RASYID RIDHO
DEFINISI
Penyakit menular langsung yg disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis, yg sebagian
besar menyerang paru-paru tapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (ekstra paru).
Penyakit infeksi kronik yang disebabkan basil M. tbc,
ditandai dengan pembentukan granuloma dan
adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat.
Mikrobiologi
Mycobacterium tuberculosis (MTb)
batang tahan asam,
tahan alkohol,
tidak bergerak,
aerobik,
tidak membentuk spora.
pertumbuhannya lambat, membutuhkan waktu 2-6 minggu
dalam media khusus.
China
17%
Indonesia 5.7%
Pakistan 5.4%
Bangladesh 4.8%
Ethiopia 3.9%
Philippine 3.4%
India
26%
Lain lain
21%
Penularan Tuberkulosis
Penularan MTb terjadi melalui udara (airborne) yang menyebar
melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat seseorang batuk,
bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi.
Penularan Tuberkulosis
Infeksi bila seseorang menghirup percik renik yang
mengandung M.Tb dan akhirnya sampai di alveoli.
Gejala timbul beberapa saat setelah infeksi, umumnya
setelah respons imun terbentuk 2-10 minggu setelah
infeksi.
Sejumlah kuman tetap dorman
bertahun tahun yang disebut
dengan infeksi laten.
Penularan Tuberkulosis
Keadaan yang dapat meningkatkan risiko penularan:
TB Paru atau Laringitis TB
Batuk produktif
BTA positif
Kavitas
Tidak menutup hidung atau
mulut saat batuk dan bersin
Tidak mendapat OAT
Tindakan intervensi (induksi sputum,bronkoskopi,
suction)
Terinfeksi
TB Aktif
Tak Terinfeksi
Infeksi Laten
Protective immunity
DIAGNOSIS
Gejala klinis dan pemeriksaan fisik
Gejala respiratorik
Batuk 3 minggu (kering, berdahak atau
berdarah)
Sesak nafas
Nyeri dada
Gejala sistemik
Keringat dan demam lama pada malam hari
Badan terasa lemah
Nafsu makan dan berat badan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan foto dada
Pemeriksaan tambahan (PCR; Elisa; PAP, dll)
PEMERIKSAAN BTA
Sangat penting dalam diagnosis
Dahak diperiksa 3 kali (dahak pagi atau SPS)
Pewarnaan Ziehl Neellsen lebih dianjurkan
BTA positif bila 2 sediaan hasil positif
Pembacaan berdasarkan skala IUALTD
PEMBACAAN BTA
HASIL
Negatif
Ragu ragu
+
++
+++
LUAS LESI
Lesi minimal
Luas lesi < 2 sela iga, tidak ada kavitas
Lesi sedang
Luas lesi < 1 vol. Paru (densitas sedang),
atau < 1/3 vol. Paru (densitas tinggi); Bila
ada kavitas, ukuran < 4cm
Lesi luas
Luas lesi lebih dari lesi sedang
TERMINOLOGI DIAGNOSTIK
TB paru BTA positif
Sputum BTA (+) 2 kali
Sputum BTA (+) 1 kali, kultur (+)
Sputum BTA (+) 1 kali, klinis / radiologis sesuai TB
TB paru BTA negatif
Klinis / radiologis sesuai TB paru
Sputum BTA (-)
Kultur (-)atau (+)
Bekas TB paru
Sputum dan kultur (-)
Gejala klinis tidak menunjang
Radiologis menunjukkan gambaran tak aktif
TUJUAN PENGOBATAN
Meningkatkan angka kesembuhan
Menurunkan angka kematian
Mencegah komplikasi, kekambuhan dan
resistensi
Memutus rantai penularan
PRINSIP PENGOBATAN TB
1. Pengobatan minimal dengan 2 OAT
2. Paduan jangka pendek
3. Pengobatan dibagi atas 2 fase
Fase awal dan lanjutan
4. Uji resistensi pada kasus gagal dan kambuh
5. Pemberian dosis sebaiknya berdasarkan berat
badan
Kriteria penderita
Regimen pengobatan
Fase awal
2 RHZE (RHZS)
2 RHZE (RHZS)
2 RHZE (RHZS)*
II
2 RHZES / 1 RHZE
2 RHZES / 1 RHZE*
III
2 RHZ
2 RHZ
2 RHZ*
IV
Kasus kronik
Obat-obat sekunder
Fase lanjutan
6 EH
4 RH
4 R3H3*
5 RHE
5 R3H3E3*
6 EH
4 RH
4 R3H3*
H
R
Z
S
E
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
10 (8-12)
10 (8-12)
35 (30-40)
15 (12-18)
30 (25-35)
15 (13-17)
10 (8-12)
50 (40-60)
15 (12-18)
45 (40-50)
Keuntungan FDC
Simplikasi pengobatan
Kesalahan peresepan berkurang
Kepatuhan pasien/petugas kesehatan meningkat
Kerugian FDC
Hampir tidak ada
Kesalahan hitung jumlah tablet yang dimakan
mengakibatkan seluruh dosis OAT tidak tepat
Bila terjadi ESO harus kembali ke mono terapi
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama
16 minggu (48 dosis)
30 37 kg
2 kaplet 4KDT
2 tablet 2KDT
38 54 kg
3 kaplet 4KDT
3 tablet 2KDT
55 70 kg
4 kaplet 4KDT
4 tablet 2KDT
71 kg
5 kaplet 4KDT
5 tablet 2KDT
Berat Badan
28 dosis
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
selama
20 minggu (60 dosis)
3037 kg
2 kaplet 4KDT
+ 500 mg Streptomisin inj.
2 kaplet 4KDT
2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
3854 kg
3 kaplet 4KDT
+ 750 mg Streptomisin inj.
3 kaplet 4KDT
3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
5570 kg
4 kaplet 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj.
4 kaplet 4KDT
4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol
71 kg
5 kaplet 4KDT
+ 1000mg Streptomisin inj.
5 kaplet 4KDT
5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol
< 1 bulan
Lama
pengobatan
terputus
Pemeriksa
an dahak
Hasil
pemeriksan
dahak
Tipe
penderita
Tindakan
< 2 mg
Tidak
--
--
Lanjut kat 1
2-8 mg
Tidak
--
--
> 8 mg
Ya
Pos
--
Neg
--
Lanjut kat 1
< 2mg
Yidak
--
--
Lanjt kat 1
2-8 mg
Ya
Pos
--
Tambah sisipan
Neg
--
Lanjut kat 1
Pos
Default
Neg
Default
Lanjut kat 1
1-2 bulan
> 8 mg
> 2 bulan
Ya
< 2 mg
Tidak
--
--
Lanjut kat 1
2-8 mg
Ya
Pos
--
Neg
--
Lamjut kat 1
Pos
Default
neg
Default
Lanjut kat 1
> 8 mg
Ya
< 1 bulan
Lama
pengobatan
terputus
Pemeriksa
an dahak
Hasil
pemeriksan
dahak
Tipe
penderita
Tindakan
< 2 mg
Tidak
--
--
Lanjut kat 2
2-8 mg
Tidak
--
--
> 8 mg
Ya
Pos
--
Neg
--
Lanjut kat 2
< 2mg
Yidak
--
--
Lanjut kat 2
2-8 mg
Ya
Pos
--
Tambah sisipan
Neg
--
Lanjut kat 2
Pos
Default
Neg
Default
Lanjut kat 2
1-2 bulan
> 8 mg
> 2 bulan
Ya
< 2 mg
Tidak
--
--
Lanjut kat 2
2-8 mg
Ya
Pos
--
Neg
--
Lamjut kat 2
Pos
Default
neg
Default
Lanjut kat 2
> 8 mg
Ya
OAT LINI
LINI KEDUA
OAT
KEDUA
OAT
Cara kerja
Dosis rekomendasi
Aminoglikosida
a. Streptomisin
b. Kanamisin
c. Kapreomisin
Tionamid (Etionamid
dan protionamid)
Ofloksasin
Sikloserin
PAS
Bakterisidal
15 mg/kg
Bakterisidal
10-20 mg/kg
Bakterisidal
Bakteriostatik
Bakteriostatik
7,515 mg/kg
10-20 mg/kg
150 mg
EVALUASI PENGOBATAN
1.
Evaluasi klinis
2.
Evaluasi radiologis
3.
Evaluasi BTA
Sangat penting
Konversi : perubahan BTA (+) menjadi (-) pada akhir
pengobatan fase awal
Terapi sisipan diberikan pada kasus konversi (-)
Jadwal pemeriksaan BTA
FOLLOW-UP BTA
Kategori
Waktu
Evaluasi
1
Akhir bulan ke-2
Akhir bulan ke-3
(sisipan)
Sebulan sebelum AP
Akhir pengobatan
EVALUASI PENGOBATAN
4. Evaluasi efek samping obat
a. Efek samping ringan
Seperti mual, nyeri sendi
terapi simptomatis
b. Efek samping berat
Jarang terjadi, tersering hepatitis
Perlu perubahan paduan sampai penyetopan obat
5. Evaluasi keteraturan berobat
Menyulitkan skema pengobatan
Panduan sesuai Depkes RI
URAIAN
HASIL
BTA
TINDAK LANJUT
Negatif
Positif
Akhir
Penderita baru BTA
positif dengan
pengobatan
kategori I
tahap
intensif
Sembuh
Gagal, Ganti dengan OAT
kategori 2 mulai dari awal
Penderita BTA
positif dengan
pengobatan
ulang kategori
2
URAIAN
Akhir intensif
Sebulan
sebelum AP
atau
pada akhir AP
HASIL BTA
TINDAK LANJUT
Negatif
Positif
Negatif keduanya
Sembuh
Positif
HASIL
BTA
TINDAK LANJUT
Terus ketahap lanjutan
Negatif
Akhir
intensif
Positif
PENYEBAB
R
Z
H
R
PENATALAKSANAAN
OAT diteruskan
Obat diberikan malam hari
Aspirin
Vit. B6 100 mg/hr
Reassurance
Berat
Resisten obat
Mono-resistant: Resisten terhadap satu obat
Poly-resistant: Resisten terhadap lebih dari
satu obat, tapi tidak terhadap kombinasi
isoniazid dan rifampisin
Multidrug-resistant (MDR): Resisten
terhadap paling sedikit isoniazid dan rifampisin
Extensively drug-resistant (XDR): MDR
ditambah resistensi terhadap fluoroquinolon
dan paling tidak 1 dari 3 obat injeksi (amikasin,
kanamisin, kapreomisin)
MDR TB
Resisten H dan R dengan/tanpa OAT lain
Prinsip terapi
Minimal 4 OAT sensitif yang belum dipakai
Ada aminoglikosid dan quinolone
Pengobatan lebih panjang ( fase awal minimal 6
bulan, Fase lanjutan 12-18 bulan)
Pemberian setiap hari
Follow-up BTA bulanan (fase awal) dan 3 bulan
(lanjutan)
KORTIKOSTEROID
Kontroversial
Diberikan pada kasus:
TB miliar
Meningitis
Penurunan kesadaran
Demam tinggi
Pleuritis eksudativa TB
TBC Perikarditis konstriktiva
Dosis 30-40 mg/hari, tappering off 5-10 mg setiap 5-7
hari
Lama pemberian 4 sampai 6 minggu
BEBERAPA CATATAN
Pada penderita DM diperhatikan:
Etambutol, karena menyebabkan gangguan pada mata
Rifamfisin karena menurunkan efektifitas sulfonilurea
Kehamilan dengan TB
Streptomisin, karena dapat menyebabkan gangguan
pendengaran pada janin
Menyusui dengan TB
Semua obat aman
BEBERAPA CATATAN
Gagal ginjal dengan TB
Streptomisin dan kanamisin dihindari
Etambutol, waktu paruhnya akan memanjang sehingga
terjadi akumulasi
Penyakit hati dengan TB
Rifampisin dihindari
Regimen dianjurkan: 2SHE/10HE atau 2RHSE/6RH
Kontrasepsi
Rifampisin menurunkan khasiat hormonal kontrasepsi
DOTS
Ada terapi efektif TB, namun kasus TB tetap tinggi
Masalah Keteraturan berobat
Pengatasan : DOTS
Diterapkan sejak 1993 (Indonesia 1995)
Terbukti efektif di 80 negara yang telah menerapkannya
5 Komponen DOTS
1. Komitmen terhadap penanggulangan TB
2. Penemuan kasus berdasarkan BTA
3. Pengadaan obat yang cukup dan tidak terputus
4. Pengobatan jangka pendek, diawasi oleh PMO
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang baku
TERIMA KASIH
Komitmen politis
Jaminan
Ketersediaan OAT
Yg bermutu
Diagnosa dengan
mikroskop
Directly Observed
Treatment Short-course
5
Monitoring dan
evaluasi
Pengobatan
jangka pendek dgn
pengawasan langsung
53