Anda di halaman 1dari 15

CINDELARAS

Opening:
(*Bel sekolah* dilanjut backsound pramugari pesawat) selamat datang di kelas X IPS 5, sesaat lagi
kita akan Menyaksikan penampilan teater yang berjudul “CINDELARAS” bagi para penonton yang
Membawa handphone, harap mematikan nada deringnya lalu membuka kamera untuk memotret
penampilan kami (Cekrek-cekrek-cekrek-cekrek-cekrek), Bagi yang tidak mendapatkantempat duduk,
yaah maaf! Tetap semangat karena berdiri lebih sehat. Semuanya silahkantatap ke rah kami. Tatap!
Tatap! Tataaaaaaappp!

(Soundtrack: Dari mata-Jazz disambung dengan soundtrack tittttt tv rusak)

Note : dibacain ku narator dibarengin ku peraganya, peraganya ....... Orang

Narator:
Alkisah. Dahulu kala di Jawa Timur terdapat kerajaan yang dipimpin oleh raja bernama
Raden Putra. Raden Putra seseorang yang kaya raya dan berkuasa. Kegemarannya yaitu
menyambung ayam.
Raden Putra memiliki permaisuri dan satu orang selir. Tapi selirnya itu mempunyai sifat iri
dengki dan ingin merebut kedudukan permaisuri di kerajaan.
Untuk mewujudkan keinginannya ia memfitnah permaisuri.
Nah, bagaimana kisah selanjutnya....?? Mari kita saksikan peragaan teater berikut ini....

Adegan 1
(Disini posisi ny sedang berkumpul raja, permaisuri,selir,pengawal raja, dayang. Dayang ada
3, yng 2 mh protagonis yng 1 mh antagonis, lebih berpihak ka selir)
Dayang 3: (mijit kaki selir)
Raja: PATIH!
Patih: siap baginda raja
Raja: bagaimana keadaan kerajaan akhir-akhir ini?
Patih: kedaan kerajaan akhir-akhir ini sangat baik baginda, rakyat juga banyak yang makmur
dan sejahtera. Itu semua berkat raja yang adil nan bijaksana
Raja: ( ketawa) kau bisa saja patih, semua itu tidak terlepas dari dukungan dan cinta dari
permaisuri patih
Permaisuri: (senyum)
Selir: (jealous, dan langsung menabrak permaisuri dengan bahunya)
Dayang 3: (ikut pergi dengan selir dan menatap sinis para dayang lainnya)
Raja: ada apa dindaa
Permaisuri: eumm kandaaa, aku rasa selir tidak suka denganku
Raja: Ahh tidak mungkin, aku lihat sikap selir akhir-akhir ini baik-baik saja. itu hanya
perasaanmu saja dindaa
Raja: sudah lah kita tidak perlu membahas itu lagi, aku istirahat dulu ya istriku, aku sangat
lelah sekali seharian ini
Permaisuri: baik, silahkan suamiku
(Pengawal ikut keluar panggung sama raja)
Permaisuri: Dayang...
Para dayang: Ya, kami tuan putri
Permaisuri: apa kalian menyadari bahwa selir tidak suka pada ku?
Dayang 1: saya sangat menyadari tuan putri, selir emang tidak suka kepada tuan putri karena
baginda lebih sayang tuan putri dibandingkan dirinya
Permaisuri: apa benar selir seperti itu dayang?
Dayang 2: Heh! Husttt kau jangan kompor temanku
Dayang 1: kompor apa sih orang aku manusia kok disebut kompor
Dayang 2: Kau tidak perlu menghiraukan perkataan dia tuan putri, dia emang suka seperti
itu. Biasa belum minum obat. Sudah tuan putri kau tidak perlu berpikiran yang aneh-aneh
tentang selir, itu semua hanya perasaanmu saja. Sebaiknya kau sekarang istirahat tuan putri,
kelihatannya kau sudah sangat lelah
Dayang 1: mari kami antar tuan putri
Permaisuri: (ngangguk)

Narator:
Setelah kesal melihat perlakuan tidak adil suaminya selir pun sangat marah kepada
permaisuri

Dayang 3: (mengipasi selir)


Selir: sampai kapan aku harus begini dayang!! Raja selalu memprioritaskan permaisuri
dibanding aku. aku benar-benar benci kepada permaisuri.
Dayang 3: kau tidak boleh tinggal diam selir, kau harus merencanakan sesuatu untuk
menyingkirkan permaisuri. Pokoknya kau yang harus menjadi satu-satunya permaisuri di
kerajaan ini
Selir: yaaaa benar apa yang kau katakan dayang, aku harus menyingkirkan permaisuri dan
merebut kedudukannya sebagai permaisuri raja yang seutuhnya HAHAHAHAHA
Dayang 3: baiklah sekarang aku akan memberi tahu rencana untuk menyingkirkan
permaisuri
Selir: bagaimana itu dayang? Cepat beri tahu aku!
Dayang 3: jadi... Kita harus memfitnah permaisuri menggunakan minuman beracun, dengan
begitu raja pasti akan sangat marah kepada permaisuri karna permaisuri sudah melakukan
kesalahan yang begitu licik kepadamu. Kau tau kan raja jika sudah marah seperti apa, bahwan
bisa-bisa nyawa yang menjadi taruhannya
Selir: wawwww (sambil Tepuk tangan) Amazing dayangku, ide mu sangat,sangat, Sangat
luar biasa sekalii. Aku benar-benar beruntung mempunyai dayang pribadi seperti mu,
pokoknya kau tenang saja dayangku, mulai bulan depan kau naik gaji
Dayang 3: (senyum excited) benarkah?
Selir: yaa aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, kau sebutkan saja jumlahnya
berapa
Dayang 3: wihhhh Terimakasih banyak selir!!
Selir: (mengangguk) lalu sekarang aku harus bagaimana selir?
Dayang 3: oke sekarang yang harus kau lakukan adalah bekerja sama dengan tabib kerajaan
untuk memfitnah permaisuri
Selir: baiklah akan ku panggil tabib sekarang juga
Selir: TABIB... TABIB....
Tabib: Ampun Tuan Putri. Ada apakah gerangan Tuan Putri memanggil hamba?
Selir: Tabib, aku ingin menjadi permaisuri raja. Aku sudah bosan menjadi selir dan aku ingin
menyingkirkan permaisuri dari istana ini!
aku akan pura-pura sakit yang disebabkan oleh minuman yang diracuni permaisuri karena dia
iri padaku. Lalu kau Tabib, harus membantuku untuk melaksanakan keinginanku.
Kau mengerti Tabib?

Tabib: Hamba mengerti Tuan Putri.


Selir: Bagus! Bagus! Kalau kau sudah mengerti. Kalau begitu, beri tahu baginda raja
sekarang. Kalau aku sedang sakit.
Tabib: Baik Tuan Putri. Perintah Tuan Putri, akan segera saya laksanakan.
Tabib: (pergi)
Selir & dayang 3: (saling tos, dan ketawa)
Selir: sekarang kita siap-siap dan saksikan bersama kelangsungan rencananya dayang
Dayang 3: siapp! Mari tuan putriku!

Narator:
Tak lama kemudian, Tabib istana segera menyampaikan kepada baginda raja bahwa selir
sedang sakit. Sementara, selir berpura-pura merintih kesakitan.

Adegan 2

Tabib: Ampun baginda. Selir sedang merintih Kesakitan. Dan sakitnya, diakibatkan setelah
meminum minuman yang diberikan oleh permaisuri.
Raja: Maksudmu, sakitnya selirku karena karacunan minuman yang diberikan permaisuri
begitu?!
Tabib: Benar baginda, raja
Raja: Apa? Benar yang kau sampaikan ini tabib? Apa kau tidak mengada-ngada?
Tabib: Yang hamba sampaikan ini benar baginda.
Raja: Dinda, apa benar yang dikatakan Tabib istana?
Apa benar permaisuri meracunimu?
Selir: (sambil merintih sakit) Benar baginda. Hamba sakit setelah minum minuman yang
diberikan permaisuri. Kata Tabib istana, minuman yang saya minum itu mengandung racun.
Raja: (marah) Permaisuri benar-benar keterlaluan! Tega-teganya dia ingin membunuhmu.
Pengawal! Panggil permaisuri menghadap saya sekarang juga!
Para Pengawal: Baik. Baginda. Perintah baginda segera kami laksanakan.

Narator: Tak lama kemudian, pengawal sudah tiba membawa permaisuri ke hadapan
baginda raja
Pengawal 1: Ampun Baginda. Ini permaisuri sudah hadir dihadapan baginda.
Permaisuri: (dengan polos) Ada apa gerangan kanda memanggil hamba?

Raja: (marah) Kau sungguh-sungguh keterlaluan Dinda! Kau sengaja menaruh racun di
minuman selir karena kau iri padanya. Iya kan? Kau ingin membunuh dia kan? Dasar
pembunuh!
Permaisuri: Apa? Ampun baginda. Ini, ini fitnah baginda. Hamba tidak pernah memberi
minuman pada selir paduka.
Raja: (marah) Aku sudah tidak percaya dengan segala alasanmu! Aku sudah tidak sudi
melihatmu lagi ada di depanku lagi!
Pengawal!
Para Pengawal: Hadirrr, Baginda.
Raja: Bawa segera permaisuri ke hutan dan bunuh dia!
Permaisuri: Apa?!(menangis)
Ampun kanda. Hamba benar-benar tidak pernah melakukan seperti yang dituduhkan kepada
hamba. Itu fitnah! Itu bohong!
Raja: Pengawal! Tarik segera permaisuri ke luar istana! Aku sudah tidak sudi melihat dia
lagi!
Pengawal 2 : Baik Baginda.
Mari, permaisuri. Maafkan hamba permaisuri. Hamba hanya melaksanakan perintah raja.

Narator: Pengawal akhirnya membawa ke luar permaisuri dan membawanya ke hutan. Tapi
pengawal tidak sampai hati untuk membunuh permaisuri yang sedang hamil.

Adegan 3

Pengawal 1: Tenang Tuan Permaisuri. Kami tidak akan membunuh permaisuri. Kami hanya
mengantar permaisuri ke hutan ini.
Kami akan mengatakan pada Baginda raja bahwa kami telah membunuh Tuan Permaisuri.
Dan pedang saya ini akan Saya lumuri dengan darah kelinci supaya raja percaya kalau Tuan
permaisuri sudah mati
Permaisuri: Terimakasih pengawal. Kalian baik sekali.
Sungguh aku tidak akan melupakan budi baikmu
Pengawal 3: Sudah sewajarnya kami melakukan ini Tuan Permaisuri. Kami tidak rela jika
harus membunuh Tuan Permaisuri yang baik hati, apalagi dalam keadaan mengandung
seperti ini.
Nah. Pedang hamba sudah selesai hamba lumuri dengan darah kelinci.
Sekarang hamba, akan kembali ke istana.

Permaisuri: Baiklah, pengawal. Terimakasih atas pertolonganmu.


Para pengawal: (pergi)
Permaisuri: sekarang aku harus kemana, tidak mungkin ada orang di hutan belantara seperti
ini. Yang utama aku hanya khawatir dengan anak yang ku kandung ini (sambil pegang perut),
aku khawatir jika tidak sanggup merawat anak ini dengan seorang diri. Tapi tidak mengapa
nak bunda akan sangat perjuangan merawat kamu dengan sebaik mungkin
(Soundtrack: memendam rasa ini sendiria – Utopia)

Narator: diujung hutan terlihat ada satu keluarga yang sedang bercengkrama sambil
mencari makanan untuk kebutuhan pokoknya dan keluarga tersebut menyadari akan
kehadiran permaisuri di hutan itu, lalu mereka menghampiri permaisuri dan menolong nya

Abah: ambuu eta kumaha sampeu nu ayeuna teh, sarae teu?


Ambu: alhamdulillah sarae bah nu panen ayeuna mah
Abah: keun atuh syukur. Ari ujang kumaha jang? Kenging seer teu careuh na?
Ujang: nembe 2 bah
Abah: (ngangguk) Ari ieu tah si menak jinggo kmh geulis, sarae teu daun cau na?
Neneng: Sarae pisan atuh bah karandel
Abah: keun atuh syukur. Aduhhh meni alhamdulillah nya panen sasih ayeuna mh sarae
sadaya (sabari luak lieuk)
Sararea : (ngangguk sambil senyum)
Abah: Ehh kela mbu, itu teh saha nya keur naon manehna aya didieu, jiganamah awewe eta
teh terdampar dihutan ieu mbu
Ambu: mana ari abah!?
Ujang & neneng: (nunutur ambu)
Abah: (nunjuk) ituuu tuhhh
Ambu: oh enya bah eta saha nya ni asa karunya, mening urang sampeurkeun yu ah
Sararea: hayuuu
Abah: Punten neng, ari neng teh nuju naon didieu?
Permaisuri: ehhh mohon maaf jika kedatangan saya menganggu kalian. saya ada disini
karena di buang oleh pengawal suami saya
Ujang: euleuhh siah karunya pisan bah, ayeuna mh mening ajak heula ka bumi bah si teteh
na. Ngke mun tos dibumi nembe tarosan deui
Neneng: YA! SETUJU
Ambu: Hayu neng ikut dulu ke rumah kami aja gapapa da
Permaisuri: ini beneran gapapa pak/bu?
Abah: teu nanaon neng, hayu

Narator:
Sang permaisuri akhirnya ditolong oleh penduduk yang tinggal di sekitar hutan itu, dan
sesampainya di rumah mereka tiba-tiba tuan putri.......

Ambu: Nahhh ini dia rumah kami neng, punten nya neng rumahnya kecil terus rada kotor
deuih
Permaisuri: tidak apa-apa bu, saya sudah diajak kesini saja sudah sangat bersyukur rasanya
Ambu,abah,ujang,neneng: (senyum)
Permaisuri: (mual-mual)
Abah: eh eh eh eta kunaon si neng utah mbu?
Ambu: maklum we atuh bah si neng pasti syok keneh ku kaayaan imah ieu nu kotor jng
bararau kieu. Si neneng da tah ti kamari titah beberesih meni hararese pisan
Abah: aeh aeh si ambu kadon nyalahkeun budak
Ujang: suutttttttt!
Permaisuri: sebelumnya mohon maaf semuanya, akhir-akhir ini saya emng sering mual
seperti ini. Karena saya sedang hamil muda
Abah,ambu,ujang,neneng: APAA!!!
(Soundtrack: domba kuring)
Abah: saha jaluna?
Dimana jaluna 2x
Ambu: ehh ari si abah, moal ge ngartieun, neng apa neng udah siap cerita ke kami semua?
Permaisuri: Baik, saya akan menceritakannya. Jadi saya adalah istri dari raden putra, raja di
kerajaan Jenggala. Suami saya mempunyai beberapa orang selir, tapi ada salah satu selir yang
sangat dicintai oleh suami saya sehingga dia sering sekali disandingkan dengan saya. Selir itu
tidak suka dengan saya dan seringkali ingin menyingkirkan posisi permaisuri di kerajaan
Jenggala. yang lebih parahnya kejadian tadi, saya difitnah meracuni minumannya dan dia
berekting seolah-olah sangat kesakitan padahal saya tidak melakukan apapun, lalu suami saya
sangat murka kepada saya dan penyuruh pengawalnya untuk membuang dan membunuh saya
di hutan ini. Tapi yang syukurnya pengawal tidak setega itu untuk membunuh saya, dia hanya
membuang saya saja disini
Ambu: oh jadi kamu th tuan putri kerajaan??
Permaisuri: (senyum & ngangguk)
Abah,ambu,neneng,ujang: (hormat barareng) ampunn!, Salam hormat tuan putri
Permaisuri: (tertawa) sudah tidak usah berlebihan seperti ituu
Abah: Tenang tuan putri, kau boleh tinggal disini dan menganggap kami sebagai kerabatmu
Ambu: Euleuh euleuh si abah so pisan make bahasa Indonesia
Abah: ehhh keun atuh mbu geus kduna kieu ka tuan putri mah (sambil senyum tipis ke tuan
putri)
Ambu: ari kieu teh sok inget bareto nya bah pas keur urang kadampar didieu terus teu boga
ongkos deui jang balik ka lembur, ahirna nyieun imah panggung sorangan didieu bari
posisina ambu teh keur hamil si neneng
Abah: oh enya nya mbu, sok sarodih ari inget teh
Ambu & abah: (ceuceurikan)
Neneng: HEH! Suttttt
Neneng: kalo begitu mari kita masuk ke dalam tuan putri, tidak baik orang hamil berlama-
lama di luar
Abah: iya bener tuan putri, mari masukk

Narator:
Permaisuri akhirnya tidak sendiri lagi dan mempunyai keluarga baru yang sangat
menyayangi nya. Disisi lain Sesampainya di istana, pengawal langsung menghadap raja

Adegan 4

Para Pengawal : Ampun baginda. Perintah baginda sudah kami laksanakan.


Raja: Mana buktinya pengawal?
Pengawal 1: Ini raja. Pedang hamba sudah berlumuran darah permaisuri.
Raja: Bagus! Bagus! Kau sudah melaksanakan perintahku dengan baik.

Narator:
Setelah mendengar laporan pengawal, raja dan selir merasa puas dan bahagia karena
mengira permaisuri sudah terbunuh.
Beberapa bulan kemudian permaisuri melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan dan
sehat. Ia diberi nama Cindelaras. Cinde Laras tumbuh menjadi anak yang kuat dan cerdas.
Tapi semenjak cindelaras lahir, keluarga yang dulu menolong permaisuri sudah menemukan
ongkos untuk pulang ke kampung halaman nya
Adegan 5

Cindelaras: Bunda.....! lihatlah! Aku menemukan sebutir telur ayam

Permaisuri: Oh iya betul anakku. Rawatlah telur ayam ini sampai menetas. Nanti akan
bermanfaat untukmu

Cindelaras: Iya bunda. Akan kurawat telur ayam ini seperti nasehat bunda.

Narator:
Selang 3 minggu telur Cindelaras menetas dan menjadi anak ayam jantan yang gagah dan
kuat. Suatu hari ketika sedang asik memberi makan ayamnya. Cindelaras mendengar kokok
ayamnya yang aneh, bunyi kokok ayam jantan itu sungguh mengejutkan

Adegan 6

(Disini posisinya permaisuri th lagi napi beras dan cindelaras lagi ngasih makan ayam)
Ayam: kukuruyuk.....kukuruyukkkkk, tuanku cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya
daun kelapa, ayahnya raden putra
Cindelaras & permaisuri: (kaget)
Cindelaras: kokok apa tadi? Kok suaranya aneh sekali. Bundaa....
Permaisuri: ada apa anakku
Cindelaras: suara apa tadii
Permaisuri: bunda juga mendengarnya, tapi itu ayam siapa kenapa bunyinya aneh?
Cindelaras: itu kokok ayam cindelaras bunda
Permaisuri: benarkah?
Cindelaras: benar bunda
Permaisuri: (ngangguk)
Cindelaras: kenapa bunda terlihat sedih? Apa yang bunda pikirkan?
Permaisuri: bunda hanya teringat ayahmu Cindelaras
Cindelaras: ayahkuu!?
Permaisuri: iya nak, Sikapmu sekarang sangat mirip dengan ayahmu nak dia itu sangat suka
dengan ayam jantan
Cindelaras: apa aku boleh menanyakan sesuatu bun?
Permaisuri: boleh nak silahkan
Cindelaras: kenapa ayah dan bunda bisa berpisah?
Permaisuri: baiklah akan bunda ceritakan. Sebenarnya kamu adalah anak raja di kerajaan
Jenggala yang bernama raden putra. Dulu saat bunda sedang mengandung kamu, bunda
difitnah oleh ibu selir dan ayahmu membuang bunda ke hutan
Cindelaras: cindelaras tidak percaya bunda melakukan hal itu, pasti ada yang berniat jahat
pada bunda
Permaisuri: memang nak, itu adalah rencana jahat ibu selir karna dia iri pada bunda
Cindelaras: lalu sekarang dimana ayah cindelaras berada? Aku ingin menemui nya dan
membongkar rahasia busuk ibu selir
Permaisuri: apa kamu yakin ingin menemui nya?
Cindelaras: iya bunda aku yakin, tolong bun ijinkan aku menemuinya. Ibu tidak perlu
khawatir aku akan membawa ayam jantan ini untuk melindungi ku
Permaisuri: baiklah nak ibu akan mengijinkanmu pergi. Tapi tidak sekarang
Cindelaras: baiklah bun

Narator:
Setelah permaisuri menceritakan semua kebenarannya kepada cindelaras, permaisuri tidak
mengijinkan cindelaras untuk menemui ayahnya. Larangan permaisuri membuat cindelaras
sangat marah, sehingga dia melampiaskan kemarahannya dengan cara menyambung ayam.
Dan kalian tau apa yang terjadii....! Ayam cindelaras memenangkan pertandingannya
beberapa kali. Pertandingan itu berlangsung meriah dan di saksikan oleh seluruh penduduk
termasuk anggota kerajaan

Pengawal 3: Ampun, baginda. Hamba mendengar dari para penduduk bahwa ada seorang
bocah yang memiliki ayam jago yang sangat luar biasa. Ayam bocah itu selalu menang
apabila bertarung dengan ayam jago para penduduk lainnya.

Raja:Apa kau bilang? Pemiliknya masih bocah? Orang dari desa mana dia?
Pengawal 3:Ampun baginda. Menurut berita yang hamba dengar, bocah itu tinggalnya di
hutan.
Raja: Heemm. Aku jadi penasaran. Pengawal! Antarkan aku menemui bocah itu
Para Pengawal: Siapp baginda. Mari ikut kami
Raja: sebentar
Para pengawal: (ngangguk)
Raja: istrikuu....
Selir: Hamba suamikuu, ada apa kau memanggilku?
Raja: aku pamit dulu keluar untuk menyambung ayam istriku, kau jaga diri baik-baik disini
Selir: baik suamiku, kau juga juga harus hati-hati yah
Raja: iyaa istriku
Raja: PATIHH.....
Patih: Hambaa baginda (sambil hormat)
Raja: kau ikut mendampingiku menyambung ayam sekarang
Patih: baik baginda
Raja: aku pamit istriku (sambil kiss bye)
Selir: (menangkap kiss bye raja dan disimpen di dada)

Narator:
Sesampainya di rumah cindelaras, raja langsung menghampiri cindelaras dan mengajak
sambung ayam, tetapi sebelum menyambung ayam cindelaras mengajukan satu persyaratan

Patih: excuse me, permisi


Cindelaras: iya ada apa tuan?
Patih: hei anak kecil
Cindelaras: jangan panggil aku anak kecil paman namaku cindelaras
Patih: terserah, mau siapapun namamu aku tidak peduli. Mau kah kamu bertemu dengan
sang raja?
Cindelaras: bertemu dengan raja? Untuk apa tuan?
Patih: kamu kan punya ayam hebat, Nahhh jadinya raja penasaran ingin menyambung ayam
denganmu
Cindelaras: baiklah saya bersedia menemui nya
Patih: mari ikut saya

Patih: ini dia raja anaknya


Raja: terimakasih patih
Raja: Heeemm. Hai bocah! mana ayam jagomu? Katanya ayam jagomu adalah ayam
terkenal dan terhebat yang tidak bisa terkalahkan oleh ayam jago siapapun? Ayo, sekarang
lawan ayam jagoku!
Cindelaras: Ampun, baginda. Hamba bersedia menuruti tantangan baginda. Tapi hamba ada
syarat.
Raja: Syarat apakah itu?
Cindelaras: Syaratnya adalaaah bila hamba memenangkan pertandingan, raja harus
merelakan setengah kerajaan untuk diberikan kepada hamba.
Raja: (bergumam) pintar sekali anak muda ini mengajukan persyaratan. Ayam-ayam jagoku
adalah ayam pilihan dan dirawat dengan sangat baik. Tidak mungkin ayam jago anak ini yang
akan menang.

Baiklah anak muda. Aku setuju dengan persyaratanmu!


Dan bagaimana apabila ayammu yang kalah?

Cindelaras: Jika ayam hamba yang kalah, hamba bersedia dihukum pancung.
Raja: Baiklah anak muda, kita mulai sekarang pertarungan ini
Patih: baginda apakah kau tidak mengambil keputusan dengan terburu-buru?
Pengawal 2: betul itu baginda, kau jangan gegabah
Raja: sudahlah kalian seperti tidak tau saja ayam yang aku punya, ayamku ini sudah GO
internasional HAHAHAHA. Lihat saja nanti pasti ayamku lah yang akan memenangkannya
Narator:
Maka, dimulailah pertarungan yang sengit ayam jago raja melawan ayam jago Cindelaras
Raja sudah berusaha memilih ayamnya yang terbaik untuk melawan ayam Cindelaras,
namun....

Raja: (bergumam)Wuaaahhh! Benar-benar hebat ayam bocah itu dengan mudahnya ayam
jagoku dikalahkan sampai ayam jagoku babak belur dihajar oleh ayam bocah itu.
Benar kata para penduduk. Ayam bocah itu memang tidak terkalahkan!

Narator:
Melihat pertarungan itu, semua orang terkejut. Mereka lebih terkejut lagi saat melihat
wanita cantik keluar dari rumah cindelaras sambil berkata......

Permaisuri: Cindelaras anakuu, ini ada apa kok ribut-ribut


(Semua mata tertuju pada suara itu)
Cindelaras: ini bunda, aku sedang menyambung ayam dengan seorang raja
Permaisuri: raja siapakah itu nak?
Cindelaras: itu bunda (nunjuk raja)
Permaisuri & raja: (patatap tatap)
pengawal,patih: (kaget)
Raja: permaisuri..... Apa benar itu kau?
Permaisuri: kakanda.... Iya benar ini aku permaisuri mu
Raja: dia siapa permaisuri? (Nunjuk cindelaras) dia anakmu?
Permaisuri: iya kanda, dia cindelaras. Anak kita
Raja: apa itu yang sebenarnya?
Permaisuri: iya kanda
(Pengawal tiba tiba nyamber)
Pengawal 1: mohon maaf baginda, sebenarnya ada rahasia yang kami tutupi dari baginda
Raja: rahasia apa itu pengawal?
Pengawal 2: jadi sebenarnya dulu kami hanya membuang permaisuri saja baginda
Pengawal 3: iya benar, kami tidak sampai hati membunuhnya. Karena saat itu permaisuri
sedang mengandung
Patih: sebelumnya mohon maaf baginda, sebenarnya hamba juga mengetahui sesuatu. Jadi...
saat itu hamba menguping pembicaraan dayang tri dengan selir, mereka merencanakan
sesuatu untuk menyingkirkan permaisuri dengan cara memfitnah menggunakan minuman
beracun
Para pengawal & patih: kami mohon maaf baginda (hormat)
Raja: AHHH SIAL! Kenapa kalian semua baru memberitahukan nya sekarang!
(Soundtrack : Sial – mahalini)
Raja: PENGAWAL!
Para pengawal: kami baginda
Raja: bawa selir dan dayang tri kesini sekarang juga
Para pengawal: siap laksanakan baginda

Narator
Pengawal pun langsung membawa selir dan dihadapkan didepan raja

Selir: ihh lepasinn ini ada apa sih, kenapa kita ditarik-tarik seperti ini
Dayang 3: iya ih ini apa apaan sih, gaada kerjaan banget
Pengawal: DIAM!
(Pengawal menjatuhkan selir di hadapan permaisuri)
Selir: awww hati hati dong
Selir: (melihat ke atas) pe-ppppeermaisuri! (Panik) bukannya dia sudah mati? Tidak.. tidak..
mungkin ini pasti mimpii
Raja: TIDAK! INI BUKAN MIMPI SELIR!! BERDIRI KAU!
Selir: ampunn kandaa maafkan akuu
Raja: ahhhh basii! jangan panggil aku dengan sebutan itu, aku tidak sudi mempunyai istri
yang licik nan keji sepertimu
Raja: dan kau dayang! Aku benar-benar tidak menyangka kau bersekongkol dengan selir
untuk menyingkirkan permaisuri. Mulai sekarang kau akan dihikum dan berhenti menjadi
dayang di kerajaan ini!
Dayang 3: mohon ampun baginda (sambil nyungkun) hamba benar-benar menyesal
melakukan nya, hamba hanya di suruh oleh selir
Selir: jaga bicaramu dayang! Bukannya kau yang mempunyai ide seperti ini
Raja: ahhhh semuanya diamm!!!!
Raja: PENGAWAL, PATIH!
Pengawal & Patih: siap baginda
Raja: hukum selir di penjara bawah tanah kerajaan selamanyaa, jangan biarkan dia bebas
berkeliaran disini
Selir: ampunn kakandaa, aku mohon maafkan akuu
Raja: cepat bawa dia sekarang!
(Pengawal & patih membawa selir pergi dari tempat itu)
Raja: (berlutut pada Permaisuri) dindaa, kanda memohon kepadamu tolong maafkan kanda
mu ini
Permaisuri: berdirilah kanda
Raja: (berdiri)
Permaisuri: aku sudah memaafkan kanda jauh sebelum kanda meminta maaf seperti ini,
sekarang kita lupakan saja kenangan- kenangan pahit yang dahulu pernah terjadi, dan
memulai kembali kehidupan yang baru dengan kenangan manis bersama buah hati kita
(saling peluk)
(Soundtrack : pamungkas – Kenangan manis)

Narator:
Akhirnya Raja dan permaisuri bersama putranya Cindelaras diiringi pengawal kembali ke
istana. Raja mengukuhkan kembali kedudukan permaisuri dan menghukum selir yang jahat
itu. Sejak saat itu Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras hidup bahagia di istana.

Anda mungkin juga menyukai