RS PURI ASIH
Nomor : /SK/RS.Puri Asih/I/20152584/SK.3.2/I/2012
Tentang :
KEBIJAKAN PELAYANAN
RS. PURI ASIH
REVISI I (PERTAMA)
Direktur RS Puri Asih :
Menimbang
: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS. Puri Asih, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan di RS. Puri Asih dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Peraturan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan RS. Puri Asih
sebagai landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di RS. Puri Asih;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS. Puri Asih
Mengingat
: 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
3. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Standar
Pelayanan Intensif Care Unit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar
Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Standar Pelayanan Kesehatan.
8. Peraturan Direktur RS. Puri Asih Nomor : 46/SK/RS.Puri Asih /I/2015 tentang
Kebijakan Pelayanan RS. Puri Asih Revisi I( Pertama)
Menetapkan
Pertama
:
: PERATURAN DIREKTUR RS. PURI ASIH TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN RS. PURI ASIH REVISI I (PERTAMA)
: Mencabut Surat Keputusan Direktur Nomor : 364/SK/RS. Puri Asih/IX/20213 tentang
Kebijakan Pelayanan Kebijakan RS. Puri Asih dan memberlakukan Surat Keputusan
Direktur Nomor : 046/SK/RS.Puri Asih/II/2015 tentang Kebijakan Pelayanan RS. Puri
Asih Revisi I (Pertama) sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini, agar
digunakan sebagai pedoman pelayanan di RS. Puri Asih;
M E M U T U S K AN
Kedua
Ketiga
Keempat
Tembusan :
KEBIJAKAN PELAYANAN
RS. PURI ASIH
1. Pelayanan Instalasi :
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium , Radiologi, kamar
operasi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter.
Seluruh staf Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan
standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika Rumah Sakit
dan etika Rumah Sakit yang berlaku.
Seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan
ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).
Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh
Rumah Sakit.
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
3. Identifikasi :
Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah, sebelum pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis, serta sebelum tindakan / prosedur
4. Hambatan Fisik :
Rumah Sakit harus menyediakan alat mobilisasi (restole dan branchard) dalam rumah sakit bagi
pasien yang mengalami kesulitan dalam mobilisasi
Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit pelayanan intensif atau pelayanan khusus
ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan
peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.
Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
7. Pasien masuk dan keluar ruang intensive ditentukan berdasarkan kriteria dan dicatat di rekam medis
pasien.
8. Penundaan pelayanan :
Informasi diberikan apabila terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan dalam jangka waktu
minimal 24 jam.
9. Pemulangan Pasien :
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien
tersebut, harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
Pasien dapat mengajukan ijin pulang sementara (cuti perawatan) dalam waktu maksimal 12 jam
dengan ijin dokter penanggung jawab pelayanan sesuai kondisi medis pasien :
- Keadaan umum baik (stabil)
Multiple Trauma
Pasien membutuhkan alat bantu dengan menggunakan fasilitas ambulan rumah sakit
10. Transportasi :
Transportasi milik Rumah Sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
Anak - anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko mendapatkan
perlindungan yang layak.
Rumah Sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan atau keluarga.
Rumah Sakit membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses yang
ditetapkan Rumah Sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami
pasien.
Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk darah dan
tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.
Rumah Sakit memberlakukan General Consent (Persetujuan Umum) untuk pasien baru Rawat
Jalan dan semua pasien Rawat Inap
Rumah Sakit memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
Rumah Sakit menghormati pasien dan keluarganya tentang keinginan dan pilihan pasien untuk
menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not
Resuscitate ).
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan
dengan cara yang membatasi akses (restrict access).
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesmen
apabila ada rasa nyerinya.
Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan yang berlaku.
Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
dianggap berisiko.
Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh
maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP) wajib melengkapi berkas rekam medis pasien.
Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu
bulan sekali.
24. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
25. Setiap pasien rawat jalan mendapatkan instruksi pulang dalam bentuk tertulis
26. Dalam melaksanakan pelayanan mengacu pada Clinical Pathway sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan.
27. Apabila ruang perawatan yang dikehendaki tidak tersedia, maka akan ditawarkan kelas diatasnya
atau dibawahnya, dan apabila tidak bersedia akan dilakukan rujuk.
28. Pasien yang akan dilakukan rawat inap, dilakukan pemeriksaan penunjang :
Pasien Dewasa : hematologi rutin, golongan darah dan kimia darah sesuai indikasi
Pasien yang akan dilakukan operasi ditambahkan pemeriksaan laboratorium HbSAg dan tes
waktu perdarahan dan waktu pemberkuan darah
29. Pasien Hemodialisa rawat jalan, diperlakukan sebagai pasien one day care
Ditetapkan di : Salatiga
Pada Tanggal : 05 Januari 2015
Direktur,