Anda di halaman 1dari 20

Pendahuluan

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga


menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus
uteri. Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kehamilan.
Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab
yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, plasenta
previa harus dipikirkan terlebih dahulu.
Insidensi plasenta previa meningkat pada keadaan yang endometriumnya
kurang baik, misalnya pada atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada multipara terutama yang jarak
kehamilannya pendek, mioma uteri, riwayat kuretase berulang, usia lanjut, riwayat
sectio cesarea, perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta
harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang
tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium
yang kuran baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang
lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Gejala utama
dari plasenta previa adalah perdarahan berulang per vaginam tanpa rasa nyeri yang
semakin lama jumlahnya semakin bertambah banyak. Perdarahan yang terjadi
disebabkan separasi mekanis plasenta dari tempat implantasinya pada saat
pembentukan segmen bawah rahim atau saat terjadinya dilatasi dan pendataran
serviks.
Terapi dari plasenta previa dibagi menjadi 2 golongan yaitu terapi ekspektatif
dan terapi aktif. Ekspektatif dilakukan apabila umur kehamilan 24-34 minggu, bila
perdarahan tidak terlampau banyak, dan keadaan ibu dan anak baik. Terapi aktif
bertujuan untuk mengakhiri dan dilakukan pada kehamilan yang cukup bulan,
perdarahan yang banyak, dan keadaan umum ibu atau anak buruk. Terminasi
kehamilan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu secara pervaginam atau sectio
cesarea.

Status Pasien
I.

Identitas
Identitas Pasien
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Agama
:
Pendidikan
:
Suku bangsa
:
Pekerjaan
:

Ny. N
32 tahun
Kp Cigula Rt 3, Cibangbulang, Bogor
Islam
SMA
Sunda
Karyawan Garmen

Identitas Suami
Nama
Umur
Alamat
Agama
Pendidikan
Suku bangsa
Pekerjaan

Tn. R
31 tahun
Kp Cigula Rt 3, Cibangbulang, Bogor
Islam
SMP
Sunda
Karyawan Konfeksi

:
:
:
:
:
:
:

II.

Anamnesa (autoanamnesa)
- Keluhan utama:
Keluarnya darah dari jalan lahir sejak 8 jam SMRS
- Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 8 jam SMRS. Darah
yang keluar berwarna merah segar, jumlah 3 pembalut, tidak terdapat
gumpalan, dan tidak disertai rasa nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya
mulas ataupun keluarnya cairan tidak tertahankan dari jalan lahir. Pasien
masih merasakan gerakan bayi pada saat dilakukan pemeriksaan. Pasien
sempat dirawat di RS Kartika 1 bulan yang lalu karena keluhan yang sama.
Disana pasien beberapa kali mengalami perdarahan berulang namun dapat
berhenti sendiri. 3 hari yang lalu pasien diperbolehkan pulang dari RS Kartika
dan keesokan harinya pasien mengalami perdarahan lagi sehingga pasien
datang ke RS. R Syamsudin RH pada hari berikutnya.
-

Riwayat penyakit dahulu:


o Riwayat diabetes melitus disangkal
o Riwayat hipertensi disangkal
o Riwayat alergi disangkal
o Riwayat trauma disangkal
o Riwayat operasi disangkal

III. Riwayat Obstetri


-

Riwayat Haid
o Menarche
: 13 tahun
o Siklus
: 30 hari, teratur
o Lama Haid
: 7 hari
o Dysmenore
: +, sangat nyeri
o Banyaknya
: 80 cc
o Keputihan
: +, putih kekuningan, gatal +, berbau o HPHT : 20 Oktober 2012
o TP
: 27 Juli 2013

Riwayat Kontrasepsi
o Kontrasepsi
: suntik 3 bulan, 2x
o Kontrasepsi Terakhir : tahun 2012

Riwayat Pernikahan
o Menikah
o Lama perkawinan

Riwayat Obstetri
Tahun

: 1 kali
: 14 tahun

: G1P0A0

Usia
Kehamila
n

Jenis
Kelamin

Berat
Lahir

ASI/PASI

Penolong
Persalina
n

Ini
3

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Berat badan
Tinggi badan

:
:
:
:
:
:
:
:

Kepala
Muka
Mata
Leher
Thorax
o Jantung
o Paru
o Mammae

: Normocephali, deformitas : Raut wajah simetris


: Konjungtiva anemis -/-, sklera Ikterik -/: Tidak teraba massa, pembesaran KGB -

Abdomen
o I
o P
o P
o A
Ekstremitas :
o Edema
o CRT

tampak sakit sedang


compos mentis.
130/70 mmHg
84 x/menit
20 x/menit
360C
65 kg
150 cm

: Bj 1 & II reguler, murmur -, gallop


: Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/: Hiperpigmentasi areola +/+, retraksi puting -/-

:
:
:
:

cembung, striae gravidarum +, linea nigra +


nyeri tekan timpani
BU +

: -/-,
: 2 detik

Refleks fisiologis
Refleks patologis : -/-

: +/+

V. Pemeriksaan Obstetri

TFU : 28 cm
TBJ
: 2325 gram
DJA
: 155 x/menit
Leopold
I
: teraba bagian besar, bulat, lunak, tidak melenting, kesan bokong.
II
: teraba tahanan memanjang di kiri dan bagian kecil dikanan, kesan
punggung kiri
III
: teraba bagian besar, bulat, keras, melenting, kesan kepala belum
masuk pintu
atas panggul
IV
: kovergen, 5/5
Pemeriksaan Inspekulo
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Dalam
: tidak dilakukan, tampak perdarahan
spotting

VI.

Diagnosa Awal
4

G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan perdarahan antepartum e.c


suspek plasenta previa

VII.

Pemeriksaan Penunjang

NST

Hasil :
o Baseline heart rate :130 kali per menit
o Variabilitas
: dalam batas normal
o His
: tidak ada

Laboratorium (4/6/2013)
o
o

Hemoglobin : 9,4 g/dL


Hematokrit : 33,5 %

o
o

Leukosit
Trombosit

: 11.100/l
: 302.000/ l

USG
o

Hasil:

o
o
o

VIII. Resume
o

Gravida 32-33 minggu dengan janin tunggal hidup intrauterine,


presentasi kepala
Plasenta insersi di corpus posterior uteri menutupi ostium uteri
internum
TBJ : 2020 gram
o

G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu menurut HPTHT dan


USG,.Anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan
lahir sejak 8 jam SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar,
jumlah 3 pembalut, tidak terdapat gumpalan, dan tidak disertai rasa
nyeri. Mulas, keluarnya cairan tidak tertahankan dari jalan lahir, dan
riwayat trama disangkal. Pergerakan janin masih dirasakan. Pasien
sempat dirawat di RS Kartika 1 bulan yang lalu karena keluhan yang
sama. Riwayat penyakit atau pengobatan terdahulu seperti diabetes
melitus, hipertensik alergi, trauma, dan operasi disangkal. Pemeriksaan
fisik dalam batas normal, tanda-tanda vital ibu baik, TFU 28 cm, letak
anak memanjang, presentasi kepala, DJA 155 x/menit, his negatif. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen cembung dan lembut dan
bagian-bagian janin dapat diidentifikasi dengan mudah dengan
pemeriksaan leopold. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan obstetri
berupa pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan dalam, maupun
pemeriksaan fornises. Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan
CTG dengan hasil NST reaktif dan tidak ditemukan tanda-tanda gawat
janin. Pemeriksan laboratorium ditemukan Hb= 9,4 g/dL, Ht= 33,5%,
leukosit =11.100/l, trombosit = 302.000/l. Pada USG ditemukan
adanya plasenta yang berinsersi di korpus posterior menutupi ostium
uteri internum yang merupakan diagnosis pasti dari plasenta previa.

IX. Diagnosa Kerja


o G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan perdarahan
antepartum e.c plasenta previa
o
o

X.

Penatalaksanaan
-

Terapi ekpektatif
o Tirah baring total
o Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, his, perdarahan ibu, dan
DJA
o IVFD RL 1500 cc/24 jam
o Dexamethasone 2x 5 mg IM
o Nifedipine 3 x 20 mg IV
o Bricasma 4 x 0,2 mg subkutan
o Transfusi darah 1 bag PRC
o

XI. Prognosis
-

Ibu
Bayi

: bonam
: bonam
7

o
o
o

XII.

Follow up
Hari ke -2 (5/6/2013)
o S : lemas +, gerakan janin +, perdarahan jalan lahir + banyak
o O : KU/Kes
: tenang/CM
o
TD
: 110/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
o
Nafas
: 20 x/menit
Suhu : afebris
o
Abdomen : Cembung, supel, nyeri tekan , DJA 144
x/menit
BAB -, BAK +
o
Perdarahan pervaginam : +, sedikit
o

Laboratorium:
Hemoglobin : 7 g/dL
Hematokrit : 20,6 %
Leukosit
: 10.600/l
Trombosit
: 106.000/ l

A : G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan


perdarahan
o
antepartum e.c plasenta previa dan anemia
o P :
o Tirah baring total
o Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, his,
perdarahan ibu, dan DJA
o IVFD RL 1500 cc/24 jam
o Dexamethasone 2x 5 mg IM
o Nifedipine 3 x 20 mg IV
o Bricasma 4 x 0,2 mg subkutan
o Transfusi darah 1 bag PRC
o
Hari ke -3 (6/6/2013)
o S : lemas +, gerakan janin +, perdarahan jalan lahir + banyak
o O : KU/Kes
: tenang/CM
o
TD
: 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
o
Nafas
: 22 x/menit
Suhu : afebris
o

Abdomen

: Cembung, supel, nyeri tekan , DJA 152

x/menit

o
o
o

o
o

BAB -, BAK +
Perdarahan pervaginam : +, banyak
Laboratorium:
Hemoglobin : 8,5 g/dL
Hematokrit : 24,6 %
Leukosit
: 12.900/l
Trombosit
: 318.000/ l
Tes Nitrazin : -

A : G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan


perdarahan
9

antepartum e.c plasenta previa dan anemia

o
P
o
o

:
Transfusi 2 bag PRC
Pro sectio cesarea
Persiapan post op

Laboratorium
o GDS
o Albumin
o Globulin
o SGOT
o SGPT
o Ureum
o Creatinin
o Na+
o K
o Ca
o Cl

: 70 mg/dL
: 2,7 grm
: 2,7 grm
: 23,8 U/L/37C
: 19,2 U/L/37C
: 15,6 mg/Dl
: 0,5 mg/dL
: 134,1 mmol/L
: 4,45 mmol/L
: 8,3 mmol/L
: 112 mmol/L

o
o
o
o
o
o

Jam
12.05

12.15

13.00

o
Tindakan
o
Dilakukan operasi sectio cesarea dengan insisi
mediana inferior
o
Lahir bayi perempuan, BBL = 2270 gram, PBL =
49 cm, A/S = 7/9
o
Operasi selesai
- Perdarahan 550 cc
- TTV post op:
- TD: 115/78 mmHg, N=84x/menit, R=22x/menit,
S=36,3C
- Ditemukan adanya endometritis pada korpus uteri
o
o
Instruksi post op:
IUFD RL:D5% = 2:1 50 gtt/24 jam
Cefotaxime
2 x 1 gram IV
Metronidazole
3 x 500 mg IV
Ranitidine
2 x 50 mg IV
Kaltrofen
3 x 1 supp

o
Hari ke-4 (7/6/2013)
o S : ASI -/-, nyeri pada luka post operasi +
o O : KU/Kes
: tenang/CM
o
TD
: 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
o
Nafas
: 20 x/menit
Suhu : afebris
10

Abdomen

o
o
o
o
o
o

: Datar, supel
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi sedang
Nyeri tekan pada luka post operasi +
BAB -, BAK + (kateter)
Perdarahan pervaginam : +, sedikit
Laboratorium:
Hemoglobin : 7,3 g/dL
Hematokrit : 21,1 %
Leukosit
: 13.900/l
Trombosit
: 349.000/ l

A : P1A0, 32 tahun, post partus prematurus secara sectio


cesarea a/i
o
perdarahan antepartum e.c plasenta previa
o
o P:
IUFD RL:D5%
= 2:1 50 gtt/24 jam
Cefotaxime 2 x 1 gram IV
Metronidazole
3 x 500 mg IV
Ranitidine
2 x 50 mg IV
Kaltrofen
3 x 1 supp
o
Hari ke-5 (8/6/2013)
o S : ASI +/+, nyeri pada luka post operasi +
o O : KU/Kes
: tenang/CM
o
TD
: 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
o
Nafas
: 20 x/menit
Suhu : afebris
o

Abdomen

o
o
o
o
o
o

o
o

: Datar, supel
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi sedang
Nyeri tekan pada luka post operasi +
BAB -, BAK + (kateter)
Perdarahan pervaginam : +, sedikit
Laboratorium:
Hemoglobin : 9,3 g/dL
Hematokrit : 27,2 %
Leukosit
: 16.100/l
Trombosit
: 429.000/ l

A : P1A0, 32 tahun, post partus prematurus secara sectio


cesarea a/i
o
perdarahan antepartum e.c plasenta previa
P:
Transfusi 1 bag PRC
IUFD RL:D5%
= 2:1 50 gtt/24 jam
Cefotaxime 2 x 1 gram IV
Metronidazole
3 x 500 mg IV
Ranitidine
2 x 50 mg IV
11

Kaltrofen
3 x 1 supp
o
Hari ke-6 (9/6/2013)
o S :o O : KU/Kes
: tenang/CM
o
TD
: 120/70 mmHg
o
Nafas
: 20 x/menit

Nadi : 84 x/menit
Suhu : afebris

Abdomen

o
o
o
o
o
o

o
o

: Datar, supel
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi sedang
Nyeri tekan pada luka post operasi +
BAB -, BAK +
Perdarahan pervaginam : +, sedikit
Laboratorium:
Hemoglobin : 11 g/dL
Hematokrit : 31,5 %
Leukosit
: 11.700/l
Trombosit
: 504.000/ l

A : P1A0, 32 tahun, post partus prematurus secara sectio


cesarea a/i perdarahan antepartum e.c plasenta previa
P:
Boleh pulang
Obat pulang:
Cefadroxil
2 x 500 gram tablet
Asam Mefenamat 3 x 500 mg tablet

12

o Pembahasan dan Analisis Kasus


o
o
1.
2.
3.
4.

Permasalahan:

Apa sebab perdarahan pada pasien ini?


Apakah faktor predisposisi pada pasien ini?
Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?
Apakah rencana penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
o

Pembahasan

1. Apa sebab perdarahan pada pasien ini?


o Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah umur
kehamilan 20 minggu atau pada akhir kehamilan trimester ke-2 atau
awal trimester ke-3. Penyebab perdarahan pada pasien ini bermacammacam, yang dapat merupakan masalah obstetrik maupun nonobstetrik. Penyebab obestetrik dari perdarahan antepartum adalah
plasenta previa, solusio plasenta dan vasa previa. Perdarahan nonobstetrik dapat disebabkan oleh perlukaan pada jalan lahir karena
terjatuh, koitus, atau varises yang pecah, atau kelainan pada serviks
seperti karsinoma, erosi, dan polip.
o
o
Analisis Kasus:
o
Kasus ini memenuhi definisi perdarahan antepartum karena pasien
o
mengalami perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan 32-33 minggu.
o
2. Apakah faktor predisposisi pada pasien ini?
o Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu plasenta previa totalis jika seluruh ostium
uteri tertutup oleh plasenta, plasenta previa lateralis jika hanya sebagian ostium
uteri yang tertutup oleh plasenta, dan plasenta previa marginalis jika hanya pada
pinggir ostium uteri terdapat jaringan plasenta.
o Plasenta previa biasanya terjadi pada keadaan endometriumnya yang
kurang baik, misalnya pada atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada multipara terutama yang
jarak kehamilannya pendek, mioma uteri, endometiritis, riwayat kuretase
berulang, usia lanjut, riwayat sectio cesarea, perubahan inflamasi atau atrofi
misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Keadaan endometrium yang
kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup
ostium uteri internum. Endometrium yang kuran baik juga dapat menyebabkan
zigot Analisis
mencariKasus:
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah
dekatPada
ostium
uteri internum.
pasien
ini faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah
adanya endometritis sehingga mencari tempat implatasi lain yaitu di
o
corpus
uteri posterior. Endometritis ini juga yang menyebabkan pasien
merasakan nyeri yang berlebihan pada saat haid, adanya keputihan, dan
infertilitas (14 tahun pernikahan tidak memiliki anak, tanpa menggunakan
13
alat kontrasespsi).

o
o
o
o
3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?
o Pasien dengan plasenta previa dari anamnesis akan ditemukan keluhan
utama berupa perdarahan berulang pervaginam tanpa disertai rasa nyeri dan
tanpa sebab yang jelas. Perdarahan pertama biasanya terjadi pada usia
kehamilan sekita 28 minggu dan ditandai dengan perdarahan mendadak saat
istirahat, berwarna merah segar, berjumlah tidak terlalu banyak, dan akan
berhenti sendiri serta tidak disertai dengan rasa nyeri.
o Perdarahan yang terjadi umumnya pada trimester ketiga, dimana pada
saat itu mulai terbentuknya segmen bawah rahim, dilatasi dan pendataran
serviks sehingga terjadi pelepasan plasenta. Perdarahan yang terjadi berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan di tempat
ini akan dipermudah dan diperbanyak karena segmen bawah rahim dan serviks
memiliki elemen otot yang sedikit sehingga tidak mampu berkontraksi dengan
kuat untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan akan berhenti karena terjadi
pembekuan, kecuali jika ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dari
plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka akan terjadi laserasi baru dan perdarahan berulang.
o Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum,
perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim
terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau marginalis, perdarahan baru
terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama
biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu
tetapi lebih dari separuh kejadinanya terjadi pada kehamilan diatas 34 minggu.
Pada plasenta previa karena tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium
uteriAnalisis
internum
maka pedarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
Kasus:
terbentuk
hematoma
retroplasenta
mampu merusak
lebih luas
dan
Dari anamnesis
didapatkanyang
karakteristik
yang jaringan
sama yaitu
pasien
melepas
tromboplastin
ke perdarahan
dalam sirkulasi
maternal
pada
plasenta
mengeluhkan
adanya
berulang
dari sehingga
jalan lahir,
berwarna
previa
jarang
terjadi
koagulopati.
merah segar, tanpa rasa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab yang jelas.
o
Perdarahan
ini pertama kali terjadi pada usia kehamilan 28 minggu,
o
sehingga
pasien di rawat di RS Kartika. Ketika di rawat di RS Kartika, pasien
o
masih
mengalami perdarahan berulang namun dapat berhenti sendiri. 3
o setelah keluar dari RS Kartika, pasien mengalami perdarahan per
hari
o
vaginam
berulang dan kemudian di rawat di RS. R. Syamsudin RH.
o
Karakteristik
yang dikeluhakan pasien berbeda dengan solusio plasenta,
dimana
pasien akan mengeluhakan perdarahan berulang dari jalan lahir,
o
berwarna
merah tua yang disertai dengan nyeri pada perut dan uterus
o
yang
tegang
terus-menerus yang mirip dengan kontaksi his.
o
14

o
o
o
o
o
o
o Pemeriksaan Fisik pada plasenta previa akan ditemukan dalam batas
normal. Tanda-tanda vital ibu dan janin dalam keadaan baik. Pemeriksaan
abdomen cembung, lembut, dan bagian-bagian janin dapat diidentifikasi dengan
mudah melalui pemeriksaan leopold. Ini dapat membedakan dengan solusio
plasenta dimana pada solusio plasenta akan ditemukan perabaan abdomen dan
uterus yang lebih tegang sehingga bagian-bagian janin tidak dapat diidentifikasi
dengan pemeriksaan leopold. Letak bagian terendah janin masih tinggi karena
plasenta terletak pada bagian kutub bawah rahim sehingga bagian terendah
tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
o
o
Analisis Kasus:
oPada pemeriksaan fisik ditemukan kondisi pasien masih dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen cembung dan
olembut sehingga bagian-bagian janin dapat diidentifikasi dengan mudah
dengan pemeriksaan leopold.
o
o Pada pemeriksaan obstetri dengan perabaan fornises akan teraba
bantalan lunak pada presentasi kepala. Pada pemeriksaan dalam dapat teraba
adanya plasenta dan letak kepala masih tinggi karena terhalang oleh plasenta.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan secara
double set-up di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan terapi aktif
apabila kehamilan akan diterminasi. Pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan
untuk menyingkirkan penyebab non-obstetrik lainnya seperti polip, erosi,
ataupun karsinoma.
o
o
Analisis Kasus:
o Pada pasien tidak terdapat pemeriksaan obstetri yang dapat membantu
o menegakkan diagnosis karena tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo,
o pemeriksaan dalam, maupun pemeriksaan fornises. Pada pasien dengan
o plasenta previa tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena dapat
o memicu terjadinya perdarahan yang hebat. Pemeriksaan inspekulo juga
o
tidak
wajib dilakukan karena tidak dapat membantu menegakkan
o
diagnosis.
Pemeriksaan fornises dapat dilakukan dengan hati-hati jika
o
presentasi
terbawah janin adalah kepala, namun pada pasien pemeriksaan
ini
o juga tidak dilakukan untuk mencegah terjadi perdarahan lebih lanjut.
o
Diagnosis pasti plasenta previa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG transabdominal ketepatan
diagnosisnya mencapai 95-98%, sedangkan pada USG transvaginal ketepatannya
akan lebih tinggi lagi. Dengan bantuan USG, plasenta previa dapat didiagnosis
sebelum trimester ketiga. Namun, dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi
plasenta seiring bertambah besarnya uterus. Pada pemeriksaan USG akan
15

ditemukan plasenta terletak di korpus posterior dan menutupi sebagian atau


seluruh ostium uteri internum
o
oAnalisis Kasus:
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan NST dimana
oditemukan NST masih dalam keadaan reaktif dan tidak ditemukan tandatanda gawat janin. Ini dapat membedakan dengan solusio plasenta dimana
opada solusio plasenta lebih disering didapatkan abnormalitas pada
pemeriksaan NST, terutama pada solusio plasenta yang berat. Pada
opemeriksaan ultrasonografi (USG) ditemukan adanya plasenta yang
berinsersi di korpus posterior menutupi ostium uteri internum yang
omerupakan diagnosis pasti dari plasenta previa.
o
4. Apakah rencana penatalaksaaan pada pasien ini sudah tepat?
o Penatalaksanaa plasenta previa ada 2 cara yaitu terapi ekspektatif dan
terapi aktif. Pilihan penatalaksanaan yang dilakukan tergantung dari umur
kehamilan, jumlah paritas, banyaknya perdarahan per vaginam, dan keadaan
umum ibu dan janin. Terapi ekspektatif bertujuan untuk mempertahankan
kehamilan dan dilakukan apabila umur kehamilan 24-34 minggu, bila perdarahan
tidak terlampau banyak, dan keadaan ibu dan anak baik. Pada terapi ekspektatif,
pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak kurang lebih 2500 gram atau
kehamilan sudah mencapai 37 minggu. Terapi yang diberikan adalah
betamethasone 2x12mg IM selang 24 jam, tokolitik untuk mencegah adanya
kontraksi uterus, dan antibiotika. Terapi aktif bertujuan untuk mengakhiri
kehamilan dan dilakukan pada kehamilan yang cukup bulan, perdarahan yang
banyak, dan keadaan umum ibu atau anak buruk. Terapi aktif dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara pervaginam atau sectio cesarea. Pada perdarahan
yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat,
biasanya dilakukan terminasi secara sectio cesarea, Pada perdarahan yang
sedang atau sedikit, pembukaan yang sudah besar, presentasi kepala,
multiparitas, dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati
cenderung dilahirkan secara per vaginam.
o

16

o
Analisis Kasus:
Pada pasien ini tatalaksana yang dilakukan sudah tepat. Pada awal terapi
dilakukan terapi ekspektatif dengan memberikan terapi Dexamethasone 2
x 5 mg IM untuk mempercepat pematangan paru, Nifedipine 3 x 20 mg IV
dan Bricasma 4 x 0,2 mg subkutan untuk mencegah timbulnya kontraksi,
transfusi darah 1 bag PRC untuk memperbaiki keadaan umum ibu,
dilakukan observasi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, his, dan denyut
jantung janin secara berkala, dan dilakukan tirah baring total. Setelah
didapatkan keadaan umum ibu yang semakin memburuk (Hb= 7 gr/dL)
maka keadaaan umum ibu segera diperbaiki lagi dengan memberikan
transfusi 2 bag PRC dan dilakukan operasi sectio cesarea segera setelah
terdapat peningkatan keadaan umum ibu (Hb=8,5 gr/dL). Setelah post
operasi, didapatkan Hb=7,3 gr/dL dan dilakukan transfusi 3 bag PRC lagi
sehingga Hb menjadi 11 gr/dL. Setelah selesai operasi pasien juga
diberikan antibiotik cefotaxime dan metronidazol sebagai terapi preventif
pasca operasi, ranitidin untuk mencegah terjadinya maag, dan analgesia
kaltrofen supp untuk megurangi rasa nyeri setelah operasi. Pasien
dipulangkan dengan keadaan umum yang baik dan dengan obat pulang
cefadroxil dan asam mefenamat untuk melanjutkan terapi di rumah sakit.

17

o Variabel
o
o
o

o
Plasenta Previa

Faktor predisposisi
Multiparitas
Usia lanjut
Hipertensi kronis
Preeklampsia
Kehamilan kembar
Riwayat sectio cesarea
Riwayat kuretase
Riwayat mioma uteri
Endometritis
Jenis kelamin bayi lakilaki
Merokok atau kokain

Teori
o
Solutio Plasenta

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Anamnesis
-

Perdarahan pervaginam
Usia kehamilan

Rasa nyeri
Warna
Jumlah

o
o

Pemeriksaan Fisik
o Abdomen
Palpasi
Nyeri tekan
Pemeriksaan Leopold

o
o
o
o

Akhir trimester
ketiga
o
Merah segar
Sedikit-banyak

Akhir trimester
ketiga
o

o
Merah tua
o
Sedikit

o
o

Supel
o
Mudah
dilakukan
o

Tegang
o

Sulit dilakukan

o
o
-

o
o

Pemeriksaan Obstetri
Inspekulo
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan fornises

Normal
Teraba plasenta
Pada presentasi
kepala teraba
bantalan lunak
(plasenta)
o

o
o

Normal
Normal
o
Pada presentasi
kepala teraba bagian
yang keras dan bulat
(kepala)
o
o

Pemeriksaan penunjang
-

CTG

normal

o
Bisa terdapat
tanda-tanda gawat janin
18

o
o
o

Laboratorium

USG

Bisa terdapat
anemia
o
Insersi plasenta
di korpus uteri
posterior

Bisa terjadi
anemia, dan
hipofibrinogenemia
o
Hematoma
retroplasenta
o
(sulit dilihat)
o

korp

o
o

19

o Kesimpulan
o
Penyebab dari perdarahan antepartum yang berhubungan dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh masalah obstetri maupun non obstetrik.
Perdarahan non-obstetri dapat disebabkan oleh perlukaan pada jalan lahir
karena terjatuh, koitus, atau varises yang pecah, atau kelainan pada serviks
seperti karsinoma, erosi, dan polip. Perdarahan obstetri paling sering
disebabkan oleh plasenta previa dan solusio plasenta.
o
Penegakan diagnosa pada pasien ini sudah tepat yaitu plasenta
previa berdasarkan hasil anamensis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obstetrik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. Penyebab
terjadinya plasenta previa pada kasus ini adalah adanya endometritis.
Penatalaksanaan
yang
dilakukan
pada
pasien
ini
sudah
tepat.
Penatalakasanan awal yang dilakukan pada pasien adalah terapi ekspektatif
untuk mempertahankan kehamilan yang dilanjutkan dengan terapi aktif
ketika terjadi perdarahan yang semakin hebat.

Anda mungkin juga menyukai