Anda di halaman 1dari 14

CERITA RAKYAT

GAJAH WONG
Abigail Ribka/1
Amalia Widyaratri/4
Farisa Dyah/11
Jessabel Gellidon/13
Natasya Andira/21
Zefanya Ernesta/31

SINOPSIS
Konon, Kerajaan Mataram pernah berpusat di Kotagede,
Yogyakarta. Saat itu Kerajaan tersebut dipimpin oleh Sultan
Agung. Beliau mempunyai banyak pasukan gajah, salah
satunya bernama Kyai Dwipangga. Ia memiliki abdi dalem
yang selalu memandikan Kyai Dwipangga setiap pagi, yaitu
bernama Ki Sapa Wira. Ia memandikannya di sungai dekat
Kraton Mataram. Pada suatu hari, Ki Sapa Wira terkena
penyakit bisul di ketiaknya sehingga tidak dapat
memandikan Kyai Dwipangga. Beliau pun meminta tolong
adik iparnya, Ki Kerti Pejok untuk menggantikannya. Pada
hari pertama Ki Kerti Pejok berhasil memandikan gajah
tersebut. Ki Sapa Wira pun kemudian meminta tolong
kepada Ki Kerti Pejok agar memandikan Kyai Dwipangga
setiap hari.

Keesokan harinya, saat Ki Kerti Pejok hendak


memandikan gajah itu langit sedang mendung. Saat
sampai disungai, Ki Kerti Pejok agak kecewa karena
sungai tempat memandikan gajah sedang dangkal.
Iapun kemudian membawa Kyai Dwipangga ke
genangan sungai yang lebih dalam. Ki Kerti Pejok pun
terus mengeluh saat sedang memandikan gajah, dan
tiba-tiba banjir bandang datang dari hulu. Ki Kerti
Pejok dan Kyai Dwipangga punhanyut dan tenggelam.
Keduanya pun mati karena tidak ada yang menolong.
Untuk mengenang hal itu, Sultan Agung menamainya
sungai itu Kali Gajah Wong, karena sungai itu telah
menghanyutkan gajah dan wong.

Mengapa cerita Gajah


Wong disebut cerita
daerah?
Karena berasal dari suatu daerah, yaitu daerah
Yogyakarta.
Tidak diketahui penulisnya.
Disampaikan secara turun-menurun.
Memiliki banyak versi dan variasi.
Mengandung nilai-nilai luhur yang masih banyak di
terapkan di daerah.
Ada banyak hal-hal yang kurang mustahil terjadi
pada kenyataannya

Apa yang menarik dari


cerita tersebut?
Sultan Agung menamai gajahnya dengan
nama Kyai Dwipangga.

Saat Ki Sapa Wira, terkena penyakit bisul di


ketiak.

Saat Ki Kerti Pejok, berteriak Tuluung..tulung


saat dia terbawa arus.

Karena sungai itu telah menghanyutkan gajah


dan wong, maka sungai itu dinamai Kali Gajah
Wong.

Apa yang kurang


menarik dari cerita
tersebut?
Saat Ki Kerti Pejok, menggerutu dan tibatiba saja banjir langsung datang.
Karena tidak ada yang menolong Ki Kerti
Pejok dan Dwipangga saat mereka terseret
arus sampai ke laut Selatan.
Saat keduanya mati hanya karena terseret
banjir, padahal gajah itu jago berenang.
Gajah di mandikan di sungai yang sangat
kecil.

Unsur Intrinsik Cerita Gajah


Wong
Tema : Menolong Orang lain.
Setting : a) Tempat : Keraton Mataram, Sungai dekat Kerajaan
Mataram, Pinggir Jalan.
b) Waktu : Pagi hari.
c) Suasana : Menakutkan
Alur : Alur Maju, karena ceritanya diceritakan dari awal hingga
akhir.
Tokoh : a) Sultan Agung
b) Ki Sapa Wira
c) Ki Sapa Pejok
d) Kyai Dwipangga

Penokohan : a) Sultan Agung : Orang yang hebat (Karena


mempunyai
beribu-ribu prajurit, pasukan berkuda, dan
pasukan gajah. Ia juga mempunya abdi-abdi dalem yang
setia)
b) Ki Sapa Wira : Penyuruh (Ia menyuruh adik iparnya
untuk menggantikannya memandikan Kyai Dwipangga),
Lemah lembut (Karena Kyai Dwipangga menurut karena
perlakuan lembut dari Ki Sapa Wira), Setia (ia
melaksanakan perintah dari Sultan Agung)
c) Ki Kerti Pejok : Penurut (Ia menuruti perintah dari Ki
Sapa Wira}, Penggerutu ( Ia menggerutu sepanjang
memandikan Kyai Dwipangga)
d) Kyai Dwipangga Penurut ( Ia menurut kepada Ki Sapa
Wira karena perlakuan lembutnya)

Sudut Pandang : Sudut pandang pengarang (Karena


cerita
diceritakan oleh pengarang)
Amanat : Jika menolong orang, kita harus
menolong dengan
tulus, dan tidak boleh
mengeluh. Karena jika kita tidak
ikhlas, maka
akan menjadi beban untuk kita dan
membawa
musibah bagi kita.

Unsur Ekstrinsik Cerita


Gajah Wong
NiLAI MORAL

NILAI SOSIAL

Zaman dahulu, orang


yang lebih muda/bawahan
selalu patuh kepada
perintah orang yang lebih
tua/atasan.

Pada zaman dahulu, orang


lain benar-benar
menujukkan membutuhkan
orang lain untuk
membantunya.

Pada kenyataannya,
zaman sekarang, seorang
anak sering
membangkang orang tua,
seorang adik melawan
kakaknya, seorang
bawahan tidak mematuhi
perintah atasan.

Pada zaman sekarang, orang


lain cenderung
individualitas, maunya
mengerjakan semuanya
sendiri tanpa bantuan orang
lain.

Pada zaman itu,


NILAI
BUDAYA
saat
mereka
menghadapi
masalah mereka
langsung mencari
cara untuk
menyelesaikannya.
Pada zaman
sekarang, apabila
ada masala,
biasanya kita
menunda untuk
menyelesaikannya.

Pada cerita itu, untuk


mengenang kejadian yang
terjadi, Sultan Agung menamai
sungai itu dengan Kali Gajah
Wong, itu menandakan adanya
penghargaan untuk peritiwa
yang terjadi.
Pada zaman sekarang seringkali
kita melupakan kejadian penting
atau bersejarah, dan tidak mau
mengenangnya.

Anda mungkin juga menyukai