kemudian Hastina yang punya jago-jago seperti Resi Dhorna, Karna dan Aswattama,
mulai dapat memukul mundur pasukan Wirata yang hanya mengandalkan
kesatria-kesatria yang masih hijau (emangnya teh hijau), yaitu putera-putera
mahkota Wirata (Utara, Wratsangka, dan Seta).
Melihat kekalahan ini Wrenahala yang menjadi sais Utara ingat panah-panahnya
yang digadaikan di Balai Pegadaian. Ia segera minta izin Utara untuk mampir
dulu ke Balai Pegadaian yang tak jauh dari medan pertempuran (sempat-sempatnya
lagi perang, kayak beli kopi aja)
Ia tebus busur, panah-panahnya dan juga mahkotanya dengan uang hasil pinjaman
dari Utara .. dan . eng ing eng.. inilah dia Harjuna!
(2)
Wrenahala kembali ke kereta, di mana Utara sedang menunggunya. Sebelumnya
Wrenahala minta izin kepada Utara, mau mampir di Balai Pegadaian.
Utara kaget, itu siapa kesatria tampan dan gagah, berpakaian lengkap dengan
busur, panah-panah di kantongnya (itu lho kantong kayak kantong kalkir, biasanya
dijual di Taman Sari/Pelesiran), mahkota serta pakaian kesatria.
Wajah dan perawakannya mirip Wrenahala, tapi kok benar-benar seperti seorang
kesatria, tidak seperti seorang wadam.
"Kamu siapa?" tanya Utara.
"Saya adalah Harjuna, penengah Pandawa" jawab Harjuna.
"Lho terus ngapain kamu di sini?" (ini bahasa prokem, yang aslinya jauh lebih
sopan dari ini)
"Kami sedang menyamar, biasalah sedang main petak umpet selama dua belas tahun
dengan saudara-saudara kami Kurawa." (main petak umpet kok lama bener ya... ).
Masih kaget, Utara segera dia turun dari kereta, dan menghormat gaya pramuka
pada Harjuna. Kalau di komik RA Kosasih sih dia duduk bersimpuh dan
menghaturkan sembahnya pada Harjuna, bersama saudara-saudaranya Wratsangka dan
Seta.
Harjuna mengajak Utara kembali ke medan peperangan, "Yuk Utara, main bola lagi
yuk... !" kata Harjuna. (ngaco..)
"Yuk Utara, kita balik lagi ke medan juang, melawan tentara Hastina." kata
Harjuna (nah ini bener).
Maka terjadi pergantian pemain. Berhubung Utara sudah agak capek dan kehabisan
Pendeta Dhorna yang pertama kali mengenali sosok kesatria yang menghajar pasukan
Hastina itu.
"Ajoooow. Itu bukannya Harjuna, muridku yang terpandai." seru Pendeta Dhorna
(entah apa arti sebenarnya kata 'ajow' ini, di komik RAK tak ada lagi yang
mengatakannya kecuali beliau ini).
"Ah masa iya", kata Adipati Karna. "Bukannya mereka masih dalam masa hukuman?"
"Sudah yuk, kita tak usah meneruskan perang ini." kata Duryudana memutuskan,
setelah melihat pasukannya porak-poranda.
Maka mereka pun memutuskan untuk menyudahi peperangan, dan pulang dengan wajah
lesu (ini sebenarnya rada aneh juga, mengingat semua jenderal Hastina - Pendeta
Dhorna, Adipati Karna dan Aswattama ikut dalam peperangan. tapi ya biar singkat
cerita pokoknya pasukan Hastina gagal total)
Sepanjang jalan mereka hanya menggerutu, karena kalah perang dan kecewa
sekaligus malu dengan kekalahan yang diderita "Jadi mereka selama ini
bersembunyi di Wirata. Tapi mengapa mereka menyerang kita?" gerutu Duryudana
(buat Duryudana alasan Pandawa membela Wirata yang saat itu menjadi 'host' buat
mereka tidaklah dapat diterima).
Mereka tak tahu persis apakah waktu hukuman telah habis, ini masih perlu
ditanyakan pada Resi Bhisma. Maklum di antara para pembesar Hastina hanya sang
resi yang rajin menulis diary.
Pasukan Wirata yang dipimpin ketiga putra mahkota (Utara, Wratsangka dan Seta)
serta para Pandawa pulang dengan membawa kemenangan.
Sepanjang jalan para Pandawa dielu-elukan oleh rakyat Wirata (bukan diteriaki
'elu, elu', tapi disambut dengan tepuk tangan dan pujian-pujian), karena telah
berhasil menolong Wirata mengusir musuh yang hendak menduduki Wirata.
Sesampainya di istana keempat saudara Pandawa disambut oleh Prabu Matsyapati
yang sedang didampingi oleh Kanka. Saat itu pulalah Kanka membuka identitas
mereka yang sebenarnya, karena menurut perhitungan dia waktu hukuman Pandawa
telah habis.
Prabu Matsyapati terkejut sekaligus gembira mengetahui identitas sebenarnya dari
para pembantunya ini. Dia berkata, dia ingin memberi hadiah pada Pandawa,
khususnya Harjuna, yaitu dengan menghadiahkan putri bungsunya Utari pada Harjuna
(wah kok enak benar ya putri begitu cantik dijadikan hadiah buat Harjuna, memang
Harjuna dimanja banget nih sama Mpu Vyasa).
Tapi Harjuna bilang,"Maaf Prabu, Utari itu mantan murid tari saya, sewaktu saya
masih menyamar sebagai Wrenahala. Gak cocoklah saya, saya terlalu tua buat
dia." (ah kali ini tahu diri juga dia...) "Kalau boleh saya usul, biarlah anak
saya Abhimanyu yang menikah dengan Utari." lanjut Harjuna (wah kok enak bener
ngatur-ngatur jodoh orang, ternyata cerita Siti Nurbaya udah keduluan sama
Mahabharata).
Prabu Matsyapati setuju, maka direncanakanlah pernikahan Abhimanyu dan Utari.
(bersambung ke: Pernikahan Abhimanyu dan Utari)
Salam penggemar wayang,
Teddy T.
(Dari komik Mahabharata R.A. Kosasih)