Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

PRIMARY HEALTH CARE (PHC)


MAKALAH JURU JENTIK
Disusun untuk memenuhi tugas di blok Primary Health Care

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rizkita Aninditya P
Maryanti
Fidya lestari
etrisia Ristantini
Eko Hadi P
Kamelia
Amar Husni Yunji
Asih Hutami Rudy A

135070200131001
135070218113017
135070207131008
135070201131008
135070201131002
135070200131008
135070201131007
135070207131009

KELOMPOK 2 K3LN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB 1
Pendahuluan
a. Latar belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampian hiddup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Depkes RI,
2004)
Memasuki tahun 2007 ada signal buram yang perlu kita waspadai
berkaitan dengan masalah kesehatan ddi Indonesia. Dua minggu pertama di
bulan Januari 2007 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Menurut situs
Depkes, sampai tanggal 31 Januari 2007, DBD telah menelan 144 korban
jiwa dari total penderita 8.019 orang. Sehingga beberapa upaya pun dilakukan
oleh pemerintah ntuk menekan angka penyakit yang mematikan ini. Upaya
yang dilakukan tersebut termasuk dilakukan nya pemberdayaan Jumantik
(Juru Pemantau Jentik). Yang bertugas untuk mengamati keberadaan jentik
dirumah-rumah penduduk serta sarana umum lainnya. (Depkes RI, 2004)
b. Batasan masalah
Definisi juru jentik
Tujuan dibentuknya juru jentik
Peran fungsi juru jentik
Kriteria kader juru jentik
Kegiatan kader kesehatan berkaitan dengan juru jentik

BAB II
Pembahasan
A. Definisi
Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas
khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau
bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes
aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin
dan berkesinambungan. (Rosidi, dkk., 2009)

Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas


khususyang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau
bertanggungjawab

untuk

melakukan

pemantauan

jentik

nyamuk di wilayahnya sertamelak kan pelaporan ke kelurahan secara rutin


dan berkesinambungan. Adapuntujuan dari jumantik adalah menggerakkan
peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk seperti demam berdarah, terutama dalam pemberantasan jentik
nyamuk penularnya sehingga penularan penyakit demam berdarah dengue di
tingkat desa, dapat dicegah atau dibatasi. (Sukowinarsih, dkk., 2010)
Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik merupakan seorang
petugas khusus yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk
melakukan upaya pemantauan jentik nyamuk DBD Aedes Aegypti di
wilayah-wilayah dengan sebelumnya melakukan pelaporan ke kelurahan atau
puskesmas terdekat. (Suhardiono, 2005
B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan pelatihan dan perekrutan Jumantik ini adalah
untuk menurunkan kepadatan atau populasi nyamuk penular penyakit Demam
Berdarah Dangue (DBD) dan jentiknya dengan PJB dan PSN, melalui
penyuluhan

dan

kegiatan

langsung

di

masyarakat

secara

terus

menerus.Tujuan khusus dari pelatihan kader Jumantik ini adalah agar para
kader selalu terus-menerus memberi motivasi diri sendiri, keluarga dan
masyarakat sekitar memperhatikan dan menjaga lingkungannya dalam upaya
mencegah perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypty sehingga masyarakat
berperan secara sadar dapat melaksanakan pemberantasan secara rutin dan
berkala baik dirumah dan di luar rumah(Riyanto, 2012)
C. Peran fungsi
Peran kader kesehatan dalam menanggulangi DBDantara lain, sebagai
anggota PJB di rumah-rumah dantempat umum; memberikan penyuluhan
kepada keluarga dan masyarakat; mencatat dan melaporkan hasil PJB kepada
kepala dusun atau puskesmas secara rutin minimal mingguan dan bulanan;

mencatat dan melaporkan kasus kejadian DBD kepada rukun warga (RW),
kepala dusun atau puskesmas; melakukan PSN dan pemberantasan DBD
secara sederhana seperti pemberian bubuk abate dan ikan pemakan jentik.
Tugas dan fungsi kader jumantik DBD antara lain, mengoordinasi
kegiatan-kegiatan jumantik; memimpin dan menyeleng - garakan pertemuan;
menetapkan jadwal waktu pertemuan berkala; menetapkan langkah-langkah
pemecahan

masalah;

melaporkan

hasil

kegiatan;

menyiapkan

penyelenggaraan pertemuan (undangan dan tempat perte-muan); menyiapkan


laporan berkala kegiatan Pokjakepada ketua LKMD; menyiapkan bahan
pertemuan,misalnya data-data hasil PJB; memberikan bimbingan teknis
pelaksanaan pemeriksaan jentik; memberikan penyuluhan dan bimbingan
teknis penyuluhan kepada para penyuluh; mencatat kegiatan-kegiatan penyuluhan dan lain-lain; melaksanakan pemeriksaan jentik di 30 rumah secara
acak di tiap RW; sekurang-ku-rangnya tiap 3 bulan menyampaikan hasilnya
kepada ketua LKMD; membantu pelatihan kader jumantik;merencanakan
kegiatan masyarakat secara bersama-sama untuk melaksanakan PSN; serta
menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaaan penanggulangan penyakit DBD.
Pada praktiknya di masyarakat, jumantik mendapatkan pelatihan khusus
jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD.
Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu. Jika ditemukan jentik
nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni/pemilik
rumah untuk membersihkan atau menguras tempat penampungan air agar
bersih dari jentik. Selanjutnya, jumantik menulis catatan dan laporan yang
diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan
dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.
Peran Jumantik dalam Sistem Kewaspadaan Dini DBD di Indonesia
pada musim hujan populasi nyamuk meningkat meskipun saat musim kering
populasinya tetap banyak oleh karena masyarakat memiliki kebiasaan
menampung air di dalam bak air/drum terutama di daerah sulit air sehingga
nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun. Kegiatan pemeriksaan jentik
berjalan namun tidak menyeluruh karena keterbatasan tenaga. Puskesmas

melaksanakan PJB, kader-kader jumantik melaksanakan pemeriksaan jentik


seminggu sekali dilingkungannya, namun di Indonesia senidri tidak tersedia
dana operasional maupun biaya pengganti transpor bagi para kader jumantik
sehingga kegiatan mengendur.
Kunci pencegahan penyakit DBD adalah pengawasan yang ketat
untuk pelaporan dini hasil pemantauan kepadatan vektor sehingga
pengambilan tindakan tidak terlambat saat menerima laporan kasus dari
lokasi

wabah.Keberadaan

jumantik

memiliki

peran

vital

dalam

pemberantasan DBD karena bertugas memantau populasi nyamuk penular


DBD dan jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh jumantik yang
bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan. Hasil yang didapat
jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio
antara jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik dengan jumlah
rumah bangunan yang diperiksa dikali 100%. ABJ merupakan indikator
penyebaran Aedes aegypti
ABJ sesungguhnya bukan jaminan akan adanya penurunan jumlah
kasus karena bisa saja daerah berpotensi sarang nyamuk yang tersembunyi
atau tidak terpantau seperti kaleng bekas di jalan, rumah kosong, lubang
bambu/pohon, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada saat survei jentik
memerlukan ketelitian dalam memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk.
Berdasarkan hasil penelitian di daerah Jakarta Utara disebutkan
beberapa daerah melaporkan bahwa ABJ telah mencapai 90%, bahkan ada
pula yang mencapai 95%. Namun pada kenyataannya, angka kasus penderita
DBD masih tetap tinggi. Kenyataan tersebut bermakna angka kasus penderita
DBD tidak semata-mata berhubungan langsung dengan ABJ. Berdasarkan
kenyataan tersebut dapat diduga angka ABJ yang tinggi mungkin disebabkan
oleh jumantik yang kinerjanya kurang baik.
Salah satu indikatornya adalah jumantik kurang teliti dalam
melakukan survei. Jumantik mungkin hanya memeriksa tempat penampungan

air yang besar seperti bak mandi, ember, dan drum, sedangkan wadah yang
kecil misalnya vas bunga, penampungan air di belakang kulkas,
penampungan tetesan air conditioner (AC), dan penampungan tetesan
dispenser tidak diperiksa. Tempat penampungan air di luar rumah seperti
talang air, tangki air, botol bekas, kaleng, wadah plastik, dan sebagainya
terkadang juga tidak diperiksa. Hal tersebut mengakibatkan lepasnya jentik,
Aedes aegypti dari pemeriksaan. Selain itu, sebagian pemilik rumah tidak
mengijinkan rumahnya disurvei.
Secara umum, peran jumantik dinilai cukup berhasil dalam
pencegahan DBD, namun terdapat beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi.
Pengalaman di lapangan dalam melakukan evaluasi kinerja jumantik biasanya
mereka tidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat
mengenai DBD dan pencegahannya. Motivasi kepada masyarakat juga jarang
diberikan padahal, ini penting sekali untuk selalu diberikan dan diingatkan
kepada masyarakat tentang pencegahan DBD. Kalau program ini berjalan
dengan baik maka masyarakat akan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang DBD dan perilaku mereka terkontrol. Jumantik juga perlumelakukan
pengawasan pada tanah kosong seperti kebun dan kuburan yang sering kali
terlewati. Tempat tempat seperti ini juga berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.Pada beberapa daerah endemis
DBD, program jumantik berperan cukup efektif dalam menurunkan kasus
DBD. (Diana.Andriyani.2012, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6,
No. 6)
D. Kriteria kader
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk perekrutan kader
jumantik, yakni sebagai berikut: (Riyanto, 2012)
1).
2).
3).
4).

Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia


Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
Mempunyai penghasilan sendiri
Tinggal tetap di desa yang bersangkutan dan tidak sering meninggalkan
tempat untuk waktu yang lama.
5). Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desanya

6). Dikenal masyarakat, diterima masyarakat dan dapat bekerja sama dengan
masyarakat
7). Berwibawa
8). Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga
Selain persyaratan tersebut, ada beberapa persyaratan tambahan yang
wajib untuk mengukur tingkat pengetahuan seorang calon kader jumantik,
adalah sebagai berikut: (Riyanto, 2012)
1). Dapat menyebutkan penyebab penyakit dan nyamuk penular penyakit
2).
3).
4).
5).

DBD
Dapat menjelaskan cara penularan penyakit DBD
Dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit DBD
Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pertolongan pertama
Dapat menjelaskan ciri-ciri, lingkaran hidup dan tempat perkembang

biakan nyamuk Aedes aegypti


6). Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pencegahan penyakit DBD
7). Dapat melakukan pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti
8). Dapat melakukan penyuluhan dan motivasi kepada perorangan maupun
kelompok masyarakat
E. Kegiatan kader kesehatan
Demi mencapai tujuan, berikut beberapa jenis kegiatan yang diselenggarakan
oleh jumantk. (Diana, 2012)
a. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan
informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit DBD,
bagaimana cara mencegah dan memberantas penyakit demam berdarah
yang lebih efektif, yaitu melalui pemberantasan sarang nyamuk demam
berdarah (PSN-DBD) dengan 4 M-Plus.
Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan
masyarakat yang pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan
terus menerus berperan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk
( PSN ) dengan 4 M-plus.

b. Pemantauan Jentik Berkala


Pemantauan jentik berkala kegiatan untuk melihat situasi kepadatan
jentik pada tempat penampungan air di rumah/bangunan milik masyarakat
maupun tempat tempat umum oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
atau tenaga puskesmas , sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dini
agar masyarakat terhindar dari penularan penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Jumantik merupakan kader yang berasal dari masyarakat dan
bertugas melakukan Pemantauan & pemeriksaan jentik tempat-tempat
penampungan air di lingkungan masyarakat secara berkala dan terusmenerus, memberikan penyuluhan serta menggerakkan masyarakat dalam
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.
Manfaat jumantik adalah memantau dan memberantas jentik-jentik
nyamuk demam berdarah yang ada dilingkungan masyarakat serta
memotivasi dan menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam
melakukan PSN-DBD, sehingga diharapkan populasi jentik nyamuk
demam berdarah yang ada di lingkungan masyarakat menjadi berkurang.
c. Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )
Kegiatan dimaksud adalah pelaksanaan pemberantasan sarang
nyamuk ( PSN ) secara bersama sama pada waktu yang bersamaan
( serentak ) oleh semua lapisan masyarakat baik pemerintah maupun
swasta. Sehingga kegiatan ini dapat memotivasi dan menggerakkan
masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan

PSN-DBD secara

mandiri dan berkesinambungan.


d. Larvasidasi Selektif
Larvasidasi terutama dilakukan di daerah yang banyak menampung
air/susah

air

dan

dikuras/dibersihkan.

pada

penampungan

air

terbuka

yang

susah

Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik


nyamuk demam berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di
daerah yg banyak menampung air/susah air dan pada penampungan air
terbuka yang susah dikuras/dibersihkan.
e. Fogging dengan Insektisida
Pengasapan dilakukan sesuai dengan kesimpulan analisis dari
kegiatan penyelidikan epidemiologi penyakit DBD di tempat tinggal
penderita dan lingkungan sekitarnya.
Apabila kesimpulan akhir harus dilaksanakan pengasapan (fogging )
, maka

Pengasapan

( fogging ) dilakukan oleh petugas puskesmas atau

bekerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot


adalah petugas puskesmas atau petugas harian lepas yang terlatih.
Persyaratan Fogging dengan insektisida :
o Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium dan laporan (SO) dari Rumah Sakit/ Klinik/ BP/
Puskesmas.
o Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita demam
tanpa sebab minimal 3 orang dan atau tersangka penderita DBD serta
ditemukan positif jentik Aedes ( 5 % ) dari rumah/bangunan
disekitar rumah penderita.
Kegiatan fogging focus ini bertujuan memutus rantai penularan
dengan membunuh nyamuk dewasa yang sudah mengandung virus dengue
dengan radius 100 M dari rumah penderita. Tetapi kegiatan fogging ini
bukan merupakan solusi utama untuk pencegahan DBD selain itu fogging
tersebut harus dilakukan oleh tenaga khusus dan terampil karena obat
(insektisida) yang digunakan mempunyai efek samping berbahaya bagi

lingkungan dan orang yang melaksanakannya sertaterjadinya


resistensi terhadap nyamuk itu sendiri.
Menginggat Untuk pencegahan yang paling efektif dapat dilakukan
dengan memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah
dengue dengan berperilaku hidup bersih dan sehat di keluarga dan
dilingkungan tempat tinggal yaitu dengan cara antara lain :
1. Membersihkan lingkungan dan rumah masing-masing setiap hari, terutama
tempat penampungan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk demam
berdarah dengue seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga,
dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.
2. Melaksanakan kerja bakti secara teratur (satu minggu sekali) dilingkungan
masing-masing.
3. Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 4 M PLUS :
1. MENGURAS :

Menguras

dan menyikat dinding tempat

penampungan air seperti : bak mandi dan drum.


2. MENUTUP : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti
: drum, tempayan dan lain-lain.
3. MENGUBUR : Mengubur atau menimbun barang-barang bekas
serta mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air dan dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS).
4. PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga seminggu sekali,
mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan
talang air yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat kasa atau
menggunakan obat anti nyamuk serta menggunakan kelambu untuk
menghindari dari gigitan nyamuk.

5. MEMANTAU :

Memantau dan memeriksa tempat-tempat

penampungan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk aedes


aegpty seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga,
dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.
Peran serta masyarakat dan pihak terkait sangat diperlukan dalam
melakukan pencegahan DBD melalui PSN ( Pemberantasan Sarang
Nyamuk ) tersebut. (Diana, 2012).

Daftar Pustaka

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta


Diana.Andriyani.2012, Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini
Demam BerdarahDengue di Indonesia Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 6, No. 6)
Rosidi, A.R. dan Adisasmito, Wiku. 2009. Hubungan Faktor Penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD)

dengan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten


Majalengka, Jawa Barat. MKB Volume XLI No 2 Tahun 2009:80-86.
Riyanto, 2012. Kinerja Jumantik Digital_125859-S-5869-Kinerja JumantikLiteratur.pdf
Suhardiono. 2005. Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan
Tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia vol 1 no 2 Desember
2005: 48-65.
Sukowinarsih, T.I dan Cahyati, W.H. 2010.Hubungan Sanitasi Rumah dengan
Angka Bebas Jentik Aedes Aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
Kota Semarang. Kemas volume 6 no 1 Juli-Desember 2010:43-51.

Anda mungkin juga menyukai