Grand Design LID

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Grand Design

(Revitalisasi Ideologi IMM dalam diri Kader Ikatan)


Oleh :Ahmad Komaruddin

A. Arah Pengkaderan
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) ialah organisasi mahasiswa Islam di
Indonesia yang memiliki hubungan struktural dengan organisasi Muhammadiyah dengan
kedudukan sebagai organisasi otonom yang berdiri di Yogyakarta pada tanggal 29 Syawal
1384 H atau bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M. Kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhamaddiyah (IMM) merupakan konsekuensi bagi Muhamaddiyah dalam hal kaderisasi
berdasarkan periodisasi kelompok umur melalui sistem pengkaderan. Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dalam perjalanannya memang membutuhkan energi yang cukup besar untuk
membuat Ikatan menjadi lebih dewasa dan sigap menanggapi segala problem yang ada
terutama kaderisasi.
Perkaderan diharapkan menjadi manifestasi untuk menjalankan roda kepemimpinan
karena menyangkut keberlangsungan tujuan bersama. Bagi suatu organisasi, regrenasi
kepemimpinan yang sehat dapat terwujud jika memiliki kader-kader yang berkualitas. Selain
akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya akan segar dan
energik. Tetapi konsep umat yang terbaik bagi Islam merupakan tantangan dalam aktivisme
sejarah, dan hal tersebut merupakan proses setiap individu ataupun kader Ikatan.
Tolak ukur keberhasilan kemudian menjadi poin penting yang diharapkan mampu
mengatasi segala permasalahan kader yang menjadi inti penggerak Ikatan. Jika Ikatan tidak
merancang dan menyiapkan para kadernya secara sistematis dan organisatoris, maka dapat
dipastikan bahwa Ikatan sebagai organisasi akan menjadi stagnan (tetap) dan tidak
berkembang, sehingga tidak memiliki prospek yang jelas. Karena itu, Ikatan harus
mempunyai konsep yang jelas, terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan
mengembangkan suatu sistem yang menjamin keberlangsungan transformasi dan regenerasi
kader
Kaderisasi dalam keorganisasian pada hakekatnya adalah totalitas upaya pembelajaran
dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematis, terpadu, terukur dan berkelanjutan
dalam rangka melakukan pembinaan dan pengembangan kognitif , afektif(perasaan dan
emosi) dan psikomotorik(berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan mental
dan psikologi ) setiap individu. Kaderisasi yang dilakukan oleh setiap organisasi bertujuan

untuk mencetak manusia-manusia unggul yang memiliki loyalitas dan komitmen terhadap
organisasi, Memiliki integritas dan cita-cita berkemajuan. Biasanya kaderisasi dilakukan
dalam banyak tahapan mulai dari jenjang pengekaderan yang terendah hingga jenjang
kekaderan yang paling atas.
Perkaderan ikatan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh kader dalam
kehidupan, baik bersama ikatan ataupun ketika sudah berada di luar struktur ikatan. Sistem
perkaderan ikatan secara filosofis merupakan penerjemahan perkaderan yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw. Hal tersebut dapat dilihat nama perkaderan yakni Darul Arqam. Darul Arqam
dalam sejarahnya merupakan nama tempat sahabat nabi yakni Arqam Ibn Abil Arqam.
Perkaderan tersebut, melahirkan generasi awal Islam seperti, Abu Bakar, Ali Ibnu Thalib, Siti
Khotijah dan yang lain. Filosofis perkaderan yang dilakukan oleh Rasul, yakni penanaman
nilai-nilai Islam secara kaffah, mengubah kesadaran sehingga timbul kesadaran al syaksiyah
faal fadli (hablum minallah dan hablum ninanas). Proses tersebut merupakan kristalisasi
kader, sedangkan kaderisasi dengan melaksanakan proses tujuan imm sehingga terbentuknya
akademisi Islam yang berakhlak mulia untuk mencapai tujuan Muhammadiyah yang tertuang
dalam kaderisasi yang dilakukan oleh ikatan. Selanjutnya konsolidasi yang dilakukan oleh
ikatan dengan proses penggunaan identitas simbolik dengan memahami makna symbolnya,
sedangkan identitas subtansi merupakan kerangkan pikir anggota ikatan. Dalam melakukan
konsolidasi
Begitu juga dengan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM), sebagai bagian dari
organisasi otonom Muhammadiyah dalam lingkup mahasiswa yang senantiasa melakukan
proses pengkaderan yang hampir tidak pernah putus. IMM diarahkan pada terbentuknya
kader yang siap berkembang sesuai dengan spesifikasi profesi yang ditekuninya, kritis, logis,
trampil dan progresif. Kualitas kader yang demikian ditransformasikan dalam tiga lahan
aktualitas, yakni : persyarikatan, ummat dan bangsa. Secara substansial, arah perkaderan
IMM adalah penciptaan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang
memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, yang berakhlak karimah
dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen
dan kompetensi perjuangan dakwah Islam amar maruf nahi munkar. Sebagai sebuah proses
organisasional, perkaderan IMM diarahkan pada upaya transformasi ideologis dalam bentuk
pembinaan dan pengembangan kader, baik kerangka ideologis maupun teknis manajerial.
Dalam tahapan yang lebih praktis, akumulasi proses perkaderan diarahkan dalam rangka
transformasi dan regenerasi kepemimpinan IMM di setiap level kepemimpinan. (Sistem
Pengkaderan Ikatan th 2009 )

B. Sasaran Pengkaderan
Sesuai dengan masing-masing komponen dan jenjang, sasaran perkaderan IMM adalah
mahasiswa, anggota, calon pimpinan, pimpinan dan calon instruktur. Target perkaderan
diproyeksikan untuk terbentuknya sumber daya kader struktural dan fungsional yang
profesional. Target perkaderan utama adalah terinternalisasikannya nilai-nilai perjuangan, visi
dan misi IMM dan sekaligus terciptanya kader pimpinan yang memiliki kompetensi dan
wawasan yang sesuai dengan level/tingkatan kepemimpinan masing-masing. Sementara
target perkaderan khusus diproyeksikan pada terbentuknva pengelola perkaderan (instruktur)
yang profesional.
Sedangkan target perkaderan pendukung adalah meningkatnya kualitas sumber daya
kader menurut minat, bakat, profesi, ketrampilan dan keahlian pada bidang tertentu
C. Muatan Pengkaderan
Pengkaderan adalah proses IMM dalam mencetak manusia-manusia unggul yang
sesungguhnya. Tujuan Pengkaderan sacara umum adalah untuk mecetak aktivis-aktivis IMM
yang memiliki loyalitas, jati diri (identitas), dan kemajuan dalam konteks kolektivitas
kebersamaan dalam organisasi. Inilah saat dimana kader-kader IMM diberikan pengetahuan,
pedoman, dan tujuan IMM. Guna mencapai tujuan tersebut dalam proses pengkaderan selalu
diwacanakan mengenai tri kometensi IMM yang dalam diri kader, tri kompetensi ini meliputi
humanitas, intelektualitas dan religiusitas. Inti dari trilogi ini adalah tuntutan untuk menjadi
kader yang memiliki intelektualitas dalam segala bidang yang berpedoman pada Al-quran
dan As Sunnah serta memiliki kepekaan sosial yang tinggi dalam bermasyarakat.
Pengkaderan IMM merupakan suatu keharusan karena organisasi ini mendedikasikan
diri sebagai organisasi kader bukan organisasi massa. Kalau kita membuka kembali Sistem
Pengkaderan Ikatan (SPI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah maka kita akan menemukan
tiga jalur proses kaderisasi yang harus ditempuh persyarikatan Muhammadiyah dalam rangka
mengusahakan lahirnya kader-kader muda Muhammadiyah.
Adapun ketiga jalur yang dimaksudkan ialah :

Jalur pendidikan formal, melalui lembaga-lembaga formal yang dimiliki Muhammadiyah

Jalur informal, berupa penanaman misi di lingkungan keluarga, dan sosialisasi di tengahtengah masyarakat

Jalur Program khusus Badan Pendidikan Kader dan Organisasi-organisasi Otonom

Ketiga jalur ini diharapkan bisa menjadi pemasok kader-kader yang akan melestarikan
khittoh gerakan Muhammadiyah. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan
bagian dari organisasi otonom Muhammadiyah dengan basis anggota yang relatif homogen.
Mahasiswa sebagai wahana kaderisasi, IMM diharapkan dapat menghasilkan komunitas
kader-kader yang memiliki kualitas intelektual, kapasitas moral dan peran sosial yang
memadai.
Untuk mencapai kualifikasi kekaderan yang memadai. Maka, IMM dituntut untuk
menyelenggarakan program perkaderan dengan strategi perencanaan yang serius dan
kerangka kerja yang jelas.
Dilema yang terjadi dalam pengkaderan adalah kader-kader baru hanya menghapal tri
kompetensi IMM dan setelah proses kaderisasi berakhir, maka berakhir pulalah hapalan
tersebut inilah pokok masalah yang harus dibenahi, yaitu tri kompetensi IMM bukan hanya
sekedar untuk dihapal akan tetapi untuk dipraksiskan dalam realitas kehidupan. Seharusnya
setelah proses itu kader sudah mampu mengaktualisasikan trikompetensi IMM. Bukan malah
sebaliknya yang masih bingung ingin berbuat apa untuk IMM. Tidak memiliki kreatifitas dan
imajinasi membangun, dan yang paling fatal adalah menjadi aktivis-aktivis benalu yang
hidup dalam tubuh IMM. Fakta dari fenomena ini tampaknya tidak perlu untuk diperdebatkan
kebenarannya. Jika hal ini masih terjadi bukan rahasia lagi bahwa proses pengkaderan hanya
rutinitas belaka hanya untuk memenuhi tuntutan program kerja tiap bulannya tanpa ada kader
IMM sejati yang tercipta dan menjadi penggerak dalam organisasi IMM.
Dilema yang lain dari sudut legitimasi akan eksistensi IMM diamal usaha
Muhammadiyah. Eksistensi IMM di PTM adalah merupakaan suatu keniscayaan. IMM
mendapat legitimasi untuk menempatkan PTM sebagai basis gerakannya, Disamping itu, hal
ini terdapat pada statuta Perguruan Tinggi Muhammadiyah, IMM juga adalah bagian dari
Angkatan Muda Muhammadiyah memiliki posisi strategis dalam rangka membangun tradisi
pembaharuan Muhammadiyah dengan basis kekuatan yang berada dikampus-kampus PTM.
Dalam hal ini yang memegang peranan penting dalam memetakan pengkaderan adalah
instruktur. Instruktur sendiri memiliki arti kata seseorang yang bertugas melakukan
pembinaan terhadap peserta dalam forum pelatihan. Di dalam IMM sendiri perlu adanya
Instruktur yang memahami idealisme pengkaderan sehingga dapat mencetak aktivis-aktivis
IMM yang memiliki loyalitas, jati diri (identitas), dan kemajuan dalam konteks kolektivitas
kebersamaan dalam organisasi.
D. Orbitasi

Melalui optimalisasi peran strategis IMM tentunya nantinya diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kader-kader akademisi Muhammadiyah masa depan. Apalagi IMM merupakan
pelopor, pelangsung, dan penyempurna AUM (Amal Usaha Muhammadiyah). Hal ini perlu
menjadi perhatian kita bersama bukan dari sisi kebijakan pimpinan PTM yang mengeluarkan
kebijakan tentang adanya kebijakan bahwa wajib mengikuti proses pembinaan di IMM bagi
mahasiswa yang berada di PTM atau amal usaha Muhammadiyah yang dimana seharusnya
IMM membina dan dibina akan tetapi yang harus menjadi bahan pemikiran bersama dari
IMM dan pimpinan PTM adalah bagaimana kebijakan yang dikeluarkan itu ditunjang
dengan kebijakan yang lain agar pembinaan bisa berjalan secara optimal. Hal ini penting
agar menjadi pemikiran bersama bukan hanya IMM saja berfikir akan tetapi menjadi
tanggung jawab bersama untuk melakukan pembinaan.
Proses kaderisasi sesungguhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu saat kaderisasi dan
pasca kaderisasi. Tahap kaderisasi adalah saat dimana proses doktrinasi berlangsung. Proses
doktrinasi ini berupaya untuk membekali diri seorang kader dengan tujuan dasar organisasi.
Bukan hanya itu, proses ini berusaha dengan serius meyakinkan kader bahwa mereka tidak
salah memilih organisasi. Adapun metode yang digunakan dalam proses ini adalah tentunya
sesuai dengan Sistem Pengkaderan Ikatan (SPI) yang berlaku di Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah.
Sedangkan pasca kaderisasi adalah proses dimana kakanda memberikan arahan,
masukan dan semangat bagi kader baru dan pimpinan IMM di semua level kepemimpinan.
Artinya kader yang baru masuk berproses didalamnya secara intensif dan kontinyu diberikan
motifasi secara intens pula tapi bukan berarti mendikte melainkan berusaha
mengembangkan kreasi dan imajinasi kader atau pimpinan di IMM pada semua level
kepemimpinan yang ada. Metode yang digunakan dengan cara menjaga harmonisasi dan
membantu mencarikan solusi- solusi pemecahan masalah bagi yang dialami oleh kader-kader
IMM. Terutama dalam tataran akar rumput, sehingga yang terciptalah keyakinan kader
bahwa ia tidak salah memilih IMM.
Jika dilihat dari gambaran umum, maka seharusnya kaderisasi IMM bukan hanya
sekedar sarana mewujudkan manusia manusia normatif teoritik, tetapi lebih dari itu
mampu mengaktualisasikan trikompetensi IMM secara praksis dan aplikatif sehingga untuk
mengukur nilai kekaderan seorang kader IMM tidak hanya diukur dari jenjang kekaderan dan
kepemimpinan yang pernah ia

lewati akan tetapi setelah ia menjadi alumni IMM dan

mendapat posisi yang sangat strategis apakah ia masih mempertahankan nilai-nilai kekaderan
yang pernah didapatkan dalam IMM dan mampu mentrasformasikan nilai itu dalam tatanan

kehidupannya. Jika kita lihat secara khusus, maka kaderisasi IMM akan terorientasi sebagai
berikut:
Pertama adalah penigkatan kualitas wawasan, yaitu sikap mental sebagai kader IMM dan
warga muhammadiyah sebagai manusia, warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara
masyarakat global (kosmopolitan).
Kedua adalah pemantapan keberadaan dan partisipasi IMM dalam menunaikan tugas,
kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam meningkatkan kwalitas kehidupan masyarakat.
Ketiga adalah peneguhan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan kader IMM
dalam menjalankan organisasi untuk diabdikan bagi kemajuan masyarakat.
Keempat adalah terwujudnya kader kader IMM yang unggul, tercerahkan, kreatif,
inovatif dan dan memiliki kepribadian yang berderajad tinggi, serta berpegang teguh pada
trikompetensi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Oleh karena itulah dibentuk latihan instruktur dimana latihan tersebut merupakan
komponen perkaderan yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen utama
( MASTA,DAD,dll) dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan kecakapan khusus. Latihan instruktur sendiri
memiliki arti perkaderan khusus yang menjadi fasilitas didik resmi dan disusun secara
berjenjang sebagai upaya untuk meningkatkan kualifikasi kader secara bertahap agar
memperoleh kompotensi dalam mengelola perkaderen Ikatan.
E. . FASE FASE PENGKADERAN
Komponen dan jenjang perkaderan dalam IMM terbagi sebagai berikut :
1. Komponen Pra Perkaderan
Yaitu suatu komponen awal yang berfungsi untuk mengenalkan dan memasyarakatkan
IMM, sekaligus sebagai wahana rekruitmen anggota serta sebagai persiapan untuk memasuki
perkaderan Darul Arqam Dasar (DAD). Komponen pra perkaderan ini selanjutnya disebut
Masa Taaruf yang disingkat Masta.
2. Komponen Perkaderan Utama :
Yaitu komponen utama yang bersifat wajib dan merupakan komponen pokok perkaderan
IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara struktural menjadi prasyarat tertentu.
Secara berjenjang, perkaderan utama terdiri dari tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
1. Darul Arqam Dasar (DAD)
2. Darul Arqa Madya (DAM)
3. Darul Arqam Paripurna (DAP)

3. Komponen Perkaderan Khusus :


Yaitu komponen perkaderan yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen utama
dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
kemampuan, ketrampilan dan kecakapan khusus.
Komponen perkaderan khusus terdiri dari :
1. Latihan Instruktur Dasar (LID)
2. Latihan Instruktur Madya (LIM)
3. Latihan Instruktur Paripurna (LIP)
4. Komponen Perkaderan Pendukung :
Yaitu komponen perkaderan yang dilaksanakan untuk meningkatkan potensi kader sesuai
dengan minat, bakat, ketrampilan, keahlian dan kemampuan dalam rangka mendukung
keberhasilan proses kaderisasi ikatan. Komponen perkaderan pendukung dilaksanakan secara
integral dengan pelaksanakan aktivitas dan program organisasi itu sendiri. Komponen
perkaderan pendukung terdiri dari :
a. Perkaderan Pendukung Pokok
Adalah perkaderan yang dilaksanakan secara sistematik yang diatur, dikembangkan dan
ditetapkan oleh masing-masing bidang. Sebagai contoh : Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan
Kewirausahaan, Pelatihan Penelitian dan penulisan karya Ilmiah, pendidikan wanita dan lainlain.
b. Perkaderan pendukung tambahan :
Adalah semua bentuk dan proses kaderisasi yang tidak di atur secara khusus (terbuka
dan bebas). Sebagai contoh adalah kelompok studi, penokohan kader, forum kajian dan lainlain
Jenjang Latihan Insruktur sendiri dibagi menjadi:
I.

Latihan Instruktur Dasar (LID)


a)

Pengertian

Latihan Instruktur Dasar (LID) adalah kegiatan perkaderan khusus yang dilaksanakan
dalam rangka mempersiapkan tenaga-tenaga instruktur tingkat Cabang, yaitu memeliki
kewenangan mengelola perkaderan dalam lingkup wilayah kepemimpinan komisariat.
b)

Tujuan

Terciptanya tenaga-tenaga imstruktur yang mempunyai kualifikasi dan kopetensi


menjadi instruktur cabang dalam pengkaderan ditingkat komisariat.
II.

Latihan Instruktur Madya (LIM)


a)

pengertian

Latihan Instruktur Madya (LIM) adalah kegiatan perkaderan khusus yang dilaksanakan
dalam rangka mempersiapkan tenaga-tenaga instruktur tingkat Daerah, yang memiliki
kewenangan mengelola perkaderan utama dalam lingkup wilayah kepemimpinan Pimpinan
Daerah IMM.
b)

Tujuan

Terciptanya tenaga-tenaga instruktur yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi


menjadi instruktur perkaderan ditingkat Daerah.
III.

Latihan Instruktur Paripurna (LIP)


a)

Pengertian

Latihan Instruktur Paripurna (LIP) ) adalah kegiatan perkaderan khusus yang


dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan tenaga-tenaga instruktur tingkat Pusat , yang
memiliki kewenangan mengelola perkaderan utama dalam lingkup wilayah kepemimpinan
Pimpinan Pusat IMM.
b)

Tujuan

Terciptanya tenaga-tenaga instruktur yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi


menjadi instruktur perkaderan ditingkat Nasional dan Regional.
Dalam pengelolaan sumber daya instruktur pun perlu adanya kurikulum yang mengatur
materi-materi mengenai sistem pengkaderan yang termaktub dalam Sistem Perkaderan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah
Melalui pelatihan instrukturlah dapat memantapkan ideologisasi instruktur dimana
instruktur sebagai penggerak inti Ikatan harus melakukan berbagai upaya untuk
memaksimalkan

pengembangan

intelektual

dan

spritual

kader

sebagaimana

akar

ideologisnya. Oleh karena itu, untuk memperkuat jati diri maka peneguhan identitas harus
diikuti dengan pola-pola yang tepat, terukur, acceptable, dan realistis.
F. Individuasi Kader
Kader yang telah mengikuti kemudian lolos DAD , untuk 3 bulann pertama diberikan
materi dasar tentang IMM, ideology IMM , ataupun dasar tentang IMM. Dengan cara kajian
seminggu sekali yang di persiapkan dan di konsep oleh instruktur, kemudian 3 bulan
berikutnya diisi tentang keorganisasian,, seperti LAKMO dll, 3 bulan selanjutnya wawasan,
tentang keintelektualan dll, melakukan kajian kajian, seperti filsafat dll, dan terakhir
bagaimana mereka merealisasikan, atau menerapkan apa yang telah diperoleh selama 9 bulan.

G. Diaspora
Mengingat pesan kiyai H. A. Dahlan "Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda
dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi
Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu
pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu
kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (propesional) lalu
kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu."

Jadi kader yang telah mengikuti dad

diharapkan menimba ilmu sestinggi tingginya dimanapun tidak harus di imm, mempunyai
bargaining position di mana mana, lalu kembali ke IMM, di terapkan di IMM dan kembali ke
IMM

Anda mungkin juga menyukai