Anda di halaman 1dari 22

PROVINSI

SUMATERA UTARA

I. KONDISI UMUM
A. Kondisi fisik daerah
1. Keadaan Geografis
Letak Wilayah Provinsi Sumatera
Utara secara geografis berada pada
posisi 1 - 4 Lintang Utara dan 98 100 Bujur Timur.
Provinsi Sumatera Utara berbatasan
dengan Nangroe Aceh Darusalam di
sebelah Utara, Provinsi Riau dan
Sumatera Barat di sebelah Selatan,
Samudra Hindia di sebelah Barat dan
Selat Malaka di sebelah Timur.

2.

Iklim
Iklim di Provinsi Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh
angin Passat dan Angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91%, Curah
hujan 800 4000 mm/tahun dan penyinaran matahari 43%.

3.

Topografi
Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran
tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari
Utara sampai ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 12 % seluas 65,51%,
kemiringan 12 40% seluas 8,64% dan diatas 40% seluas 24,28%. Sedangkan
luas Danau Toba seluas 119.920 Ha atau 1,57%

4.

Luas wilayah
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 72.981,23 km2.

5.

Pulau dan sungai


Provinsi Sumatera Utara memiliki sebanyak 419 pulau-pulau besar dan pulaupulau kecil yang terdiri dari sebanyak 237 pulau yang telah memiliki nama dan
sebanyak 182 pulau yang belumn memiliki nama. Adapun jumlah sungai yang
terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 229 sungai dengan
panjang 549,56 km

21

21

B. Keadaan sosial ekonomi


1.

Pemerintahan
Administrasi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni 2010 terdiri
atas 25 Kabupaten dan 8 Kota. Selanjutnya Kabupaten/Kota tersebut terdiri atas
417 kecamatan. Pada administrasi yang paling bawah, kecamatan terdiri atas
kelurahan untuk daerah perkotaan (rural) dan desa untuk daerah pedesaan
(rural). Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.744
desa/kelurahan. Jumlah PNS daerah (otonomi di Sumatera Utara pada keadaan
Januari 2010 ada sebanyak 219.537 orang

2. Pendidikan
Jumlah partisipasi sekolah di Provinsi Sumatera Utara mulai dai Tingkat TK sampai
dengan Perguruan tinggi pada tahun ajaran 2010/2011 adalah sebanyak
4.586.795 atau 35,33 % dari jumlah penduduk.
3. Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara pada Februari 2012 sebanyak
6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 juta orang bekerja, dan 0,41 juta orang
penganggur sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari
2012 sebesar 74,55 persen dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada
Februari 2012 sebesar 6,31 persen. Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara
sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah. Persentase Angkatan Kerja
golongan ini mencapai 3,31%, angkatan kerja yang berpendidikan tingkat SLTP
dan SLTA masing-masing sekitar 24,13% dan 32,26%, sedangkan sissanya 7,32 %
berpendidikan diatas SLTA. Jika dilihat dari status pekerjaannya, hampir sepertiga
(28,43%) penduduk yang bekerja adalah buruh dan karyawan. Penduduk yang
berusaha sendiri sekitar 20,24%, sedangkan penduduk yang bekerja sebagai
pekerja keluarga mencapai 20,63%. Hanya 3,05 % penduduk Sumatera Utara yang
menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota
keluarganya.
4. Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar 13.103.596 jiwa dengan
kepadatan penduduk 183 jiwa per kilometer persegi yang terdiri dari penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6.544.092 jiwa dan perempuan sebanyak
6.559.504 jiwa.
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi Sumatera Utara atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada Tahun 2010
sebesar Rp. 275,70 triliun. Sektor industri masih sebagai kontributor utama
dengan peranan mencapai 22,96%. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian
(22,92%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,00%). Sementara Itu
sektor-sektor lainnya memberikan kontribusi sebesar 35,15% terhadap
perekonomian Sumatera Utara. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera

22

Utara pada tahun 2010 tumbuh sekitar 6,35%, meningkat jika dibandingkan tahun
sebelumnya.
6. Budaya dan Nilai
Provinsi Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam
bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Sumetera Utara
terdiri atas berbagai suku antara lain penduduk asli (Suku Melayu, Suku Batak
Karo, Suku Batak Toba, Suku Batak Mandailing, Suku Batak Angkola, Suku Batak
Simalungun, Suku Batak Pakpak, Suku Nias) dan pendatang (Suku Minangkabau,
Suku Aceh, Suku Jawa, dan Suku Tionghoa) yang masing-masing memiliki
kebudayaan dan adat istiadatnya masing-masing.
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia.
Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya
dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur
seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan
Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu
dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan
bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya.
Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai
pengantar sehari-hari. Suku Batak yang umumnya berada di daerah pegunungan
(Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing dan Pakpak) menggunakan bahasa
daerahnya masing-masing. Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim
menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia.

Tari Tor-tor

23

II.

ASPEK KAWASAN

A. Hutan Negara
1. Luas Kawasan Hutan
Luas Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara sesuai SK Menhut Nomor :
44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan
dan Perairan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 3.742.120 ha. Kawasan hutan
tersebut meliputi :
1. Hutan Konservasi seluas 477.070 ha
2. Hutan Lindung seluas 1.297.330 ha
3. Hutan Produksi Terbatas seluas 879.270 ha
4. Hutan Produksi Tetap seluas 1.035.690 ha
5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha
879270
23,50%

1297330
34,67%

Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Terbatas
Hutan Produksi Tetap

Hutan Produksi yg
dpt dikonversi
477070
12,75%

52760
1,41%

1035690
27,68%

Luas Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara


Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 35% kawasan hutan (daratan) yang
ada di Provinsi Sumatera Utara merupakan hutan lindung, 23% hutan produksi
terbatas, 28% hutan produksi tetap, 1% hutan yang dapat dikonversi, dan 13%
merupakan hutan konservasi.
2. Luas Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil penafsiran
Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

24

Tabel 14. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara
Penutupan
Lahan

KAWASAN HUTAN
HUTAN TETAP

TOTAL
HPK

Jumlah

APL

KSAKPA

HL

HPT

HP

420,1
307,9
111,8
0,4
57,0
-

574,4
198,5
335,8
40,1
722,8
0,2

722,0
275,1
437,3
9,6
157,2
-

324,6
28,7
213,6
82,2
711,1
0,0

1,9
1,5
0
50,9
0,0

2.042,9
810,3
1.100,0
132,6
1.699,0
0,2

211,0
10,0
173,5
27,5
3.186,1
0,1

2.253,9
820,3
1.273,6
160,1
4.885,1
0,3

31,6
11,5
17,8
2,2
68,4
0,0

477.1 1.297,3
879,3 1.035,7
Total
Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011

52,8

3.742,1

3.397,2

7.139,2

100,0

A. Hutan
-Htn Primer
-Htn Sekunder
-Htn Tanaman
B. Non Hutan
C. Tidak ada data

Jumlah

3. Posisi kawasan hutan dalam DAS


Daerah Aliran Sungai adalah suatu daratan yang merupakan suatu kesatuan
ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melalui daerah tersebut yang
fungsinya untuk menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air
lainnya, penyimpanan serta pengalirannya bermuara ke laut secara alamiah untuk
kelestarian daerah tersebut.
Luas dan penyebaran daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Sumatera Utara
disajikan pada Tabel dibawah. Berdasarkan data pada tabel tersebut diketahui
bahwa luas total daerah aliran sungai (DAS) pada wilayah Provinsi Sumatera Utara
adalah 7.526.998,47 hektar yang terdiri dari DAS di dalam kawasan hutan seluas
3.854.888,39 hektar dan DAS di luar kawasan hutan (APL) seluas 3.672.110,08
hektar. Luasan tersebut sudah termasuk luasan DAS atau Sub DAS Singkil yang
penyebarannya lintas provinsi yaitu pada beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam.
Tabel 15. Luas dan penyebaran daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Sumatera Utara
DAS
WAMPU/SEI
Asahan
ULAR
Barumun
1.
HP
425.837,06
528.313,77
2.
HL
634.159,03
992.869,97
3.
HPT
104.798,46
603.017,01
4.
HK
51.624,16
5.
HSA
329.585,60
184.683,33
6.
APL
1.669.876,86
2.002.233,22
Jumlah
3.164.257,01
4.362.741,46
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
No.

FUNGSI KAWASAN

JUMLAH
954.150,83
1.627.029,00
707.815,47
51.624,16
514.268,93
3.672.110,08
7.526.998,47

4. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan


Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan adalah perubahan fungsi suatu kawasan
hutan untuk keperluan non kehutanan (atau untuk keperluan
pertanian/perkebunan dan transmigrasi) berdasarkan Surat Keputusan Pelepasan
dari Menteri Kehutanan. Perkembangan perubahan peruntukan kawasan hutan
untuk keperluan pertanian/perkebunan dan transmigrasi di Provinsi Sumatera

25

Utara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah adanya perubahan
kawasan hutan pada tahun 2009 seluas 10.989,70 hektar di Kabupaten Asahan.
Perubahan kawasan hutan tersebut adalah berdasarkan SK Pelepasan Kawasan
Hutan yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan dengan peruntukan perkebunan
kelapa sawit pada Kelompok Hutan Nantalu sebanyak 2 (dua) unit yaitu oleh PT.
Inti Palm Sumatera seluas 6.215,80 hektar dan oleh PT. Citra Sawit Indah Lestari
seluas 4.773,90 hektar.
Sedangkan pada tahun 2011 tidak ada perubahan peruntukan kawasan hutan di
Provinsi Sumatera Utara baik untuk keperluan pertanian/perkebunan maupun
untuk keperluan transmigrasi. Ijin tukar-menukar kawasan hutan pada tahun 2011
adalah sebanyak 3 (tiga) unit dimana 1 (satu) unit di antaranya adalah tanah keluar
seluas 50 hektar untuk perkantoran pemerintah Kabupaten Batubara namun tidak
disertai pertukaran dengan tanah masuk. Sedangkan 2 (dua) unit lainnya terdiri
dari:
a. Hutan produksi seluas 277,30 hektar ditukar dengan hutan lindung dengan
luasan yang sama untuk Perkantoran pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan.
b. Hutan produksi terbatas seluas 900 hektar ditukar dengan hutan suaka alam
dengan luasan yang sama untuk perkebunan di Kabupaten Asahan.

B. Hutan Rakyat
Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh atau dibangun oleh rakyat di atas tanah
milik dengan jenis-jenis tanaman hutan. Luas hutan rakyat di Provinsi Sumatera
Utara yang terdata hingga tahun 2011 adalah 356.561,03 hektar. Data ini belum
seluruhnya mencakup luas hutan rakyat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara karena kegiatan inventarisasi terhadap luas dan potensi hutan
rakyat di Provinsi Sumatera Utara belum dilaksanakan secara maksimal dan
menyeluruh.
Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011,
kegiatan hutan rakyat yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari
pengembangan/pembangunan hutan rakyat dan Pembangunan areal model hutan
rakyat. Realisasi pembuatan/pengembangan pembangunan pengelolaan hutan
rakyat selama kurun waktu 5 tahun terakhir seluas 9.598,53 ha dari target seluas
9.308,50 ha.
Pembangunan areal model hutan rakyat yang telah direalisasikan selama kurun
waktu 5 tahun terakhir terdiri dari 14 unit dengan luas 515 ha, dimana pada tahun
2011 kegiatan ini tidak ada.
Hasil hutan yang diproduksi dari hutan rakyat adalah jenis hasil hutan kayu dan
hasil hutan bukan kayu. Kayu bulat merupakan hasil hutan utama yang diproduksi
dari hutan rakyat yang terdiri dari jenis meranti, pinus, mahoni dan rimba
campuran. Sedangkan hasil hutan bukan kayu yang diproduksi dari hutan rakyat

26

adalah jenis getah pinus dan rotan. Jumlah produksi hasil hutan kayu dan hasil
hutan bukan kayu pada hutan rakyat tahun 2011 disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 16. Produksi Hasil Hutan Kayu Dan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Rakyat di
Provinsi Sumatera Utara
No.
A.

B.

Jenis Produksi
Hasil Hutan Kayu (m3)
1. Meranti
2. Mahoni
3. Pinus
4. Rimba Campuran
5. Lain-lain

Volume
15.279,75
78.586,89
207.996,02
37.290,13

Hasil Hutan Bukan Kayu (kg)


1. Getah Pinus
2. Rotan

518.790,21
65.700

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data produksi hutan rakyat seperti pada Tabel diatas diketahui bahwa
kayu rimba campuran merupakan hasil hutan kayu dalam bentuk kayu bulat
dengan volume produksi terbesar yang dihasilkan dari hutan rakyat pada tahun
2011. Produksi kayu bulat jenis rimba campuran tersebut berasal dari hutan rakyat
pada Kabupaten Langkat, Karo, Tapanuli Selatan, tapanuli Tengah, Mandailing
Natal dan Padang Lawas dengan volume produksi 207.996,02 m3. Produksi kayu
bulat lainnya yang berasal dari hutan rakyat adalah jenis pinus sebanyak 78.586,89
m3 yang berasal dari Kabupaten Dairi, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Toba
Samosir dan Samosir. Sedangkan jenis meranti hanya diproduksi dari hutan rakyat
pada Kabupaten Padang Lawas dan kabupaten Labuhan batu Utara sebanyak
15.279,75 m3.
Hasil hutan bukan kayu yang diproduksi dari hutan rakyat pada tahun 2011 adalah
getah pinus sebanyak 518.790,21 kg yang berasal dari Kabupaten Karo,
Simalungun, Asahan dan Tapanuli Utara. Sedangkan hasil hutan bukan kayu
lainnya adalah jenis rotan dengan jumlah produksi sebanyak 65.700 kg yang
berasal dari Kabupaten Dairi dan Toba Samosir.

27

III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN


A. Potensi kayu atau non kayu
1. Potensi kayu
Potensi hasil hutan kayu di Provinsi Sumatera Utara pada Kabupaten Deli Serdang,
Langkat, Karo, Humbang Hasundutan, Samosir, Padang Lawas, dan Nias Selatan
dengan total potensi kayu untuk semu 
     cm) adalah sebesar
191.985,60 m per hektar.
2. Potensi Non Kayu
Hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan selain kayu, termasuk komoditas hasil
perkebunan yang dipungut dari hutan negara. Potensi hasil hutan bukan kayu di
Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 juga belum diinventarisasi pada seluruh
kabupaten/kota dimana data potensi hasil hutan bukan kayu tersebut hanya
terdapat pada Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir dengan jenis rotan
sebesar 60.210 kg per hektar dan pada Kabupaten Labuhan Batu Selatan dengan
jenis getah karet pada Hutan tanaman Industri (HTI) sebesar 3.750 kg per hektar.
Berdasarkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan rakyat diketahui
bahwa potensi hutan rakyat pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebesar 141.058,70 m yang terdiri dari jenis pinus, mahoni, durian, dll.
Sedangkan potensi hasil hutan bukan kayu adalah sebesar 60.210 kg.
B. Produksi kayu atau non kayu
Produksi hasil hutan yang utama dihasilkan dari hutan adalah kayu bulat. Produksi
kayu bulat ini dihasilkan dari hutan alam melalui kegiatan perusahaan Hak
Pengusahaan Hutan (HPH/IUPHHK), kegiatan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dalam
rangka pembukaan wilayah hutan, pembangunan hutan tanaman (HTI) serta kegiatan
hutan rakyat.
1.

Produksi Kayu Bulat


Pada Tahun 2011, total produksi kayu bulat di Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 1.347.612,25 m, yang bersumber dari produksi : IUPHHK-HA
sebanyak 74.956,36 m (5,56%), IUPHHK-HT sebanyak 625.135,46 m
(46,39%), Land Clearing Penyiapan Lahan Penanaman sebanyak 90.393,74 m
(6,71%), Ijin Pemanfaatan Kayu sebanyak 217.973,90 m (16,17%) dan Hutan
Rakyat sebanyak 339.152,79 m (25,17%).
Berdasarkan jenisnya, produksi kayu bulat pada tahun 2011 terdiri dari jenis
meranti, pinus, rimba campuran, dan lain-lain (seperti Eucalyptus, Acacia).
Kayu bulat jenis Eucalyptus sp. dan Acacia sp. (dikelompokkan sebagai jenis
dan lain-lain) merupakan kayu bulat dengan jumlah produksi terbesar dimana
jenis kayu bulat ini diproduksi dari hasil pemanenan dan land clearing untuk
penyiapan lahan pada IUPHHK hutan tanaman. Ditinjau dari 19 (sembilan

28

belas) kabupaten/kota penghasil, maka produksi kayu bulat terbesar


dihasilkan dari Kabupaten Padang Lawas, Samosir, Tapanuli Utara, dan
Labuhan Batu Selatan.
2.

Produksi Kayu Olahan


Jenis kayu olahan yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011
terdiri dari jenis plywood, sawn wood (kayu gergajian), moulding, pulp,
meubel, veneer dan produk lainnya (yang merupakan turunan kayu lapis atau
jenis produk lidi) dengan total volume produksi sebesar 555.213,3800 m.
Kayu Gergajian (sawnwood) adalah kayu hasil konversi kayu bulat dengan
menggunakan mesin gergaji, mempunyai bentuk yang teratur dengan sisi-sisi
sejajar dan sudut-sudutnya siku dengan ketebalan tidak lebih dari 6 cm dan
kadar air tidak lebih dari 18 %. Kayu gergajian yang diolah langsung dari kayu
bulat wajib didukung dengan dokumen yang sah. Tahun 2011 produksi kayu
gergajian yang tercatat adalah sebesar 233.781,3457 m.
Kayu Lapis (plywood) adalah panel kayu yang tersusun dari lapisan veneer
dibagian luarnya, sedangkan di bagian intinya (core) bisa berupa veneer atau
material lain, diikat dengan lem kemudian dipress (ditekan) sedemikian rupa
sehingga menjadi panel yang kuat. Termasuk dalam artian ini adalah kayu lapis
yang dilapisi dengan material lain. Produksi kayu lapis tahun 2011 adalah
sebesar 60.427,3400 m. Kayu olahan lainnya yang diproduksi adalah jenis
moulding, pulp, meuble (furniture), veneer, dan lain-lain.

3.

Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu


Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan selain kayu, termasuk
komoditas hasil perkebunan yang dipungut dari hutan negara. Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan selain kayu yang dipungut dari dalam
hutan lindung dan atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buahbuahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan dan lain sebagainya.
Hasil hutan bukan kayu yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara sampai
dengan tahun 2011 terdiri dari getah pinus, getah karet, rotan dan Sawit.
Diketahui bahwa total produksi hasil hutan bukan kayu pada tahun 2011
adalah 47.374.250,21 kg dan 185.015 batang dengan total nilai sebesar Rp.
402.626.804.927,- Produksi hasil hutan tersebut terdiri dari getah pinus
sebanyak 518.790,21 kg senilai Rp. 1.063.519.927,-; produksi getah karet
sebanyak 21.209.870 kg dengan nilai sebesar Rp. 360.567.790.000,-; produksi
sawit sebanyak 25.579.890 kg dengan nilai sebesar Rp. 40.927.824.000,- serta
produksi rotan sebanyak 65.700 kg dengan nilai sebesar Rp. 67.671.000,-.
Berdasarkan sumber produksinya, getah pinus dihasilkan dari Kabupaten Karo,
Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara dimana Kabupaten
Simalungun merupakan daerah penghasil getah pinus terbesar pada tahun
2011. Getah karet merupakan hasil hutan bukan kayu yang diproduksi dari
IUPHHK Hutan Tanaman yang terletak pada Kabupaten Tapanuli Selatan,

29

Padang Lawas Utara dan Labuhanbatu Selatan dengan volume produksi


terbesar berasal dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Produksi rotan pada
tahun 2011 hanya terdapat pada Kabupaten Dairi dan Toba Samosir.
Hasil hutan bukan kayu lainnya yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara
adalah tandan buah segar (TBS) sawit sebanyak 25.579.890 kg yang
merupakan komoditas hasil perkebunan yang dipungut dari hutan negara.
Komoditas TBS sawit tersebut berasal dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan
sebanyak 25.396.160 kg dan dari Kabupaten Padang lawas Utara sebanyak
183.730 kg

C. Flora dan fauna


1. Flora
Adapun jenis-jenis flora yang terdapat baik dalam kawasan hutan maupun diluar
kawasan hutan yang telah teridentifikasi di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai berikut : Angsana (Pterocarpus indicus), Nyamplung (Calophyllum
inophillum), Meranti (Shorea sp), Meranti Bunga (Shorea parvifolia), Kenari
(Canarium), Malu Tua (Tristia sp), Rotan
(Calamus Manau) Anggrek (Bulbophylum),
Kantong Semar, (Nephenthes sp), Pandan
Sampinur
bunga
(Pandanus
sp),
(Podocarpus imbricatus), Sampinur tali
(Dacrydium
junghuhnii),
Kemenyan
(Styrax sp), Hoting (Quercus sp), Suren
(Toona sureni), Haundolok (Eugenia sp),
Tusam (Pinus merkusii), Pulai (Alsnia
scolaris), Aren (Arenga sp), Bambu
(Bambussa sp), Pakis-pakisan, Rafflesia sp, Sono kembang (Dalbergia latifolia),
Angsana (Pterococarpus indicus) dan kelenjar (Samanea saman), Bunga Bangkai
(Amorphophallus titanum), Altingea exelsa, Schima wallichii, Manglitia glauca,
Dacrydium junghuhnii, jenis Keliung (Quercus sp), dan jenis Ficus, jenis Anggrek,
Kapur (Dryobalanops aromatica), Jabon (Antocephalus cadamba), Sungkai
(Peronema canescens), Perdu (Eupathorium sp), Medang (Litsea sp), Laban (Vitex
sp), serta rumput-rumputan.
Untuk ekosistem hutan pantai/mangrove maka vegetasinya didominasi jenis
Bakau Putih/Hitam (Rizophora apiculata), Langgadai (Bruquiera parviflora), Butabuta (Excocaria sp) dan Nyirih (Xylocarpus granatum) serta Nipah (Nipa fructican).

30

2. Fauna
Sedangkan jenis- jenis satwa baik yang terdapat dalam kawasan hutan maupun
diluar kawasan hutan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : kera,
lutung, babi hutan, kancil, trenggiling, kus-kus, burung rangkong, rusa (Cervus
unicolor), siamang (Hylobates sindactylus), kambing hutan (Capricornus
sumatrensis), trenggiling (Manis
Javanica), enggang (Bucerotidae),
pergam (Ducula sp), tekukur,
kutilang,
musang,
harimau
(Panthera tigris), beruang (Helarctos
malayanus),
burung
murai,
perkutut, beruk, bajing, kelelawar,
walet,
orang
utan
(Pongo
pygmaeus), pelanduk (Tragulus
napu), kijang, kucing batu (Felis marmorata), ungko (Hylobates agilis) dll. Poksai
jambul putih (Garrulax leucophus), julang (Rhyticeros undulatus), celepuk (Otus
sp), matahari ekor panjang (Heterophasia picaides), burung kutilang, beo, kacer,
srigunting serta jenis raja udang (Alcedo athis), elang Laut, ular, ikan ular sawah
(Phyton reticulatus), ular gendang (Phyton curtus), kiah-kiah dan kancil.
D. Jasa lingkungan
Pada tahun 2011 terdapat 2 (dua) unit perusahaan pemanfaatan jasa lingkungan di
Provinsi Sumatera Utara yaitu 1 (satu) unit perusahaan pemanfaatan jasa aliran air
oleh PLTA Asahan III di Kabupaten Asahan serta 1 (satu) unit perusahaan dengan
pemanfaatan jasa perlindungan keanekaragaman hayati berupa taman hewan di
Kota Pematang Siantar.
E. Lahan kritis
Adapun total luas lahan yang telah direhabilitasi pada tahun 2011 di Provinsi
Sumatera Utara adalah 82.989,63 hektar yang terdiri dari rehabilitasi di dalam
kawasan hutan seluas 60.512 hektar dan rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan
seluas 6.045,45 hektar, reboisasi sebanyak 7.421 ha dan penanaman hutan rakyat
sebanyak 4.743,53 ha serta kebun bibit seluas 4.267,55 ha. Selain itu juga
dilaksanakan pembuatan dam pengendali sebanyak 20 unit, pembuatan gully plug
sebanyak 36 unit dan pembutan sumur resapan sebanyak 30 unit. Kegiatan
rehabilitasi yang dilakukan telah mampu menurunkan luas lahan kritis di Sumatera
Utara yaitu pada tahun 2007 seluas 1.967.726 ha (kritis 1.526.959 ha dan sangat
kritis 434.767 ha), menjadi 1.135.341 ha pada tahun 2011 dengan kategori kritis
854.610 ha dan sangat kritis 280.731 ha.
Selain kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan juga di Provinsi Sumatera Utara telah
melakukan kegiatan reboisasi yang merupakan upaya penanaman jenis pohon
hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau
semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan. Dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir ini di Provinsi Sumatera Utara telah melakukan kegiatan reboisasi

31

dalam kawasan hutan seluas 31.994,55 hektar yang dilaksanakan pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2011. Selain itu juga turut berperan sertanya pihak swasta
untuk turut serta mengelola hutan secara lestari dan berkisambungan berupa
pengembangan Hutan Tanaman Industri pada areal-areal yang kurang produktif
(bekas perambahan, alang-alang, semak belukar, lahan kosong) yang berada
dalam kawasan hutan sehingga menjadi produktif.
Berbagai Program pemerintah pusat dalam hal ini kementrian kehutanan dalam
meningkatkan fungsi kawasan hutan agar menjadi lebih produktif dilaksanakan
dengan sepenuh hati oleh Provinsi Sumatera Utara, antara lain melalui Pekan
Penghijauan, Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Gerakan Perempuan
Tanam dan Pelihara Pohon, Aksi/Gerakan Penanaman Serentak Indonesia dan
Pekan Pemeliharaan Pohon, Hari Menanam Pohon Indonesia (tanggal 28
Nopember) dan Bulan Menanam Pohon Nasional (bulan Desember), penanaman
dalam rangka Gerakan Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree), penanaman 1
milyar pohon (One Billion Indonesia Trees for The World-OBIT), Pembuatan Kebun
Bibit Rakyat (KBR) serta dalam rangka mengisi Tahun Kehutanan Internasional
2011. Dalam rangka Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon (OBIT) Tahun 2012,
hingga akhir november masyarakat Provinsi Sumatera Utara telah menanam dan
memelihara pohon sebanyak 35 juta batang pohon, dari target Provinsi Sumatera
Utara sebanyak 50.000.000 batang bibit. Untuk mendukung Gerakan Penanaman
Satu Milyar Pohon Tahun 2012, dengan target penanaman dan pemeliharaan
50.000.000 bibit pohon, dilaksanakan Kampanye Indonesia Menanam, dengan
menggelorakan semangat menanam dan memelihara pohon secara terus menerus
sepanjang tahun.
Kegiatan penanaman pohon juga dilaksankan oleh Kodam I Bukit Barisan terutama
pada lahan kritis di sekitar DTA Danau Toba yang pelaksanaannya dilakukan
berupa Program Toba Go Green yang langsung dipimpin oleh Panglima Komando
Daerah Militer (Pangdam) I Bukit Barisan. Sampai dengan saat ini jumlah bibit yang
ditanam disekitar DTA Danau Toba sebanyak 650 ribu batang pohon yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Kodim yang ada di Kabupaten sekitar DTA Danau
Toba.

32

IV. ASPEK KELEMBAGAAN


A. Model pengelolaan
Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan,
pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta
pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, secara optimal, berkeadilan untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
Pemanfaatan hutan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara adalah pemanfaatan
hutan pada kawasan hutan produksi. Pemanfaatan Hutan Produksi dilaksanakan
melalui pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Kawasan, Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa
Lingkungan, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu, Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu, dan Ijin Pemungutan Hasil
Hutan Bukan Kayu. Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, dijelaskan bahwa Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari : Hutan Produksi
Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi
(HPK).
1. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam
Jumlah IUPHHK-HA sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 5 (lima) unit dengan luas
areal 281.803 hektar, dimana 2 (dua) di antaranya tidak aktif yaitu PT. Inanta
Timber dan PT. Multi sibolga Timber. Dengan demikian IUPHHK-HA yang aktif
adalah sebanyak 3 (tiga) unit yaitu PT. Teluk Nauli, PT. Panei Lika Sejahtera dan PT.
Gunung Raya Utama Timber Industries (GRUTI) dengan luas areal pemanfaatan
seluas 212.523 hektar
2. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)
Pada Hutan Tanaman Sampai dengan tahun 2011, terdapat 8 (delapan) unit Ijin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman yang aktif di
Provinsi Sumatera Utara dengan total luas areal pemanfaatan adalah 405.860,00
hektar. Data selengkapnya pada Tabel dibawah ini :
Tabel 17. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Perusahaan
PT. Hutan Barumun Perkasa
PT. Putra Lika Perkasa
PT. Sinar Belantara Indah
PT. Sumatera Riang Lestari
PT. Sumatera Sylva Lestari
PT. Toba Pulp Lestari

Luas
11.845
13.000
6.200
65.000
42.530
188.055

7.
8.

PT. PIR Hutan Lestari


PT. Anugerah Rimba MAkmur

30.000
49.230

Lokasi
Padang Lawas Utara
Tapsel dan Labuhan Batu
Labusel
Labusel, Palas dan Paluta
Palas
Tobasa, Taput, Humbanghas,
Dairi, Samosir dan Tapsel
Taput dan Tobasa
Madina

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

33

3. IPK pada Hutan Alam


Jumlah Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011
adalah sebanyak 11 (sebelas) unit dengan total luas areal pemanfaatan adalah
19.423,24 hektar. Areal IPK tersebut berada pada Kabupaten Tapanuli Selatan
seluas 4.174,00 hektar, pada Kabupaten Mandailing Natal seluas 12.283,24 hektar,
pada Kabupaten Tapanuli Tengah seluas 1.850,00 hektar, Kabupaten Labuhan Batu
Utara seluas 514,00 hektar dan pada Kabupaten Padang Lawas seluas 602 hektar.
4. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK)
Pada tahun 2011 terdapat 18 (delapan belas) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (IUPHHBK) di Provinsi Sumatera Utara dengan total luas areal 34.108
hektar yang tersebar pada beberapa Kabupaten/Kota, baik pada Hutan Alam
maupun pada Hutan Tanaman. Jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan
antara lain getah pinus, rotan dan getah karet.
5. Industri Pengolahan Kayu
Jenis industri primer hasil hutan kayu tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu:
a. Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Kapasitas > 6.000 m3 per tahun
Berdasarkan data industri primer hasil hutan kayu yang menyampaikan RPBBI
tahun 2011 diketahui bahwa jumlah IPHHK dengan kapasitas di atas 6.000 m 3 per
tahun di Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 23 unit industri, terdiri dari 9
unit IPHHK yang melakukan perluasan, sebanyak 12 unit IPHHK yang melakukan
pembaharuan dan terdapat 2 unit ijin baru IPHHK.
b. Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Kapasitas 6.000 m3 per tahun
Pada tahun 2011 terdapat 216 unit Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK)

     3 per tahun yang tersebar pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara. Terdapat 7 (tujuh) kabupaten di Provinsi Sumatera
       3 per tahun) dengan jumlah unit
 

B. Sumber Daya Manusia (SDM)


Tabel 18. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Sumatera Utara
No

Instansi

IV
L

34

BPPHP. Wilayah II Medan

BPDAS Wampu Sei Ular

Jumlah SDM Menurut Golongan


III
II
I
P
L
P
L
P
L
P

29

36

34

16

50

29

37

13
11
2

16
181
165
41

8
43
27
5

24
224
192
46

21

24

13

1
1

BPDAS Asahan Barumun

24

4
5
6
7

BPH Mangrove Wil. II Medan


Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Balai Besar TN. Gn. Leuser
Balai TN. Batang Gadis

1
4
3
1

11
90
84
15

8
29
15
3

4
82
76
25

Jumlah

5
2

Tot

8
9
10
11

BPKH Wil. I Medan


Balai Penelitian Kehutanan Aek
Nauli
Balai Diklat Kehutanan Pematang
Siantar
Dishutprov Sumut

46

20

12

60

25

85

37

11

23

68

16

84

23

13

15

49

18

67

Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)

C. Sarana dan prasarana


Pengelompokkan sarana dan prasarana pengamanan hutan di Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari sarana pengaman, sarana angkutan/transportasi, sarana
komunikasi, sarana navigasi, dan lain-lain
Tabel 19. Sarana dan prasarana pengamanan hutan di Provinsi Sumatera Utara
No.
1

Jenis Sarana/Prasarana

Satuan

Jumlah

Keterangan

Sarana Pengamanan
a. Senjata api

- Laras Pendek/Genggam Jenis

pucuk/unit

28

Baik

- Laras Panjang Jenis PM 1 A1

pucuk/unit

140

Baik

b. Amunisi

butir

- Laras Pendek/Genggam jenis Cz-83

butir

500

Baik

- Laras Panjang Jenis PM 1 A1

butir

2.500

Baik

a. Kendaraan Roda 4

buah

Baik

b. Kendaraan Roda 2

buah

Baik

Sarana Angkutan/Transportasi

Sarana Komunikasi
a. Reg.

buah

b. HT (Handy Talky)

buah

10

a. GPS

buah

b. Kompas

buah

a. Pos Pemeriksaan Hasil Hutan

buah

b. Gudang Barang Sitaan

buah

c. Lemari Senjata Api

buah

d. Sleeping Bag

buah

10

e. Matras

buah

10

f. Tenda

buah

Baik

Sarana Navigasi

Sarana Lain-Lain

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

35

D. Prospek Pengelolaan Hutan


1. Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)
Perkembangan pembentukan KPH di Provinsi Sumatera Utara hingga tahun
2011 sesuai surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor S.643/VIIWP3H/2009 tanggal 30 Juli 2009 perihal Arahan pencadangan KPH, maka telah
diarahkan sebanyak 35 unit KPH untuk dicadangkan di Provinsi Sumatera Utara
yang terdiri dari 19 unit KPHP seluas 1.831.363 ha dan 14 unit KPHL seluas
1.371.627 ha dengan total luas 3.202.990 ha.
Selanjutnya, berdasarkan surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor
No. 522/718 tanggal 29 Januari 2010 perihal Usulan penetapan KPH, maka telah
diusulkan sebanyak 33 unit KPH untuk ditetapkan di Provinsi Sumatera Utara
yang terdiri dari 19 unit KPHP seluas 1.836.135 ha dan 14 unit KPHL seluas
1.368.645 ha dengan total luas 3.204.780 ha. Hingga pada tahun 2010,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.102/MenhutII/2010 tanggal 5 Maret 2010 telah ditetapkan sebanyak 33 unit KPH di Provinsi
Sumatera Utara yang terdiri dari 19 unit KPHP seluas 1.831.884 ha dan 14 unit
KPHL seluas 1.364.497 ha dengan total luas 3.196.381 ha. Dari 33 unit KPH yang
telah ditetapkan tersebut, 22 unit berada pada kabupaten/kota dan 11 unit
lainnya berada pada lintas kabupaten/kota.

2. Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)


Kepala Badan Planologi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan telah
menyampaikan peta arahan indikatif lokasi Hutan Tanaman Rakyat kepada para
Bupati di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sosialisasi HTR di Provinsi Sumatera
Utara sampai dengan saat ini, telah dilaksanakan di tingkat provinsi dan
kabupaten oleh BP2HP Wilayah II Medan. Sosialisasi tingkat kabupaten telah
dilaksanakan di 8 (delapan) Kabupaten, yaitu: Kabupaten Langkat, Kabupaten
Asahan, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Labuhan Batu. Sampai dengan akhir tahun ini
sedikitnya direncanakan sosialisasi HTR pada (empat) Kabupaten, yaitu:
Kabupaten Simalungun, Kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas
Utara dan Kabupaten Toba Samosir.
Sampai dengan Desember Tahun 2011, hanya terdapat 1 (satu) Unit IUPHHKHTR di Provinsi Sumatera Utara yaitu atas nama Koperasi Mitra Madina Lestari
setelah pada Tanggal 22 Oktober 2008 Bupati Mandailing Natal menerbitkan SK
IUPHHK-HTR kepada Koperasi Mitra Madina Lestari dengan Luas 8.794 Hektar
dengan realisasi penanaman seluas 24 hektar.
3. Pembangunan Hutan Desa
Sampai dengan tahun 2011 terdapat 72 unit hutan desa yang tersebar pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan total luas kawasan adalah

36

148.940 hektar. Namun hingga saat ini belum ada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Desa baik dalam bentuk IUPHHK HA, IUPHHK HT,
IUPHHBK maupun IUPJL pada hutan desa.
4. Pengembangan Hutan Rakyat
Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011,
kegiatan hutan rakyat yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari
pengembangan/pembangunan hutan rakyat dan Pembangunan areal model
hutan rakyat. Realisasi pembuatan/pengembangan pembangunan pengelolaan
hutan rakyat selama kurun waktu 5 tahun terakhir seluas 9.598,53 ha dari
target seluas 9.308,50 ha
5. Hutan Kemasyarakatan
Sampai dengan tahun 2011, luas penanaman pada hutan kemasyarakatan
adalah 44.998,05 ha yang terdiri dari 24.837,37 ha di Kabupaten Asahan, seluas
19.472,18 ha di Kabupaten Mandailing Natal, seluas 638,50 ha di Kabupaten
Toba Samosir, dan seluas 50 ha di Kabupaten Serdang Bedagai. Pembangunan
hutan kemasyarakatan di Provinsi Sumatera Utara belum didukung dengan
pelaksanaan pelatihan petugas lapangan maupun pelatihan terhadap petani
atau LSM.

E. Daftar UPT, LSM Dan Lembaga Terkait Di Provinsi


Tabel 20. Daftar Dinas provinsi dan kabupaten
No.

INSTANSI/KANTOR
DINAS/BALAI

ALAMAT

1.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

2.

Balai Pengelola Tahura Bukit Barisan

3.

Dinas Kehutanan

4.

Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup

5.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

6.
7.
8.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan


Dinas Kehutanan
Dinas Kehutanan

9.

Dinas Kehutanan

Jl. Sisingamangaraja Km. 5,5 No. 14 Medan


061-7862065
061-7862065
Jl. Medan-Berastagi Km. 60, Tongkoh
0628-91821
Jl. Karya No. 1, Lubuk Pakam
061-7952779
061-7951557
Jl. Jamin Ginting, Kompleks P&K, Kabanjahe,
Kab. Karo
0628-21174
0628-21174
Jl. Pelita 18, Sidikalang, Dairi
0627-21032
0627-21032
Jl. Negara No. 300, Sei Rampah
Jl. Besar Simpang Dolok Lubuk Besar Km. 8
Jl. Gose Gautama No. 88, Rantau Prapat
0624-21866
0624-21866
Jl. Sisingamangaraja, Pematang Siantar
0622-22286

37

9.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

10.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

11.

Dinas Kehutanan

12.

Dinas Pertambangan dan Kehutanan

13.
14.

Dinas
Kehutanan,
Perkebunan,
Pertambangan, dan Lingkungan Hidup
Dinas Kehutanan dan Perkebunan

15.

Dinas Kehutanan

16.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

17.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

18.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


(Bapedal)

19.

Dinas Pertanian Kota Pematang Siantar

20.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

21.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

22.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

23.

Dinas Pertanian dan Kehutanan

24.

Dinas Kehutanan

Jl. Turi No. 1, Kisaran


0623-41946
Jl. Bukit Barisan No. 21 E, Balige
0632-21338
0632-21338
Jl. Raja Johanes Km. 2,5-Tarutung
0633-21722
Jl. Siliwangi 13, Dolok Sanggul
0633-31779
0633-31779
Panorama Indah Sindeka, Salak, Pakpak Bharat
0627-433006
0631371293
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 54, Kota Padang
Sidempuan
0634-24296
0634-24296
Komplek
Perkantoran
Payaloting,
Panyabungan
0636-326168
0636-326168
Jl. Sisingamangaraja No. 179, Gunung Tua
0635-510796
Jl. Gatot Subroto No. 30, Binjai
061-8824365
061-8824365
Jl. Melanthon Siregar No. 203, Pematang
Siantar
0622-7436383
0622-27600
Jln. Imam Bonjol No.57
061-8912043
Jl. DR. Hadrianus Sinaga
Pangururan
0626-20315
Jl. Sitolu Banua Kec. Lahomi
Jl. Kartini No.17 Kelurahan Pasa
Teluk Dalam
0630-2121212
Jl. Imam Bonjol No.11
Sibuhuan
0636-7005867

7DEHO'DWD837.HKXWDQDQ3URYLQVL6XPDWHUD8WDUD

38

No

Nama UPT

Alamat

1.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya


Alam Sumatera Utara

Jl. S.M. Raja No.14 Km.5,5 Marindal, Medan


Tlp/fax : (061) 7860606 / 7853749

2.

Balai Besar Taman Nasional Gunung


Leuser, Medan

Jl. Selamat No.137 Kel. Siti Rejo III Medan


Amplas, Medan 20219
Tlp/fax : (061) 7872919 / 7864510

3.

Balai Taman Nasional Batang Gadis,


Penyabungan

4.

Balai Pengelolaan DAS Wampu Sei


Ular, Medan

5.

Balai Pengelolaan DAS Asahan


Barumun, Pematangsiantar
Balai Pengelolaan Hutan Mangrove
Wilayah I

6.
7.

Balai Pemantauan Pemanfaatan


Hutan Produksi Wilayah II Medan

8.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan


Wilayah I Medan
Balai Penelitian Kehutanan Aek
Nauli, Sumatera Utara

9.

10.

Balai Diklat Kehutanan


Pematangsiantar

Jl. Willem Iskandar Kel. Pidoli


Dolok, Panyabungan
Tlp/fax : (0636) 321375 / 321670
Jl. Sisingamangaraja Km.5,5 No.14 Simpang
Marendal, Medan 20147
Tlp/fax : (061) 7862613
Jl. Viyata Yuda No.108 Pematangsiantar
Tlp/fax : (0622) 431261 / 430040
Jl. Sisingamangaraja Km.5,5 No.14, Medan
Tlp/fax : (061) 7853610
Jl. Sisingamangaraja Km.5,5 No.14 Simpang
Marendal, Medan 20147
Tlp/fax : (061) 7870760 / 7866782
Jl. Pembangunan No.6 Helvetia, Medan
Tlp/fax : (061) 8460485, 8460486 / 8469051
Komp. BPK Aek Nauli Jl. Raya Parapat Ds.
Sibaganding, Parapat
Tlp/fax : (0625) 41659 / 891963
Jl. Bali No.12 Kotak Pos 116 Pematangsiantar
Tlp : (0622) 23908
fax : (0622) 23771

39

V. POTENSI UNGGULAN PROVINSI


1. Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Huan Bukan Kayu merupakan hasil
hutan yang menjadi harapan setelah
era hasil hutan kayu mengalami
penurunan akibat luas hutan dan
potensi yang semakin berkurang. Di
wilayah Provinsi Sumatera Utara yang
menjadi tanaman unggulan yang sangat
menghasilkan untuk Tanaman Hasil
Hutan Bukan Kayu sangat banyak
antara lain : Madu, Kemiri, Kemenyan,
Gambir, Gondorukem, Getah Karet,
Rotan, Bambu, dan aren. Produksi Hasil
Hutan Bukan Kayu saat sekarang ini masih di kelola secara tradisional dan sangat
sedikit yang di kelola secara industri. Sampai saat ini masyarakat hanya
memanfaatkan kayu nya saja dan sangat sedikit upaya untuk memanfaatkan hasil
dari bukan kayunya.
2. Jasa Lingkungan :
a. Cagar Alam Dolok Tinggi Raja
Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja memiliki fenomena alam yang khas
antara lain sumber air panas yang
mengandung belerang membentuk terasteras tanah kapur ke bawah dengan warna
beraneka ragam.

b. Taman Wisata Sibolangit


Obyek wisata yang menjadikan daya
tarik
di
Kawasan
ini
adalah
pemandangan alam yang indah dan
tenang disamping aneka koleksi
(kebun) botaninya. Fasilitas wisata
pendukung yang telah tersedia seperti :
jalan setapak mengelilingi kawasan,
pondok tedung (shelter), guest house
dan pusat informasi (Kantor Resort
KSDA Sibolangit atau Sub Seksi KSDA Deli Serdang).

40

c.

Taman Wisata Lau Debuk-Debuk


Daya tarik utama kawasan ini
yaitu adanya kolam yang
sekaligus tempat permandian
alam dengan sumber air panas
yang mengandung belerang.
Dekat dengan kolam tersebut
terdapat juga sumur serta
kotak-kotak kecil sebagai
tempat
pemujaan/sesajen.
Lokasi Lau Debuk-debuk merupakan salah satu tempat suci dan keramat
terbesar bagi penganut aliran kepercayaan orang Karo. Penganutnya disebut
"Kalak Pemena" (Perbegu = animisme). Pada hari-hari tertentu, menurut harihari Karo, para penganut aliran kepercayaan "Pemena" ini melakukan acara
"Erpangir" (mandi bersihkan diri dengan air bunga) di Lau Debuk-debuk. Air
bunga disebut "Lau Pangiren" yang terdiri dari jeruk purut, rimo malem (jeruk
biasa) dan bunga rampai. Sebelum erpangir mereka
terlebih dahulu
menyerahkan sesajen.

d. Taman Wisata Deleng Lancuk


Deleng Lancuk dan Danau Lau Kawar
memiliki potensi kepariwisataan yang
sangat tinggi berupa kombinasi antara
alam berbukit dengan danau yang
berair jernih. Kondisi ini menciptakan
panorama alam yang sangat indah dan
menarik. Disamping itu keadaan cuaca
sejuk yang diperngaruhi oleh hembusan
angin pegunungan segar membuat
perasaan semakin nyaman. Dengan
potensi danaunya dapat dilakukan
kegiatan-kegiatan wisata seperti menikmati pemandangan alam, hiking,
memancing di Danau Lau Kawar atau berkemah. Prasaranana dan sarana
pendukung yang tersedia di Kawasan Hutan Wisata Alam Deleng Lancuk antara
lain jalan masuk, pintu gerbang (loket karcis), areal camping ground dan MCK.
Sarana penginapan (seperti hotel, losmen dan motel) sampai saat ini belum
ada.
e.

Taman Wisata Sicikeh-Cikeh


Hutan Wisata Sicikeh-cikeh, dengan
potensi flora dan fauna yang dapat
dijadikan
sebagai
laboratorium
penelitian
hutan.
Kawasan
ini
mempunyai 3 buah danau saling
berdekatan dan keadaan airnya yang
tetap stabil.

41

42

f.

Taman Wisata Holiday Resort


Di Taman Wisata Holiday Resort terdapat lokasi Pusat Latihan Gajah, lokasi
penangkapan satwa, arboretum dan lokasi wisata.Pusat Latihan Gajah ini
dimaksudkan untuk mendidik/melatih gajah-gajah yang menggangu menjadi
gajah jinak/terlatih agar dapat dimanfaatkan.

g.

Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan


Sebagian dari Kawasan Tahura,
terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi
telah berkembang menjadi salah satu
daerah tujuan wisata yangpenting
diSumatera Utara. Faktor penunjang
utama sebagai obyek wisata adalah
udara yang sejuk, vegetasi alam yang
baik dan pemandangan alam yang
indah, sumber air dan danau Toba
serta budaya yang memikat. Sarana
prasarana seperti jalan raya dengan kondisi yang baik dan mulus yang
menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi dan
penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak dibeberapa kawasan. Sarana
akomodasi danpenginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit
sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel
berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan
berada di Tongkoh.

Anda mungkin juga menyukai