Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan PKL

Sebagaimana dijelaskan pada pasal 15 Undang-Undang Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003, bahwa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk

bekerja dalam bidang yang ditekuni. Sejalan dengan itu, keberadaan

SMK Analis Kimia YKPI Bogor yang telah menyelenggarakan

pendidikan dan latihan sejak tahun 2000/2001 mempunyai visi yaitu

menjadi institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga analis kimia yang

kompeten dan religius, dengan salah satu misinya yaitu menyiapkan

siswa menjadi analis kimia tingkat menengah yang terampil dan

mandiri.

Salah satu upaya untuk mencapai visi dan misi SMK Analis Kimia

YKPI secara khusus dan tujuan pendidikan SMK secara umum, maka

suatu keharusan untuk membangun, membina, dan mengembangkan

kemitraan antara SMK Analis Kimia YKPI dengan dunia industri dan

institusi lain yang terkait dan ada hubungannya dengan pekerjaan seorang

analis kimia.

Salah satu kemitraan yang perlu dibina antara sekolah dengan

institusi terkait melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau praktik kerja

industri (Prakerin) yang mewajibkan para siswa kelas IV, tepatnya pada

1
2

semester VII. Melalui PKL/Prakerin selain siswa dapat meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam hal metode analisis

dan penggunaan instrumen yang modern untuk analis kimia, juga dapat

menumbuhkan dan meningkatkan wawasan siswa dalam hal-hal yang

termasuk ruang lingkup dunia kerja, antara lain organisasi dan disiplin

kerja, sehingga dengan PKL seorang siswa menjadi lebih siap utnuk

memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Salah satu institusi yang memberikan kesempatan bagi siswa siswi

SMK Analis Kimia YKPI Bogor dapat melaksanakan PKL yaitu PT

GMF AeroAsia. Perusahaan ini merupakan satu institusi yang bergerak

dalam bidang Perawatan Pesawat Udara.


3

1.2 Tujuan pelaksaaan PKL

1.2.1 Tujuan Umum Pelaksanaan PKL

Tujuan umum pelaksanaan PKL yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat

akhir di SMK Analis Kimia YKPI Bogor.

2. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan untuk

bekal kerja sebagai analis kimia.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam

penggunaan instrumen yang lebih modern untuk analis kimia

dibandingkan dengan fasilitas yang ada di sekolah.

4. Menumbuhkan dan meningkatkan wawasan siswa tentang hal-hal

yang termasuk ruang lingkup dunia kerja, antara lain Struktur

Organisasi, Disiplin Kerja, Sistem Kerja, Lingkungan dan

Keselamatan Kerja.

5. Memberikan pengalaman kerja kepada siswa tentang dunia kerja

sebelum terjun ke dalamnya.

6. Memperluas wawasan siswa mengenai masyarakat industri termasuk

berbagai aspek di dalamnya.

7. Memperkenalkan calon lulusan tenaga analis kimia SMK Analis

Kimia YKPI Bogor kepada instansi PKL.

8. Mendapatkan masukan dan umpan balik untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pendidikan serta latihan di SMK Analis

Kimia YKPI Bogor.


4

9. Dapat menghasilkan lulusan analis kimia yang kompeten dan

berkualitas tinggi.

10. Dapat menyiapkan para siswa sebagai calon tenaga kerja yang

terampil dan mandiri.


5

1.2.1 Tujuan Khusus Pelaksanaan PKL

Tujuan khusus pelaksanaan PKL yaitu :

1. Untuk melakukan Analisa Larutan Plating.

2. Untuk mengetahui Pengujian Chemichal dan Mechanical.

1.2.2 Tujuan Penulisan Laporan

Setelah melaksanakan PKL, siswa diharuskan membuat laporan, yang

bertujuan untuk :

1. Pertanggungjawaban kepada pihak sekolah atas pelaksanaan Praktik

Kerja Lapang (PKL).

2. Mengembangkan pengetahuan siswa dalam mengumpulkan data,

baik yang bersumber dari buku-buku maupun hasil konsultasi

langsung dengan pembimbing dan mengelola kembali sehingga

dapat dituangkan dalam wujud laporan.

3. Menambah daya nalar siswa, terutama dalam mengevaluasi dan

membahas data-data analisis.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung

sejak tanggal 18 Juli 2016 sampai dengan 18 Oktober 2016 di

Laboratorium Pengujian PT GMF AeroAsia, Engine Maintenance Shop,

Bandara Soekarno Hatta.Tangerang Banten


BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan

Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan nasional


terbesar dan telah diakui oleh dunia maskapai penerbangan internasional.
Sejak dibangun 1949, Garuda Indonesia selalu melakukan pengembangan
untuk meningkatkan kualitas kinerja dan keandalan maskapai. Salah satu
pengembangannya yaitu tahun 1984 dengan berdirinya Garuda
Maintenance Facility Support Center sebagai pusat perawatan pesawat
untuk maskapai Garuda sendiri maupun maskapai lain.

Tahun 1996, Garuda Maintenance Facility Support Center


ditransformasikan menjadi SBU (Strategic Bussiness Unit) bernama Garuda
Maintenance Facility yang tetap berdiri di bawah naungan maskapai
penerbangan Garuda Indonesia. Hingga kemudian, tahun 2002, Garuda
Maintenance Facility Support Center dijadikan perusahaan mandiri
dengan nama yang kita kenal sekarang sebagai PT Garuda Maintenance
Facility (GMF) AeroAsia.

PT GMF AeroAsia menempati area seluas 115 hektar di area Bandara


Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Area seluas itu menjadikan
GMF sebagai fasilitas perawatan pesawat dengan area terluas di Asia.
Dengan bantuan sumber daya manusia lebih dari 2500 orang, PT GMF
AeroAsia telah mampu melayani berbagai perawatan terhadap bermacam
jenis pesawat. Bahkan hingga kini, PT GMF AeroAsia terus melakukan
pengembangan baik dalam fasilitas dan kapabilitas. Selain itu, PT GMF
AeroAsia sudah mengembangkan proyek pengembangan kapabilitas pada
mesin CFM56-7 (engine Boeing 737 NG) sehingga PT GMFAeroAsia dapat
melakukan proses overhaul CFM56-7 hingga ke tingkat piece part.

6
7

PT GMF AeroAsia berhasil menyabet berbagai macam pengakuan


berupa sertifikat dari berbagai asosiasi penerbangan baik nasional maupun
internasional, seperti DKPPU, EASA, FAA, dan sebagainya.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi PT GMF AeroAsia

PT. GMF AeroAsia menetapkan visi menjadi perusahaan


Top 10 MRO (Maintenance Repair Organization) dunia di 2020.

2.2.2 Misi PT GMF AeroAsia

Visi tersebut kemudian coba diejawantahkan melalui misi PT


GMF AeroAsia. Misi tersebut adalah menyediakan solusi pesawat
terbang yang terpadu dan handal sebagai kontribusi dalam
mewujudkan lalulintas udara yang aman dan menjamin kehidupan
manusia.

2.3 Daerah Operasional

Semua fasilitas PT GMF AeroAsia terletak di Bandara Internasional


Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Fasilitas terdiri dari gedung seluas
480.000 m2. Termasuk empat hanggar, warehouse, workshops, utility
buildings, ground support equipment building, chemical stores, engine test
cell, dan kantor manajemen.
8

Gambar 2.1 Letak PT GMF AeroAsia di Bandara Soekarno-Hatta


Sumber: www.google.com

Gambar 2.2 Lay-Out PT GMF AeroAsia


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit
9

2.4 Fasilitas Perusahaan

Berdiri di atas lahan seluas 115 ha, PT GMF AeroAsia memiliki


berbagai fasilitas pendukung proses terintegrasi perawatan pesawat.
Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya:

A. Hangar

GMF memiliki 4 buah hangar yang memiliki berbagai macam


fasilitas penunjang perawatan atau pemeriksaan yang ditawarkan
GMF. Keempat hanggar tersebut juga dilengkapi berbagai macam
peralatan penunjang seperti crane, alat pendukung keselamatan kerja,
aircraft docking, purpose-bulit area, dan tenaga listrik hingga 400 Hz.
Keempat hanggar tersebut mempunyai fungsi dan kapabilitas yang
berbeda-beda.

1. Hangar 1
Hangar 1 berdiri di atas lahan seluas 22.000 m2 atau
merupakan hangar terkecil dari keempat hangar. Hangar ini
dipakai untuk perawatan Boeing 747. Hangar ini mampu
menampung dua buah pesawat Boeing 747 side by side.

Gambar 2.3 Hangar 1


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit
10

2. Hangar 2

Hangar 2 memiliki luas 22.500 m2 dan digunakan untuk


perawatan ringan bagi pesawat berbadan lebar atau kecil. Hangar
ini melayani perawatan ringan seperti lubrikasi, ganti atau
tambah oli, penggantian filter APU atau engine dan sebagainya.
Hangar ini mampu menampung 3 buah pesawat berbadan besar
dan 2 buah pesawat berbadan kecil. Penggunaan hangar ini
diutamakan untuk pesawat Garuda Indonesia.

Gambar 2.4 Hangar 2


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit
11

3. Hanggar 3

Hanggar ini berdiri di area seluas 23.000 m2 sehingga


dapat menampung 6 buah pesawat besar maupun kecil.
Hanggar ini terdiri dari 3 bagian dimana masing-masing
bagian dapat menampung satu buah pesawat berbadan besar dan
satu buah pesawat berbadan kecil. Hanggar 3 melayani
perawatan berat bagi Boeing 737-200, 300, 400, 500, 600,
700, 800NG, 900ER Airbus 320-200, McDonald Douglas 80.

Gambar 2.5 Hanggar 3


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit
12

4. Hangar 4

Hangar 4 dibangun di atas lahan seluas 66.940 m2 dan bisa


menampung 16 pesawat narrow body, dimana salah satu line
dikhususkan untuk pekerjaan painting. Hangar ini menjadi salah
satu hanggar terluas dan termodern di Asia. Hangar ini baru
selesai dibangun pada tahun 2015.

Gambar 2.6 Hanggar 4


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit

B. Apron

merupakan sebutan bagi tempat parkir pesawat yang akan atau


telah selesai dilakukan perawatan. Apron ini memliki luas hingga
343.650m2 sehingga mampu menampung setidaknya 50 pesawat. Selain
itu, tempat ini juga dilengkapi 2 buah bay untuk pencucian pesawat seluas
15.625 m2.
13

C. Workshop
1. Workshop I

Workshop ini digunakan untuk perawatan overhaul


komponenkomponen besar pesawat seperti radar domes galleys,
engine pylons, cowling dan thrust reverse doors dan balancing
flight surface. Jenis pesawat yang dapat diakomodir biasanya
adalah Boeing 747, DC-10, A-300, DC-9, F-28, dan Boeing
737. Perawatan tersebut dilakukan di fasilitas sheet-metal
workshop. Selain itu, workshop ini memiliki area untuk
perbaikan brakes, tires, undercarriage, upholstery, sheet, carpet
cutting. Total, workshop ini memiliki luas 10.785 m2.

2. Workshop II
Workshop ini melayani perbaikan peralatan komunikasi,
navigasi dan elektronik yang dimilki pesawat. Workshop ini
dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah Instrument
Electronic Radio and Avionic (IERA) shop yang melayani
reparasi dan pengetesan instrumen penerbang, gyros, navigasi,
komunikasi, radar cuaca, autopilot, bahkan untuk peralatan
semacam modern digital avionic. Bagian kedua adalah Electical
Mechanical and Oxygen (ELMO) shop untuk pengetesan
pneumatica dan hydraulic, fuel flow, pompa tekanan bahan
bakar dan oli. Peralatan pengetesan mencakup CDS test stand,
engine fuel component, mesin pengetesan hidrolik, overhaul
komponen elektrik, peralatan oksigen, life rats dan emergency
slide and rats. Workshop II memiliki luas area dengan total
11.814 m2.
14

D. Engine Maintenance
Fasilitas Engine Maintenance melayani perbaikan tingkat
tinggi dan pembongkaran besar/overhaul mesin utama pesawat dan
APU, seperti engine CFM56-3, CFM56-7, GTCP-85, dan GTCP-
131 9A/9B. Fasilitas ini pun sedang melakukan 11 pengembangan
untuk perbaikan dan overhaul CFM56-5.

Fasilitas ini melayani dari pembersihan, NDT, Visual


inspection dan Bearing inspection, hingga repair dengan metode
welding dan thermal spray.

Gambar 2.7 Engine Maintenance


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit

E. Engine Test Cell


Fasilitas ini digunakan untuk mengetes mesin dan APU
hasil perbaikan yang dilakukan di engine shop. Fasilitas ini
mampu mengakomodasi pengetesan hingga thrust 100.000 lb.
Fasilitas ini dibangun tahun 1989 diatas tanah seluas 1.577 m2.
15

Tahun 2013, fasilitas ini telah mengalami pengembangan pada


sistem kontrol pengetesannya menjadi lebih modern dan efisien.

Gambar 2.8 Engine Test Cell


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit

F. Ground Support Equipment (GSE) Center

Fasilitas ini berfungsi sebagai penyimpan komponen siap


pakai (servicable) sehingga kelancaran penerbangan pesawat tetap
terkendali walau terdapat masa perawatan. Komponen-komponen
siap pakai ini dicadangkan agar jika dalam inspeksi yang dilakukan
di engine shop komponen tersebut dinyatakan harus diganti
dengan yang baru, komponen tersebut tidak perlu lagi dipesan dari luar
negeri yang memakan waktu lama. Selain itu fasilitas ini juga
menyediakan pelayanan perawatan IJTE (Industrial Jet Turbine
Engine) atau mesin jet turbin yang dipakai oleh non-aircraft, seperti
pembangkit listrik.
16

G. Fasilitas Penunjang
Fasilitas-fasilitas penunjang semua kegiatan GMF diantaranya
adalah:
1. General Storage yang menyimpan suku cadang seluas 11.644 m2
2. Utility Building seluas 3.240 m2 Sebagai sumber listrik PT GMF
AeroAsia
3. Special Storage seluas 2.593 m2 untuk menyimpan bahan-bahan
kimia.
4. Industrial Waste Treatment seluas 573 m2 yang digunakan
untuk mengolah limbah yang ada di PT GMF AeroAsia.
5. Management Building seluas 17.000 m2 sebagai pusat
administrasi PT GMF AeroAsia.
Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.9 Struktur Organisasi PT GMF AeroAsia


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit
17

2.5 Sekilas Mengenai Engine Maintenance

Dinas Engine Maintenance merupakan bagian dari PT GMF


AeroAsia yang bertanggung jawab di jasa perawatan atau perbaikan engine
dan APU pada pesawat. Engine

Maintenance terdiri dari tiga subdinas, yakni:

A. Finance and Administration SM (TVF).

B. Production (TVP).

C. Business Support

D. Enginering dan Planing

Gambar 2.10 Struktur Organisasi Engine Maintenance


Sumber: Engine Shop GMF Learning Center Unit
18

2.6 Laboratorium

Laboratorium Pengujian PT. GMF AeroAsia merupakan salah satu


unit material processing (TVP5) di Engine shop yang bertugas melaksanakan
pelayanan pengujian chemical dan mechanical.
Pengujian Chemical meliputi:

Fuel Test

Oil Test

Plating solution test

Cleaning solution test

Bearing solution test

Pengujian Mechanical meliputi:

Rockwell hardness Test

Hardness mickro vickers Test

Metallographic Test

Tensile Strength Test

Shear Test
BAB III

TINJAUAN PUSAKA

3.1 Pengertian Elektro Plating

Elektro plating adalah suatu proses pengendapan suatu logam

pelindung yang dikehendaki diatas logam lain dengan cara

elektrolisa. Biasa dilakukan dalam suatu bejana yang disebut

elektrolisa yang berisi cairan elektrolit / larutan.

Pada larutan ini tercelup paling tidak dua elektroda. Masing-masing

elektroda dihubungkan dengan arus listrik, yang terbagi menjadi

kutup positif (+) dan negatif (-) dikenal sebagai anoda (+) dan katoda

(-) .

Gambar rangkaian proses Elektro plating

19
20

Selama proses plating berlangsung terjadi reaksi kimia pada


daerah elektroda / elektrolit, baik reaksi reduksi maupun reaksi
oksidasi. Karena pada proses plating reaksi diharapkan berjalan terus
menerus menuju arah tertentu secara tetap, maka hal yang paling
penting dalam proses ini adalah mengoperasikan proses ini dengan
menggunakan arus searah.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa ada 4 bagian yang


utama ( penting ) dari suatu sistem plating. Keempat bagian yang
harus ada didalam suatu unit plating adalah :

- Larutan elektrolit
- Anoda
- Katoda ( benda kerja)
- Sirkuit luar

3.2 Larutan Elektrolit

Setiap larutan elektrolit yg dijadikan rendaman tempat proses plating


berlangsung harus mengandung bahan-bahan terlarut yang sekurang-
kurangnya memiliki satu dari fungsi berikut ini :
1. Menyediakan sumber logam yang ingin diendapkan
2. Konduktif
3. Bertindak sebagai buffer ( pengatur pH )
4. Memodifikasi atau mengatur bentuk fisik dari endapan
5. Membantu pelarutan anoda.
Adapun larutan yang digunakan dalam proses plating dapat
bersifat asam maupun basa.
21

3.3 Proses Elektroplating

Secara garis besar proses plating dapat dibagi menjadi tiga tahap sebagai
berikut :
Tahap 1. : Proses persiapan
Tahap 2. : Proses plating
Tahap 3. : Proses pengerjaan akhir

Tahap 1. Proses persiapan.

Sebelum plating dilakukan pada suatu benda kerja, permukaan benda


kerja tersebut harus berada dalam kondisi yang betul-betul bersih, bebas dari
segala macam pengotor. Persyaratan ini mutlak perlu agar bisa didapat hasil
plating yang baik. Secara umum persiapan ini harus memenuhi 2 tujuan:

a. Menghilangkan semua pengotor pada benda kerja

b. Mendapatkan keadaan fisik permukaan yang baik.

Jenis kotoran yang biasa dijumpai pada permukaan logam dapat


digolongkan sebagai berikut :
a. kotoran organik
b. kotoran anorganik/oksida.
Pemilihan teknik persiapan ini tergantung dari kontaminan, secara umum
dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
a. Cara mekanik
b. kimia dan elektrokimia.
Tahap 2. proses plating.
Setelah benda kerja benar-benar bersih, maka benda kerja tsb sudah
siap untuk dilapisi. Cara melapisi : benda kerja dilapisin katoda,
dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang diinginkan. Sedangkan
anodanya biasanya berbentuk batangan atau lempengan dari logam
pelapis.
22

Adapun kondisi operasi yang perlu direncanakan adalah:


- rapat arus
- waktu
- temperatur
- komposisi larutan elektrolit.
Tahap 3. proses pengerjaan akhir.
Benda kerja setelah mengapami proses plating, perlu dibilas (dicuci
bersih), dikeringkan dan dioven, polishing untuk menghilangkan residu.

3.4 Proses Pengerjaan Cadmium Plating

Proses Cadmium Plating menggunakan tiga jenis larutan, yaitu;


1. Larutan Sulfuric Etching
2. Larutan Nickel Strike
3. Larutan Cadmium Plating
3.4.1 Pembuatan dan pengecekkan larutan Sulfuric Acid
Komposisi pembuatan larutan :
Sulfuric Acid ; 330 mL/L
Limit pengecekkan :
Sulfuric Acid ; 225 330 mL/L

3.4.2 Pembuatan dan pengecekkan larutan Nickel Strike


Komposisi pembuatan larutan :
Nickel Chloride : 240 g/L
Hydrochloric Acid : 95 mL/L
Limit pengecekkan :
- 50 100 g/L
- 80 120 mL/L
23

3.4.3 Pembuatan dan pengecekkan larutan Cadmium Plating


Komposisi pembuatan larutan :
Kadmium Oksida (CdO): 20gr/L
Potasium Sianida(KCN): 120gr/L)
Limit pengecekkan :
Metallic Cd : 20 25 gr/L
- FreeKCN : 53-66 gr/L
24

3.5 Prosedur standar Cadmium plating

Degreasing

Blasting (optional)

Rinsing dan Drying

Sulfuric Etching

Rinsing

Nikel Strike

Cadmium Plating

Rinsing

Rinsing dan Drying

Final Rinsing dan Drying


25

Keterangan:

1) Degreasing
Dilakukan secara manual dengan melakukan proses perendaman
menggunakan pelarut organik

2) Blasting
Dapat dilakukan kering/basah pada masing masing plating.

3) Rinsing dan Drying


Ini dilakukan didalam air mengalir selama 2-3 menit,dibersihkan dan
disaring disemprotkan udara panas yang digunakan untuk drying yang
suhunya dibawah 100oc.

4) Cadmium Platting
Transfer bagian untuk larutan standar kadmium plating

5) Final Rinsing dan Drying


Ini akan dilakukan dengan aquades selama 2-3 menit,air panas dapat
digunakan untuk membantu pengeringan pada suhu dibawah 60oC
Pengeringan harus dilakukan dalam tungku udara pada suhu dibawah
60oC
BAB IV

KEGIATAN DI LABORATORIUM

4.1 Penetapan Kadar Asam Sulfat dalam larutan Sulfuric Etching


A. Tujuan

Untuk menetapkan kadar Asam Sulfat dalam larutan Sulfuric

Etching.

B. Alat dan Bahan

Larutan contoh : Larutan Asam sulfat

Air Suling

Natrium Hidroksida 1N

0,1% indikator Phenolphtalein

Buret 50 mL

Erlenmeyer

Pipet volum 2 mL

C. Cara Kerja

1. Pipet 2 mL larutan contoh

2. Dimasukan kedalam 250 mL Erlenmeyer

3. Dilarutkan dalam 100 mL air suling

4. Tambahkan beberapa tetes Indikator Phenolphtalein

5. Titrasi menggunakan Natrium Hidroksida 1N sampai larutan

berubah warna menjadi kuning (A mL)

26
27

D. Reaksi

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

E. Perhitungan

H2SO4 mL/L = A mL x 13,93

A mL= Volume titrasi rata-rata


28

4.2 Penetapan kadar Nikel dan Asam Klorida dalam larutan Nikel Strike

4.2.1 Penetapan kadar Nikel Klorida

A. Tujuan

Untuk menentukan kadar Nikel dalam larutan Nickel Strike.

B. Alat dan Bahan

Contoh: larutan Nikel Strike

Pipet tetes

Pipet ukur 25 mL

Pipet volume 5 mL

Silver Nitrat 0,1N

Potasium Iodida 100 g/L

Aquades

Sodium sianida 0,5 N

Asam sitrat 20%

C. Cara Kerja Penentuan Kadar Nikel

1. Pipet larutan contoh sebanyak 5 mL,dimasukan kedalam

erlenmeyer 250 mL.

2. Tambahkan 50 mL air, dan tambahkan amonia tetes demi

tetes sampai larutan berwarna biru jernih.

Catatan: jika larutan tersebut menjadi biru berawan,

tambahkan 25 mL asam sitrat dan beberapa tetes amonia

sampi berwarna biru jernih.


29

3. Tambahkan 2 ml AgNO3 O,1N dan tambhakan 1 mL

potasium iodide.

4. Titrasi dengan A mL Sodium Sianida sampai larutan

menjadi bening.

5. Titrasi dilakukan secara duplo.

D. Reaksi

NiCl2 + 2NaCN Ni(CN)2 + 2NaCl2

E. Perhitungan Kadar Nikel


30

4.2.2 Penetapan kadar HCL dalam larutan Nickel Strike

A. Tujuan

Untuk menentukan kadar HCL dalam larutan Nickel Strike

B. Alat dan Bahan

Contoh: larutan nikel strike

100 g/L potasium kromat

Indikator metil merah

Pipet volum 10 mL

Pipet Ukur 10 mL

Silver Nitrat 0,1N

Potasium Iodida 100 g/L

Air Suling

C. Cara Kerja Penentuan Kadar Asam Klorida

1. Pipet 10 mL larutan contoh, masukan kedalam 200 mL

beker gelas.

2. Tambahkan 10 mL air suling.

3. Tambahkan 3 tetes indikator metil merah

4. Teteskan larutan NaOH 0.1N untuk menetralkan

5. Tambahkan 10 tetes Potassium Chromat

6. Titrasi mengunakan Silver Nitrat 0,1 N sampai terbentuk

endapan berwarna kuning kecoklatan.

7. Titrasi dilakukan secara duplo.


31

D. Reaksi

HCL + AgNO3 AgCl + HNO3

E. Perhitungan

B = Volume rata-rata AgNO3


32

4.3 Penetapan kadar Cadmium dan Potasium Sianida Bebas dalam

larutan Cadmium Plating

4.3.1 Penetapan kadar Cadmium dalam larutan Cadmium Plating

A. Tujuan

Untuk menetapkan kadar Cadmium dalam larutan Cadmium

Plating.

B. Alat dan Bahan

Contoh: Larutan kadmium plating

Amperemeter

Air Suling

Elektroda platina

Timbangan analitik

Desikator

Oven

Pipet volum 50 ml

Magnetik stirrer

Beker gelas

C. Cara kerja

1. Timbang berat dari platinum elektroda sebelum di elektrolisis

(A gram) .

2. Pipet 50 mL larutan contoh, dimasukan kedalam beker gelas

500 mL
33

3. Tambahkan aquades 250 mL, atau sampai elektoda Platina

terendam.

4. Setelah itu larutan tersebut diaduk menggunakan magnetik

sterer.

5. Lakukan proses elektrolisis pada arus 1,5 amp selama 1 jam

30 menit

6. Selanjutnya bilas elektroda platina dengan aquades, lalu bilas

dengan Aseton.

7. Keringkan dalam dalam oven sekitar 30 menit.

8. Dinginkan dalam desikator.

9. Timbang berat elektroda platina (B gram).

F. Reaksi

Reaksi kimia Cd Plating Elektrolisis

Katoda (-) : Cd2+ + 2e- Cd

Anoda (+) : H2 + 2OH- 2H2O + 2e-

Reaksi sel = Cd2+ + H2 +2OH- Cd + 2H2O

G. Perhitungan

Berat Cd (gram) = B gram A gram

Kadar Cd (gr/L) = (B gram A gram) x 20

A = Berat Elektroda Platina sebelum di elektolisis

B =Berat Elektroda Platina sesudah di elektrolisis


34

4.3.2 Penetapan kadar total Potasium Sianida dalam larutan

...Cadmium Plating.

A. Tujuan

Untuk menetapkan kadar total Potasium Sianida dalam larutan

Cadmium Plating

B. Alat dan Bahan

Contoh : Larutan Cadmium Plating

Sodium Hidroksida 10%

Ammonium hidroksida 40%

Potasium iodida 10%

Air suling

Silver Nitrat 0,1 N

Pipet Volum 2 mL

Pipet Ukur 5 mL

Pipet Ukur 10 mL

Erlenmeyer 250 mL

Buret 50 mL
35

C. Cara Kerja

1. Pipet 2 mL larutan Cadmium Plating.

2. Dimasukan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 10mL.

Sodium hidroksida 10% dan 5 mL Ammonium

Hidroksida 40%.

3. Tambahkan KI 10% sebanyak 2 mL, dan dilarutkan

dengan aquades.

4. Titrasi menggunakan AgNO3 1N , Sampai mencapai titik

akhir berwarna kuning.

5. Titrasi dilakukan secara duplo.

D. Reaksi

Cd(CN)2 + 2AgNO3 Cd(NO3)2 + 2AgCN

E. Perhitungan

KCN Combined (Lihat Tabel, Lampiran 1)


BAB IV

TINJAUAN UMUM

5.1 Hasil

Berikut ini adalah data hasil analisis Larutan pada proses Cadmium

Plating pada bulan Juli, Agustus, September dengan metode pengujian

Volumetri dan Elektrogravimetri di PT GMF AeroAsia, dapat di lihat

pada Data berikut:

5.1.1 Penetapan Kadar Asam Sulfat

Penetapan
Kadar Asam
Satuan Juli Agustus September
Sulfat
N NaOH N 1,03013 1,0577 1,0198
V Rata-rata mL 17,70 17,90 17,90
Kadar asam
ml/L 253,99 251,81 254,28
sufat

Kadar Asam Sulfat


350
330 Max 330 mL/L
310
290
270 Kadar Asam Sulfat
250
230
210 MIN 225 mL/L
Juli Agustus September

36
37

5.1.2 Penetapan Kadar Nikel dan HCL

a. Penetapan Kadar Nikel

Penetapan kadar Nikel satuan Juli Agustus September

Strenght NaCN N 0,4231 0,4420 0,5274

Volume rata-rata A mL 24,3 22,6 18,7

Kadar Ni gr/L 59,17 57,46 56,04

Kadar Nikel
150
130
110 Max 100
90
Kadar nikel
70
50 Min 50
30
Juli Agustus September
38

b. Penetapan Kadar HCl

Penetapan kadar HCl satuan Juli Agustus September

Normalitas AgNO3 N 0,1027 0,1070 0,10942

Volume rata-rata B mL 13,9 12,5 11,7

Kadar HCL ml/L 86,96 85,65 94,83

Kadar HCL
125
Max 120
115

105

95 Kadar HCL

85
MIn 80 ml/L
75

65
Juli Agustus September
39

5.1.3 Penetapan Kadar Cadmium dan Kadar Potasium Sianida

Bebas dalam larutan Cadmium Plating

a. Penetapan Kadar Cadmium

Penetapan kadar
Satuan Juli Agustus September
Cadmium
Berat katoda sebelum
gr 15,5655 15,5226 15,5220
analisa
Berat katoda sesudah
gr 16,6286 16,63665 16,6435
analisa
1,0831
Berat Cadmium gr 1,1139 1,1215

gr/L
Kadar Cadmium 21,66 22,28 22,43

Kadar Cadmium
29
27
25 Max 25
23
Kadar Cadmium
21
19 Min 20 gr/L

17
15
Juli Agustus September
40

b. Penetapan Kadar KCN Free

Penetapan Kadar
Satuan Juli Agustus September
KCN
Normalitas AgNO3 N 0,1027 0,1070 0,10942
Volume rata-rata mL 15,60 15,15 16,00
KCN total gr/L 103,34 105,59 112,92

KCN Free gr/L 54,02 53,79 62,10

Kadar KCN Free


80
Kadar KCN Free
75
70
Max 66
65
60
55
Min 53
50
45
40
Juli Agustus September
41

5.2 Pembahasan

Bisa dilihat pada tabel dan grafik diatas bahwa semua parameter

pengujian untuk ketiga larutan yang digunakan untuk proses Cadmium Plating

adalah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam standar.

Pada bulan Agustus, hasil analisa larutan Cadmium Plating dapat dilihat

bahwa kadar KCN bebas sudah pengalami penurunan, sehingga diperlukan

penambahan serbuk Potasium Sianida untuk menjaga agar kadar KCN bebas

selalu dalam rentang yang dipersyaratkan. Penambahan dilakukan dan pada

analisa bulan September terlihat kadar KCN mengalami kenaikan dan masih

dalam batas yang dipersyaratkan.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Mekanisme perawatan larutan plating yang baik sangat dibutuhkan

untuk memelihara larutan plating agar selalu berada dalam kondisi yang

sesuai dengan standard. Dibutuhkan analisa secara rutin agar kondisi

larutan dapat terkontrol dengan baik. Sehingga proses pelapisan akan

menghasilkan produk yang baik dan sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan. Mekanisme perawatan dilakukan untuk menjaga komposisi

larutan plating agar dapat dipakai memiliki konsentrsi standard.

6.2 Saran

Pada kesempatan ini, penulis memberikan saran yang diharapkan dapat

dijadikan pertimbangan :

1. Penulis mengharapkan PT GMF AeroAsia dapat

meningkatkan kerjasama antara SMK ANALIS KIMIA

YKPI Bogor untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

maupun untuk berkerja.

2. PT GMF AeroAsia dapat terus mengembangkan produk

produknya lebih banyak lagi dan mempertahankan kualitas.


42
DAFTAR PUSTAKA

CFM 56 Standard Practice Manual

Engineering Instruction No: TEA/AG/20-0020

Rolls Royce Engine Overhaul Process Manual

CFM 56 Solution Manual

43
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel KCN

44
45

Lampiran 2. Proses Elektrolisis


46

Lampiran 3. Platina Elektroda


47

Lampiran 4. Magnetic Stirrer


48

Lampiran 5. Oven
49

Lampiran 6. Ampermeter
50

Lampiran 7. Neraca Analitik


Lampiran , Jurnal Kegiatan PKL

LAPORAN KEGIATAN PKL

Nama siswa : Alvita Karina

Intitusi PKL : PT GMF AeroAsia

Soekarno Hatta International Airport, Cengkareng,

Kec. Tangerang, Banten 19100

Pembimbing : Dede Siti Nurbaeti

Imron Ahyari

Yunia Harsih

NO. Hari, Tanggal Jam Kegiatan

1. Senin, 18 Juli 07.00 - Pengenalan pembimbing

2016 16.00 dan staf

Membuat larutan kalling

2. Selasa, 19 Juli 07.00 - Melakukan analisa Sealing

2016 16.00 /S1077

Menerjemahkan prosedur

3. Rabu, 20 Juli 07.00 - Menerjemahkan prosedur

2016 16.00

51
52

4. Kamis, 21 Juli 07.00 - Melakukan analisa Ardrox

2016 16.00 185 FA/L

Melakukan analisa Ardrox

185 P/S

Melakukan analisa Ardrox

633

Melakukan analisa Ardrox

188

Melakukan analisa Ardrox

2302

Melakukan analisa Turco

4181

5. Jumat, 22 Juli 07.00 - Melakukan analisa 185 L

2015 16.00 (Bearing Cleaning)

Melakukan analisa Mil-

PRF / 6085

Melakukan uji Hardness

6. Senin, 25 Juli 07.00 - Melakukan analisa CD

2016 16.00 Plate / OP 307

Melakukan analisa Nickel

Strike /S1058

H2SO4 Slec ETCH /S1059


53

Melakukan analisa Fuel

7. Selasa, 26 Juli 07.00 - Melakukan analisa Ardrox

2016 16.00 633

Melakukan analisa Fuel

(Microbial Test)

Melakukan analisa Ardrox

185 L TI

Melakukan analisa Ardrox

185 FA

Melakukan uji Hardness

8. Rabu, 21 Juli 07.00 - Melakukan analisa ardrox

2016 16.00 1218

Melakukan analisa Fuel

(Microbial Test)

9. Kamis, 22 Juli 07.00 -


Melakukan analisa Fuel
2016 16.00
(Microbial Test)

Membuat larutan

Melakukan uji Metallografi

Melakukan uji Hardness

Anda mungkin juga menyukai