berfungsi sesuai dengan tugasnya. Sistem pengaturan atau pengendalian energi hidrolik pada unit
pengatur ini pada umumnya ada tiga, yaitu:
1. Isyarat (signal) masukkan dari unit tenaga dalam hal ini pompa hidrolik, di teruskan ke pemroses
sinyal dan diatur sesuai dengan kebutuhan sistem hidrolik
3. Pada final control element, sinyal tersebut diarahkan ke out put untuk menggerakkan actuator (unit
kerja) yang merupakan hasil akhir dari sistem hidrolik.
Komponen-komponen pada unit pengatur ini biasa disebut sebagai katup (valve). Apakah katup itu?
Disini banyak yang belum mengetahui apa itu katup. Hampir kebanyakan orang berpikir rumit tentang
katup, yang ujung-ujungnya malah tambah bingung kalau disuruh menjawab apa itu katup. Padahal,
katup itu hanya sebuah singkatan buKA dan tuTUP. Ya..katup itu hanya sebuah singkatan, namun
bukan sekedar asal singkatan. Karena singkatan buka tutup ini memeng sesuai dengan mekanisme
kerja katup itu sendiri, yaitu membuka dan menutup. Pada sistem hidrolik, banyak sekali katup yang
dipakai. Namun jika dikelompokkan berdasarkan fungsi kinerjanya, katup-katup ini terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
Dari berbagai jenis atau kelompok katup tersebut, ada yang memang bisa diatur secara manual
(adjustable), dan ada juga yang memang setelannya sudah tidak bisa diubah-ubah secara manual
(fixed). Pemakaiannya tinggal disesuaikan denga kebutuhan saja. Misalnya jika kecepatan, teanag atau
beban yang dibutuhkan berubah-ubah, maka akan lebih enak menggunakan tipe yang adjustable.
Sebaliknya jika kecepatan dan juga tenaga yang dibutuhkan relatif sama, akan lebih efektif
menggunakan yang fixed.
Demikian bahasan tentang jenis-jenis atau pengelompokkan katup yang terdapat pada unit pengatur
(control element). Adapun mengenai lebih rinci tentang apa saja jenis katup pengatur tekanan
(Pressure Control Valve), katup pengatur arah (Directional Control Valve), dan katup pengatur aliran
(Flow control Valve) akan saya bahas dilain kesempatan. Semoga sedikit materi di atas bisa banyak
membantu. Mohon maaf jika masih ada kesalahan. Sekian dan Terimakasih.
pada artikel kali ini akan saya bahas tentang komponen unit pengatur atau control
element yang lainnya, yaitu Check Valve atau Cek Valve. Cek valve atau Check valve
adalah salah satu komponen yang kalau orang belum tahu, mengira itu hanyalah sebuah
komponen penyambung saja. Karena memang dari bentuk atau tampak dari luar hanya
mirip sebuah mur penyambung saja. Padahal itu merupakan komponen yang tidak
sembarangan fungsinya. Fungsi dari cek valve atau check valve ini sebagai Katup Satu
Arah atau Non return Valve, yaitu mengatur aliran fluida hidrolik agar hanya satu arah
aliran saja. Jadi fungsi dari cek valve (check valve) ini seperti sebuah pentil pada roda,
dimana jika suatu tekanan dalam hal ini adalah cairan hidrolik sudah melewati katup ini,
maka fluida atau cairan hidrolik tersebut tidak bisa berbalik arah kembali.
Dari segi bentuk, seperti yang sudah saya katakan di atas, bentuk cek valve (Check Valve)
mirip sebuah mur segi enam yang panjang. Hanya saja dibagian luar komponen ini,
biasanya terdapat gambar anak panah dan ukuran tekanan. Gambar anak panah pada cek
valve(check valve) ini menunjukkan arah aliran dari fluida hidrolik. Jadi dalam
pemasangannya jangan sampai terbalik, apabila terbalik dalam pemasangannya, dapat
dipastikan cairan tidak akan bisa masuk ke sistem hidrolik dan sistem secara otomatis
tidak akan bisa berjalan. Sedangkan ukuran tekanan yang tertera pada cek valve tersebut,
merupakann keterangan ukuran tekanan maksimal yang mampu diterima oleh cek
valve(check valve) tersebut.
Secara konstruksi bagian dalam komponen cek valve ini juga cukup sederhana. Hanya
terdiri dari pegas tekanan (pressure spring), seal, dan pembuka tutup lubang yang
biasanya berbentuk cone/kerucut atau bola yang terpasang pada sebuah lubang.
Mekanisme kerjanya pun cukup sederhana, cairan/fluida hidrolik yang masuk akan
mendorong cone atau bola tersebut. sehingga lubang akan secara otomatis terbuka.
Setelah cairan masuk dan tekanan masuk lebih kecil daripada tekanan yang akan keluar,
maka pegas tekanan akan mendorong cone atau bola tersebut ke posisi semula, sehingga
lubang akan tertutup kembali dan cairan hidrolik tidak akan bisa keluar lagi. Cek valve
ini biasanya akan selalu terpasang di atas pompa hidrolik. Tujuannya agar aliran fluida
tidak berbalik dan mengakibatkan rusaknya pompa akibat kinerja pompa yang semakin
bertambah berat.
Bagaimana, sudah sedikit terjelaskan mengenai konstruksi, bentuk, fungsi, serta
mekanisme kerja dari cek valve ini? Semoga tulisan ini dapat memberi banyak manfaat
buat kalian. Seperti biasa, pembahasan komponen hidrolik selanjutnya akan dibahas
pada artikel yang lainnya. Sekinan dan terimakasih.
Karena pressure relief valve ini disebut juga sebagai katup pengaman, jadi komponen hidrolik yang
satu ini merupakan komponen yang wajib ada dan terpasang dalam setiap sistem hidrolik yang
dirangkai.
Demikian kiranya pembahasan tentang pressure relief valce baik itu relief valve atau pressure regulator
yang dapat saya sampaikan. Sebenarnya masih banyak diluar sana yang membahas tentang masalah
pressure relief valve ini. Namun begitu, semoga sedikit tulisan ini semoga bisa memberikan manfaat
dan pencerahan bagi para pembaca sekalian. Untuk komponen hidrolik yang lain, akan ssaya bahas
pada artikel yang lainnya.
Unit pengatur diwujudkan dalam bentuk katup atau valve yang macam-macamnya akan dibahas
berikut:
Katup (Valve) adalah suatu alat yang menerima perintah dari luar untuk melepas, menghentikan
atau mengarahkan fluida yang melalui katup tersebut.
Contoh jenis katup pengarah: Katup 4/3 Penggerak lever, Katup pengarah dengan piring putar,
katup dengan pegas bias.
a. Relief Valve, digunakan untuk mengatur tekanan yang bekerja pada sistem dan juga mencegah
terjadinya beban lebih atau tekanan yang melebihi kemampuan rangkaian hidrolik.
b. Sequence Valve, berfungsi untuk mengatur tekanan untuk mengurutkan pekerjaan yaitu
menggerakkan silinder hidrolik yang satu kemudian baru yang lain.
c. Pressure reducing valve, berfungsi untuk menurunkan tekanan fluida yang mengalir pada saluran
kerja karena penggerak yang akan menerimanya didesain dengan tekanan yang lebih rendah.
Fixed flow control yaitu: apabila pengaturan aliran tidak dapat berubah-ubah yaitu melalui
fixed orifice.
Variable flow control yaitu apabila pengaturan aliran dapat berubah-ubah sesuai dengan
keperluan
Flow control yang dilengkapi dengan check valve
Flow control yang dilengkapi dengan relief valve guna menyeimbangkan tekanan
pada bahasan kali ini kita akan membicarakan fluida atau cairan hidrolik. Jika berbicara tentang
hidrolik, tidak akan bisa lepas dari fluida atau cairan hidrolik. Ya.. karena fluida atau cairan
hidrolik ini adalah media utama untuk mentransfer tenaga pada sistem hidrolik. Jadi tanpa fluida
atau cairan hidrolik ini, sistem hidrolik tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan
malah sistem hidrolik itu tidak akan bisa bekerja. Selain sebagai media transfer tenaga pada
sistem hidrolik, fluida atau cairan hidrolik memiliki fungsi lainnya juga. Apa saja fungsi fluida atau
cairan hidrolik? Ini dia diantaranya
Itu dia beberapa fungsi fluida atau cairan pada sistem hidrolik. Lumayan banyak juga yah ternyata
fungsinya. Hee.. :D . jadi melihat begitu penting dan vitalnya fungsi fluida atau cairan dalam
sistem hidrolik, maka sebaiknya gunakan cairan atau fluida yang memiliki kualitas yang baik dan
sesuai dengan kinerjanya. Namun hal yang perlu diperhatikan, tidak semua jenis cairan bisa
digunakan sebagai media dalam sistem hidrolik ini. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
suatu cairan, agar bisa dipakai dalam sistem hidrolik. Apa sajakah itu?
5. Tahan dingin
Maksud cairan hidrolik tahan dingin adalah cairan hidrolik tidak mudah membeku bila
beroperasi pada suhu yang dingin. Titik beku cairan hidrolik berkisar antara 10-15 derajat
Celcius di bawah suhu saat mesin dihidupkan (start up). Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi terjadinya penyumbatan akibat cairan yang membeku.
8. Minimal Compressibility
Secara teori, cairan hidrolik memiliki sifat tidak dapat di kempa atau uncompressible. Tetapi
pada kenyataannya cairan hidrolik dapat dikempa atau dimampatkan sampai dengan 0,5%
volume setiap 80 bar. Maka dari itu cairan hidrolik harus mempunyai sifat atau kemampuan
untuk seminimal mungkin dapat dikempa.
Itu dia kedelapan syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah cairan agar dapat digunakan sebagai
cairan atau fluida hidrolik yang baik. Karena dengan menggunakan cairan hidrolik yang baik dan
benar, maka kinerja dari alat hidrolik akan dapat bekerja dengan maksimal dan optimal, serta
umur alat akan jauh lebih panjang yang berarti akan dapat mengurangi biaya produksi.
Demikian dulu beberapa hal yang bisa saya sampaikan mengenai macam-macam fungsi cairan
hidrolik dan syarat-syarat cairan hidrolik. Seperti biasa, jika ada pertanyaan mengenai cairan
hidrolik atau ada diantara tulisan saya di atas yang sekiranya kurang pas, silahkan sampaikan di
kolom komentar. Sekian dan terimakasih
Wassalaamualaikum Wr. Wb
Pengertian
Sistem hidrolik adalah suatu system pemindah tenaga dengan menggunakan zat cair atau fluida
sebagai perantara. Dimana fluida penghantar ini dinaikan tekanannya oleh pompa pembangkit
tekanan yang kemudian diteruskan ke silinder kerja melalui pipa-pipa saluran dan katup-katup.
Gerakan translasi batang piston dari silinder
kerja yang diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder dimanfaatkan untuk gerak maju dan
mundur.
Macam Macam Sistem Hidrolik
Hidrolik terbagi dalam 2 bagian :
a. Hidrodinamika : yaitu Ilmu yang mempelajar tentang zat cair yang bergerak
b. Hidrostatik : yaitu Ilmu yang mempelajari tentang zat cair yang bertekanan
Pada hidrostatik adalah kebalikan dari Hidrodinamika yaitu zat cair yang digunakan sebagai media
tenaga, zat cair berpindah menghasilkan gerakan dan zat cair berada dalam tabung tertutup
a. Beban piston silinder, semakin besar beban semakin besar tekanan yang dibutuhkan.
b. Jika ada back pressure, maka aliran akan terhambat.
c. Sirkuit hydraulic yang ada, hose, valve, fitting, filter dan orifice akan menyebabkan gesekan dan
fluida sulit untuk mengalir.
Catatan: Gesekan aliran akan semakin besar jika:
- Bertambah panjangnya pipa atau hose
- Kecepatan oli
- Berkurang dengan besarnya diameter saluran.
- Berkurang karena temperatur oli
Fluida Hidrolik
Pada system hydraulic, fluida yang umum digunakan adalah oli. Oli yang umum digunakan adalah:
a. Oli mesin ( Engine oil)
b. Oli hydraulic (hidrolik oil)
Oli Mesin (Engine Oil)
Kekentalan (viscosity)
Kekentalan oli mesin dinyatakan dalam SAE (Society of Automotive Engineering) dimana makin
besar angkanya berarti oli mesin tersebut semakin kental. Contoh SAE 10, SAE 20, SAE 30.
Klasifikasi Oli mesin dinyatakan dalam API (American Petrolium Institute), dimana makin tinggi huruf
akhir maka klasifikasi oli makin baik.
Contoh:
Untuk Diesel engine CA, CB, CC, CD
Untuk gasoline engine: SA, SB, SC, SD, SE, SF
Oli Hydraulic
Pada oli hydraulic mempunyai kekentalan dan klasifikasi sebagaimana oli mesin, hanya tidak
dinyatakan dalam SAE maupun kode API service.
Sifat oli pada system hidrolik:
a. Bersifat tidak dapat dimampatkan (uncrompressible).
b. Bersifat mudah mengalir (fluidity).
c. Harus stabil sifat fisika dan kimianya.
d. Mempunyai sifat melumasi.
e. Mencegah terjadinya karat.
f. Bersifat mudah menyesuaikan dengan tempat.
g. Dapat memisahkan kotoran kotoran.
b. Pompa
Pompa hydraulic berfungsi seperti jantung dalam tubuh manusia adalah sebagai pemompa darah
Pompa hidrolik merupakan komponen dari sistem hidrolik yang membuat oli mengalir atau pompa
hidrolik sebagai sumber tenaga yang mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga hidrolik.
Klasifikasi pompa
Non Positive Displacement pump : mempunyai penyekat antara lubang masuk/inlet port dan lubang
keluar/out port, sehingga cairan dapat mengalir di dalam pompa apabila ada tekanan.
Contoh : Pompa air termasuk disebut juga tipe non positive diplasement.
Positive diplacement pump : Memiliki lubang masuk/inlet port dan lubang keluar/outlet port yang di
sekat di dalam pompa. Sehingga pompa jenis ini dapat bekerja dengan tekanan yang sangat tinggi
dan harus di proteksi terhadap tekanan yang berlebihan dengan menggunakan pressure relief valve.
Contoh : Pompa hidrolik alat-alat berat
Fixed displacement pump : mempunyai sebuah ruang pompa dengan volume tetap (fixed volume
pumping chamber) Out putnya hanya bisa diubah dengan cara merubah kecepatan kerja (drive speed
)
Variable displacement pump : mempunyai ruang pompa dengan volume bervariasi, outputnya dapat
diubah dengan cara merubah displacement atau drive speed, fixed displacement pump maupun
variable pump dipakai pada alat-alat pemindah tanah
c. Motor
Simbol untuk Fixed displacement motor adalah sebuah lingkaran dengan sebuah segitiga di
dalamnya.
Simbol pompa mempunyai segitiga yang menunjukkan arah aliran., dan simbol motor memiliki
segitiga yang mengarah ke dalam Simbol untuk Single elemen pump / motor yang juga termasuk
reversible memiliki dua segitiga di dalam lingkaran, masing-masing menunjukkan arah aliran.
Sebuah variable displacement pump/motor diperlihatkan sebagai simbol dasar dengan tanda anak
panah yang digambarkan menyilang
e. Silinder hidrolik
Silider hidrolik merubah tenaga zat cair menjadi tenaga mekanik. Fluida yang tertekan , menekan sisi
piston silinder untuk menggerakan beberapa gerakan mekanis.
Singgle acting cylinder hanya mempunyai satu port, sehingga fluida bertekanan hanya masuk melalui
satu saluran, dan menekan ke satu arah. Silinder ini untuk gerakan membalik dengan cara membuka
valve atau karena gaya gravitasi atau juga kekuatan spring.
Double acting cylinder mempunyai port pada tiap bagian sehingga fluida bertekanan bias masuk
melalui kedua bagian sehingga bias melakukan dua gerakan piston.
Kecepatan gerakan silinder tergantung pada fluid flow rate ( gallon / minute) dan juga volume piston.
Cycle time adalah waktu yang dibutuhkan oleh silinder hidrolik untuk melakukan gerakan memanjang
penuh. Cycle time adalah hal yang sangat penting dalam mendiagnosa problem hidrolik.
Volume = Area x Stroke
CYCLE TIME = (Volume/Flow Rate) x 60
l. Akumulator
Akumulator berfungsi sebagai peredam kejut dalam system. Biasanya akumulator terpasang paralel
dengan pompa dan komponen lainnya. Akumulator menyediakan sedikit aliran dalam kondisi darurat
pada sistem steering dan juga rem, menjaga tekanan konstan dengan kata lain sebagai pressure
damper. Umumnya pada sistem hidrolik modern digunakan akumulator dengan tipe gas.
Cara Kerja
1. Tekanan Hidrolik menggunakan sebuah pompa (gear pump piston pump No.4) di dalam tangki
hidrolik yang digerakkan oleh sebuah motor yang terpasang vertikal diatas tangki hidrolik.
2. Minyak hidrolik didorong oleh Radial Piston Pump (No.4) melalui sebuah Check Valve (No.9) yang
berfungsi agar minyak hidrolik tidak kembali ke pompa penghisap menuju ke Pressure Control
Valve/Relief Valve (No. 7) melalui Four Way 2 Ball Valve-Manifold Block (No. 5).
3. Minyak hidrolik yang berada di dalam Pressure Control Valve dapat diatur secara manual oleh
sebuah Hand Control Valve (No.6) ini, berfungsi mengatur dengan tangan terhadap posisi hidrolik
silinder maju dan mundur, apabila sistem otomatis maju mundur tidak bisa bekerja lagi atau rusak.
4. Tekanan minyak dalam Pressure Control Valve (No.7) digabung dengan sebuah Solenoid
Unloading Valve (No.8) yang dipasang diatas Manifold Block (No.5) mendapat perintah dari Amplifier
Card (Relay Control) untuk membuka katupnya pada saat beban screw press naik dan menutupnya
pada saat beban screw press turun, sehingga sumbu silinder dapat maju mundur sesuai dengan
beban yang distel di amplifier card (relay control) yang dapat mendeteksi ampere screw press melalui
sebuah CT yang terpasang di dalam kotak starter.
5. Silinder hidrolik mempunyai dua jalur sambungan, satu didepan dan satu di belakang. Tekanan
minyak yang masuk ke jalur depan, sumbu silinder hidroliknya mundur, dan yang masuk ke jalur
belakang sumbu hidroliknya maju.
6. Minyak hidrolik dapat disirkulasi secara otomatis dan teratur oleh pompa hidrolik ke dalam tangki
hidrolik, didinginkan melalui sebuah Intergral Oil Cooler (No.17), kemudian disaring oleh Return Line
Filter (No.12). Minyak hidrolik harus tetap bersih dan tidak berkurang.
7. Untuk menambah (atau berkurang) tekanan hidrolik dapat dibuka dengan cara memutar baut yang
terdapat di Pressure Control Valve/Relief Valve (No.7) secara perlahan-lahan hingga mencapai 45
bar. Untuk mengetahui besarnya tekanan minyak dapat melihat penunjuknya pada PressureGauge
(No.11). Pressure Control Valve/Relief Valve (No.7) dan SolenoidUnloading Valve (No.11) berfungsi
untuk mengatur arus tekanan ke hidrolik silinder, dan Shut Off Valve (No.10) yang berfungsi untuk
menutup tekanan hidrolikke Pressure Gauge (No.11).
8. Ketinggian level dan suhu minyak hidrolik didalam tangki dapat dilihat pada Fluid Level Gauge
(No.15).
9. Pengoperasian sistem hidrolik tersebut diatas, jika menghendaki Elektro Motor Hidrolik (No.2)
dapat berhenti pada tekanan kerja tertentu dan berjalan kembali apabila tekanan kerja berkurang,
maka untuk itu harus dipasang sebuah Pressure Switch .
10. Untuk menstabilkan tekanan kerja agar tetap apabila elektro motor berhenti, harus pula dipasang
akumulator (integral oil cooler No.17 ditiadakan). (catatan: tanpa akumulator sistem hidrolik
diatas,tekanan kerja juga stabil dan konstan karena pompa hidrolik tetap bekerja).
11. (Point 9 dan 10 diatas) Dengan menggunakan pressure switch dan akumulator dalam sistem
hidrolik ini agar elektrik motor dan pompa hidrolik dapat berhenti sejenak (5-30detik) sangatlah tidak
efesien karena biaya perawatannya mahal dan tidak memperoleh hasil yang setimpal.
Adapun elektrik motor dan pompa hidrolik selalu dalm keadaan ON/OFF seketika karena beban
ampere teralu tinggi dan suhu panas sehingga mudah terbakar.
Pompa yang digerakkan via fleksibel kopling selalu disentakkan oleh ON/OFF electric motor, maka
gigi dan piston pompa cepat rusak dan sompel.
Perawatan akumulator tidak dapat dilakukan sendiri setelah beroperasi selam 1-2 tahun, karena
harus diulang dengan gas nitrogen setiap tahun dengan alat suntik khusus-charging kit.
Klasifikasi
Klasifikasi Pompa Hidrolik
Semua pompa menimbulkan aliran ( flow ). Prinsipnya operasinya disebut DISPLACEMENT dimana
zat cair atau fluida diambil dan dipindahkan ke tempat lain. Secara umum pompa mengubah tenaga
mechanical menjadi tenaga fluida hidrolik. Sedangkan yang dimaksud dengan DISPLACEMENT
adalah volume zat cair yang dipindahkan tiap cycle ( putaran ) dari pompa.
Klasifikasi Pompa.
Pada dasarnya pompa hirolik diklasifikasikan menjadi :
a. Non positive displacement
Yang dimaksud dengan pompa NON POSITIVE DISPLACEMENT ialah bila pompa mempunyai
karakteristik :
1. Internal leakage besar.
2. Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kapasitasnya
b. Positive displacement.
Yang dimaksud dengan pompa POSITIVE DISPLACEMENT ialah bila pompa mempunyai
karakteristik :
1. Internal leakage kecil ( untuk mendapatkan ini dibuat SEAL atau presisi ).
2. Perubahan tekanan berpengaruh kecil terhadap kapasitasnya ( dengan dibuatnya presisi / SEAL,
akan melawan kebocoran pada saat tekanan naik )
memungkinkan
dalam keadaan nonaktif.
air mengalir saat pompa dihidupkan dan membatasi alirannya ketika pompa
Macam-macam Katup
3.1 Katup Pengarah (Directional Control Valve = DCV)
Katup (Valve) adalah suatu alat yang menerima perintah dari luar untuk melepas,
menghentikan atau mengarahkan
fluida yang melalui katup tersebut.
Contoh jenis katup pengarah: Katup 4/3 Penggerak lever, Katup pengarah dengan piring
putar, katup dengan pegas
bias.
1) Check Valve adalah katup satu arah, berfungsi sebagai pengarah aliran dan juga sebagai
pressure control (pengontrol
tekanan)
2) Pilot Operated Check Valve, Katup ini dirancang untuk aliran cairan hidrolik yang dapat
mengalir bebas pada satu arah
dan menutup pada arah lawannya, kecuali ada tekanan cairan yang dapat membukanya.
3) Katup Pengatur Tekanan, Tekanan cairan hidrolik diatur untuk berbagai tujuan misalnya
untuk membatasi tekanan
operasional dalam sistem hidrolik, untuk mengatur tekanan agar penggerak hidrolik dapat
bekerja secara berurutan,
untuk mengurangi tekanan yang mengalir dalam saluran tertentu menjadi kecil.
a. Relief Valve, digunakan untuk mengatur tekanan yang bekerja pada sistem dan juga
mencegah terjadinya beban lebih
atau tekanan yang melebihi kemampuan rangkaian hidrolik.
b. Sequence Valve, berfungsi untuk mengatur tekanan untuk mengurutkan pekerjaan yaitu
menggerakkan silinder hidrolik
yang satu kemudian baru yang lain.
c. Pressure reducing valve, berfungsi untuk menurunkan tekanan fluida yang mengalir pada
saluran kerja karena
penggerak yang akan menerimanya didesain dengan tekanan yang lebih rendah.
4) Flow Control Valve, katup ini digunakan untuk mengatur volume aliran yang berarti
mengatur kecepatan
gerak actuator (piston).