Tumor
Tumor
KELOMPOK 4 :
Chryssantus Danang W.
: 200902031
Gabriiella Elfira T.
: 200902036
Hilariani Sare
: 200902040
Irmina Fulgensia T.
: 200902043
: 200902053
Maria Lidwina L. T.
: 200902054
Riska Yustiani
: 200902066
Seravina A. Sura
: 200902071
TUMOR OTAK
1.
Pengertian
Tumor intrakranial (termasuk lesi deask ruang bersifat jinak maupun ganas, dan
timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasl dari jaringan
neuronal, jaringan otak penyokong, system retikuloendotelial, lapisan otak, dan
jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma
sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan sistemik dari kanker paru,
payudara, melanoma, limfoma, dan kolon.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap usia, dapat terjadi pada anak usia kurang
dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa usia dekade kelima dan
enam. Pasien yang bertahan dari tumor otak ganas jumlahnya tidak berubah
banyak selama 20 tahun terakhir. (Silvia A. Price : 1183)
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua
kejadian patofisiologi sebagai berikut.
Hidrosefalus
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
terjadi
3.
Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologic progresif. Gejalagejala timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekankan pentingnya
anamnesis dalam pemeriksaan penderita. Gangguan neurologic pada tumor otak
biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor: gangguan fokal akibat tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkin otak dengan kerusakan jaringan
neural. Tentu saja difungsi terbesar terjadi pada tumor infiltrasi yang tumbuh
paling cepat (yaitu glioblastoma multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan
kejang
sebagai
manifestasi
perubahan
kepekaan
neuron
3.
4.
Lesi metastatik
Paling umum dari paru dan payudara
5.
Tumor Hipofisis
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau basofil dari
hipofisis anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemianopsia
bitemporalis (akibat penekanan pada kiasma optikum), dan tanda-tanda gangguan
sekresi hormon hipofisis anterior. Tumor kromofob adalah tumor nonsekretoris yang
menekan kelenjar hipofisis, kiasma optikum, dan Hipotalamus. Gejala-gejalanya
menyerupai depresi fungsi seksual, hipotiroidisme sekunder dan hipofungsi adrenal
(amenore, impotensi, rambut rontok, kelemahan, hipotensi, metabolism basal rendah,
hipoglekimia, dan gangguan elektrolit).
Adenoma eosinofilik umumnya berukuran lebih kecil dan tumbuh lebih lambat
dari pada tumor kromofob. Gejalanya adalah akromegali pada orang dewasa dan
gigatisme pada anak-anak, nyeri kepala, gangguan berkeringat, parestesia, nyeri otot,
dan hilanya libido. Gangguan lapang pengelihatan (hemianopsia bitemporalis) jarang
dijumpai.
Adenoma basofilik pada umumnya berukuran kecil. Tumor ini berhubungan
dengan gejala-gejala sindrom Cushing (obesitas, kelemahan otot, atrofi kulit,
osteoporosis, plethora, hipertensi, retensi garam dan air, hipertrikosis, dan diabetes
militus).
Neurilemoma (Tumor Saraf Pendengaran)
Tumor saraf pendengaran merupakan penyebab dari 3 sampai 10% tumor
intracranial. Agaknya tumor ini berasal dari sel-sel Schwann selubung saraf. Pada
umumnya tumor ini jinak, tetapi kadang-kadang mengalami perubahan menjadi
ganas. Gejala-gejala neurilemoma pendengaran awal adalah tuli, tinnitus, kehilangan
reaktivitas vastibular kalorik, dan vertigo yang disusul rasa tidak enak di sub
oksipital, berjalan terhuyung-huyung, gangguan pada saraf-saraf otak yang
berdekatan, dan tanda-tanda peningkatan intracranial. Pada umumnya terdapat
nistagmus. Pengobatannya adalah dengan pengangkatan total jika memungkinkan,
karena pengangkatan yang tidak menyeluruh umumnya akan menyebabkan
kambuhnya tumor. Sebagai konsekuensi pembedahan, penderita dapat mengalami
paralisis wajah dan tulim
Tumor meningeal
Meningioma merupakan tumor terpenting yng berasal dari meningen, sel sel
mesotel. Dan sel sel jaringan penyambung araknoid dan dura. Sebagian tumor
bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya, tetapi agak
menekan struktur yang dibawahnya. Tumor ini mengandung banyak pembuluh darah.
Sering terkena pada wanita usia tua dari pada laki laki.
Gejala gejala
Epilepsy idiopatik
Hemiparesis
afasia
Pemeriksaan
6
1. CT scan otak
2. Eksisi bedah lengkap (terutama jika tumor tidak terletak di daerah kritis)
Neuroma akustik
Sebuah tumor pada saraf kranial ke delapan, saraf untuk pendengaran atau
keseimbangan. Neuroma akustik bisa tumbuh lambat dan mencapai ukuran besar
sebelum diagnose ditegakkan.
Tanda dan gejala
Kehilangan pendengaran
Tinnitus (telinga berdengung)
Episode vertigo
Gaya berjalan sempoyongan
Pemeriksaan
1. Teknik sinar X
2. Mikroskopi operasi
3. Instrument bedah mikro
4. Radioterapi stereotaktik
Tumor Metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5% sampai 10% dari seluruh tumor
otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal
dari paru-paru dan payudara. Namun, neoplasma dari saluran-saluran kemih-kelamin,
saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
Lesi metastasis dapat tunggal atau multiple, dan dapat merupakan stadium lanjut
dari proses metastasis atau sebagai tanda pertama tumor primer yang tidak diketahui
sebelumnya. Lesi tunggal dapat dieksisi bedah untuk memperpanjang usia atau untuk
mengurangi gejala. Edema di sekitar lesi ini bersifat responsive terhadap terapi
kortikosteroid.
Tumor Pembuluh Darah
Tumor-tumor ini adalah
Hippel-Lindau
adalah
gabungan
antara
hemangioblastoma
serebelum,
(papiloma
koroideus).
Pinealoma
menekan
akuaduktus
(yang
Astrositoma
Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam
berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak efeknya pada fungsi otak
hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya atrositoma tidak
bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi
glioblastoma.
Tumor ini pada umunya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak
datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun- tahun, sampai timbul
gejala (missal serangan epilepsy atau nyeri kepala). Eksisi bedah lengkap pada
umumnya tidak mungkin dilakukan karena tumor bersifat invasive, tetapi bersifat
sensitive terhadap radiasi.
Glioblastoma multiforme
Adalah jenis glioma yang paling ganas. Tumor ini mempunyal kecepatan
pertumbuhan yang sangat tinggi, dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin
dilakukan. Harapan hidup pada umumnya sekitar 12 bulan. Tumor ini dapat timbul
dimana saja tapi yang paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar
ke sisi kontra lateral melalui korpus kalosum.
Oligodendroglioma
Merupakan lesi yamg tumbuh lambat menyerupai atrositoma, tetapi terdiri
dari sel- sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular dan cendrung mengalami
klasifikasi, biasanya di jumpai pada hemisfer otak pada orang dewasa muda.
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang timbul hingga 10
tahun, secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simtomatologi bermakna
akibat penimgkatan TIK.
Oligodendrogliaoma merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat
kemosensitif. Regimen kemoterapi yang paling sering di gunakan adalah meltafan,
thiotep, temozolomide, paklitaksel (taxol) dan regimen berdasar platinum.
Diyakini bahwa sel neoplasma dari oligodendroglia rentan terhadap efek alkilasi
dari kemoterapi sitotoksik.
Ependioma
Adalah tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi dalam fosa posterior tetapi
dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada
anak daripada dewasa.
reseksi dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomis tumor. Makin muda usia pasien, maka makin buruk pronogsisnya
(biasanya terlihat pada anak usia kurang dari 7 tahun). Alasan pronogsis yang
buruk masih belum diketahui. Diyakini bahwa tumor embrional pada anak berbeda
dari tumor pada dewasa dan semakin imatur jaringan tumor pada anak
saat
beraktivitas
yang
biasanya
meningkatkan
TIK,
seperti
10
3. Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan
lokasi tumor
dapat ditentukan,
pada bagiannya,
dengan
serebelum
menyebabkan
pusing,
ataksia
(kehilangan
ke 5).
Terjadi kelemahan (saraf ke 7)
Abnormalitas fungsi motorik.
f. Tumor intracranial : menyebabkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gaya berjalan
(Brunner & Suddart : 2170)
11
6.
Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien
dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya neurologic (kebutaan) atau tercapainya
gejalagejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu variasai dapat digunakan
pendekatan spesifik bergantung tipe tumor bergantung pada tipe tumor, lokasinya
dan kemampuannya untuk dicapai dengan mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer maligna
atautumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai diagnosis
histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala dengan mengurangi
massa
tumor.
Pemeriksaan
histologist
dari
biopsy
tumor
dapat
12
7. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsy
Kortikosteroid (dekstametason), untuk peningkatan TIK. Steroid juga dapat
memperbaiki deficit neurologis fokal sementara dengan mengobati oedema
otak. Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai dengan
diperkenankannya penggunaan obat ini yang didasari melalui evaluasi
dignostik dan kemudian menurunkan oedema serebral dan meningkatkan
kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
8. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian ajuvan pembedahan dan
radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi,
meupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya
kembali tumor yang tidak lengkap.
(Silvia A. Price : 1189)
13
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
Nama
: Umur
: Tumor otak dapat terjadi pada setiap usia
Jenis kelamin : Dapat terjadi pada wanita maupun laki-laki
2. Keluhan Utama
Biasa pasien mengeluh nyeri kepala yang dapat digambarkan bersifat dalam, terusmenerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pembedahan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh keluarga yang ada dengan hubungannya
penyakit pasien sekarang, yaitu riwayat tumor kepala.
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Aktifitas dan Istirahat
Biasanya pasien mengungkapkan jika terlalu banyak aktivitas cepat lelah. Susah
untuk beristirahat dan atau mudah tertidur,
Nurtisi
Biasanya pasien mengalami penurunan nafsu makan karena adanya mual,
muntah (selama fase akut), kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum
dan Faringeal)
Eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
7. Data Psikososial
Perubahan kepribadian dan prilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test, dan prosedur
pembedahan.
8. Pemeriksaan Fisik
System Pernapasan
Irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler, retraksi otot bantu nafas.
System Sirkulasi
Irama jantung : irregular, akral : hangat, nadi : bradikardi, tekanan darah
meningkat
System Persyarafan
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
b.
c.
d.
e.
diplopia.
Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal.
Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
Pengecapan (lidah) : ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
Sistem Perkemihan
Pasien mengalami Inkontinensia : Pada keadaan sehat, keputusan berkemih
terjadi bila kendung kemih penuh dan setelah itu terjadi pengosongan selama 23 menit. Seluruh proses berkemih ini merupakan aktifitas neurologi yang sangat
kompleks dan cepat yang diatur oleh otak (kulit otak dan bawah kulit otak) batang otak -sumsum tulang belakang. Selanjutnya pengosongan diteruskan
oleh saraf yang mengatur pengeluaran kemih. Bila terjadi gangguan kontrol dari
otak akibat penyakit-penyakit saraf tertentu maka akan mengakibatkan
inkontinensia (beser). Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan
kontraksi kandung kemih menurun.
System Pencernaan
Biasanya pasien mengalami nafsu makan menurun
System Muskuloskeletal
Kondisi tubuh mengalami kelelahan
Diagnosa
Pre Operasi
1. Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat penekanan oleh
tumor yang di tandai bradikadi, TD meningkat, irama jantung ireguler.
2. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker yang ditandai
dengan pasien mengungkapkan nyeri, dan pasien merasa gelisah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan tidak nafsu makan yang ditandai dengan nutrisi klien tidak terpenuhi,
dan mual.
4. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
15
Post Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
2. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan luka, tanda dan gejala komplikasi, pantangan dan perawatan lanjutan.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
16
Intervensi Pre OP
Dp 1. Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat penekanan
oleh tumor yang di tandai bradikadi, TD meningkat, irama jantung ireguler.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selamax 24 jam perfusi perifer meningkat
dengan kriteria hasil :
Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien penyebab gangguan perfusi jaringan.
R/ : gangguan perfusi jaringan disebabkan oleh gangguan sirkulasi akibat
penekanan dari tumor.
2. Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur
pasien.
R/ : keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen.
3. Catat adanya keluhan pusing.
R/ : keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan supaly darah ke otak.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
R/ : untuk memaksimalkan perfusi O2 ke jaringan.
5. Observasi :
a. Status mental pasien secara teratur
R/ : mengetahui derajat hipoksia pada otak.
b. Warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
R/ : mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanam perifer.
c. Respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori,
bingung.
R/ : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
d. Perubahan penglihatan, seperti adanya penglihatan yang kabur, ganda, lapang
pandang menyempit.
17
Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien penyebab dari nyeri
R/ : nyeri disebakan karena adanya pertumbuhan sel-sel kanker dan peningkatan
TIK.
2. Instruksikan kepada pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika
timbul nyeri
R/ : meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan vasodilatasi.
3. Berikan kompres dingin pada kepala
R/ : melancarkan peredaran darah dan mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal
yang menyenangkan.
4. Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
R/ : dapat mengatasi rasa nyeri
5. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
R/ : analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang.
6. Observasi :
a. Karakteristik nyeri, lokasi, dan frekuensi.
R/ : untuk mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi
selanjutnya.
b. Factor penyebab timbul nyeri
18
Intervensi :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
3. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
5. Observasi kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
Dp 4. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil : Kecemasan pasien berkurang
Intervensi :
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien.
19
2. Beri
kesempatan
pada
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan
akan
ketakutannya.
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medic
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan
penyakit dan pengobatan
20
Intervensi:
1. Jelaskan penyebab nyeri.
R/ nyeri disebabkan oleh luka insisi bekas pembedahan.
2. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
R/ Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
3. Beri waktu istrahat yang banyak dan batasi pengunjung
R/ Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ Membantu dalam penyembuhan pasien
5. Observasi :
a. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 6 jam
R/ Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
b. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
DP 2. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan kurangnya
informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dengan kriteria hasil:
21
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga
dapat memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit kanker Paru
R/ Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus
penyakit tumor otak.
3. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
4. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan
DP 3. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang
tidak pasti.
Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R/ Menghadapi isu pasien sehingga perlu dijelaskan dan membuka cara
penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R/ Membuat pasien dan keluarga yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R/ Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R/ Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R/ pasien sulit untuk menerima bila ketidaknyamanan fisik menetap.
22
Tidak sianosis
Intervensi :
1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman nafas, dan catat ketidakteraturan pola nafas.
R/ :mengidentifikasi adanya masalah pada paru atau obstruksi jalan nafas yang
membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan infeksi paru dan
2. Berikan posisi semi fowler.
R/ : memudahkan ekspansi paru dan menurunkan kemungkinan lidah jatuh yang
dapat menyumbat jalan nafas.
3. Anjarkan pasien untuk melakukan nafas dalam.
R/ : memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan
hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.
4. Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi, dan suara nafas
tambahan.
R/ : perubahan yang terjadi dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal atau
menandakan lokalisasi keterlibatkan otak. Pernafasan lambat, periode apnea dapat
diindikasikan pemberian ventilasi mekanis.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen.
R/ : membuat pola nafas lebih teratur.
24
botol drainage
10. Membuka sarung tangan
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan jumlah dan warna cairan pada status perawatan pasien
25
3. Cristin
26
Perubahan
degenerasi
sel
radia
si
hered
itas
Mutasi
pada DNA
neoplas
ma
Gangguan
regulasi
homeostatis
sel
TUMO
R
27
29
Daftar Pustaka
30