Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan pesat
seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, terutama di kota-kota besar
yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan terhadap sarana dan prasarana,
khususnya bangunan rumah dan gedung. Pada umumnya sebagian besar sarana dan
prasarana (infrastruktur) yang ada menggunakan konstruksi beton, dimana teknologinya
telah dapat dikuasai oleh seluruh lapisan masyarakat dari tingkat bawah hingga tingkat
atas. Beton masih dapat memenuhi kebutuhan untuk pembangunan konstruksi dan
secara keseluruhan konstruksi beton masih dianggap lebih murah dibandingkan dengan
konstruksi lainnya. Hal ini dapat terlihat dari produksi semen yang akan terus
meningkat dari 1,5 milyar ton pada tahun 1995 menjadi 2,2 milyar ton pada tahun 2010
(Malhotra, 1999)
Di lain hal, kemajuan teknologi dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia,
mengarahkan pembangunan infrastruktur pada penggunaan struktur dengan material
yang baru tetapi secara keseluruhan tidak berdampak pada peningkatan biaya. Adapun
bahan alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan abu terbang atau
pulverised fly ash (PFA) untuk dibuat sebagai pengganti semen (cementitious) pada
pembuatan beton. Penggantian penggunaan semen ini dengan geopolimerisasi dapat
mengurangi biaya pembuatan beton serta dapat mengurangi pemanasan global yang
ditimbulkan dari produksi semen karena produksi semen Portland selama ini
melepaskan gas CO2 ke asmofer bumi, dimana gas CO2 memberikan sumbangan
terbesar dalam pemanasan global. Karbondioksida (CO2) memberikan kontribusi 65%
terhadap pemanasan global (McCaffrey, 2002). Sedangkan industri semen sendiri
memberi kontribusi 6% dari emisi CO2 tersebut, karena setiap produksi satu ton semen
Portland akan menghasilkan satu ton CO2 ke atmosfer bumi (Davidovits, 1994;
McCaffrey, 2002). Fly ash sendiri, kalau tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman
bagi lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penggantian sebagian besar
atau seluruh penggunaan semen Portland pada produksi beton, dan bahan pengganti
semen yang cukup tersedia banyak adalah fly ash, limbah hasil pembakaran batu bara
pada pembangkit listrik tersebut.

2
Dapat dikatakan pemanfaatan fly ash akan mendatangkan efek ganda pada
tindak penyelamatan lingkungan, yaitu memangkas dampak negatif kalau bahan sisa ini
dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi bahkan menggantikan penggunaan semen
portland sebagai bahan utama dalam pembuatan beton.
Namun fly ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya
semen. Fly ash harus direaksikan secara kimia menggunakan alkalin aktivator. Alkalin
aktivator digunakan untuk mereaksikan Si dan Al yang terkandung dalam fly ash agar
terjadi proses geopolimerisasi.
Selama ini, jenis alkalin aktivator yang sering digunakan adalah sodium
hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SiO3). Pada penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya (Hardjito dan Rangan, 2004) sudah dilakukan pembuatan beton
geopolimer hanya menggunakan satu jenis alkalin aktivator saja yaitu sodium
hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SiO3). Karena itu, diperlukan lagi penelitian
beton geopolimer yang dibuat menggunakan alkalin aktivator lain seperti potasium
hidroksida (KOH) dan potasium silikat (K2SiO3) sehingga dapat lebih mempermudah
dan menambah alternatif larutan alkalin aktivator dalam pembuatan beton geopolimer
nantinya.
Pada dasarnya, pemilihan larutan alkali potasium pada beton geopolimer fly ash
diharapkan akan menghasilkan performa yang lebih baik daripada beton geopolimer fly
ash yang menggunakan larutan alkali sodium seperti halnya pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Xu dan Deventer (2000), dimana perbandingan kuat tekan pada beton
geopolimer berbahan dasar kaolin dengan larutan alkali potasium menghasilkan kuat
tekan yang lebih baik daripada yang menggunakan larutan alkali sodium. Meskipun di
pasaran harga bahan kimia pembentuk larutan alkali potasium memiliki harga yang
lebih mahal daripada harga bahan kimia pembentuk larutan alkali sodium, diharapkan
dengan performa yang lebih baik, volume material yang diperlukan akan berkurang dan
didapatkan beton geopolimer fly ash yang lebih ekonomis. Oleh karena itu, dalam tugas
akhir ini akan dibahas analisis potasium hidroksida (KOH) dan potasium silikat
(K2SiO3) sebagai alternatif alkalin aktivator pengganti sodium hidroksida (NaOH) dan
sodium silikat (Na2SiO3) untuk menghasilkan beton geopolimer fly ash yang berfungsi
sebagai material struktural dan bermutu tinggi.

3
1.2. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Fly ash yang digunakan fly ash tipe F.
b. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan (compressive strength) dan uji waktu
ikat (setting time).
c. Perawatan (curing) beton geopolimer pada suhu tinggi menggunakan oven.
d. Tidak dilakukan analisis kimia geopolimerisasi beton geopolimer.
e. Pengaruh suhu dan lingkungan saat pencampuran diabaikan / disamakan.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
a. Bagaimanakah kuat tekan mortar geopolimer dan waktu ikat (setting time) pasta
geopolimer yang memakai larutan potasium hidroksida dan potasium silikat sebagai
alkalin aktivatornya dibandingkan dengan menggunakan larutan sodium hidroksida
dan sodium silikat?
b. Bagaimanakah komposisi mortar geopolimer dengan larutan potasium hidroksida
dan potasium silikat yang menghasilkan kuat tekan optimum?
c. Berapakah kuat tekan optimum beton geopolimer yang menggunakan larutan
potasium hidroksida dan potasium silikat serta kuat tekan optimum beton
geopolimer yang menggunakan larutan sodium hidroksida dan sodium silikat
berdasarkan komposisi mortar yang menghasilkan kuat tekan optimum?

1.4. Tujuan Penelitian


Mengacu pada uraian masalah yang telah dibahas sebelumnya, tujuan utama dari
penelitian secara umum adalah untuk mengkaji lebih dalam dan luas tentang pengaruh
penggunaan larutan potasium hidroksida dan potasium silikat sebagai alternatif
pengganti larutan alkalin aktivator beton geopolimer fly ash mutu tinggi.
Adapun tujuan khusus yang akan dicapai antara lain:
a. Mengetahui kuat tekan mortar geopolimer dan waktu ikat (setting time) pasta
geopolimer yang memakai larutan potasium hidroksida dan potasium silikat sebagai
alkalin aktivatornya dibandingkan dengan menggunakan larutan sodium hidroksida
dan sodium silikat.

4
b. Mengetahui komposisi mortar geopolimer dengan larutan potasium hidroksida dan
potasium silikat yang menghasilkan kuat tekan optimum.
c. Mengetahui dan membandingkan kuat tekan optimum beton geopolimer yang
menggunakan larutan potasium hidroksida dan potasium silikat dengan kuat tekan
optimum beton geopolimer yang menggunakan larutan sodium hidroksida dan
sodium silikat berdasarkan komposisi mortar yang menghasilkan kuat tekan
optimum.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian mengenai beton geopolimer, khususnya yang menggunakan potasium
hidroksida dan potasium silikat sebagai alkalin aktivatornya sangat sedikit dilakukan di
Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian potasium hidroksida dan potasium silikat sebagai
alkalin aktivator beton geopolimer ini perlu dilakukan.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan perilaku mekanis beton
geopolimer yang menggunakan larutan potasium hidroksida dan potasium silikat
sebagai alkalin aktivatornya serta mendapatkan komposisi yang tepat untuk
menghasilkan beton geopolimer untuk material struktural.
Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu jenis
beton baru yang ramah lingkungan, karena:
a. Memanfaatkan material sisa (buangan) sehingga mengurangi limbah yang
mencemari lingkungan.
b. Mengurangi kadar emisi CO2 yang dihasilkan produksi semen.

Anda mungkin juga menyukai