Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Tekanan sesungguhnya yang tersedia untuk mengatasi tahanan yang harus diatasi dapat dibaca
pada alat pengukur tekanan (pressure gauge no.6).
2. Sistem hidrolik dengan katup pengatur arah yang dihubungkan seri
Apabila
pada
yang
telah
dibicarakan
sebelumnya,
ditambahkan satu atau lebih katup-katup pengatur, maka ada satu sistem yang disebut dengan
"series switching sequence". Sistem ini adalah sistem yang menghubungkan saluran kembali
(ke tanki) pada katup pengatur pertama kepada saluran masuk katup pengatur kedua.
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Perlu
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Bila silinder yang pertama ini sampai pada akhir pergerakannya maka tekanan didalam sistem
akan mulai naik lagi sampai pada tekanan kerja yang dibutuhkan oleh silinder selanjutnya. Oleh
sebab itu silinder-silinder (dalam hal ini piston rodnya) akan bergerak bergantian sesuai dengan
kebutuhan tekanan kerjanya.
4. Sistem hidrolik dengan 3 tingkat pengatur tekanan
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Misalkan didalam suatu sistem hidrolik dibutuhkan tiga tingkat tekanan (misalnya untuk
mengatur kecepatan suatu actuator yang bervariasi), maka yang dapat dilakukan adalah dengan
menghubungkan sistem saluran tertentu dengan dua buah pengatur tekanan tambahan atau
dengan pilot valves.
Pilot operated relief valve (pada gambar no.1) dihubungkan dengan salah satu atau kedua relief
valve 3 dan relief vave 4, dimana sistem kerja penghubungannya diatur oleh katup pengatur 2.
Apabila katup pengatur arah 2 ini ada pada posisi netral (ditengah-tengah), maka katup 3 dan
katup 4 akan dihubungkan langsung dengan tanki reservoir. Dimana tekanan sistem hidrolik pada
kondisi ini adalah sesuai dengan tekanan yang diatur oleh katup 1 (pressure relief valve 1).
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Apabila katup pengatur tekanan 3 atau katup pengatur tekanan 4 bekerja, yaitu dengan
mengatur katup pengatur arah kekiri atau kekanan maka katup 3 atau katup 4 akan bekerja
bersama-sama dengan katup no 1. Dalam hal ini tekanan sistem akan mengikuti tekanan yang
lebih kecil. Jadi pengaturan tekanan maksimum harus selalu dilakukan pada katup pengatur
tekanan 1, yang kemudian disusul dengan pengaturan tekanan yang lebih rendah pada katup
pengatur tekanan 3 atau katup pengatur 4.
5. Sistem hidrolik dengan Differential switching Cylinder
(pengaturan gerak maju dan mundur sebuah actuator dengan memanfaatkan perbedaan
penampang).
Istilah "differential switching" bukanlah suatu istilah yang baru dalam dunia hidrolik. Sifat
istimewa dari sirkuit ini adalah selalu diisinya bagian piston no.1 (pada gambar berikut) dengan
fluida bertekanan, sedangkan bagian piston no.2 (pada posisi normal katup pengatur arah 3)
akan selalu dihubungkan dengan tanki reservoir.
Tekanan yang bekerja pada bagian depan dan belakang dari piston inilah yang membedakan
gaya yang bekerja pada masing-masing luasan ini (luasan annulus dan luasan piston/spool),
inilah yang dimaksudkan dengan "differential switching".
Sistem ini dipakai apabila sistem yang bekerja membutuhkan gaya clamping hidrolik sedangkan
pompa yang dipakai adalah pompa yang sekecil mungkin.
Bila piston rod bergerak keluar, maka fluida dari bagian 1 akan keluar melalui pipa saluran 4
dan akan masuk bersama dengan aliran fluida yang dipompakan dari pompa
kedalam bagian spool atau bagian silinder no 2.
Yang perlu diperhatikan adalah gaya yang bekerja pada piston rod maupun gaya yang bekerja
pada bagian spool (no.2), sebab tekanan yang bekerja pada rod adalah selisih tekanan antara
tekanan yang bekerja pada piston area dengan luasan annulus.
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Apabila dipilih perbandingan 1:2 antara luasan annulus dengan luasan piston, maka keuntungan
tambahan yang akan didapatkan adalah kecepatan maju dan kecepatan kembali dari piston rod
yang sama besarnya.
Pneumatik 2012
digerakkan baik kekiri maupun kekanan, sekalipun diberikan gaya dari luar.
Masing-masing check valve ini dengan rapatnya akan menahan aliran fluida balik, dimana
bekerjanya check valve ini tergantung gaya luar yang mempengaruhinya. Apabila gaya luar
menekan piston rod kekiri, maka check valve sebelah kiri yang bertugas untuk menahan aliran
balik. Demikian pula sebaliknya. Yang perlu diingat adalah, apabila katup pengatur berada pada
kedudukan netral maka saluran masuk ke check valve kiri maupun saluran masuk check valve
yang kanan harus dihubungkan dengan tanki reservoir, agar tekanan didalam kedua saluran
masuk tidak mengganggu kerja spool didalam double check valve.
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
10
berubah dikarenakan kebocoran pada katup pengatur. Pencegahan pertama adalah dengan
memasangkan pilot operated check valve 1 pada saluran kembali.
Selain check valve 1, sebuah backpressure valve (dimana katup ini terdiri dari sebuah check
valve dan sebuah pressure relief valve yang dipasang secara parallel) harus pula dipasangkan
seperti tertera pada gambar diatas. Dimana tekanan maksimum katup ini adalah sekitar 10%
lebih besar dari beban yang harus ditahan. Ini dilakukan untuk mengatasi pengaruh hydraulic
backpressure, yaitu tekanan yang terjadi pada saluran balik dikarenakan adanya gaya beban
pada piston rod. Piston rod akan bergerak kebawah apabila bagian A dari piston diberikan
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
11
tekanan fluida. Kecepatan gerak turun diatur oleh flow control valve 3. Check valve yang
dipasang secara paralel dengan control valve ini memungkinkan gerakan piston kembali dengan
cepat.
8. Sistem hidrolik dengan pengatur tekanan yang berbeda pada dua buah silinder dalam
gerakan maju dan mundur.
Yang dimaksudkan dengan judul diatas adalah pengaturan gerak dari dua buah silinder
(actuator) yang berbeda waktu gerak maju dan mundurnya. Dalam gerakan maju, actuator kedua
tidak akan maju sebelum actuator pertama selesai menempuh seluruh lintasannya. Demikian
pula gerakan kembalinya, sekali lagi, actuator kedua tidak akan bergerak kembali sebelum
actuator pertama kembali sepenuhnya pada posisi semula.
Contoh yang paling tepat untuk rangkaian ini adalah proses chucking dan proses boring.
Sistem ini dipakai untuk meyakinkan bahwa benda kerja betul-betul dipegang oleh chuck
sebelum proses pengeboran dilakukan.
Katup pengatur disini yang dipakai adalah dari jenis 4/2 dengan sistem operasi pedal.
Kedudukan awal kedua actuator (untuk chucking dan boring) adalah pada kedudukan piston rod
didalam silinder (inside position). Apabila katup pengatur dipindahkan posisinya (dengan
menginjak pedal pengatur) maka port P akan berhubungan dengan port B sedangkan port A akan
langsung dihubungkan dengan tanki (port T).
Minyak akan mengalir langsung kedalam silinder untuk chucking melalui katup pengatur tekanan
2. Piston rod untuk chucking bergerak keluar. Saluran yang menuju silinder untuk boring ditahan
oleh katup pengatur tekanan 3.
Apabila rod untuk chucking telah mencapai posisi ackir, maka tekanan didalam saluran akan naik
(tekanan didalam chucking silinder diatur oleh katup pengatur tekanan 2). Tekanan didalam
sistem, (dari pompa ke pengatur tekanan) akan naik terus sampai pada tekanan yang diatur pada
katup pengatur tekanan 3. Apabila tekanan telah mencapai tekanan katup 3 ini maka katup
pengatur tekanan 3 ini akan terbuka, yang selanjutnya akan menggerakkan rod didalam boring
silinder. Kecepatan gerak rod ini diatur oleh katup 5 (flow control valve).
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
12
Pneumatik 2012
13
benda kerjanya sebelum rod pada boring kembali ke posisi semula (piston rod masuk didalam
silinder). Dengan melepaskan pedal pengatur maka katup pengatur 1 akan kembali pada
kedudukannya yang semula, dan awal gerakan kembali akan dimulai. Minyak akan segera
mencapai silinder untuk boring dimana hubungan dengan silinder chucking terisolir oleh katup
pengatur tekanan 4.
Saat rod pada boring silinder selesai melakukan perjalanannya, maka tekanan sistem akan naik.
Apabila tekan sistem mencapai tekanan yang telah diatur pada katup pengatur tekanan 4 maka
katup akan membuka hubungannya dengan silinder chucking, dan rod pada silinder chucking
akan kembali pada posisi masuk.
Didalam sistem ini, pompa yang dibutuhkan adalah pompa dari jenis "self priming pressure
compensated dengan variable stroke", dimana tekanan maksimum operasi diatur dari pompa ini.
9. Sistem hidrolik mesin press dengan memanfaatkan Prefill Valve dan Fast Forward
Cylinder.
Mesin-mesin press biasanya membutuhkan gaya yang besar, oleh sebab itu pada
umumnya yang dibutuhkan adalah silinder-silinder dengan volume yang besar. Dalam hal ini
Prefill valve dipakai untuk menghindari pemakaian pompa berukuran besar yang sangat mahal
harganya. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa "Prefill Valve" ini adalah sejenis pilot operated
valve berukuran besar.
Cara kerjanya adalah sbb:
Pertama-tama posisi lengan press berada diatas. Gerakan lengan press akan kebawah apabila
katup pengatur 4/3 (no.6) bekerja pada kedudukan panah bersilang, dimana tekanan minyak
akan menggerakan kedua silinder no.1 (fast forward cylinder). Fluida minyak yang dibutuhkan
untuk mengisi silinder yang besar didapatkan dari tanki 3 melalui pilot operated check valve 4.
Sesudah lengan press menyentuh benda kerja, maka gaya reaksi pada rod silinder akan
bertambah besar dan tekanan didalam sistem akan naik. Katup pengatur tekanan 5 akan
membuka dan fluida dari katup pengatur akan masuk kedalam silinder press yang besar. Pada
kondisi ini ketiga luasan piston akan mendapatkan tekanan maksimum. Prefill valve akan tetap
tertahan pada kondisi menutup terhadap tanki reservoir atas.
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
14
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
15
Gambar 9. Sistem hidrolik mesin press dengan memanfaatkan Prefill Valve dan Fast Forward
Cylinder
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
16
Pada gerakan kembali (keatas), piston pada silinder yang besar tidak akan bertekanan (bagian
A). Pada saat itu juga, port x pada prefill valve akan bertekanan (karena dihubungkan dengan
saluran tekanan balik), dan katup pada preffil valve akan membuka, sehingga minyak dapat
dialirkan kembali ke tanki 3.
10. Sistem hidrolik untuk keseimbangan beberapa silinder hidrolik
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
17
Sistem yang dipakai ini disebut dengan "Bowden Cable". Sistem ini sangat baik dan sangat
membantu, sekalipun sistem ini cukup mahal.
Dua buah silinder (seperti dalam contoh gambar dibawah ini), yang mempunyai ukuran
yang sama dengan tambahan piston rod pada sisinya yang lain, dipasangkan secara seri. Oleh
sebab itu gerakan kedua silinder ini akan sama, kalau silinder pertama bergerak kebawah maka
silinder kedua akan bergerak kebawah pula, demikian pula sebaliknya. Yang menjadi masalah
untuk sistem hubungan seri ini adalah, kalau terjadi sedikit kebocoran maka salah satu silinder
tidak akan bekerja/bergerak sampai pada akhir geraknya. Untuk mengatasi akibat/pengaruh yang
tidak bisa dihindari ini, dibuatlah sebuah sistem yang tertera pada diagram diatas. Yaitu sistem
"Bowden Cable" untuk mengatasi kebocoran dengan melakukan penambahan oli bertekanan
melalui suatu katup pengatur tambahan (katup pengatur 4/3, no.2). Ada dua kemungkinan
terjadinya perbedaan gerakan dari kedua piston.
a. Apabila piston pada silinder kiri bergerak keatas karena katup pengontrol 1 diletakkan pada
kedudukan kiri, maka silinder sebelah kanan akan bergerak keatas. Diharapkan kedua
silinder ini akan sama-sama mencapai puncak silinder masing-masing. Apabila piston kiri
telah mencapai akhir gerakkannya (dan menyentuh limit switch 3 bagian atas), sedangkan
piston kanan belum mencapai puncaknya, maka ini berarti ada kekurangan fluida diantara
kedua silinder.
Solenoid a pada katup pengatur 2 akan bekerja, dan memberikan tambahan fluida oli bertekanan
kedalam saluran diantara kedua silinder. Solenoid ini akan mengakhiri kerjanya
(mengembalikan posisi katup pengatur 2 pada posisi netral), setelah piston rod sebelah
kanan menyentuh limit switch 4 bagian atas. Apabila gerakan kedua piston selalu sama
sampai pada akhir lintasannya, maka katup pengatur 2 tidak diaktifkan sama sekali.
b. Apabila piston pada silinder kanan bergerak kebawah karena katup pengontrol 1 diletakkan
pada kedudukan kanan, maka silinder sebelah kiripun akan bergerak kebawah.
Diharapkan kedua silinder ini akan sama-sama mencapai dasar silinder masing-masing.
Apabila piston kiri telah mencapai akhir gerakkannya (dan menyentuh limit switch 3
bagian bawah), sedangkan piston kanan belum mencapai akhir gerakkannya, maka ini
berarti ada kelebihan fluida diantara kedua silinder.
Solenoid b pada katup pengatur 2 akan bekerja, dan akan membuka check valve 5, sehingga
kelebihan fluida diantara kedua silinder bisa dialirkan kembali kedalam tanki. Solenoid b
ini akan mengakhiri kerjanya (mengembalikan posisi katup pengatur 2 pada posisi netral),
setelah piston rod kanan menyentuh limit switch 4 bagian bawah. Bila gerakan kedua
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
18
piston selalu sama sampai pada akhir lintasannya, maka katup pengatur 2 tidak aktif lagi.
11. Kontrol sinkronisasi berdasarkan pada tekanan minyak kembali
Rangkaian hidrolik yang disajikan berikut ini adalah sebuah kontrol sinkronisasi untuk
sebuah mesin bending yang menggunakan 3 buah roll.
Sebagai contoh, dua buah roll silinder (lihat diagram) bisa diatur kearah horisontal, sedangkan roll
silinder yang atas bisa digerakkan kearah vertikal. Dengan
Pneumatik 2012
19
(yang terdiri dari sebuah rantai atau sebuah pita baja) yang diatur kerjanya dan dihubungkan
sedemikian rupa dengan roller, seperti terlihat pada gambar rangkaian hidrolik.
Apabila salah satu silinder masih tetap bergerak maju (dimana seharusnya silinder ini sudah
berhenti bergerak pada kedudukan tertentu), maka peralatan sinkronisasi 16 akan bergerak
sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh silinder. Gerakan ini mempengaruhi lengan 15 yang
pada akhirnya akan mengaktifkan katup pengatur sinkronisasi 14, sehingga saluran minyak
bertekanan yang masih mempengaruhi gerakan silinder maju akan dihubungkan langsung
dengan tanki dan gerakan silinder maju akan terhenti bahkan cenderung akan kembali pada
kedudukan normal.
Kembalinya keposisi normal ini bisa disebabkan karena tekanan balik silinder itu sendiri atau
karena pengaruh sinkronisasi dari silinder yang lainnya (tergantung pada lengan 15 yang akan
mempengaruhi kerja katup 14).
Misalnya, piston rod sebelah kanan bergerak terus maju (arah keluar silinder), maka peralatan 16
akan mengangkat lengan 15 dan menekan katup pengatur 14 pada posisi B berhubungan
dengan P.
Pengaturan sinkronisasi ini bekerja untuk dua arah. Kerja alat ini akan lebih baik apabila pengatur
kerjanya diatur dengan sistem rangkaian listrik (dengan memanfaatkan limit switch sebagai
sensor sentuhnya). Demikian pula untuk pengaturan katup 8 dan 9 sebaiknya dipakai sistem
pengatur listrik.
12. Fork Lift Control
Rangkaian yang disajikan adalah berupa control block (ini terlihat dari batas block berupa
garis dashdot).
Block ini terdiri dari 3 katup pengatur yang dipasang parallel.
Katup pengatur 1 adalah untuk silnder yang mengangkat carrier.
Katup pengatur 2 adalah untuk tilting (memiringkan bagian pengangkat). Sedangkan katup
pengatur 3 adalah untuk penggerak penjepit carrier.
Apabila katup pengatur (6 way valves) pada posisi netral, maka aliran akan melintasi ketiga katup
pengatur ini tanpa tekanan (dimana P dihubungkan langsung ke tanki T).
Sebuah pembagi aliran (no. 5) dipasangkan pada saluran P. Alat ini membagikan aliran fluida ke
katup pengatur 2 dan 3 terpisah dari katup pengatur 1.
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
20
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
21
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
22
Pneumatik 2012
23
Untuk menelaah lebih lanjut tentang beberapa gejala yang berhubungan dengan
pengujian yang dilakukan, maka berikut ini adalah teori-teori yang dipergunakan.
Directional control valve adalah perlengkapan suatu sistem hidrolik yang akan mengatur arah
gerakan suatu silinder hidrolik. Gerakan silinder akan dapat difungsikan optimal apabila semua
faktor yang berhubungan dengan desain sistem hidrolik ini diperhitungkan dengan setepat
mungkin. Karena tugas directional control valve ini adalah untuk mengatur gerakan silinder
hidrolik, maka apa yang terjadi didalam katup ini harus diketahui sedalam mungkin. Salah satu
faktor yang mempengaruhi aliran fluida didalam katup ini ialah koefisien hambatan . Koefisien
hambatan ini yang akan mempengaruhi kerugian energi aliran yang melalui katup tersebut.
Hubungan antara koefisien hambatan dan kerugian energi aliran dapat ditunjukkan dalam rumus
kerugian minor berikut ini:
Untuk silinder hidrolik kriteria utama pada pemilihan silinder hidrolik didasarkan pada:
- Gaya yang dihasilkan (N), berkaitan dengan luas penampang torak (m2) dan
tekanan yang bergerak (Pa).
- Kecepatan Langkah torak, berkaitan dengan volume silinder dan aliran
rata-rata fluida yang masuk silinder.
- Stabilitas mekanik silinder, berkaitan dengan momen tekuk gaya
pembebanan.
Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:
F=P.A
dimana:
F = Gaya yang dihasilkan
P = Tekanan kerja
A = Luasan penampang torak
Apabila kerugian akibat gesekan dimasukkan pada sistem hidrolik maka:
Pneumatik 2012
24
Katup pengatur tekanan (pressure relief valve) adalah perlengkapan untuk mengatur
start, stop dan arah aliran fluida didalam sistem hidrolik. Tugas yang lain katup pengatur tekanan
ini adalah mengatur tekanan perantara yang dibawa dari pompa atau dari bejana akumulator.
Katup pengatur tekanan ini termasuk dalam jenis katup pengatur tekanan yaitu bagian utama
yang mempengaruhi tekanan atau diatur oleh tekanan. Tujuan dari pengaturan ini adalah agar
tekanan didalam sistem tidak melebihi tekanan yang diijinkan.
Didalam katup pengatur tekanan ini fluida bertekanan mengalir ke dalam pengatur
tekanan dan bekerja tergantung pada diafragma. Pegas yang memberikan gaya tekan dapat
diperbesar atau diperkecil melalui pengaturan baut pengatur yang terdapat pada sisi luar
diafragma. Apabila fluida bertekanan dipakai pada saluran keluar maka gaya tekan akan bekerja
menurut diafragma yang mengecil. Dengan demikian pegas tekan dapat mendorong tangkai
katup ke atas. Fluida bertekanan dapat mengalir melalui penampang lintang yang keluar dari
pengatur tekanan.
2.4. Energi pergerakan fluida dalam pipa
Dari persamaan momentum untuk pergerakan fluida dalam integrasi volume kendali
(control volume), maka persamaan volume kendali untuk konservasi massa adalah sbb:
dimana : e = u + (V2/2) + gz
W s = 0, W shear = 0, W other = 0.
sehingga persamaan energy menjadi :
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
25
dimana koefisien kerugian , hanya akan didapatkan secara percobaan untuk setiap kondisi.
Sebagai contoh minor head loss adalah sbb:
Rudy Soenoko
Pneumatik 2012
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Rudy Soenoko
MEKAT1/WP51
27
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini.
Adapun materi yang penyusun bahas adalah mengenai :
"PENENTUAN KOEFISIEN HAMBATAN PADA DIRECTIONAL CONTROL VALVE DAN
PRESSURE RELIEVE VALVE".
Dalam penulisan penelitian ini penyusun berusaha semaksimal mungkin untuk menguraikan serta
menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan materi penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi kita semua dan tak lupa saya sampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Rudy Soenoko
MEKAT1/WP51
28
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
12
14
17
19
22
23
24
27
Rudy Soenoko
MEKAT1/WP51
iii
27
27
27
29
29
30
31
34
34
34
BAB V. KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
43
Rudy Soenoko
MEKAT1/WP51
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
10
11
12
13
15
17
19
20
21
22
24
Rudy Soenoko
MEKAT1/WP51
v
24
28