Anda di halaman 1dari 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia : Pendekatan

Model ECM

Muhammad Rizky Septian


3SE-4. 12.7269

ABSTRACT
The objective of this study is to analyze some factors that affect inflation rate in Indonesia during
period first quarter of 2006 the fourth quarter of 2014. Using an error correction mechanism (ECM)
approach, this sudy will analyze the effect of money supplies, exchange rate, crude oil price, and gross
domestic product (GDP) on inflation rate in both long run and short run. The result of this study indicates
that exchange rate have significant influence on inflation rate in both long run and short run.The speed of
adjustment shows that 41,9% the deviation of independent variables can be corrected to the long run
equilibirium.
Keywords : Inflation rate, error correction mechanism, money supplies, exchange rate, crude oil price,
gross domestic product

PENDAHULUAN
Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting. Kestabilannya selalu
diupayakan terjaga agar tidak menyebabkan kondisi perekonomian menjadi kacau dan lesu. Inflasi yang
tinggi dan tidak stabil akan menyebabkan penurunan daya beli mayarakat dan terhambatnya investasi
serta produksi karena harga yang meningkat dengan cepat. Hal ini tentunya akan berdampak pada
merosotnya pertumbuhan ekonomi sebagai refleksi dari tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Bank Indonesia selaku pemegang otoritas moneter diharapkan mampu menjaga stabilitas inflasi
sesuai yang ditargetkan melalui kebijakan moneter. Namun, kebijakan tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia baik dari sisi permintaan maupun dari sisi
penawaran. Timbulnya inflasi dari sisi permintaan bisa terjadi karena meningkatnya jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Hal ini salah satunya disebabkan karena ekspektasi masyarakat tentang kenaikan
harga-harga di masa yang akan datang. Sehingga menyebabkan masyarakat ingin mendapatkan barang
yang mereka inginkan melebihi output produksi yang tersedia (panic buying) dan berakhir pada excess
demand. Dari sisi penawaran inflasi timbul karena adanya desakan biaya produksi, misalnya karena
kenaikan harga minyak dunia. Mengingat Indonesia merupakan negara pengimpor minyak dan harga
bahan bakar minyak domestik mengikuti mekanisme pasar (floating), sehingga harga minyak dunia yang
fluktuatif akan mempengaruhi biaya produksi yang pada akhirnya meyebabkan cost push inflation.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat inflasi di Indonesia baik dari sisi permintaan seperti jumlah uang beredar (M2), kurs, dan PDB
sebagai proxy dari demand pull inflation factor. Dan dari sisi penawaran seperti harga minyak dunia
sebagai proxy dari cost push inflation factor.

PENELITIAN EMPIRIS TERKAIT


Beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis inflasi adalah penelitian yang dilakukan oleh
Endri (2008) yang melihat faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi baik dari variabel domestik seperti
suku bunga SBI, output gap, dan produktivitas, maupun variabel eksternal seperti inflasi luar negeri dan
nilai tukar dengan menggunakan model analisis kointegrasi dan model error correction mechanism
(ECM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa suku bunga SBI, nilai tukar dan output gap mempunyai
kontribusi yang cukup signifikan dalam mempengaruhi inflasi di Indonesia.
Selain itu, Maggi dan Brigitta (2012) yang melihat pengaruh suku bunga pasar uang antar bank
(PUAB), jumlah uang beredar, harga minyak dunia dan musim terhadap inflasi di Indonesia dengan
menggunakan model ECM menyimpulkan bahwa suku bunga PUAB berpengaruh secara signifikan dan
negative terhadap inflasi dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan variabel jumlah
uang beredar dan harga minyak dunia berpengaruh secara positif terhadap inflasi hanya dalam jangka
panjang. Dan variabel musim tidak berpengaruh terhadap inflasi baik dalam jangka panjang maupun
dalam jangka pendek

METODOLOGI
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) periode triwulan I 2006-triwulan IV
2014. Data dan sumber data yang digunakan adalah :
1. Data tingkat inflasi, jumlah uang beredar(M2), dan kurs yang diperoleh dari publikasi Survei
Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
2. Data PDB riil yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
3. Data harga minyak dunia yang diperoleh dari Index Mundi.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Mechanism(ECM) untuk menganalisis
pengaruh variabel-variabel makroekonomi terhadap tingkat inflasi di Indonesia dalam jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Secara umum model ECM yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :

Yt 0 1X t1 2 X t 2 3 X t 3 4 X t 4 ECTt 1 et
Dimana :

Y = Tingkat Inflasi di Indonesia(%)


X 1 = Jumlah Uang Beredar(Milyar Rupiah)
X 2 = Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika(Rupiah/USD)
X 3 = Harga Minyak Dunia(USD/Barrel)
X 4 = PDB Riil(Milyar IDR)
ECTt 1 = Error Correction Term (Error pada Persamaan Jangka Panjang pada Periode t-1)

e = Error pada Persamaan Jangka Pendek

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian Akar-Akar Unit (Unit Root Test)
Dalam analisis data runtun waktu (time series), hal yang paling utama dilakukan adalah
memastikan data observasi harus bersifat stasioner. Pada penelitian ini, pengujian stasioneritas data
dilakukan terhadap seluruh variabel data dengan menggunakan Philips-Perron Test. Karena pengujian
dengan Augmented Dickey Fuller (ADF) harus menentukan terlebih dahulu lag yang digunakan dan
kesalahan dalam penggunaan lag akan mempengaruhi hasil pengujian (Endri, 2008).

Output 1. Pengujian Akar-Akar Unit pada Level


Berdasarkan informasi pada output 1, dapat dikatakan bahwa seluruh variabel tidak stasioner
pada level, yang ditunjukkan dari nilai probabilitas masing-masing variabel yang lebih besar dari
1% . Karena pada uji akar-akar unit seluruh data dari variabel yang diamati tidak stasioner, maka
dilanjutkan dengan pengujian derajat integrasi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat
atau order diferensi berapa data dari semua variabel yang diamati akan stasioner.
Pengujian Derajat Integrasi

Output 2. Pengujian Akar-Akar Unit pada First Difference


Berdasarkan informasi pada output 2, dapat dikatakan bahwa pada derajat diferensi tingkat
pertama (first difference), nilai probabilitas semua variabel-variabel yang diamati lebih kecil dari
1% . Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semua data dari variabel-variabel yang diamati telah
stasioner pada derajat yang sama, yaitu derajat diferensi tingkat pertama.
Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Output 3. Hasil Estimasi Model Jangka Panjang

Berdasarkan informasi pada output 3, dapat dikatakan bahwa pada tingkat signifikansi 1%
secara keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah uang beredar( X 1 ), kurs( X 2 ), harga
minyak dunia( X 3 ), dan PDB( X 4 ) terhadap tingkat inflasi( Y ) dalam jangka panjang. Namun secara
parsial, hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi dalam jangka panjang.
Persamaan model jangka panjang berdasarkan output di atas adalah :

Yt 0.157 3,06 x10 8 X t1 1,90 x10 5 X t 2 0,000865 X t 3 7,19 x10 7 X t 4


Dalam jangka panjang variabel kurs berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi pada
tingkat signifikansi 1% . Hal ini berarti jika nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1000 rupiah
(ceteris paribus) maka akan mengakibatkan tingkat inflasi naik sebesar 0,019% dalam jangka panjang.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endri (2008) yang menyimpulkan bahwa nilai
tukar rupiah berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia dalam jangka
panjang.
Pengujian Kointegrasi
Pengujian kointegrasi merupakan kelanjutan dari pengujian derajat integrasi, yang dilakukan
untuk melihat apakah terdapat hubungan jangka panjang antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengujian kointegrasi pada penelitian ini dilakukan dengan melihat stasioneritas residual dari persamaan
regresinya (persamaan jangka panjang).

Output 4. Pengujian Stasioneritas Residual Persamaan Jangka Panjang pada Level

Berdasarkan informasi pada output 4, dapat dikatakan bahwa residual dari persamaan jangka
panjang telah stasioner pada level. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara tingkat inflasi, jumlah uang
beredar, kurs, harga minyak dunia, dan PDB saling berkointegrasi.
Estimasi Persamaan Jangka Pendek (ECM)

Output 5. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek

Berdasarkan informasi pada output 5 di atas, dapat dikatakan bahwa pada tingkat signifikansi
1% secara keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah uang beredar( X 1 ), kurs(

X 2 ), harga minyak dunia( X 3 ), dan PDB( X 4 ) terhadap tingkat inflasi( Y ) dalam jangka pendek. Namun
secara parsial, hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi dalam jangka
pendek. Persamaan model jangka pendek berdasarkan output di atas adalah :

Yt 0.0092 1,88 x10 8 X t1 2,81x10 5 X t 2 0,0007 X t 3 2,24 x10 7 X t 4 0,419 ECTt 1

Dalam jangka pendek variabel kurs berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi pada
tingkat signifikansi 1% . Hal ini berarti jika perubahan nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1000
rupiah (ceteris paribus) maka akan mengakibatkan perubahan tingkat inflasi sebesar 0,0281 % dalam
jangka pendek. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endri (2008) yang menyimpulkan
bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia
dalam jangka pendek.
Koefisien ECT sebesar -0,419 mengindikasikan bahwa kecepatan penyesuaian jika terdapat
penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang mampu mengoreksi sebesar 41,9% untuk kembali pada
kondisi keseimbangan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil estimasi model inflasi dengan pendekatan ECM, maka dapat disimpulkan
bahwa hanya variabel kurs yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa walaupun
faktor-faktor dari sisi permintaan lebih menonjol pengaruhnya pada inflasi, namun secara keseluruhan
inflasi di Indonesia masih merupakan inflasi gabungan dari sisi permintaan (demand pull-inflation) dan
penawaran (cost push-inflation) sekaligus

SARAN
Perlu adanya kerja sama dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan BI dalam membuat
kebijakan-kebijakan agar mampu mencapai target inflasi yang dianggap baik dan stabil, terutama
stabilitas nilai tukar yang harus tetap terjaga karena berpengaruh paling dominan baik dalam jangka
panjang maupun dalam jangka pendek terhadap tingkat inflasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.bi.go.id/id/statistik/seki/terkini/moneter/Contents/Default.aspx (diakses pada 27 Juni 2015)
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1209 (diakses pada 27 Juni 2015)
http://www.indexmundi.com/commodities/?commodity=crude-oil&months=180 (diakses pada 27 Juni
2015)
Enders, Walter. (1995). Applied Econometrics Time Series (2nd Ed). New York : Wiley.
Endri. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Hal : 1-13.
Maggi, Rio dan Brigitta Dian Saraswati. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia :
Model Demand Pull Inflation. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan No. 2 Agustus 2013, Hal : 71-77.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Teori Makroekonomi (Edisi Keenam), Terjemahan. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai