Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN TUMOR OTAK

KELOMPOK 4 :
Chryssantus Danang W.

: 200902031

Gabriiella Elfira T.

: 200902036

Hilariani Sare

: 200902040

Irmina Fulgensia T.

: 200902043

Maria Kurnia Wati Harus

: 200902053

Maria Lidwina L. T.

: 200902054

Riska Yustiani

: 200902066

Seravina A. Sura

: 200902071

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK


ST.VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2011

TUMOR OTAK
1.

Pengertian
Tumor intrakranial (termasuk lesi deask ruang bersifat jinak maupun ganas, dan
timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasl dari jaringan
neuronal, jaringan otak penyokong, system retikuloendotelial, lapisan otak, dan
jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma
sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan sistemik dari kanker paru,
payudara, melanoma, limfoma, dan kolon.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap usia, dapat terjadi pada anak usia kurang
dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa usia dekade kelima dan
enam. Pasien yang bertahan dari tumor otak ganas jumlahnya tidak berubah
banyak selama 20 tahun terakhir. (Silvia A. Price : 1183)
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua
kejadian patofisiologi sebagai berikut.

Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral

Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal

Hidrosefalus

Gangguan fungsi hipofisis

(Brunner & Suddarth : 2167)


2. Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan


yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
2

ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat


terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.


Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan tidak
bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat
terjadi melalui 2 cara:

Efek segera dari trauma pada fungsi otak

Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.

Kerusakan neurologic segera disebabkan oleh suatu benda atau serpihan


tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh kekuatan
atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi- deselerasi pada
otak.
Derajat kerusakan yang terjadi disebabkan pada kekuatan yang menimpa,
makin besar kekuatan, makin parah kerusakan. Cedera menyeluruh yang lebih
lazim dijumpai pada trauma kepala

terjadi

setelah kecelakaan mobil.

Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak


energi yang diserap olwh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan
tengkorak, tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk
melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan
otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi dalam
tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur permukaan dalam
tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan benturan.

3.

Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologic progresif. Gejalagejala timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekankan pentingnya
anamnesis dalam pemeriksaan penderita. Gangguan neurologic pada tumor otak
biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor: gangguan fokal akibat tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkin otak dengan kerusakan jaringan
neural. Tentu saja difungsi terbesar terjadi pada tumor infiltrasi yang tumbuh
paling cepat (yaitu glioblastoma multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan

kejang

sebagai

manifestasi

perubahan

kepekaan

neuron

dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan


otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkin otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa factor: bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa karena tumor akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh
selisih osmotic yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor
dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan
sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke ruangan subaraknoid
menimbulkan hidrosafalus.
Peningkatan ICP akan membahanyakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
sehingga tidak berguna bila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume CSF, kandungan cairan intrasel, mengurangi sel-sel parenkin.
Peningkatan tekanan yang tidak diobati meningkatkan terjadinya herniasi unkus
atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus mediasis lobus temporalis
tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
menekan syaraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil serebelum, tergeser
4

ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi


medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain
yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah bradikardia progresif,
hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi).
4. Klasifikasi
Tumor-tumor otak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok besar
yaitu :
1.

Tumor-tumor yang berasal dari jaringan otak


Gliomas

: tumor penginfiltrasi yang dapat menyerang beberapa bagian

otak. Biasanya tipe ini banyak pada tumor otak.


Astrositoma (derajat 1 dan 2)
Glioblastoma (derajat 3 dan 4 astrositoma)
Ependimoma
Medulloblastoma
Oligodendroglioma
Kista koloid
2.

Tumor yang muncul dari pembungkus otak


Meningloma : terbungkus dalam kapsul, dapat dipastikan dengan baik,
pertumbuhan keluar jaringan otak, menekan daripada menginvasi otak.

3.

Tumor yang berkembang di dalam atau pada saraf kranial


Neuroma akustik : diturunkan dari lapisan pembungkus saraf akustik saraf
optic spongioblastoma polar.

4.

Lesi metastatik
Paling umum dari paru dan payudara

5.

Tumor kelenjar tanpa duktus


Hipofisis
Pinealis

6. Tumor pembuluh darah


Hemangioblastoma
Angioma
7. Tumor-tumor kongenital
(Brunner & Suddart : 2168)

Tumor Hipofisis
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau basofil dari
hipofisis anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemianopsia
bitemporalis (akibat penekanan pada kiasma optikum), dan tanda-tanda gangguan
sekresi hormon hipofisis anterior. Tumor kromofob adalah tumor nonsekretoris yang
menekan kelenjar hipofisis, kiasma optikum, dan Hipotalamus. Gejala-gejalanya
menyerupai depresi fungsi seksual, hipotiroidisme sekunder dan hipofungsi adrenal
(amenore, impotensi, rambut rontok, kelemahan, hipotensi, metabolism basal rendah,
hipoglekimia, dan gangguan elektrolit).
Adenoma eosinofilik umumnya berukuran lebih kecil dan tumbuh lebih lambat
dari pada tumor kromofob. Gejalanya adalah akromegali pada orang dewasa dan
gigatisme pada anak-anak, nyeri kepala, gangguan berkeringat, parestesia, nyeri otot,
dan hilanya libido. Gangguan lapang pengelihatan (hemianopsia bitemporalis) jarang
dijumpai.
Adenoma basofilik pada umumnya berukuran kecil. Tumor ini berhubungan
dengan gejala-gejala sindrom Cushing (obesitas, kelemahan otot, atrofi kulit,
osteoporosis, plethora, hipertensi, retensi garam dan air, hipertrikosis, dan diabetes
militus).
Neurilemoma (Tumor Saraf Pendengaran)
Tumor saraf pendengaran merupakan penyebab dari 3 sampai 10% tumor
intracranial. Agaknya tumor ini berasal dari sel-sel Schwann selubung saraf. Pada
umumnya tumor ini jinak, tetapi kadang-kadang mengalami perubahan menjadi
ganas. Gejala-gejala neurilemoma pendengaran awal adalah tuli, tinnitus, kehilangan
reaktivitas vastibular kalorik, dan vertigo yang disusul rasa tidak enak di sub
oksipital, berjalan terhuyung-huyung, gangguan pada saraf-saraf otak yang
berdekatan, dan tanda-tanda peningkatan intracranial. Pada umumnya terdapat
nistagmus. Pengobatannya adalah dengan pengangkatan total jika memungkinkan,
karena pengangkatan yang tidak menyeluruh umumnya akan menyebabkan
kambuhnya tumor. Sebagai konsekuensi pembedahan, penderita dapat mengalami
paralisis wajah dan tulim
Tumor meningeal
Meningioma merupakan tumor terpenting yng berasal dari meningen, sel sel
mesotel. Dan sel sel jaringan penyambung araknoid dan dura. Sebagian tumor
bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya, tetapi agak
menekan struktur yang dibawahnya. Tumor ini mengandung banyak pembuluh darah.
Sering terkena pada wanita usia tua dari pada laki laki.
Gejala gejala
Epilepsy idiopatik
Hemiparesis
afasia
Pemeriksaan
6

1. CT scan otak
2. Eksisi bedah lengkap (terutama jika tumor tidak terletak di daerah kritis)
Neuroma akustik
Sebuah tumor pada saraf kranial ke delapan, saraf untuk pendengaran atau
keseimbangan. Neuroma akustik bisa tumbuh lambat dan mencapai ukuran besar
sebelum diagnose ditegakkan.
Tanda dan gejala
Kehilangan pendengaran
Tinnitus (telinga berdengung)
Episode vertigo
Gaya berjalan sempoyongan
Pemeriksaan
1. Teknik sinar X
2. Mikroskopi operasi
3. Instrument bedah mikro
4. Radioterapi stereotaktik
Tumor Metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5% sampai 10% dari seluruh tumor
otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal
dari paru-paru dan payudara. Namun, neoplasma dari saluran-saluran kemih-kelamin,
saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
Lesi metastasis dapat tunggal atau multiple, dan dapat merupakan stadium lanjut
dari proses metastasis atau sebagai tanda pertama tumor primer yang tidak diketahui
sebelumnya. Lesi tunggal dapat dieksisi bedah untuk memperpanjang usia atau untuk
mengurangi gejala. Edema di sekitar lesi ini bersifat responsive terhadap terapi
kortikosteroid.
Tumor Pembuluh Darah
Tumor-tumor ini adalah

angioma, hemangioblastoma, dan endotelioma, dan

merupakan sebagian kecil tumor otak. Angioma adalah malformasi arteriovenosa


congenital yang diderita sejak lahir dan lambat laun membesar. Tumor ini dapat
menekan jaringan otak sekitarnya dan terjadi perdarahan intraserebral atau ke dalam
ruangan subaraknoid. Hemangioblastoma adalah neoplasma yang terdiri atas unsurunsur vascular embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum. Sindrom
von

Hippel-Lindau

adalah

gabungan

antara

hemangioblastoma

serebelum,

angiomatosis retina, serta kista ginjal dan pancreas.


Pinealoma (Tumor Adneksa)
Pinealoma hanyala bagian kecil dari lesi intracranial dan mencakup tumor-tumor
yang berasal dalam korpus pinealis (pinealoma) maupun dari pleksus koroideus
sekitarnya

(papiloma

koroideus).

Pinealoma

menekan

akuaduktus

(yang

menyebabkan hidrosefalus obstruktif) dan juga hipotalamus (yang mengakibatkan


7

pubertas prekoks dan diabetes insipidus). Papiloma koroideus menyebabkan


perdarahan intravertikel dan juga menyumbat sistem ventrikel.
Angioma
Angioma otak (bentuk pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat di dalam atau dilusr daerah otak). Beberapa kehidupan yang terdapat angioma
tanpa menyebabkan gejalal-gejala; pada tumor otak lainya muncul gejala-gejala.
Kadang-kadang diagnosa memberi kesan dengan adanya angioma yang lain
dibeberapa tempat dalam kepala atau dengan sebuah bruit (suara abnormal) terdengar
sampai ke tengkorak. Karena dinding-dinding pembuluh darah pada angioma tipis,
maka pasien beresiko terhadap adanya cedera vascular cerebral (stroke). Adanya
perdarahan cerebral pada orang dibawah usia 40 tahun memberi kesan mungkin
adanya angioma.
Glioma
Glioma maligna biasanya banyak terjadi pada neoplasma otak yang jumlahnya
kira kira 40 50%dari semua tumor otak. Biasanya tumor ini tidak dapat dibuang
secara total, karena tumor dipertimbangkan untuk direseksi tanpa menyebabkan
kerusakan sekali pada struktur vital. Pada orang dewasa, sel neuroglia SSP berfungsi
untuk memperbaiki, menyokong, dan melindungi sel- sel syaraf yang lunak. Glioma
terdiri dari jaringan penyambumg dan sel- sel penyokong. Neuroglia mempunyai
kemampuan untuk terus membelah selama hidup. Sel sel glia berkumpul
membentuk parut sikatriks padat di bagian otak dimana neuron menghilang oleh
karena cedera atau penyakit. Tumor glia merupakan penyebab dari hampir separuh
tumor otak pada anak. Sebagian besar tumor glia pediatric merupakan tumor derajat
rendah yang paling sering terletak di fosa posterior dan region diensefalon.
Terdapat 3 jenis sel glia yaitu:
1. Microglia
Secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal sehingga pada umumnya tidak
diklasifikasikan sebagai sel glia sejati. Microglia memasuki SSP melalui system
pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris dan melawan
infeksi.
2. Oligodendroglia
Berfungsi dalam pembentukan myelin. Oligodendroglia dan astrosit merupakan
neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional elektrodermal (sama seperti
neuron).
3. Astrosit
Berperan dalam menghantarkan impuls dan transmisi sinaptik dari neuron dan
bertindak sebagai saluran penghubung antar pembuluh darah dan neuron.

Astrositoma
Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam
berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak efeknya pada fungsi otak
hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya atrositoma tidak
bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi
glioblastoma.
Tumor ini pada umunya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak
datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun- tahun, sampai timbul
gejala (missal serangan epilepsy atau nyeri kepala). Eksisi bedah lengkap pada
umumnya tidak mungkin dilakukan karena tumor bersifat invasive, tetapi bersifat
sensitive terhadap radiasi.
Glioblastoma multiforme
Adalah jenis glioma yang paling ganas. Tumor ini mempunyal kecepatan
pertumbuhan yang sangat tinggi, dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin
dilakukan. Harapan hidup pada umumnya sekitar 12 bulan. Tumor ini dapat timbul
dimana saja tapi yang paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar
ke sisi kontra lateral melalui korpus kalosum.
Oligodendroglioma
Merupakan lesi yamg tumbuh lambat menyerupai atrositoma, tetapi terdiri
dari sel- sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular dan cendrung mengalami
klasifikasi, biasanya di jumpai pada hemisfer otak pada orang dewasa muda.
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang timbul hingga 10
tahun, secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simtomatologi bermakna
akibat penimgkatan TIK.
Oligodendrogliaoma merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat
kemosensitif. Regimen kemoterapi yang paling sering di gunakan adalah meltafan,
thiotep, temozolomide, paklitaksel (taxol) dan regimen berdasar platinum.
Diyakini bahwa sel neoplasma dari oligodendroglia rentan terhadap efek alkilasi
dari kemoterapi sitotoksik.
Ependioma
Adalah tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi dalam fosa posterior tetapi
dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada
anak daripada dewasa.

Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan

reseksi dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomis tumor. Makin muda usia pasien, maka makin buruk pronogsisnya
(biasanya terlihat pada anak usia kurang dari 7 tahun). Alasan pronogsis yang
buruk masih belum diketahui. Diyakini bahwa tumor embrional pada anak berbeda
dari tumor pada dewasa dan semakin imatur jaringan tumor pada anak

menyebabkan makin agresifnya sifat tumor yang memperburuk prognosisnya.


(Spagnoli,2000)
Penderita tumor yang terletak di dasar dan atap ventrikel dapat direseksi
secara sempurna daripada penderita tumor di prosesus lateralis. Perbedaan ini
karena dasar dan atap tumor cenderung menginfiltrasi struktur pedunkulus
serebelaris dan pons sehingga menyebabkan tidak mungkin di lakukan
pengangkatan sempurna. Pengobatan radiasi dilakukan pasca operasi, kecuali pada
anak usia kurang dari 3 tahun yang menjalani kemoterapi.
Tumor Gangguan Perkembangan (Kongenital)
Tumor kongenital yang jarang terjadi adalah kordoma, terdiri atas sel-sel yang
berasal dari sisa-sisa notokorda embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.
Tumbuh lambat tetapi sangat invasif, sehingga tidak memungkinkan dilakukannya
pembuangan total. Dermoid dan teratoma dapat terjadi disetiap tempat dalam SSP.
Teratoma sering terjadi pada sistem ventrikel dan menyumbat ventrikel ketiga,
akuaduktus, atau ventrikel keempat. Kraniofaringioma berasal dari sisa-sisa duktus
kraniofaringeal embrional (kantung Rathke) dan umumnya terletak di posterior sela
tursika. Gejala-gejala tumor congenital biasanya terlihat sejak bayi tetapi dapat saja
tidak memperlihatkan gejala apapun selama beberapa tahun. Gejala-gejalanya adalah
gangguan lapang pandang yang pada umumnya irregular, disertai disfungsi
hipotalamus dan hipofisis.
5. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadangkadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat saat pagi hari dan menjadi lebih
hebat

saat

beraktivitas

yang

biasanya

meningkatkan

TIK,

seperti

membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar.


Nyeri kepala akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur
peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak) dalam rongga
intrakranial. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama dalam tumor
fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh maka kurang
dapat ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan pergeseran aktensif
kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2. Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak dan berhubungan dengan peningkatan
ICP disertai pergeseran batang otak. Muntak dapat terjadi tanpa didahului
mual dan dapat bersifat proyektil.

10

3. Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan

yang berlebih pada pupil.

Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan dan


perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda
ini mengisyaratkan peningkatan ICP.
Dapat terjadi gangguan penglihatan yang berkaitan dengan papilledema.
Gangguan ini adalah perbesaran bintik dan amaurosis fugaks (ketika
pengihatan berkurang).
(Silvia A. Price : 1187-1188)
4. Lokalisasi gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak
diketahui,

lokasi tumor

dapat ditentukan,

pada bagiannya,

dengan

mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.


a. Tumor korteks motorik : menyebabkan gerakan seperti kejang yang
terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital : menyebabkan hemianopsia homonimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan,
pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan
(pandangan kabur atau double)
c. Tumor

serebelum

menyebabkan

pusing,

ataksia

(kehilangan

keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan cenderung


jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi (gerakan mata
berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal : menyebabkan gangguan kepribadian, perubahahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental,
pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri,
dan menggunakan bahasa yang cabul.
e. Tumor sudut serebelopontin : biasanya diawali pada sarung asraf akustik
dan memberi gejala yang timbul dengan semua karakteristik pada tumor
otak.
Pertama : tinnitus dan kelihatan vertigo, segera diikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (saraf ke 8).
Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (saraf

ke 5).
Terjadi kelemahan (saraf ke 7)
Abnormalitas fungsi motorik.
f. Tumor intracranial : menyebabkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gaya berjalan
(Brunner & Suddart : 2170)

11

6.

Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien
dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya neurologic (kebutaan) atau tercapainya
gejalagejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu variasai dapat digunakan
pendekatan spesifik bergantung tipe tumor bergantung pada tipe tumor, lokasinya
dan kemampuannya untuk dicapai dengan mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer maligna
atautumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai diagnosis
histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala dengan mengurangi
massa

tumor.

Pemeriksaan

histologist

dari

biopsy

tumor

dapat

mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan neoplasma


lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non neoplasia, misalnya
abses. Kadang kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya pada pasien
dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala epilepsy. Pembedahan
juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak multiple, dimana
diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter dapat ditangani
dengan reseksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga
dapat digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor jinak, misalnya tumor
hipofisis.
3. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran kandungan
intraserebral.
5. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.

12

7. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsy
Kortikosteroid (dekstametason), untuk peningkatan TIK. Steroid juga dapat
memperbaiki deficit neurologis fokal sementara dengan mengobati oedema
otak. Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai dengan
diperkenankannya penggunaan obat ini yang didasari melalui evaluasi
dignostik dan kemudian menurunkan oedema serebral dan meningkatkan
kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
8. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian ajuvan pembedahan dan
radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi,
meupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya
kembali tumor yang tidak lengkap.
(Silvia A. Price : 1189)

13

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
Nama
: Umur
: Tumor otak dapat terjadi pada setiap usia
Jenis kelamin : Dapat terjadi pada wanita maupun laki-laki
2. Keluhan Utama
Biasa pasien mengeluh nyeri kepala yang dapat digambarkan bersifat dalam, terusmenerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pembedahan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh keluarga yang ada dengan hubungannya
penyakit pasien sekarang, yaitu riwayat tumor kepala.
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Aktifitas dan Istirahat
Biasanya pasien mengungkapkan jika terlalu banyak aktivitas cepat lelah. Susah
untuk beristirahat dan atau mudah tertidur,
Nurtisi
Biasanya pasien mengalami penurunan nafsu makan karena adanya mual,
muntah (selama fase akut), kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum
dan Faringeal)
Eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
7. Data Psikososial
Perubahan kepribadian dan prilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test, dan prosedur
pembedahan.
8. Pemeriksaan Fisik
System Pernapasan
Irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler, retraksi otot bantu nafas.
System Sirkulasi
Irama jantung : irregular, akral : hangat, nadi : bradikardi, tekanan darah
meningkat
System Persyarafan
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
b.
c.
d.
e.

diplopia.
Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal.
Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
Pengecapan (lidah) : ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun

kombinasi dari keduanya.


f. Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
14

Sistem Perkemihan
Pasien mengalami Inkontinensia : Pada keadaan sehat, keputusan berkemih
terjadi bila kendung kemih penuh dan setelah itu terjadi pengosongan selama 23 menit. Seluruh proses berkemih ini merupakan aktifitas neurologi yang sangat
kompleks dan cepat yang diatur oleh otak (kulit otak dan bawah kulit otak) batang otak -sumsum tulang belakang. Selanjutnya pengosongan diteruskan
oleh saraf yang mengatur pengeluaran kemih. Bila terjadi gangguan kontrol dari
otak akibat penyakit-penyakit saraf tertentu maka akan mengakibatkan
inkontinensia (beser). Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan
kontraksi kandung kemih menurun.
System Pencernaan
Biasanya pasien mengalami nafsu makan menurun
System Muskuloskeletal
Kondisi tubuh mengalami kelelahan
Diagnosa
Pre Operasi
1. Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat penekanan oleh
tumor yang di tandai bradikadi, TD meningkat, irama jantung ireguler.
2. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker yang ditandai
dengan pasien mengungkapkan nyeri, dan pasien merasa gelisah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan tidak nafsu makan yang ditandai dengan nutrisi klien tidak terpenuhi,
dan mual.
4. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan

15

Post Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
2. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan luka, tanda dan gejala komplikasi, pantangan dan perawatan lanjutan.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.

16

Intervensi Pre OP
Dp 1. Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat penekanan
oleh tumor yang di tandai bradikadi, TD meningkat, irama jantung ireguler.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selamax 24 jam perfusi perifer meningkat
dengan kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh pusing,

TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/mnt, RR 12-20x/mnt, Suhu 36,5C

Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien penyebab gangguan perfusi jaringan.
R/ : gangguan perfusi jaringan disebabkan oleh gangguan sirkulasi akibat
penekanan dari tumor.
2. Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur
pasien.
R/ : keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen.
3. Catat adanya keluhan pusing.
R/ : keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan supaly darah ke otak.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
R/ : untuk memaksimalkan perfusi O2 ke jaringan.
5. Observasi :
a. Status mental pasien secara teratur
R/ : mengetahui derajat hipoksia pada otak.
b. Warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
R/ : mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanam perifer.
c. Respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori,
bingung.
R/ : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
d. Perubahan penglihatan, seperti adanya penglihatan yang kabur, ganda, lapang
pandang menyempit.

17

R/ : gangguan penglihatan, dapat diakibat oleh kerusakan mikroskopik pada


otak.
e. Tanda-tanda vital
R/ : Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium awal tanda vital
tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologi
Dp 2. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker yang ditandai
dengan pasien mengungkapkan nyeri, dan pasien merasa gelisah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatanx24 jam nyeri berkurang dengan
kriteria hasil :

Pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang

Pasien tidak gelisah

Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien penyebab dari nyeri
R/ : nyeri disebakan karena adanya pertumbuhan sel-sel kanker dan peningkatan
TIK.
2. Instruksikan kepada pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika
timbul nyeri
R/ : meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan vasodilatasi.
3. Berikan kompres dingin pada kepala
R/ : melancarkan peredaran darah dan mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal
yang menyenangkan.
4. Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
R/ : dapat mengatasi rasa nyeri
5. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
R/ : analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang.
6. Observasi :
a. Karakteristik nyeri, lokasi, dan frekuensi.
R/ : untuk mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi
selanjutnya.
b. Factor penyebab timbul nyeri
18

R/ : dengan mengetahui factor penyebab nyeri dapat menentukan tindakan


untuk mengurangi nyeri.
c. Tanda-tanda vital
R/ : untuk mengetahui keberhasilan tindakan.
Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan tidak nafsu makan yang ditandai dengan nutrisi klien tidak terpenuhi, dan
mual.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil :

Nutrisi klien terpenuh

Mual berkurang sampai dengan hilang.

Intervensi :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
3. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
5. Observasi kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
Dp 4. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil : Kecemasan pasien berkurang
Intervensi :
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien.

19

2. Beri

kesempatan

pada

pasien

untuk

mengungkapkan

perasaan

akan

ketakutannya.
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medic
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan
penyakit dan pengobatan

20

Intervensi Post Operasi


DP 1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria Hasil :

Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri

Ekspresi wajah rileks

Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang

Intervensi:
1. Jelaskan penyebab nyeri.
R/ nyeri disebabkan oleh luka insisi bekas pembedahan.
2. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
R/ Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
3. Beri waktu istrahat yang banyak dan batasi pengunjung
R/ Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ Membantu dalam penyembuhan pasien
5. Observasi :
a. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 6 jam
R/ Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
b. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
DP 2. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan kurangnya
informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dengan kriteria hasil:

Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan

Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan


diri

21

Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga
dapat memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit kanker Paru
R/ Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus
penyakit tumor otak.
3. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
4. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan
DP 3. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang
tidak pasti.
Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R/ Menghadapi isu pasien sehingga perlu dijelaskan dan membuka cara
penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R/ Membuat pasien dan keluarga yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R/ Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R/ Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R/ pasien sulit untuk menerima bila ketidaknyamanan fisik menetap.

22

DP 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


perawatan luka, tanda dan gejala komplikasi, pantangan dan perawatan lanjutan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatanx24 jam resiko tinggi infeksi
teratasi dengan kriteria hasil : pasien tidak mengalami infeksi.
Intrvensi :
1. Jelaskan pada pasien bahwa sakit kepala ringan akan menetap tetapi secara
bertahap akan menurun.
R/ : dapat mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan sakit kepala.
2. Jelaskan perawatan luka daerah operasi yaitu : gunakan topi setelah balutan
dibuka, rambut dapat dikeramas setelah benang operasi diangkat dan hindari
menggosok dekat insisi, tekan ringan daerah operasi agar kering.
R/ : pengetahuan dapat memampukan klien berpartisipasi dalam perawatan yaitu
membantu melindungi daerah operasi, pertumbuhan rambut menunjukan
penutupan luka yang adekuat, penggosokan yang kuat dapat memisahkan
pinggiran luka.
3. Ajarkan klien untuk tidak menarik nafas, mengejan saat buang air besar, batuk
dan bersin.
R/ : aktifitas ini dapat mengaktifkan manuver falsafah yang mengganggu aliran
balik darah dengan mengkompresi vena jugularis dan dapat meningkatkan TIK.
4. Ajarkan untuk ekshalasi selama melakukan aktifitas.
R/ : ekshalasi menyebabkan gloti membuka, yang menghambat maneuver
falsafah.
5. Ajarkan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan mencatat drainase luka
operasi, hidung, telinga, peningkatan sakit kepala, penngkatan suhu, kekakuan
leher.
R/ : untuk mencegah komplikasi yang serius : kebocoran pada CSS, yang
merupakan jalan masuk mikroorganisme ; peningkatan sakit kepala menunjukan
petunjuk peningkatan TIK.
6. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang presepsi mereka tentang perubahan
kognitif dan tingkah laku.
R/ : evaluasi system pribadi klien penting untuk merencanakan intervensi.
7. Diskusikan perlunya mengevaluasi efek perubahan keamanan, kemampuan
merawat diri, komunitas dan system keluarga.
23

R/ : dampak negatif devisit dapat dikurangi dengan mengidentifikasi strategi


untuk digunakan dirumah.
8. Jelaskan pelayanan ang diindikasikan : perawatan kesehatan dirumah dan
konseling.
R/ : terapi yang lebih intensif mungkin diperlukan untuk adaptasi.
Dp 5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
Tujuan : pola nafas kembali normal dengan kriteria hasil :

Pola nafas efektif

Tidak sianosis

Intervensi :
1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman nafas, dan catat ketidakteraturan pola nafas.
R/ :mengidentifikasi adanya masalah pada paru atau obstruksi jalan nafas yang
membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan infeksi paru dan
2. Berikan posisi semi fowler.
R/ : memudahkan ekspansi paru dan menurunkan kemungkinan lidah jatuh yang
dapat menyumbat jalan nafas.
3. Anjarkan pasien untuk melakukan nafas dalam.
R/ : memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan
hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.
4. Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi, dan suara nafas
tambahan.
R/ : perubahan yang terjadi dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal atau
menandakan lokalisasi keterlibatkan otak. Pernafasan lambat, periode apnea dapat
diindikasikan pemberian ventilasi mekanis.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen.
R/ : membuat pola nafas lebih teratur.

24

Perawatan Redon Drainage


A. Persiapan Alat
1. Air matang
2. Klem (2 buah)
3. Kasa steril
4. Kanule penyambung
5. Alat sucction (untuk memvakum botol)
6. Bengkok (2 buah)
7. Kan ukuran/spuit 20cc yang bersih
8. Sarung tangan bersih 1 pasang
B. Persiapan pasien
Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
C. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
2. Klem selang drainage yang menuju ke pasien
3. Bungkus ujung selang dengan kain kasa lalu diletakan di bengkok
4. mengukur cairan drainage
5. Botol drainage dicuci dengan air matang sampai bersih, lap bagian luar botol
6.
7.
8.
9.

dengan kain kasa


Botol drainage disetting sesuai dengan instruksi dokter
Klem padaselang botol redon drainage
Menyambung botol drainage dengan selang dari paien
Membuka klem pada selang drainage yang dari pasien dan klem pada selang

botol drainage
10. Membuka sarung tangan
11. Mencuci tangan
12. Mendokumentasikan jumlah dan warna cairan pada status perawatan pasien

25

Lampiran Pertanyaan Tumor Otak


1. Yeni
a. Jelaskan penyebab herediter pada mengioma, atrochytoma dan neurofibroma
Mengioma : Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, dan sel sel jaringan penyambung araknoid dan dura. Sebagian
tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya,
tetapi agak menekan struktur yang dibawahnya. Tumor ini mengandung
banyak pembuluh darah. Sering terkena pada wanita usia tua dari pada laki
laki.
Astrositoma : menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam
berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak efeknya pada fungsi
otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya atrositoma
tidak bersifat ganas. Tumor ini pada umunya tumbuh lambat.
Neurofibroma : Neurofibroma (penyakit von Recklinghausen) adalah
penyakit yang ditularkan secara genetik, dimana neurofibroma muncul pada
kulit dan bagian tubuh lainnya. Neurofibroma adalah benjolan seperti daging
yang lembut, yang berasal dari jaringan saraf. Merupakan pertumbuhan dari
sel Schwann (penghasil selubung saraf atau mielin) dan sel lainnya yang
mengelilingi dan menyokong saraf-saraf tepi (saraf perifer, saraf yang berada
diluar otak dan medula spinalis).
(sumber: Brunner & sudhart. Keperawatan medikal bedah. Hal: 2168)
b. System perkemihan: mengapa bisa terjadi inkontinensia urin?
Pada keadaan sehat, keputusan berkemih terjadi bila kendung kemih
penuh dan setelah itu terjadi pengosongan selama 2-3 menit. Seluruh proses
berkemih ini merupakan aktifitas neurologi yang sangat kompleks dan cepat
yang diatur oleh otak (kulit otak dan bawah kulit otak) - batang otak -sumsum
tulang belakang. Selanjutnya pengosongan diteruskan oleh saraf yang
mengatur pengeluaran kemih. Bila terjadi gangguan kontrol dari otak akibat
penyakit-penyakit saraf tertentu maka akan mengakibatkan inkontinensia
(beser). Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi
kandung kemih menurun.
2. Fina
Hubungan antara kesulitan dalam mengambil keputusan dengan tumor otak?
Hubunganya adalah Seseorang yang terkena tumor otak, akan mengalami
peningkatan TIK. Sehingga terjadi penekanan pada system saraf yang
menyebabkan disfungsi neurologis. Dimana akan mengalami kesulitan dalam
pengambilan keputusan.

3. Cristin
26

a. Peningkatan TIK menyebabkan nyeri kepala. Mengapa di WOC terdapat


nyeri kepala padahal nyeri kepala merupakan manifestasi klinis, jelaskan?
Nyeri (sakit kepala) pada manifestasi klinis merupakan gambaran klinis itu
sendiri tentang nyeri, sedangkan nyeri pada WOC merupakan akibat yang
ditimbulkan karena peningkatan TIK.
b. DI WOC terdapat perfusi O2 ke otak, tapi di DP perfusi jaringan O2 di
perifer, jelaskan?
Maksudnya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi pada otak akibat penekanan pada tumor.
c. Pada askep (RPD) riwayat pembedahan, jelaskan hubungan dengan tumor
otak?
Hubungan mengapa perlu di kaji adanya riwayat pembedahan untuk
mengetahui apakah pasien yang mengalami tumor otak saat ini pernah
mengalami pembedahan karena trauma kepala (yang mengindikasikan
pembedahan).
d. Pada system pencernaan (B5) pasien mengalami nafsu makan menurun.
Pemeriksaan fisik untuk B5nya seperti apa?
Nafsu makan hilang karena kehilangan sensasi pada lidah, dan tenggorokan,
kesulitan menelan dan adanya mual muntah.
4. Elsa
Peningkatan syaraf nyeri (WOC). Syaraf-syaraf yang mana?
Syaraf nyeri pada thalamus yang mengatur sensasi nyeri.
5. Lia Manise
B1 (pada WOC) terdapat masalah apa?
Masalah pola nafas tidak efektif.
6. Ita
pada pemfis B3 terdapat parasthesi dan anasthesi,maksudnya?
Parasthesi karena adanya gangguan pada syaraf tepi sehinggga menyebabkan
sensasi rasa pada bagian tubuh tertentu seperti rasa panas dan dingin. Hal ini
terjadi karena adanya peningkatan tekanan intrakarnial.
7. Eusta
a. WOC: perjalanan radiasi dan hereditas yang menyebabkan tumor otak?

Perubahan
degenerasi
sel

radia
si
hered
itas

Mutasi
pada DNA

neoplas
ma

Gangguan
regulasi
homeostatis
sel

TUMO
R

27

b. Pada pemfis B3 (ekstremitas); paraliysis terjadi gengaman tangan tidak


seimbang. Jelaskan maksud dari pernyataan tersebut!
Seseorang yang terkena tumor otak, akan mengalami peningkatan TIK.
Sehingga terjadi penekanan pada system saraf yang menyebabkan disfungsi
neurologis. Dimana akan mengalami gangguan pada keseimbangan tubbuh.
c. Di DP 1 simptomnya apa?
Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat penekanan
oleh tumor yang ditandai dengan bradikardi, TD meningkat, irama jantung
irregular, pusing.
d. Pada sirkulasi ditemukan akral hangat, jelaskan?
Akral hangat normal karena gangguan sirkulasinya hanya pada di otak, bukan
gangguan sirkulasi pada jaringan tubuh sehingga akralnya masih normal.
8. Weni
pada B3 terdapat pasien mengeluh bau yang tidak biasanya, maksudnya?
Thalamus berada pada salah satu sisis 1/3 ventrikel dan aktivitas primernya
sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Lobus frontal sebagai pusat
penciuman mengalami gangguan
9. Dewi Maya
hubungan karsinogen dan virus terhadap tumor otak?
Banyak penelitian tentang hubungan karsinogen dan virus yang menyebabkan
tumor otak, tapi sampai sekarang belum berhasil dibuktikan. Tapi peneliti dari
Karolinska Institute di Swedia menemukan hubungan antara sebuah virus dengan
medulloblastoma (tumor otak paling umum di anak-anak) dan Cytomegalovirus
kemungkinan bisa menyebabkan tumor otak pada anak-anak.
10. Tredi
Tumor otak sering terjadi pada otak bagian mana?
Tumor otak sering terjadi yakni timbul dalam otak, meningen dan tengkorak.
11. Elga
a. penjelasan gangguan hormon hipofisis anterior?
Hormone hipofisis berperan mengontrol fungsi ginjal, pancreas, organ
reproduksi, dan korteks adrenal. Hipofisis merupakan bagian otak yang 3x
lebih sering mengalami tumor pada orang dewasa. ( sumber: Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan persarafan, hal 6).
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau basofil dari
hipofisis anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemionopsia
bitemporalis (akibat penekanan pada kiasma optikum), dan tanda-tanda
gangguan sekresi hormone hipofisis anterior yang menggambarkan defek
lapangan pengelihatan yang sering ditemukan bila lesi melibatkan traktus
optikus. (sumber: Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. Hal 1186)
b. Maksud dan ciri-ciri dari tumor nonsekretoris?
Tumor nonsekretoris merupakan tumor yang menekan kelenjar hipofisis,
kiasma optikum, dan hipotalamus. Cirri-cirinya: depresi fungsi seksual,
hipotirodisme sekunder dan hipofungsi adrenal (amenorhe, impotensi, rambut
rontok, kelemahan, hipotensi, metabolism basal rendah, hipoglikemia dan
gangguan elektrolit)
28

(sumber: Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Hal 1186).

29

Daftar Pustaka

Doenges E Marilynn dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Juall Carpenito, lynda RN. 1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Media Aesculappius.
Price, A. Sylvia & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Alih Bahasa : Brahm. U. Pendit. Jakarta : EGC
Smelzer, Suzanne C dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth; alih bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat Edisi 2. Jakarta : EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai