Anda di halaman 1dari 2

Penerapan Sistem HDM4 Dengan Pengadaan Alat Survey Hawkeye 2000 di Lingkungan Balai

Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Direktorat Jendral Bina Marga.


Bapak Ir. Suhardi, MSc Kepala BBPJN IV Jakarta (nomor 2 dari kanan) didampingi
oleh Didik Rudjito (Kabid Perencanaan) dan Adi Sulistyono (Kasi Pelaksana II) dan
Subaiha Kipli (Kabid PSP, Pengujian dan Peralatan) di depan alat Hawkeye 2000
(renwas @ 25-05-2011 21:38)
Di era globalisasi dan reformasi birokrasi saat ini,
tantangan akan penyelenggaraan jalan yang
efektif efisien dan tepat sasaran semakin besar.
Kegiatan penyelenggaraan jalan merupakan
suatu kesatuan proses dari pemograman,
penganggaran, perencanaan, pembangunan,
pengawasan dan pemeliharaan jalan. Seluruh
proses penyelenggaraan jalan tersebut harus
diawali dengan pemrograman dan penganggaran
yang optimal sehingga proses selanjutnya dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegiatan pemrograman jalan di Ditjen Bina Marga pada saat ini diawali dengan pengumpulan
data (survey) mengenai lalu lintas dan kondisi jalan yang ada, usulan-usulan dari pelaksana di
lapangan, dan penentuan prioritas oleh Direktorat Bina Program sesuai dengan rencana dan
strategi dari Direktorat Jendral Bina Marga. Berangkat dari hal tersebut, kegiatan
pengumpulan data lalu lintas dan kondisi jalan menjadi suatu titik awal yang sangat penting
dalam keseluruhan kegiatan penyelenggaraan jalan. Ketersediaan data yang kurang valid
atau kurang lengkap, tidak hanya akan mengakibatkan kesalahan pemrograman yang dapat
mengakibatkan inefisiensi dan inefektifitas pemrograman dan penganggaran, namun juga
dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran penyelenggaranaan jalan dan
ketidaksesuaian evaluasi kinerja.

Kegiatan pengumpulan data kondisi jalan saat ini, dilakukan dengan survey IRMS
dengan komponen survey meliputi: IRI (kekasaran permukaan jalan), survey
inventarisasi jalan (RNI), survey kondisi jalan (RCS), lalu lintas (LHR) dan referensi
titik (DRP). Pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan pengumpulan data tersebut
dilaksanakan oleh penyedia jasa konsultansi. Pada tahun 2009, kegiatan
pengumpulan data tersebut dilakukan oleh Satuan Kerja Perencanaan dan
Pengawasan secara swakelola. Dari evaluasi menunjukkan beberapa kendala muncul
dalam pelaksanaannya, dari ketidaksiapan peralatan hingga SDM yang kurang
memadai. Keluaran data survey yang dihasilkan pun terkadang kurang valid, hal itu
dilihat dari tidak sinkronnya keluaran yang dihasilkan.
Bertolak dari keadaan tersebut, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV (BBPJN
IV) mencoba mencari solusi mengenai permasalahan pengumpulan data kondisi
jalan. Pengumpulan data kondisi jalan seharusnya dilakukan dengan cara yang
seragam, efektif dan cepat dalam rangka pengambilan keputusan. Sebelumnya,
Pusjatan telah memperkenalkan suatu alat survey yang dapat mengumpulkan data
lalu lintas dan kondisi jalan dengan resolusi dan intensitas yang tinggi yang

dinamakan Hawkeye. Alat survey Hawkeye terbukti cepat dan akurat dalam
mengumpulkan
data
kondisi
jalan,
sehingga
BBPJN
IV
mulai
mengimplementasikannya dalam survey di wilayah BBPJN IV. Namun karena harga
unit Hawkeye yang cukup mahal (sekitar 9.6 milyar rupiah), pada tahun 2009 BBPJN
IV mencoba membangun sendiri alat yang menggunakan konsep yang sama seperti
Hawkeye, yang dinamakan alat survey Mata Garuda dengan biaya yang lebih murah
(sekitar 1.5 sampai 2 milyar rupiah). Meski demikian, efektifitas dan kapabilitas alat
survey Mata Garuda tersebut karena satu dan lain hal belum dapat menyamai
kapabilitas dari alat survey Hawkeye.
Alat survey Hawkeye 2000
Alat survey Hawkeye 2000 merupakan suatu paket alat pengumpulan data yang
tergabung dalam satu kendaraan unit Hawkeye 2000. Paket tersebut terdiri dari GPS,
Gipsitrac Geometri, Video recording, pengukuran jarak, Profiler (termasuk side laser,
dan didukung oleh Software Hawkeye Processing Toolkit.
Hawkeye 2000 dapat digunakan dalam beberapa kegiatan, misalnya: asset
management survey, survey monitoring perkerasan rutin, geometrik dan pemetaan,
audit keselamatan jalan, survey lalu lintas, runway inspections maupun quality control
oleh kontraktor.
Sampai saat ini, di Indonesia hanya tersedia 4 unit alat hawkeye yaitu di Pusjatan,
BBPJN IV, Ditjen Hubud, dan Sekolah Tinggi Transportasi Darat. Spesifikasi
terlengkap hanya unit Hawkeye yang dimiliki BBPJN IV saja. Selanjutnya, alat survey
Hawkeye 2000 ini diperuntukkan untuk mendukung sistem pemrograman jaringan
jalan HDM-4 yang pada tahun mendatang diproyeksikan untuk menggantikan sistem
IRMS yang berbasis HDM-III (Highway Desain and Maintenance III). Alat ini dapat
mengumpulkan data kondisi jalan dalam sekali perjalanan dengan kecepatan 20 s.d
100 km/jam. Dengan kecepatan tersebut, diharapkan pengumpulan data kondisi jalan
dapat menghasilkan keluaran yang lebih akurat dan terkini. Proses pengoperasian
alat ini juga tergolong sederhana, karena pengemudi mengendarai kendaraan secara
normal dan operator hanya menentukan titik-titik referensi saja (dan melaporkan
event-event yang mungkin muncul selama perjalanan). Data keluaran hawkeye pun
dapat dengan mudah ditransfer (export) ke sistem HDM4 sehingga tidak diperlukan
lagi pemasukan (input) data secara manual.
Secara umum, dengan pengadaan alat survey Haweye ini diharapkan proses
pengumpulan data kondisi jalan di wilayah BBPJN IV pada khususnya dan di
Direktorat Jenderal Bina Marga pada umumnya dapat dilakukan dengan lebih cepat
dan akurat. (aaa)

Anda mungkin juga menyukai