Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi pesawat terbang sudah sangat maju. Salah satu
sarana yang dibutuhkan oleh setiap instansi yang terdapat pada dunia
penerbangan, semakin tinggi kemampuan teknologi pesawat terbang suatu
instansi, maka akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dari misi
penerbangan dan keselamatan penerbangan tersebut. Keberhasilan tersebut tidak
hanya pada perusahaan penerbangan sipil yang diutamakan akan tetapi pada
organisasi penerbangan militer, dengan kemampuan melaksanakan perbaikan
dan pemeliharaan pesawat terbang sampai pada kerusakan sedang. Tindakan
perbaikan dan pemeliharaan ini berlatar belakang keselamatan, baik keselamatan
para awak penumpang maupun kru yang terlibat, juga keselamatan dari pesawat
serta semua material yang mendukung operasi atau misi penerbangan tersebut.
Sedangkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan bertujuan agar pesawat selalu
dalam keadaan siap setiap saat, dan juga agar komponen-komponen dari pesawat
tersebut mampu bertahan dalam jangka waktu yang ditentukan.
Pada industri penerbangan dibutuhkannya maintenance berupa
preventive maintenance. Preventive maintenance adalah jenis maintenance yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mesin selama operasi
berlangsung.
PT GMF AeroAsia Tbk. yang didirikan oleh pemerintah adalah
perusahaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang terbesar di Indonesia
dan berkapabilitas untuk perbaikan mesin, APU (Auxiliary Power Unit), interior,
dan eksterior pesawat. Salah satu Unit maintenance di PT GMF AeroAsia Tbk.
adalah Engine Maintenance. Unit tersebut melakukan maintenance tingkat tinggi
pada Engine dan Auxiliary Power Unit (APU) pesawat terbang. Komponen-
komponen mesin pesawat yang banyak dan rumit membuat PT GMF AeroAsia
Tbk. ini memisahkan Engine maintenance menjadi Unit yang berdiri sendiri.
1.2. Maksud dan Tujuan
Tujuan umum :
Sesuai dengan tujuan pendidikan Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Udayana yaitu menjalin hubungan dan kerjasama
yang harmonis dengan pihak luar guna pengembangan keahlian dan
keilmuan, maka kerja praktik dilaksanakan sebagai media belajar dan
pengenalan kehidupan di lingkungan kerja yang sebenarnya.
Tujuan spesifik :
1. Mengetahui sistem kerja pada Auxiliary Power Unit pada pesawat
Boeing 737 NG, khususnya pada sistem pengapian (Ignition) pada
APU.
1
2. Mengetahui prosedur maintanance yang dilakukan pada APU Boeing
737 NG sehingga komponen yang rusak tersebut dapat digunakan
kembali (serviceable).
2
1.5. Metode Penyusunan Laporan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode observasi, metode
studi literature dan metode Tanya jawab.
3
BAB II
Profil Perusahaan
4
2.2. Visi, Misi, dan Values Perusahaan
Visi Perusahaan
Top 10 MROs In The World
Misi Perusahaan
To provide integrated and reliable aircraft maintenance solution for a safer
sky and secured quality of life of mankind.
Value
GMF AeroAsia cultivates a corporate culture based on values which infuse
our activities, Leading us to achieve our goals, and realizing our vision
which consist of:
-Concern for People
-Integrity
-Professional
-Teamwork
-Customer Focused
5
2.4. Struktur Organisasi Perusahaan
6
Gambar 2.2. Hangar 1
2. Hangar 2
Hangar 2 adalah hangar pertama yang dibangun. Hangar 2 mempunyai luas
22.500 m2, hangar ini digunakan untuk pesawat ringan pada pesawat berbadan
lebar maupun kecil. Hangar ini dapat menampung sekaligus 3 pesawat berbadan
lebar dan 2 buah pesawat berbadan kecil.
7
3. Hangar 3
Hangar 3 juga mempunyai luas 23.000 m2. Hangar ini juga terdiri dari tiga
tempat yang terutama untuk heavy maintenance pada pesawat Airbus A330
series. Hangar mempunyai enam roof-mounted dan satu tempat secara khusus
dilengkapi dengan purpose-built dan platform untuk memudahkan bekerja pada
pesawat jenis widebody.
4. Hangar 4
Hangar 4 dibangun di atas lahan seluas 66.940 m2 dan bisa menampung 16
pesawat narrowbody, dimana salah satu line dikhususkan untuk pekerjaan
painting. Hangar ini menjadi salah satu hangar terluas dan termodern di Asia.
8
Gambar 2.5. Hangar 4
5. Workshop Building
PT GMF AeroAsia memiliki dua buah workshop yang memiliki fungsi dan
peranan yang berbeda. Setiap workshop dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang untuk memudahkan perawatan dan perbaikan pesawat. Workshop
satu memiliki luas 10.785 m² dan workshop dua memiliki luas 11.814 m².
6. Unity Building
Unity Building merupakan pusat kelistrikan PT GMF AeroAsia yang memiliki
luas 3.240 m². Fasilitas ini memuat peralatan utama yang diperlukan sebagai
sumber tenaga penggerak bagi fasilitas yang ada di lingkungan PT. GMF
AeroAsia.
Beberapa fasilitas sumber penggerak adalah Generator, Transformator serta Air
Pressure untuk keperluan hangar, bengkel dan gedung perkantoran.
7. General Storage
General storage merupakan tempat menyimpan suku cadang pesawat. Luasnya
sekitar 11.644 m² dan dapat menampung 130.000 macam suku cadang. tempat
ini dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan yang baik dan cermat, kondisi suhu
dan kelembaban udara yang sesuai dengan persyaratan pabrik pembuatnya.
8. Special Storage
Special Storage memiliki luas sekitar 2.593 m², tempat ini digunakan sebagai
tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang berbahaya dan bahan-bahan
yang mudah terbakar.
9. Ground Support Equipment
Ground Support Equipment adalah bengkel perawatan dan perbaikan semua alat
dan penunjang kebutuhan pesawat seluas 6.318 m². Pada tempat ini pula
terdapat kendaraan pengangkut perlengkapan pesawat.
9
10. Coverage Storage
Coverage store merupakan tempat parkir khusus bagi kendaraan oprasional
General Store Equipment.
11. Engine Test Cell
Engine Test Cell merupakan ruangan khusus untuk menguji Engine pesawat
yang telah atau yang akan dioperasikan seluas 1.577 m². Pengujian ini bertujuan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat adanya kerusakan pada
Engine ketika pesawat dijalankan. Fasilitas ini juga dapat melakukan
pengetesan APU (Auxilary Power Unit) yang memiliki daya dorong 100.000 lb
(450 KN) dan dilengkapi dengan pengontrol komputer dalam pengoprasiannya.
12. Engine Shop Building
Tempat ini diperuntukkan untuk merawat mesin-mesin yang diturunkan dari
pesawat. Engine utama dan Auxiliary Power Unit (APU) dirawat oleh Unit
Engine maintenance di tempat ini.
10
BAB III
Jurnal Kegiatan
Kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2019 s/d 14 Februari
2019 akan tertera pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
11
BAB IV
Landasan Teori, Analisa dan Pembahasan
12
pada 41.000 kaki (12.500 meter). Electrical dan pneumatic power dapat
menyuplai secara bersamaan pada ketinggian sampai dengan 10.000 kaki (3.048
meter). Tenaga pneumatic sendiri dapat menyuplai sampai pada ketinggian
17.000 kaki (5.183 meter). APU dapat dinyalakan pada ketinggian 41,000 kaki
atau dibawahnya. APU memiliki length 56,76 inch (144 cm),width 34,33 inch
(87 cm), height 29,55 inch (75 cm).
13
4.2. Komponen Auxiliary Power Unit (APU)
4.2.1. Komponen major pada APU yaitu:
Fuel manifolds
Fuel nozzles
Oil cooler
Starter-generator
Bleed Air Valve (BAV)
Inlet Guide Vane Actuator (IGVA)
Pressure sensors
Ignition Unit
Surge Control Valve (SCV)
Data Memory Module (DMM)
Lube module
Fuel Control Unit (FCU)
APU Engine
14
4.2.2. APU Air Inlet
APU air inlet merupakan sebuah bagian berbentuk rongga pada bagian
kanan ekor pesawat ,berfungsi sebagai penyuplai udara untuk
mengoperasikan APU Engine dan load compressor. Untuk pengoperasian
air inlet,dikontrol oleh APU switch dan APU Electronic Control Unit
(ECU). Bagian-bagian pada air inlet yaitu:
Inlet door housing
Air inlet door
Air inlet door vortex generator and flap
Air inlet door actuator and actuator rods, untuk membuka dan menutup
air inlet (aktuator elektrik)
Air inlet door switch, yang memberikan sinyal pada ECU (sensor)
Diffuser ducts
Elevator cable housing
Inlet liner plenum
Inlet adapter
15
4.2.3. APU Engine
APU Engine merupakan mesin yang berfungsi menyuplai daya untuk
mengoperasikan load compressor dan APU starter-generator. APU Engine
memiliki komponen yaitu:
Accessory gear box
Single stage load compressor
Single stage Engine compressor
Combustion chamber
Two stage axial flow turbine
16
4.2.4. APU Fuel System
APU fuel system berfungsi untuk menyuplai bahan bakar yang sudah
terukur ke APU combustion chamber , juga menyuplai bahan bakar ke APU
inlet guide vane dan surge control valve actuator. Berikut merupakan
komponen pada APU fuel system:
Fuel Control Unit (FCU), berfungsi menyuplai bahan bakar untuk
mengoperasikan APU pada saat start, acceleration, dan on speed
Flow devider, berfungsi menyuplai bahan bakar ke primary fuel manifold
selama start pada APU berlangsung, saat mencapai 25-40 persen
kecepatan, sekitar 120 psi, Flow Divider akan menyuplai fuel masuk ke
primary dan secondary fuel manifold, untuk mengoperasikan APU
Flow devider solenoid, berfungsi untuk menjaga agar fuel tidak masuk ke
secondary fuel manifold di waktu yang tidak tepat (saat mencapai
ketinggian 25.000 kaki/7.620 meter, dikarenakan APU akan mengurangi
kecepatannya)
Primary fuel manifold, berfungsi untuk initial start dan akselerasi
Secondary fuel manifold
Fuel nozzles
17
Gambar 4.6 APU Fuel System (2)
18
Gambar 4.8 Fuel Flow Divider dan Flow Divider Solenoid
19
4.2.5. APU Ignition and Start system
APU Ignition dan start system memberikan daya awal untuk perputaran
pada Engine dan pengapiannya. APU Electronic Control Unit (ECU) yang
mengontrol sistem start pada APU. Berikut ini merupakan komponen –
komponen pada APU Ignition system dan start system :
Ignition Unit
Igniter Plug Lead
Igniter Plug
Start Power Unit (SPU)
Start Converter Unit (SCU)
Starter-generator
20
Start Power Unit (SPU) mengubah 115v ac atau 28v dc daya elektrik
menjadi 270v dc. Transfer Bus 1 atau baterai menyuplai daya ke SPU. SPU
memberikan data kerusakan kepada ECU melalui SCU untuk display pada
CDU.
Start Converter Unit (SCU) mengubah daya 270v dc tersebut menjadi ac
dan dikirim ke starter-generator. SCU memberikan data kerusakan ke ECU
untuk display pada CDU.
ECU memberikan sinyal kepada SCU saat air inlet door sudah terbuka
penuh. SCU tersebut memberitahu kepada SPU untuk menyuplai daya 270v
dc. SCU tersebut mengubah daya 270v dc ke ac untuk mengoperasikan
starter-generator. Pada kecepatan mencapai 70 persen, ECU
menghilangkan sinyal start dari SCU. Dengan dihilangkannya sinyal
tersebut, SCU dan SPU menghilangkan daya dari starter-generator.
Maksimum kerja cycle untuk SPU dan SCU adalah tiga kali start,dan setiap
satu kali start harus diisi dengan cool down selama 15 menit untuk start
selanjutnya. Jika start melampaui batas nya, yaitu 3 kali start, maka SCU
dan SPU akan menjadi sangat panas dan memberhentikan APU start. Lebih
mungkin melakukan start apabila SPU dan SCU sudah dalam kondisi
dingin.
21
Starter-generator pada APU berfungsi untuk memberikan daya rotasi awal
pada APU untuk start cycle. Starter-generator juga merupakan sumber daya
elektrik untuk sistem sebuah pesawat. Benda tersebut dapat menyuplai 90
kva ac daya elektrik saat di darat maupun saat terbang. Starter-generator
mempunyai terminal block dan electrical connector, juga mempunyai 3
rotor di shaft yang sama. Disetiap rotor, terdapat stater winding yang
tepasang di dalam starter-generator case. Komponen rotor-stator:
22
Ignition system merupakan sistem pembakaran dari fuel-air mixture selama
Engine start berlangsung. APU Electronic Control Unit (ECU) juga
mengontrol Ignition system. Komponen Ignition system terdapat pada
bawah dari mesin. Komponen dari Ignition system yaitu :
Ignition Unit
Igniter Plug Lead
Igniter Plug
Ignition Unit mengubah 28v dc power menjadi high voltage yang diaruskan
kepada Igniter Plug. Setiap Ignition Unit mempunyai satu saluran untuk
satu Igniter Plug Lead dan Igniter Plug. Ignition Unit memberikan 1
percikan api (spark) per detik kepada Igniter Plug.
Igniter Plug Lead menghubungkan Ignition Unit dan Igniter Plug.
Penyekatan pada Igniter Plug Lead berfungsi untuk mencegah gangguan
radio.
Igniter Plug berfungsi memberikan spark dengan energi yang tinggi untuk
fuel-air Ignition.
ECU menyalakan Ignition system saat kecepatan 0 persen selama APU start
berlangsung. Kemudian, ECU akan mematikan Ignition system saat
kecepatan mencapai 60 persen. ECU akan kembali menyalakan Ignition
system apabila kecepatan pada mesin APU berada dibawah 95 persen
selama pengoperasian APU berlangsung.(speed droop = kecepatan
menurun/melelai).
23
Gambar 4.12 APU Ignition Unit,Igniter Plug Lead, dan Igniter Plug
Untuk sumber daya elektrik yang berfungsi untuk Ignition and start system
berasal dari:
Baterai, 24/28v dc
Swiched hot Baterry bus, 24/28v dc
Standby bus, 115v ac
Transfer Bus 1, 115v ac
24
ECU menerima input dari airplane system dan dari APU itu sendiri. ECU juga
menerima daya 28v dc dari 28v dc switched hot baterry bus. Input yang
diberikan pada ECU akan dijabarkan pada Gambar 3.14 sebagai berikut :
25
Gambar 4.15 Output Yang Dihasilkan Oleh ECU
26
ECU juga memiliki protective shutdown logic untup mematikan APU.
Protective shutdown bekerja jika terjadi kesalahan ataupun terjadi overspeed
Light. Protective shutdown pada ECU akan dijabarkan pada Gambar 3.17
sebagai berikut :
27
Kemudian masuklah ke tahap APU start yang dikontrol oleh ECU. Berikut
merupakan tahap-tahap start :
Saat kecepatan 0 persen dan sebelum start system dijalankan, ECU menyalakan
Ignition Unit
Saat kecepatan 0 persen untuk start atau kecepatan 7 persen untuk restart, ECU
menyalakan starter-generator
Saat kecepatan mencapai 7 persen, fuel folenoid valve terbuka
Saat kecepatan mencapai sekitar 30 persen, low oil pressure Light keluar
Saat kecepatan mencapai 60 persen, Ignition Unit dimatikan
Saat kecepatan mencapai 70 persen, starter-generator dimatikan
Saat kecepatan mencapai 95 persen, APU dapat menyuplai daya elektrik sampai
ketinggian 41.000 kaki (12.500 meter). APU dapat menyuplai udara sampai
ketinggian 17.000 kaki (5183 meter)
APU berakselerasi sampai kecepatan mencapai 100 persen
28
Mengenai shutdown pada APU, shutdown juga di kontrol oleh ECU. Ada 2 tipe
shutdown pada APU, yaitu normal shutdown dan protective shutdown. Saat APU
switch dalam status off, itu akan mematikan sinyal 28v dc ON kepada ECU dan
memberikan sinyal 28v dc OFF kepada ECU. Shutdown pada APU akan
menyebabkan cool down cycle. Cool down cycle berlangsung selama 60 detik,
dimulai saat APU switch pada posisi off. Langkah-langkah cool down yang
dilakukan pada ECU yaitu sebagai berikut :
Saat kecepatan mencapai 30 persen, APU air inlet door mulai menutup
Saat kecepatan kurang dari 7 persen, APU restart dapat dimulai
29
Analisa dan Pembahasan
Hang Start pada Auxiliary Power Unit (APU) Saat Operasional pada pesawat Boeing
737 NG
4.4.Pengenalan Masalah
Pada kali ini, permasalahan yang akan diangkat yaitu berkaitan dengan Auxiliary
Power Unit (APU), yaitu masalah pada APU Ignition dan start system yang
mengalami hang saat dioperasikan. Hang start merupakan suatu permasalahan yang
biasanya ditemukan pada APU pesawat Boeing 737 NG. APU yang digunakan pada
pesawat Boeing 737 NG yaitu Honeywell 131-9(B).
Ada beberapa komponen utama yang berperan penting pada saat APU start, yaitu :
Ignition Unit
Igniter Plug
Start Power Unit (SPU)
Start conventer Unit (SCU)
Starter-generator
Electronic Control Unit (ECU)
Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada Igniter Plug
sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion
chamber. Ignition system merupakan bagian yang sangat vital pada Auxiliary
Power Unit (APU), karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara
dan fuel pada combustion chamber tidak akan pernah terjadi.
Ignition Unit, Igniter Plug,dan Igniter Plug Lead merupakan komponen yang
berperan penting pada pengapian APU. Ignition Unit mengubah daya 28v dc yang
diberikan oleh baterai menjadi voltase yang akan menjadi sebuah percikan bunga
api yang dikeluarkan oleh Igniter Plug. Igniter Plug Lead merupakan penghubung
antara Ignition Unit dan Igniter Plug. Jika salah satu dari komponen ini rusak, maka
pembakaran tidak akan berlangsung.
Starter-generator merupakan komponen yang menjadi sumber utama kelistrikan
pada sistem pesawat. Starter-generator dibantu oleh dua komponen, yaitu Start
Power Unit (SPU) dan Start Conventer Unit (SCU). SPU mengubah daya sebesar
115v ac atau 28v dc menjadi 270v dc . kemudian SCU mengubah 270v dc menjadi
ac, dan mengirim daya tersebut ke starter-generator untuk dioperasikan. Starter-
generator itu sendiri dapat menyuplai 90 kva ac daya elektrik kepada sistem
pesawat saat di darat maupun saat terbang. Pada starter-generator juga terdapat
exciter yang menghasilkan eksitasi untuk menjalankan pengapian dan pembakaran.
Komponen-komponen inilah yang berperan penting dalam start system pada APU
start.
Sumber-sumber daya elektrikal berasal dari baterai dan switched hot Baterry bus
(24/28v dc), juga standbuy bus dan Transfer Bus 1 (115v ac).
30
Berikut ini merupakan langkah-langkah start pada APU :
31
berikut merupakan alur langkah-langkah APU start :
1. Terjadi kerusakan pada salah satu dari tiga komponen di APU Ignition.
Apabila terdapat kerusakan pada salah satu komponen seperti Ignition Unit,
Igniter Plug, maupun Igniter Plug Lead, akan menyebabkan tidak adanya
percikan bunga api yang dikeluarkan oleh Igniter Plug. Jika sudah ada fuel yang
tersedia dari fuel system, tetapi tidak adanya Ignition yang dihasilkan, maka
akan menyebabkan pembakaran tidak dapat berlangsung, dan dapat
menyebabkan start yang cukup lama, dan juga terjadi hang start pada APU.
32
starter-generator merupakan komponen penting dalam start system. Starter-
generator menggerakan rotasi awal pada mesin APU, dan juga menghasilkan
daya 90 kva ac . Apabila komponen yang ada didalam stater-generator, seperti
exciter misalnya. Exciter ini berfungsi untuk memberikan eksitasi yang
membuat starter-generator berputar dan menghasilkan daya. Apabila komponen
ini dalam gangguan, dapat terjadi hang start pada saat APU start. Begitu juga
dengan komponen-komponen lainnya yang ada di dalam starter-generator.
fungsi SPU yaitu mengubah 115v ac atau 28v dc daya elektrik menjadi 270v dc,
dan fungsi SCU adalah mengubah daya 270v dc menjadi ac dan memberikannya
kepada starter-generator. Apabila SPU atau SCU bermasalah, dapat terjadi
kegagalan dalam mengubah menjadi ac atau dc, dan juga pengurangan daya
yang dihasilkan, yang seharusnya 270v dc, dan dapat berpengaruh juga pada
operasional starter-generator
Ada 4 sumber daya kelistrikan, yaitu baterai, switched hot Baterry bus,standby
bus,dan Transfer Bus 1. Baterai dan switched hot Baterry bus menghasilkan
24/28v dc. Standby bus dan Transfer Bus 1 menghasilkan 115v ac. Adanya
kemungkinan daya yang dihasilkan tidak sesuai dengan seharusnya, dan bisa
juga tidak menghasilkan,alias rusak total atau mati. Dapat terjadi jika komponen
tidak dalam kondisi yang baik, jumlah cycle/hours sudah banyak dan diharuskan
melakukan maintenance. Hal ini juga dapat menyebabkan hang start, karena
secara otomatis, daya yang diberikan pada Ignition Unit maupun Start Power
Unit tidak sesuai, sehingga menghambat terjadinya pengapian maupun
pembakaran, atau bisa jadi tidak ada pengapian sama sekali, dikarenakan tidak
ada daya yang diberikan.
fuel system juga berperan penting dalam APU start . Pada combustion chamber,
terjadinya pembakaran yang membutuhkan campuran fuel dan udara. Apabila
salah satu tidak memadai, maka pembakaran tidak akan terlaksana. Flow
Divider akan menyuplai bahan bakar kepada primary fuel manifold saat
mencapai 25-40 persen kecepatan, sekitar 120 psi. Primary fuel manifold
berfungsi untuk initial start dan akselerasi. Apabila kerusakan terjadi pada
komponen tersebut,atau juga pada penghubung ke combustion chamber akan
menghambat laju fuel dan akan menyebabkan APU start yang lama, ataupun
tidak berjalan dengan maksimal, yang juga akan menyebabkan hang pada sistem
start.
33
4.6. Perawatan pada APU Ignition dan start system
Ignition system pada APU harus selalu dirawat dan diperhatikan dengan baik agar
APUtetap bisa bekerja sesuai dengan fungsinya,apalagi jika pesawat tersebut
dioperasikan ke bandara atau daerah terpencil yang tidak didukung oleh Ground
Power Unit (GPU) dan Ground Turbine Compressor (GTC) sebagai pengganti kerja
APU. Setiap komponen pada pesawat mempunyai life time nya masing-masing,
ditentukan oleh berapa cycle atau hours komponen itu sudah dipakai.
Inspection terhadap komponen Ignition system perlu dilakukan agar tidak
mengalami kegagalan saat starting APU, kegagalan Ignition system dapat
disebabkan karena kerusakan dari salah satu komponen Ignition system tersebut,
cara mengetahui kerusakan komponen Ignition system dapat dilakukan dengan cara
audible test dan visual check.
Audible Test
Audible test merupakan pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara yang timbul
saat proses kerja komponen Ignition system, jika terdapat suara yang tidak normal
saat proses kerja komponen tersebut maka perlu dilakukan visual check, proses
audible test APU Ignition system prosesnya sama seperti proses starting APU,
tetapi selama proses audible test dipantau oleh seseorang ketika APU run up.
Prosedur penggunaan audible test yaitu:
3. Melepaskan master switch APU, secara otomatis master switch APU ke posisi
iddle atau ON.
Maka perlu dilakukan inspection lebih lanjut dengan cara visual check.
Visual Check
Visual check yaitu pemeriksaan dengan cara melihat langsung komponen tersebut,
apabila pada komponen terdapat aus, crack ataupun kerusakan lain yang
menyebabkan komponen tidak berfungsi maka komponen tersebut harus diganti,
agar dapat melaksanakan inspection terlebih dahulu dapat melakukan
removal/installation komponen.
34
a. Removal/Installation
Mengetahui fungsi, lokasi dan cara kerja komponen, juga selain itu harus
mengetahui bagaimana pelepasan dan pemasangannya kembali apabila
diperlukan perbaikan atau penggantian komponen.
b. Igniter Plug Removal
1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance
Manual(AMM).
2. Prosedur
a) Memastikan semua switch dicockpit pada posisi off agar APU tidak
beroperasi.
b) Membuka APUcowl door.Membuka APU cowl door dengan menggerakkan
latches(pengunci) keposisi open.
c) Membuka lower shroud.Lower shroudter kunci oleh shroud latches, menekan
kemudian membuka shroud latchestersebut.
d) Membuka Igniter Plug yang ditunjukkan pada Gambar 4.2
(1) Membuka bolt dan washerpada Igniter Plug.
(2) Melepaskan Igniter Plug dari combustion chamber cap.
(3) Melepaskan gasket dan retainer dari Igniter Plug.
35
c. Ignition Unit Removal
1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual
(AMM).
2. Prosedur
a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi.
b) Membuka APU cowl door. Membuka APU cowl door dengan menggerakkan
latches (pengunci) keposisi open.
c) Membuka lower shroud. Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan
kemudian membuka shroud latches tersebut.
d) Melepas Ignition Unit
(1) Merilis voltage dari Ignition Unit:
(a) Memastikan 5 menit telah berlalu sejak APU start terakhir.
(b) Disconnect Igniter cable dari Igniter Plug.
(c) Ground Igniter cable terminal ke APU Engine.
(d) Menghubungkan kembali Igniter cable ke Igniter Plug.
(2) Membuka lock wire pada Ignition Unit
(3) Disconnect electrical connector dan Igniter cable dari Ignition Unit.
(4) Melepas screws and washer yang menempelkan Ignition Unit ke support
assembly.
Melepas Ignition Unit, Ignition Unit removal ditunjukkan pada Gambar 4.3
36
d. Igniter Plug Inspection/Check
1. Mempersiapkan Alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual
(AMM).
2. Prosedur
a) Melepaskan Igniter Plug APU sesuai prosedur,
b) Melakukan visual inspection dari Igniter Plug:
(1).Memeriksa bagian-bagian Igniter Plug dari cracks.
Mengganti Igniter Plug jika terdapat cracks, damage atau corrosion.
(2).Memeriksa electrode dan outer shell dari erosion.
Mengganti Igniter Plug jika terdapat erosion yang melebihi limits.
(3).Memasang Igniter Plug APU sesuai prosedur.
37
b. Memasang lower shroud. Menekan kemudian mengunci latches lower shroud.
c. Memasang APU cowl door.
Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci latches APU
cowldoor.
d. Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen.
38
BAB V
KESIMPULAN
APU Ignition dan start system merupakan sebuah langkah awal untuk
berjalannya APU start. APU merupakan komponen yang cukup penting dari antara
komponen-komponen lainnya pada pesawat.
39
Daftar Pustaka
http://www.boeing.com/resources/boeingdotcom/company/aboutbca/startup/pdf/historic
al/737-classic-passanger.pdf
https://jurnal.sttkd.ac.id/index.php/JT/article/view/40/6
http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-mainmenu-
68/735-apa-artinya-apu-auxilliary-power-Unit
40