Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR

TERHADAP NILAI TUKAR


Bobby Hilman1, Juliati Ariyani2, Lanni Ari3
1
Mahasiswa Magister Ekonomi dalam Program Ekonomi Syariah, UIN Sumatra Utara, Indonesia
2
Mahasiswa Magister Ekonomi dalam Program Ekonomi Syariah, UIN Sumatra Utara, Indonesia
3
Mahasiswa Magister Ekonomi dalam Program Ekonomi Syariah, UIN Sumatra Utara, Indonesia

Abstrak : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh efek terhadap
perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika oleh tiga faktor ekonomi: tingkat inflasi, tingkat
bunga dan jumlah uang beredar, dan juga untuk mengetahui hubungan kausalitasnya. Evaluasi dilakukan
oleh beberapa data tingkat inflasi, tingkat bunga dan jumlah uang beredar dari dua negara. Regresi
berganda dilakukan untuk menentukan seberapa jauh pengaruh dari variabel-variabel di atas. Beberapa uji
statistik, yang berhubungan dengan regresi, dilakukan juga. Uji kausalitas Granger juga itu dilakukan
untuk mengetahui link kausalitas. Berdasarkan data yang dianalisis dalam penelitian ini, ada beberapa
kesimpulan sebagai berikut: (1) jika tingkat inflasi, tingkat bunga dan jumlah uang beredar digunakan
sebagian, tidak ada pengaruh signifikan atau efek pada perubahan nilai tukar. (2) dengan cara lain, jika
dipergunakan faktor yang terintegrasi maka menghasilkan hasil yang cukup signifikan. (3) dan untuk
tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar memiliki hubungan kausalitas dengan perubahan nilai tukar,
tetapi tingkat inflasi.
Kata kunci: inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, nilai tukar.
PENDAHULUAN
Proses globalisasi menyebabkan kegiatan atau aktivitas ekonomi sekarang menjadi satu kesatuan
global (globally unified). Perubahan yang terjadi pada ekonomi suatu negara, secara cepat mempengaruhi
ekonomi negara lain terutama negara-negara yang menjadi partner ekonomi atau mempunyai hubungan
ekonomi yang sangat erat.
Perubahan-perubahan dalam aktivitas ekonomi ini biasanya tercermin dalam perubahan atau
fluktuasi nilai mata uang. Tentu saja, konsekuensinya bagi perusahaan-perusahaan multinasional atau
perusahaan-perusahaan eksportir atau importir akan menghadapi kecemasan depresiasi atau apresiasi.
Belum lagi mengantisipasi aktivitas para spekulan mata uang yang kadang cukup signifikan
mempengaruhi nilai mata uang.
Secara umum yang mempengaruhi nilai tukar adalah faktor fundamental, faktor teknis, faktor
psikologis dan faktor spekulasi, sedangkan secara tidak langsung penawaran (supply) dan permintaan
(demand) dari suatu mata uang dipengaruhi oleh neraca pembayaran (balance of payment), tingkat inflasi,
tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, peraturan dan kebijakan pemerintah.
Berdasarkan sudut pandang teori makroekonomi, ada empat faktor yang dapat mempengaruhi
nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang dan neraca pembayaran. Ketiga
faktor yang pertama merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi atau menentukan
nilai tukar. Neraca pembayaran merupakan faktor yang cukup kompleks, karena mempertimbangkan
lebih banyak faktor ekonomi dibanding ketiga lainnya (Miranda S., 1993)
Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs mata uang asing dapat dijelaskan dengan purchasing
power parity theory (PPP) atau teori kesamaan daya beli. PPP absolut, yang juga disebut law of one price
(LOP) menyatakan bahwa harga suatu barang atau produk yang sama di dua negara yang berbeda akan
sama pula dinilai dalam mata uang yang sama. Jika ada perbedaan harga dalam mata uang yang sama,
maka akan ada perubahan permintaan sehingga harga barang juga berubah. Konsekuensinya perubahan
harga yang terjadi akan berakibat pada penyesuaian nilai tukar.
Interest Rate Parity Theory (IRP) atau teori IRP adalah salah satu teori yang paling dikenal
dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan bursa mata uang asing dengan
pasar uang internasional. Teori ini menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga pada pasar uang
internasional akan cenderung sama dengan forward rate premium atau discount.
Dalam kenyataannya, korelasi antara tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar tidaklah signifikan,
karena dipengaruhi secara simultan oleh kejadian baru dan informasi yang sama (Kulkarni, 2008). Karena
setiap kali ada perubahan yang terjadi akan selalu diikuti oleh penyesuaian-penyesuaian yang akan
dilakukan.
Beberapa studi mengenai perilaku pembentukan harga atau inflasi telah banyak dilakukan di
beberapa negara, yang umumnya dengan menggunakan pendekatan ekonometrik/makro dan data agregat

1
2

(Quah and Vahey, 1995; Gali, 1999; Bullard and Keating, 1995. Studi berikutnya memperlengkapi hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan mengakomodir beberapa aspek antara lain
perilaku pembentukan upah di pasar input, perilaku kegiatan di sektor wholesale, serta penekanan analisis
pada kekakuan harga (price rigidity). Secara umum, kedua studi tersebut menyimpulkan bahwa inflasi di
Indonesia lebih disebabkan oleh dorongan biaya (cost-push), yang umumnya dipicu oleh kenaikan
administered price, pajak, upah minimum, dan depresiasi rupiah. Sementara itu, tekanan sisi permintaan
tidak begitu kuat, kecuali pada perayaan hari besar keagamaan. Temuan penting lainnya adalah
pembuktian mengenai perilaku kekakuan harga yang bersifat downward rigidity (Riyatno, 2007).
Dari sisi Bank Indonesia, kuatnya pengaruh tekanan dari sisi penawaran tersebut
mengimplikasikan pentingnya penerapan kebijakan moneter. Dalam hal ini, pengaruh kebijakan moneter
terhadap struktur biaya dapat dibagi menjadi tiga saluran, yaitu expected inflation, nilai tukar, dan suku
bunga. Kebijakan yang bersifat ekspansioner dapat menyebabkan terjadinya depresiasi yang pada
gilirannya dapat menaikan harga-harga produk manufacturing melalui peningkatan harga bahan baku
yang diimpor. Kebijakan tersebut juga dapat meningkatkan ekspektasi inflasi baik secara langsung
melalui sisi permintaan agregat maupun secara tidaklangsung melalui peningkatan harga barang-barang
tradable. Di lain pihak ongkos perusahaan dapat jadi turun melalui penurunan pembayaran bunga atas
kredit perbankan. Oleh karena itu, efek bersih suatu kebijakan moneter terhadap struktur ongkos
perusahaan sangat tergantung pada besaran efek nilai tukar dan ekspektasi inflasi yang berbanding
terbalik dengan efek dari suku bunga. Selain itu, dengan karakteristik downward rigidity, Bank Indonesia
perlu berhati-hati dalam mengimplementasikan kebijakan yang bersifat kontraktif (Atmadja, 2002).
Masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: a) Bagaimana dampak perubahan tingkat
inflasi, tingkat suku bunga dan money supply secara parsial yang menyebabkan perubahan nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika? b) Berapa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang
sebenarnya dengan didasarkan pada ketiga faktor secara bersama-sama ditambah dengan faktor
perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya? c) Bagaimana hubungan sebab akibat (kausalitas) antara
perubahan nilai tukar pada periode sebelumnya?
METODOLOGI
Dari beberapa faktor atau indikator ekonomi yang sering digunakan adalah tingkat inflasi,
tingkat suku bunga dan money supply. Dari sekian banyak teori, tingkat inflasi mempunyai atau dapat
mempengaruhi nilai tukar mata uang pada pasar uang. Penelitian Achsani et. al. (2010) menunjukkan
bahwa di negara Asia, inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar. Begitu pula
dengan tingkat suku bunga dan money supply yang juga dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Namun dengan keterbasan dan kekurangan ketiga faktor secara terpisah atau parsial, maka untuk dapat
menentukan nilai tukar mata uang yang lebih baik, maka akan dilakukan dengan melakukan penggunaan
faktor tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan money supply.
Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum secara berkelanjutan, yang merupakan salah satu
variabel ekonomi makro penting, karena mempengaruhi kesejahteraan penduduk suatu negara. Inflasi
yang tinggi mengimplikasikan penurunan daya beli, sehingga kemampuan masyarakat untuk
menikmatibarang dan jasa semakin berkurang, dengan kata lain kesejahteraan berkurang. Sehubungan
dengan itu, para pembuat kebijakan di negara-negara seluruh dunia berusaha sebisa mungkin
mengendalikan inflasi (Taylor, 1995).
Menurut Dornbusch-Fisher (1998), dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain, yaitu
semakin tingginya biaya memegang uang kartal, sehingga permintaan uang kartal akan berkurang,
perubahan nilai riil dari aktiva yang ditetapkan dalam bentuk nominal, terjadinya redistribusi kekayaaan
yang besar antar sektor yang ada seperti dari sektor perusahaan ke sektor rumah tangga meningkatnya
kemiskinan, dan meningkatkan nilai riil pembayaran pajak. Selain itu menurut Makiw (1999) inflasi
menyebabkan beberapa biaya sosial dalam perekonomian baik inflasi yang diharapkan maupun inflasi
yang tidak diharapkan, yaitu: penurunan jumlah uang yang dipegang, sehingga menimbulkan shoeleather
cost dari inflasi; mendorong perusahaan lebih sering mengubah harga, di mana akan menambah biaya
yang harus dikeluarkan perusahaan, menimbulkan distorsi dalam pajak yang dibebankan, menimbulkan
ketidaknyamanan hidup dengan seringnya terjadi perubahan harga, terjadinya redistribusi kekayaan antar
individu, dan menimbulkan ketidakpastian bagi kreditor dan debitor (Hamdy, 2009).
Terdapat banyak penjelasan mengenai sebab-sebab inflasi dan terdapat banyak pula alternatif
model untuk menjelaskan proses inflasi. Pada umumnya disepakati bahwa dalam jangka panjang inflasi
merupakan fenomena moneter (Zyblock, 2005). Akan tetapi, hasil penelitian Tang (2008) menunjukkan
bahwa di Malaysia inflasi tidak selalu merupakan fenomena moneter. Namun demikian, dalam horizon
yang relevan dengan kebijakan moneter, inflasi dapat pula disebabkan oleh variabel-variabel lain.
Kejutan-kejutan yang meningkatkan permintaan agregat relatif terhadap penawaran agregat dapat memicu
3

inflasi. Kejutan-kejutan terhadap variabel-variabel nominal domestik, seperti upah atau harga-harga
impor dapat meningkatkan biaya produksi dan dengan demikian juga meningkatkan inflasi. Selain itu,
pergerakan dalam nilai tukar dapat mempengaruhi inflasi melalui harga impor dan melalui pengaruhnya
terhadap ekspektasi dan prilaku penetapan harga (price-setting behaviour) oleh para pelaku ekonomi.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisa statistik.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas. Untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak digunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data
tidak terkendala masalah normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gangguan yang diakibatkan
faktor-faktor dalam model tidak memiliki varian yang sama. Pengujian ini menggunakan
Scatterplot dan jika tidak terdapat pola tertentu menunjukkan bahwa model regresi
tersebut bebas dari masalah heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi. Untuk menguji ada atau tidaknya Autokorelasi digunakan Uji Run
Test. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi atau tidak.
d. Uji Multikolinieritas. Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan VIF
(Variance Inflation Factor) dan Tolerance, jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai
Tolerance lebih besar dari 0.1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta
memprediksi nilai variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas, analisis regresi digunakan
terutama untuk tujuan peramalan dalam model tersebut ada sebuah variabel dependen dan berapa variabel
independen. Adapun persamaan yang sering digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana :
Y = Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD)
b = Koefisien variabel X
X1 = Inflasi
X2 = Suku Bunga (BI Rate)
X3 = Jumlah Uang Beredar
e = Error Term

3. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya hasil dari persamaan regresi tersebut di interprestasikan untuk mengetahui seberapa
besar perubahan yang terjadi jika terjadi perubahan terhadap variable terikat, dalam hal ini untuk
mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi jika variabel makro ekonomi berubah akan
mempengaruhi kinerja Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD).
a. Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk menguji signifikasi secara parsial (masing-masing
variabel bebas) terhadap variabel terikat, untuk itu digunakan nilai probabilitas.
b. Uji Simultan (Uji F) digunakan untuk mengetahui signifikansi secara umum atau disebut
juga uji serempak, untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama
mempengaruhi variabel terikat, maka dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F
hitung dengan nilai F tabel, jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka disimpulkan
secara bersama-sama variabel bebas (Inflasi, Suku Bunga BI Rate, dan Jumlah Uang
Beredar) berpengaruh terhadap variabel terikat Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD).
4. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien regresi digunakan secara keseluruhan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari
analisis regresi berganda. Apabila R2 mendekati satu maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut
menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika R2 mendekati nol
maka semakin lemah variasi variabel independen menerangkan variabel – variabel dependen.
4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisa statistik.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas. Berikut disajikan hasil dari Kolmogorov-Smirnov Test pada tabel 4.1
dibawah ini :
Tabel 1. Uji Normalitas
16
Series: Residuals
14 Sample 2015M01 2017M12
Observations 36
12
Mean -6.32e-14
10 Median -6.169922
Maximum 1264.505
8 Minimum -805.8852
Std. Dev. 356.4918
6
Skewness 1.035072
Kurtosis 6.430296
4

Jarque-Bera 24.07864
2
Probability 0.000006
0
-1000 -500 0 500 1000 1500

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan Eviews7 dapat disimpulkan bahwa semua


variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Inflasi, Suku Bunga BI Rate, dan
Jumlah Uang Beredar serta Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) memiliki tingkat signifikansi
dibawah 0,05. Hal ini dapat dilihat dengan hasil nilai Pob. Jarque-Bera hitung sebesar
0,000 < 0,05. Artinya data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki distribusi
yang tidak normal dan menunjukkan bahwa model regresi tidak layak dipakai karena
tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas. Penelitian ini untuk menguji terjadinya heteroskedastisitas
dapat menggunakan uji Glejser. Berdasarkan hasil uji menggunakan Eviews7 diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 2.962310 Prob. F(3,32) 0.0468


Obs*R-squared 7.824736 Prob. Chi-Square(3) 0.0498
Scaled explained SS 10.22974 Prob. Chi-Square(3) 0.0167

Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 07/27/18 Time: 07:20
Sample: 2015M01 2017M12
Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -531.1320 1243.980 -0.426962 0.6723


INFLASI 34.26216 38.85608 0.881771 0.3845
SUKU_BUNGA 67.04879 60.28636 1.112172 0.2744
JUB 0.224062 1.047660 0.213869 0.8320

R-squared 0.217354 Mean dependent var 239.8361


Adjusted R-squared 0.143981 S.D. dependent var 260.6177
S.E. of regression 241.1269 Akaike info criterion 13.91296
Sum squared resid 1860550. Schwarz criterion 14.08891
Log likelihood -246.4333 Hannan-Quinn criter. 13.97437
F-statistic 2.962310 Durbin-Watson stat 1.500439
Prob(F-statistic) 0.046828

Berdasarkan output diatas dapat diketahui bahwa semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu Inflasi, Suku Bunga BI Rate, dan Jumlah Uang Beredar serta
5

Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) memiliki tingkat signifikansi dibawah 0,05. Hal ini dapat
dilihat dengan hasil Nilai Prob(F-statistic) sebesar 0.046828 lebih kecil dari 0,05 (α <
0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel data penelitian terjadi
masalah heteroskedastisitas, sehingga model regresi tidak baik dan tidak ideal untuk
dapat terpenuhi. Sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 ditolak yang artinya terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi. Berikut disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi dengan
menggunakan Eviews7.
Tabel 3. Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 8.009464 Prob. F(2,30) 0.0016


Obs*R-squared 12.53140 Prob. Chi-Square(2) 0.0019

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 07/27/18 Time: 07:14
Sample: 2015M01 2017M12
Included observations: 36
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 544.3227 1664.846 0.326951 0.7460


INFLASI 18.11004 57.18833 0.316674 0.7537
SUKU_BUNGA -36.76943 87.06171 -0.422338 0.6758
JUB -0.431595 1.396973 -0.308950 0.7595
RESID(-1) 0.655059 0.181328 3.612554 0.0011
RESID(-2) -0.119746 0.206844 -0.578919 0.5670

R-squared 0.348094 Mean dependent var -6.32E-14


Adjusted R-squared 0.239443 S.D. dependent var 356.4918
S.E. of regression 310.8961 Akaike info criterion 14.46781
Sum squared resid 2899692. Schwarz criterion 14.73173
Log likelihood -254.4205 Hannan-Quinn criter. 14.55992
F-statistic 3.203786 Durbin-Watson stat 1.693517
Prob(F-statistic) 0.019565

Berdasarkan output Eviews Version 7.0 for Windows, diketahui bahwa nilai Prob.
F(2,30) ≠ sebesar 0.0016 atau sebagai nilai probabilitas Fhitung. Nilai Prob. Fhitung lebih
kecil daripada tingkat α = 0,05, yang berarti uji hipotesisis nol (H0) ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat gejala atau masalah autokorelasi dan data yang
dipergunakan tidak random.
d. Uji Multikolinieritas. Hasil output Eviews7 dari uji multikolineritas ini bisa dilihat
pada table 4. berikut ini :
Tabel 4. Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Included observations: 36

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 3699585. 958.1606 NA
INFLASI 3609.473 21.60286 2.043565
SUKU_BUNGA 8688.884 85.77882 4.014507
JUB 2.624015 600.3553 2.861937
6

Dari hasil uji multikolinearitas menggunakan Eviews Version 7.0 for Windows
diperoleh hasil bahwa semua variabel penelitian dari model regresi tidak terdapat gejala
multikolinearitas. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai VIF masing – masing
variabel yang diteliti memperoleh nilai dibawah 10 dan nilai Tolerance yang lebih besar
dari 0,1.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini model persamaan regresi linier berganda yang disusun untuk mengetahui
keterkaitan antara Suku Bunga SBI (BI Rate), Emas, Inflasi, dan Kurs sebagai variabel independen serta
Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) sebagai variabel dependen. Hasil persamaan regresi linier berganda dapat
dilihat pada table 4.5. dibawah ini :
Tabel 5. Uji Kelayakan Model

Dependent Variable: LOG(NILAI_TUKAR)


Date: 07/27/18 Time: 07:24
Sample: 2015M01 2017M12
Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.621647 0.864142 8.819899 0.0000


LOG(INFLASI) -0.018159 0.020807 -0.872747 0.3893
LOG(SUKU_BUNGA) 0.083704 0.039965 2.094400 0.0442
LOG(JUB) 0.257638 0.118701 2.170485 0.0375

R-squared 0.147229 Mean dependent var 9.505646


Adjusted R-squared 0.067282 S.D. dependent var 0.028453
S.E. of regression 0.027479 Akaike info criterion -4.246342
Sum squared resid 0.024163 Schwarz criterion -4.070396
Log likelihood 80.43416 Hannan-Quinn criter. -4.184932
F-statistic 1.841578 Durbin-Watson stat 0.673948
Prob(F-statistic) 0.159489

Hasil analisis regresi linier berganda diperoleh koefisien untuk variabel bebas X1 = 0.018159;
X2 = 0.083704; dan X3 = 0.257638; dengan konstanta sebesar 7.621647 sehingga model persamaan
regresi yang diperoleh adalah:
Y = 7.621647  0.018159X1 + 0.083704X2 + 0.257638X3 + e
Dengan perolehan nilai konstanta sebesar 7.621647 secara matematis menyatakan bahwa jika
nilai variabel bebas X1, X2, dan X3 sama dengan nol maka nilai Y adalah 7.621647. Dengan kata lain,
nilai indek Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) tanpa Inflasi, Suku Bunga SBI (BI Rate), dan Jumlah Uang
Beredar adalah sebesar 7.621647 poin. Adapun interprestasi persamaan regresi linear berganda di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien regresi X1 (Inflasi) dari perhitungan linier berganda didapat nilai koefisien (b1) =
0.018159. Hal ini berarti setiap ada peningkatan X1 (Inflasi) maka Nilai Tukar/Kurs
(IDR/USD) akan mengalami penurunan sebesar 0.018159 poin dengan anggapan variabel
Suku Bunga SBI (BI Rate) (X2), dan Jumlah Uang Beredar (X3) adalah konstan.
b. Koefisien regresi X2 (Suku Bunga SBI (BI Rate)) dari perhitungan linier berganda didapat
nilai koefisien (b2) = 0.083704. Hal ini berarti tidak ada keterkaitan antara X2 (Suku Bunga
SBI (BI Rate)) dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) dengan anggapan variabel Inflasi
(X1), dan Jumlah Uang Beredar (X3) adalah konstan.
c. Koefisien regresi X3 (Jumlah Uang Beredar) dari perhitungan linier berganda didapat nilai
koefisien (b3) = 0.257638. Hal ini berarti setiap ada peningkatan X3 (Jumlah Uang Beredar)
maka Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) akan mengalami peningkatan sebesar 0.257638 poin
dengan anggapan variabel Inflasi (X1), dan Suku Bunga SBI (BI Rate) (X2) adalah konstan.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas
dengan variabel terikat secara parsial. Hasil analisis uji hipotesis antara variabel bebas X 1
7

(Inflasi), Suku Bunga SBI (BI Rate) (X2), dan Jumlah Uang Beredar (X3) terhadap Nilai
Tukar/Kurs (IDR/USD) (Y) diperoleh hasil berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis
No. Hipotesis t Sig. Keputusan
1. H1=Terdapat pengaruh keterkaitan Inflasi
-0.872747 0.3893 Diterima
terhadap Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD)
2. H2=Terdapat pengaruh keterkaitan Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (BI Rate) terhadap 2.094400 0.0442 Ditolak
Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD)
3. H3=Terdapat pengaruh keterkaitan Jumlah
Uang Beredar terhadap Nilai Tukar/Kurs 2.170485 0.0375 Ditolak
(IDR/USD)
(Sumber : data dikelolah, Mei 2018)
Dari tabel 4.6. hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa dengan interprestasi sebagai berikut:
1) Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel X1 (Inflasi) diperoleh thitung sebesar
0.872747 dengan probabilitas sebesar 0.3893. Nilai probabilitas lebih kecil dari
0,05 (0.3893> 0,05) maka dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat
dikatakan bahwa tidak ada pengaruh keterkaitan yang signifikan antara Inflasi
dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 1 (H1
diterima)
2) Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel Suku Bunga SBI (BI Rate) (X2) diperoleh
thitung sebesar 2.094400 dengan probabilitas sebesar 0.0442. Nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 (0.0442< 0,05) maka dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.
Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh keterkaitan yang signifikan antara
Suku Bunga SBI (BI Rate) dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD). Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis 2 (H2 ditolak)
3) Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel Jumlah Uang Beredar (X3) diperoleh thitung
sebesar 2.170485 dengan probabilitas sebesar 0.0375. Nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05 (0.0375 < 0,05) maka dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi
dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh keterkaitan yang signifikan antara
Inflasi dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) . Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
3 (H3 ditolak)
b. Uji Simultan (Uji F). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
keterkaitan antara X1 (Inflasi), Suku Bunga SBI (BI Rate) (X2), dan Jumlah Uang Beredar
(X3) terhadap Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) (Y) secara bersama-sama (simultan). Berikut
hasil Uji F yang diolah menggunakan Eviews7 yang disajikan dalam tabel 7. berikut ini :
Tabel 7. Uji F

Dependent Variable: LOG(NILAI_TUKAR)


Date: 07/27/18 Time: 07:24
Sample: 2015M01 2017M12
Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.621647 0.864142 8.819899 0.0000


LOG(INFLASI) -0.018159 0.020807 -0.872747 0.3893
LOG(SUKU_BUNGA) 0.083704 0.039965 2.094400 0.0442
LOG(JUB) 0.257638 0.118701 2.170485 0.0375

R-squared 0.147229 Mean dependent var 9.505646


Adjusted R-squared 0.067282 S.D. dependent var 0.028453
S.E. of regression 0.027479 Akaike info criterion -4.246342
Sum squared resid 0.024163 Schwarz criterion -4.070396
Log likelihood 80.43416 Hannan-Quinn criter. -4.184932
F-statistic 1.841578 Durbin-Watson stat 0.673948
Prob(F-statistic) 0.159489
8

Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews7 dapat diketahui bahwa Fhitung
sebesar 1.841578 dengan nilai probabilitas sebesar 0.159489, karena nilai probabilitas
kurang dari 0,05 (0.159489 > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Jadi dapat dikatakan
bahwa tidak ada pengaruh keterkaitan yang signifikan antara variabel X1 (Inflasi), Suku
Bunga SBI (BI Rate) (X2), dan Jumlah Uang Beredar (X3) terhadap Nilai Tukar/Kurs
(IDR/USD) (Y). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 4 (H4 ditolak).
4. Koefisien Determinasi (R2)
Berikut adalah koefisien determinasi dari penelitian ini yang disajikan dalam tabel 8. berikut :
Tabel 8. Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .859 0.147229 0.067282 0.027479
a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate, Jumlah Uang Beredar
b. Dependent Variable: Kurs
Berdasarkan output Eviews7 diperoleh angka R2 (Adjusted R Square) sebesar 0.067282 atau
(6,73%). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen ((X1) Inflasi, Suku Bunga SBI (BI
Rate) (X2), dan Jumlah Uang Beredar (X3) terhadap variabel dependen (Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD)
(Y)) sebesar 6,73%, atau dengan kata lain, bahwasannya variasi variabel independen yang digunakan
dalam model seperti (Inflasi, BI Rate, dan Jumlah Uang Beredar) hanya mampu menjelaskan sebesar
6,73% variasi variabel dependen Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD). Sedangkan sisanya sebesar 93,27%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis regresi dan pengujian statistik maka untuk Nilai Tukar/Kurs
(IDR/USD) selama periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2017 yang menunjukkan bahwa dari
kelima variabel yaitu Inflasi, BI Rate, dan Jumlah Uang Beredar terdapat pengaruh yang signifikan dan
tidak signifikan secara individual dan signifikan secara bersama-sama. Dengan demikian kelima variabel
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan investasi bagi investor.
Berdasarkan hasil analisis regresi untuk variabel X1 (Inflasi) diperoleh thitung sebesar 0.872747
dengan probabilitas sebesar 0.3893. Nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0.3893> 0,05) maka dengan
demikian H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh keterkaitan yang
signifikan antara Inflasi dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 1 (H1
diterima).
Berdasarkan hasil analisis regresi untuk variabel Suku Bunga SBI (BI Rate) (X2) diperoleh thitung
sebesar 2.094400 dengan probabilitas sebesar 0.0442. Nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (0.0442<
0,05) maka dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh
keterkaitan yang signifikan antara Suku Bunga SBI (BI Rate) dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD). Hal
ini tidak sesuai dengan hipotesis 2 (H2 ditolak)
Berdasarkan hasil analisis regresi untuk variabel Jumlah Uang Beredar (X3) diperoleh thitung
sebesar 2.170485 dengan probabilitas sebesar 0.0375. Nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (0.0375 <
0,05) maka dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh
keterkaitan yang signifikan antara Inflasi dengan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) . Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis 3 (H3 ditolak)
SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil temuan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi para investor yang ingin berinvestasi di pasar modal, hendaknya memperhatikan faktor-
faktor makro ekonomi seperti Inflasi, BI Rate, Jumlah Uang Beredar, dan lain sebagainya untuk
memprediksi pergerakan Nilai Tukar/Kurs (IDR/USD) .
2. Bagi peneliti yang berminat meneliti dengan judul yang sama diharapkan memperpanjang
periode penelitian dan juga menambahkan beberapa variabel penelitian, seperti emas, , harga
minyak mentah, tingkat pengembalian pasar, saham, valuta asing dan bursa asing yang mungkin
dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik lagi.
REFERENSI
Achsani, N. A., Fauzi, A. J. 2010. The Relationship between Inflation and Real Exchange Rate:
Comparative Study between ASEAN+3, The EU and North America. European Journal of
Economics Finance and Administrative Sciences, 18: 69-76.
9

Atmadja, Adwin Surja. 2002. Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Setelah
diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia. Jurnal Akuntansi
& Keuangan, 4(1).
Bortov, E., dan Bodnar, G. M. 1994. Firm Valuation, Earning Expectation and the Exchange Rate
Exposure Effect. Journal of Finance.
Bullard, J. and Keating, J. W. 1995. The Long Run Relationship between Inflation and Output in Postwar
Economics. Journal of Monetary Economics, 36:477-496.
Erawati, Neny dan Richrd Llewelyn. 2000. Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi
untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 4.
Gali, Jordi and Gertler, Mark. 1999. Inflation Dynamics: A Structural Econometric Analysis. Journal of
Monetary Economics, 44: 195-222.
Goeltom, Miranda S. 1998. Manajemen Nilai Tukar di Indonesia dan Permasalahannya. Buletin Ekonomi
Moneter Dana Perbankan, 1(2) Bank Indonesia, Jakarta.
Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies.
Haryanto, Riyatno. 2007. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadap risiko
sistematik saham perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis. 5(1): 24-40.
Hady, Hamdy. 2009. Ekonomi Internasional (Buku Kedua, Edisi Revisi). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ma, C. K., dan Kao, W. 1990. On Exchange Rate Changes and The Distribution of Industry Value.
Journal of International Business Studies.
Madura, Jeff. 2009. International Financial Management (6th edition). USA: South-Western College
Publishing.
Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu. 2003. Peranan Profitabiliatas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar
dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 5 (2): 123-131.
Quah, Danny and Vahey, Shaun. 1995. Measuring Core Inflation. The Economic Journal, 105(432):
1130-1144.
Schiller, Bradley R. 1996. Essentials Of Economics (2nd edition). New York: The McGraw-Hill
Companies.
Tang, Chor Foon. 2008. Is Inflation always a Monetary Phenomenon in Malaysia?. Journal of Social
Economics, 29(5): 411-425.
Taylor, Mark, P. 1995. The Economics of Exchange Rates. Journal of Economic Literature, XXXVIII
(March): 13-47.
Wahana Komputer Semarang. 2002. 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 10.01.
Yogyakarta: Andi dan Wahana Komputer.
Zyblock, Myles. 2005. Inflation is always and Everywhere a Monetary Phenomenon. John Mauldin’s
“Outside the Box”, 1(21).

Anda mungkin juga menyukai