun kerusakan lain yang menyebabkan komponen tidak
berfungsi maka komponen tersebut harus diganti, agar dapat melaksanakan inspection terlebih
dahulu dapat melakukan removal/installation komponen.

a. Removal/Installation
Mengetahui fungsi, lokasi dan cara kerja komponen, juga selain itu harus mengetahui bagaimana
pelepasan dan pemasangannya kembali apabila diperlukan perbaikan atau penggantian komponen.

b. Igniter Plug Removal


1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi.
b) Membuka APU cowl door.
Membuka APU cowl door dengan menggerakkan latches (pengunci) keposisi open.
c) Membuka lower shroud.
Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan kemudian membuka shroud latches
tersebut.
d) Membuka igniter plug yang ditunjukkan pada Gambar 7.
(1) Membuka bolt dan washer pada igniter plug.
(2) Melepaskan igniter plug dari combustion chamber cap.
(3) Melepaskan gasket dan retainer dari igniter plug.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 10


ISSN : 2460-1608

Gambar 7. Removal igniter plug


(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

c. Ignition Unit Removal


1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi.
b) Membuka APU cowl door.
Membuka APU cowl door dengan menggerakkan latches (pengunci) keposisi open.
c) Membuka lower shroud.
Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan kemudian membuka shroud latches
tersebut.
d) Melepas ignition unit
(1) Merilis voltage dari ignition unit:
(a) Memastikan 5 menit telah berlalu sejak APU start terakhir.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 11


ISSN : 2460-1608

(b) Disconnect igniter cable dari igniter plug.


(c) Ground igniter cable terminal ke APU engine.
(d) Menghubungkan kembali igniter cable ke igniter plug.
(2) Membuka lock wire pada ignition unit
(3) Disconnect electrical connector dan igniter cable dari ignition unit.
(4) Melepas screws and washer yang menempelkan ignition unit ke support assembly.
Melepas ignition unit, ignition unit removal ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Removal ignition unit


(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

d. Igniter Cable Removal


1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi.
b) Membuka APU cowl door.
Membuka APU cowl door dengan menggerakkan latches (pengunci) keposisi open.
c) Membuka lower shroud.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 12


ISSN : 2460-1608

Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan kemudian membuka shroud latches
tersebut.
d) Melepas igniter cable dari APU, igniter cable removal ditunjukkan pada Gambar 9.
(1) Membuka lock wire pada igniter cable.
(2) Disconnect igniter cable dari ignition unit.
(3) Melepaskan igniter cable
(4) Memasang caps pada igniter cable untuk mencegah kotoran.

Gambar 9. Removal igniter cable


(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

e. Igniter Plug Inspection/Check


1. Mempersiapkan Alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a) Melepaskan igniter plug APU sesuai prosedur,
b) Melakukan visual inspection dari igniter plug:
Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 13
ISSN : 2460-1608

(1) Memeriksa bagian-bagian igniter plug dari cracks.


Mengganti igniter plug jika terdapat cracks, damage atau corrosion.
(2) Memeriksa electrode dan outer shell dari erosion.
Mengganti igniter plug jika terdapat erosion yang melebihi limits yang ditunjukkan
Gambar 10.
(3) Memasang igniter plug APU sesuai prosedur.

Gambar 10. Igniter plug erosion limit


(Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500)

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 14


ISSN : 2460-1608

f. Igniter Cable Installation


1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a) Installation igniter cable pada APU.
(1) Melepas caps dari igniter cable.
(2) Connect igniter cable ke ignition unit.
(3) Memasang lockwire pada igniter cable dan ignition unit.
(4) Connect igniter cable ke igniter plug pada combustion chamber caps.
(5) Memasang lockwire antara igniter plug dan igniter cable.
b) Memasang lower shroud.
Menekan dan mengunci latches lower shroud.
c) Memasang APU cowl door.
Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci APU cowl door.
d) Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen.

g. Ignition Unit Installing


1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a. Memasang ignition unit.
1) Meletakkan ignition unit sesuai dengan posisi support assembly.
2) Memasang screws dan washers untuk menempelkan ignition unit pada support
assembly.
3) Connect electrical connector dan igniter cable.
4) Memasang lockwire pada electrical connector dan igniter cable.
b. Memasang lower shroud.
Menekan kemudian mengunci latches lower shroud.
c. Memasang APU cowl door.
Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci latches APU cowl door.
d. Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen.

h. Igniter Plug Installing


1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).
2. Prosedur
a. Memasang igniter plug
(1) Memasang gasket dan retainer yang baru pada igniter plug.
(2) Memasang igniter plug pada combustion chamber cap dengan bolt dan washer.
(3) Connect igniter cable ke igniter plug.
(4) Memasang lockwire pada igniter cable dan igniter plug bolts.
b. Memasang lower shroud.
Menekan kemudian mengunci latches lower shroud.
c. Memasang APU cowl door.
Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci latches APU cowl door.
d. Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 15


ISSN : 2460-1608

Memasang kembali semua komponen ignition system, kemudian dilakukan kembali pengujian
secara audible test APU ignition system, apabila semua beroperasi dengan baik dan normal maka
penggantian komponen dinyatakan berhasil, namun apabila komponen ignition system belum
bekerja dengan baik maka melakukan kembali inspection secara visual check hingga komponen
APU ignition system bekerja dengan baik dan normal.

Kesimpulan

Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu
terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system di APU
GTCP 85-129 bekerja secara otomatis selama proses starting APU, ketika APU engine mencapai
10% atau sekitar 4.200 rpm ignition system energize dan ignition system de-energize ketika APU
engine mencapai 95% atau sekitar 39.900 rpm. Inspection terhadap komponen ignition system
perlu dilakukan agar tidak mengalami kegagalan saat starting APU, kegagalan ignition system dapat
disebabkan karena kerusakan dari salah satu komponen ignition system tersebut, cara mengetahui
kerusakan komponen ignition system dapat dilakukan dengan cara audible test dan visual check.
Untuk penelitian selanjutnya mengenai ignition system dapat dikembangkan lebih mendalam
terutama penelitian mengenai ignition system pada engine.

Daftar Pustaka

[1] O. Hanwar, Kajian Eksperimental Sistem Pengapian Konvensional Ditinjau Dari Aspek Perawatan Prediktif Terhadap Konsumsi Bahan Bakar,
Politeknik Negeri Padang: Padang, 2009
[2] Fahrudin, Ignition Exciter Pada Engine CFM56-7 Pesawat Boeing 737-600/700/800/900, STTKD: Yogyakata, 2010.
[3] B. Nugraha, Sistem Pengapian. UNY: Yogyakarta, 2005.
[4] A. Eko, Kegagalan Starting Auxiliary Power Unit Pada Pesawat Boeing 737-series, STTKD: Yogyakarta, 2007.
[5] Ruri, Sistem Pengapian, Ponpes Al Musaini: Sragen, 2011.
[6] E. Septiawan, Sistem Operasional Air Cycle Machine Pada Air Conditioning Pesawat Boeing 737-Series, STTKD: Yogyakarta, 2013.
[7] Aircraft Training Manual Boeing 7373-series, ATA 49, 1988.
[8] S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta, 2006.
[9] M. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 2009.
[10] Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-series, Chapter 49, 2012
[11] Aviation Maintenance Technician Handbook-Powerplant Volume 1, Chapter 2. Federal Aviation Administration, 2012.

Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember 2014 | 16

Anda mungkin juga menyukai