Anda di halaman 1dari 22

Implementasi dan Analisis Teknik Steganografi Menggunakan

CSS dalam Markup Language dengan Teknik Kriptografi RSA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh:
Raja Fillandry Chandra Sukmana

4311201089

PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI BATAM
BATAM
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Implementasi dan Analisis Teknik Steganografi Menggunakan


CSS dalam Markup Language dengan Teknik Kriptografi RSA

Oleh:
Raja Fillandry Chandra Sukmana

4311201089

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK INFORMATIKA


POLITEKNIK NEGERI BATAM

Batam
Disetujui oleh:
Pembimbing,

Nur Cahyono K S. Si, M.Sc


NIP. 197902112014041001

A. PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi terjadi sangat cepat dalam beberapa dekade ini, terutama pada
teknologi informasi dan telekomunikasi. Kemajuan tersebut terutama dalam
konsep pertukaran data antar pengguna media digital. Kecepatan akan kebutuhan
pertukaran data membuat manusia menciptakan sesuatu yang disebut internet.
Internet memungkinkan seseorang bertukar informasi dan data dengan orang lain
yang jauh secara digital. Hal tersebut terus berkembang hingga sekarang, membuat
dunia ini memasuki era baru yang disebut Internet of Thing. Hampir semua yang
berkaitan dengan hidup manusia terhubung ke Internet, mulai dari sejarah umat
manusia, data pribadi mengenai riwayat hidup dan keuangan seseorang hingga
kerahasiaan mengenai militer suatu negara. Menimbang semua hal tersebut,
manusia juga menyadari tentang keamanan dalam memabatasi privasi suatu data.
Manusia menciptakan sebuah sistem keamanan untuk memproteksi hal-hal yang
mungkin bersifat rahasia. Sistem kemanan tersebut adalah Kriptografi. Kriptografi
telah dikembangkan jauh sebelum peradaban modern, dimulai tahun 3000 SM
peradaban Mesir kuno menggunakan hieroglyphics untuk menyampaikan pesan
kepada bangsawan yang berhak menerima pesan. Yunani pada tahun 400 SM
menggunakan alat berbentuk pita yang disebut scytale untuk melindungi pesan
rahasia militer sedangkan Jepang dan Cina menemukan kriptografi pada abad 15
Masehi.
Kriptografi diartikan sebagai ilmu tentang teknik sistematis dan matematis yang
digunakan untuk menyelesaikan persoalan keamanan berupa privasi dan
otentifikasi (Diffie, 1976). Kriptografi merupakan salah satu teknik untuk
menjamin kerahasiaan informasi yang dikomunikasikan. Informasi ini terlindung
karena pesan asli akan diubah menjadi pesan cipher (pesan sandi) dengan
menggunakan kunci tertentu sehingga pesan ini tidak dapat diketahui pihak yang
tidak berkepentingan. Seiring dengan perkembangannya kriptografi ternyata dapat
dimanfaatkan untuk mendukung aspek kemanan informasi lainnya. Aspek
keamanan

informasi

yang

dapat

didukung

oleh

kriptografi

adalah

kerahasiaan (confidentiality), keutuhan data (data integrity), otentikasi


1

penyedia/penerima informasi (authentication) serta nir penyangkalan (non


repudiation).
Selain Kriptografi, teknik lain yang digunakan untuk melindungi privasi data
adalah Steganografi. Steganografi sering sulit dibedakandengan kriptografi
karena kemiripan fungsi kedua bidang tersebut dalam hal melindungi informasi
yang penting. Perbedaan antara kedua bidang adalah dalam hal cara melindungi
informasi. Steganografi menyamarkan informasi pada media lain sehingga orang
tidak merasakan keberadaan informasi tersebut (Aboalsamh et al, 2008).
Sementara itu kriptografi melindungi data dengan cara mengubah informasi ke
bentuk yang tidak bisa dibaca atau dimengerti oleh orang yang tidak berhak
(Zaidan et al, 2009).
Steganografi sering digunakan bersamaan dengan kriptografi sehingga
menawarkan privasi dan keamanan yang lebih tinggi melalui saluran komunikasi
(Por et al,2008). Ada dua jenis algoritma kriptografi berdasarkan kunci yang
dipakai untuk enkripsi dan dekripsi (Menezes et al, 1996), yaitu algoritma kunci
rahasia (algoritma simetris) dan algoritma kunci publik (algoritma asimetris).
Penggunaan algoritma kunci publik lebih banyak disarankan karena dapat
mengatasi distribusi kunci yang menjadi masalah pada algoritma kunci rahasia.
RSA adalah salah satu yang populer dari beberapa kriptografi kunci publik.
Keamanan algoritma ini terletak pada sulitnya faktorisasi bilangan bulat
komposit yang besar (Thome, 2009).
James Sanborn berkata I choose to deal with the science of cryptography.
Cryptography began in mathematics. Code were developed, even from Caesars
time, based on number theory and mathematical principles. I decided to use
those principles and designed a work that is encoded. Hal tersebut menjadi
alasan yang sama dengan penulis untuk melakukan penelitian ini dan dengan
latar belakang di atas penulis akan melakukan Implementasi dan Analisis
Teknik Steganografi Menggunakan CSS dalam Markup Language dengan
Teknik Kriptografi RSA. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengembangkan
suatu skema penyisipan informasi yang dapat diterapkan pada berkas Cascading
Style Sheet sebuah website sebagai salah satu bentuk implementasi steganografi
2

teks dan juga mengenkripsinya menggunakan teknik RSA.

2.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dibuat suatu rumusan masalah,
yaitu:
1. Bagaimana cara menyisipkan sebuah informasi atau pesan rahasia melalui
Cascading Style Sheet sebuah website sebagai salah satu bentuk
implementasi steganografi teks.
2. Bagaimana sistem kriptografi public key dapat diimplementasikan pada
skenario steganografi teks yang disisipkan pada Cascading Style Sheet
sebuah website.
3. Bagaimana cara menganalisa kelebihan dan kekurangan dari skema
penerapan konsep steganografi teks ini.

1.

BATASAN MASALAH

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari rumusan masalah
yang ada, maka diperlukan suatu batasan masalah yaitu:
1. Implementasi dari metode yang dikembangkan ini menggunakan bahasa
pemrograman PHP yang berbasis web.
2. Sistem kriptografi public key yang digunakan adalah algoritma kriptografi
RSA.
3. Sampel yang disisipkan berupa teks dan memiliki ukuran file yang sesuai
dengan media penutup (cover).
4. Prototipe software sebagai bentuk implementasi dari skema yang
diusulkan hanya dijalankan pada lingkungan hosting.

2.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penulisan dan pembuatan tugas akhir ini adalah :


1. Mengembangkan suatu skema penyisipan informasi yang dapat diterapkan
pada berkas Cascading Style Sheet sebuah situs sebagai salah satu bentuk
implementasi steganografi teks.
2. Menerapkan sistem kriptografi kunci publik pada skema steganografi teks
yang disisipkan pada Cascading Style Sheet sebuah situs.
3. Menganalisa kelebihan dan kelemahan dari pengembangan metode yang
diusulkan.

3.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah untuk pengembangan


steganografi pada file teks khususnya pada berkas CSS (Cascading Style Sheet)
dengan menggunakan metode penyisipan EOL (End of Line) yang dienkripsi
menggunakan algoritma kriptografi RSA (Rivest Shamir Adleman). Manfaat
lainnya adalah sebagai referensi dalam bidang kriptografi dan steganografi,
khususnya pada bidang steganografi teks yang masih jarang ditemukan.

B. LANDASAN TEORI
1.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang digunakan sebagai referensi dalam pembuatan tugas akhir ini
yaitu penelitian yang dibuat oleh Aasma Ghani Memon, Sumbul Khawaja dan
Asadullah Shahdengan judul Steganography : A New Horizon For Safe
Communication Through XML
Tabel 1. Perbandingan Penelitian
Judul

Steganography : A New

Implementasi dan Analisis

Horizon For Safe

Teknik Steganografi

Communication Through

Menggunakan CSS dalam

XML

Markup Language dengan


Teknik Kriptografi RSA

Target

Teks Terenkripsi

Teks Terenkripsi

Jenis

Rivest Shamir Adleman

Diantara Tag XML

Whitespace dengan Metode

Kriptografi
Ruang
Penyisipan

End of Line pada setiap


properti style CSS

Cover Media

Extended Markup

Cascading Style Sheets

Language

2.

DASAR TEORI

2.1 Steganografi
Steganography (covered writing) didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk
menyembunyikan pesan rahasia (hiding message) di dalam media lain sehingga
keberadaan pesan tidak terdeteksi. Media yang digunakan umumnya suatu media
yang berbeda atau tidak menutup kemungkinan merupakan media yang sama
dengan media pembawa informasi rahasia, dimana disinilah fungsi dari teknik
steganografi yaitu sebagai teknik penyamaran menggunakan media lain yang
berbeda atau sama sehingga informasi rahasia dalam media awal tidak terlihat
secara jelas.
Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu steganos yang artinya tulisan
tersembunyi (covered writing) (Jalab et al, 2009; Walia et al, 2010; Sultahan and
kanmani, 2011). Steganografi sangat kontras berbeda dengan kriptografi
walaupun sekilas tampak sama fungsinya. Jika kritografi merahasiakan makna
pesan sementara eksistensi pesan tetap ada, maka steganografi menutupi
keberadaan pesan tersebut. Steganografi membutuhkan dua properti yaitu media
penampung dan pesan rahasia. Media penampung yang umum digunakan yaitu
gambar, suara, video atau teks. Pesan yang disembunyikan dapat berupa sebuah
artikel, gambar, daftar barang, kode program, atau data penting lainnya.
Kelebihan steganografi jika dibandingkan dengan kriptografi adalah pesanpesannya tidak menarik perhatian orang lain. Pesan-pesan berkode dalam
kriptografi yang tidak disembunyikan, walaupun tidak dapat dipecahkan, akan
menimbulkan kecurigaan. Seringkali, steganografi dan kriptografi digunakan
secara bersamaan untuk menjamin keamanan pesan rahasianya (Por et al,2008).

2.2 Metode Steganografi


2.2.1

Masking dan Filtering

Teknik masking dan filtering ini biasanya dibatasi pada image 24 bit color atau
image grayscale. Metode ini mirip dengan watermark, dimana suatu image diberi

tanda (marking) untuk menyembunyikan pesan rahasia. Hal ini dapat dilakukan,
misalnya dengan memodifikasi luminance beberapa bagian dari image.
Walaupun metode ini akan mengubah tampilan dari image, dimungkinkan untuk
melakukannya dengan cara tertentu sehingga mata manusia tidak melihat
perbedaannya. Karena metode ini menggunakan aspek image yang memang
terlihat langsung, metode ini akan lebih robust terhadap kompresi (terutama
lossy compression), cropping, dan beberapa image processing lain, bila
dibandingkan dengan metode modifikasi LSB.
2.2.2

Least Significant Bit (LSB)

Metode LSB (Least Significant Bit) merupakan metode steganografi paling


sederhana dan paling mudah diimplementasikan. Untuk menjelaskan metode ini
perlu menggunakan citra digital sebagai covertext. Setiap pixel di dalam citra
berukuran 1 sampai 3 byte. Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit),
ada bit yang paling berarti (Most Significant Bit atau MSB) dan bit yang paling
kurang berarti (Least Significant Bit atau LSB). Misalnya pada byte 11010010, bit
1 yang pertama (digarisbawahi) adalah bit MSB dan bit 0 yan terakhir
(digarisbawahi) adalah bit LSB. Bit yang cocok untuk diganti dengan bit pesan
adalah bit LSB, sebab modifikasi hanya mengubah nilai byte tersebut satu lebih
tinggi atau lebih rendah dari nilai sebelumnya.
Misalkan byte tersebut di dalam gambar memberikan persepsi warna merah, maka
perubahan satu bit LSB hanya mengubah persepsi warna merah tidak terlalu
berarti. Mata manusia tidak dapat membedakan perubahan yang kecil ini. Sebagai
ilustrasi, misalkan segmen pixel pixel citra sebelum penambahan bit bit
watermark adalah
00110011

10100010

11100010

01101111

dan misalkan pesan rahasia (yang telah dikonversi ke sistem biner) adalah 0111.
Setiap bit dari watermark menggantikan posisi LSB dari segmen pixel pixel citra
menjadi:

00110010

10100011

11100011

01101111

Untuk membuat hiddentext tidak dapat dilacak, bit bit pesan mengganti byte
byte yang berururtan, namun dipilih susunan byte secara acak , misalkan byte
nomor 36, 5, 21, 10, 18, 49. Pembangkitan bilangan acak seperti LCG dapat
digunakan sebagai pseudo-random-number-generator (PRNG). Dalam hal ini,
nilai umpan untuk LCG berlaku sebagai steganokey.
Pada citra 8-bit yang berukuran 256 256 pixel terdapat 65536 pixel, setiap pixel
berukuran 1 byte sehingga hanya dapat menyisipkan 1 bit pada setiap pixel. Pada
citra 24-bit yang berukuran 256 256 pixel, satu pixel berukuran 3 byte (atau 1
byte untuk setiap komponen R, G, dan B), sehingga kita bisa menyisipkan pesan
sebanyak 65536 3 bit = 196608 bit atau 196608/8 = 24576.
Pesan yang disembunyikan di dalam citra dapat diungkap kembali dengan
mengekstraksinya. Posisi byte yang menyimpan bit pesan dapat diketahui dan
bilangan acak yang dibangkitkan oleh PRNG. Jika kunci yang digunakan pada
waktu ekstraksi sama dengan kunci pada waktu penyisipan, maka bilangan acak
yang dibangkitkan juga sama. Dengan demikian, bit-bit data rahasia yang
bertaburan di dalam citra dapat dikumpulkan kembali.
Sayangnya metode LSB tidak aman sebab jika citra penumpang dimanipulasi
(misalnya resize, kompresi, mengubah kontras gambar, dan sebagainya), maka
bit-bit dari LSB dari stegotext menjadi rusak sehingga pesan tidak dapat diungkap
kembali. Selain itu, karena lokasi penyisipan selalu pada bit LSB, maka pada
pihak lawan yang curiga dapat menghapus pesan dengan mengganti semua bit
LSB pada stegotext.
2.2.3

End Of File (EOF)

Metode ini merupakan metode pengembangan LSB. Dalam metode ini pesan
disisipkan diakhir berkas. Pesan yang disisipkan dengan metode ini jumlahnya
tidak terbatas. Akan tetapi efek sampingnya adalah ukuran berkas menjadi lebih
besar dari ukuran semula. Ukuran berkas yang terlalu besar dari yang seharusnya,
tentu akan menimbulkan kecurigaan bagi yang mengetahuinya. Misalnya pada
8

sebuah citra skala keabuan 66 pixel disisipkan pesan yang berbunyi #aku.
Kode ASCII dari pesan tersebut adalah:
35

97

107

117

Misalkan matriks tingkat derajat keabuan citra sebagai berikut:


196

10

97

182

101

40

67

200

100

50

90

50

25

150

45

200

75

28

176

56

77

100

25

200

101

34

250

40

100

60

44

66

99

125

190

200

Kode biner disisipkan di akhir citra, sehingga citra menjadi:


196

10

97

182

101

40

67

200

100

50

90

50

25

150

45

200

75

28

176

56

77

100

25

200

101

34

250

40

100

60

44

66

99

125

190

200

35

97

107

117

2.3 Kriptografi
Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa yunani: cryptos yang artinya
rahasia dan graphein yang artinya tulisan (Prayudi, 2005). Jadi kriptografi
berarti secret writing (tulisan rahasia). Ada beberapa defenisi kriptografi yang
9

telah dikemukakan diberbagai literatur antara seperti yang dikatakan Scheneier


Bruce pada tahun 1996, Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga
keamanan pesan (Cryptography is the art and science of keeping message
secure). Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik- teknik matematika
yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan,
integritas data, serta otentikasi (Rinaldi Munir, 2008).
Awal mula kriptografi dipahami sebagai ilmu tentang menyembunyikan pesan
(Sadikin, 2012), tetapi seiring perkembangan zaman hingga saat ini pengertian
kriptografi berkembang menjadi ilmu tentang teknik matematis yang digunakan
untuk menyelesaikan persoalan keamanan berupa privasi dan otentikasi (Diffie,
1976).
2.3.1

Konsep Kriptografi

Konsep kriptografi sendiri telah lama digunakan oleh manusia misalnya pada
peradaban Mesir dan Romawi walau masih sangat sederhana. Prinsip-prinsip
yang mendasari kriptografi yakni:
a.

Confidentiality (kerahasiaan) layanan yang ditujukan untuk menjaga


agar isi pesan yang di kirimkan tidak dapat dibaca oleh pihak lain.

b.

Data integrity (keutuhan data) yaitu layanan yang mampu menjamin


pesan masih asli/utuh atau belum pernah dimanipulasi selama masa
waktu pengiriman. Untuk menjaga integritas data, sistem harus
memiliki kemampuan untuk mendeteksi adanya manipulasi pesan
tersebut oleh pihak- pihak yang tidak berhak antara lain penghapusan,
pengubahan atau penambahan data yang tidak sah oleh pihak lain.

c.

Authentication (otentikasi) yaitu layanan yang berhubungan dengan


identifikasi. Baik mengidentifikasi kebenaran pihak-pihak yang
berkomunikasi maupun mengidentifikasi kebenaran sumber pesan.

d.

Non-repudiation (anti-penyangkalan) yaitu layanan yang dapat


mencegah suatu pihak untuk menyangkal aksi yang dilakukan

10

sebelumnya,

yaitu

pengirim

pesan

menyangkal

melakukan

pengiriman atau penerimaan pesan menyangkal telah menerima


pesan.
2.3.2

Metode Kriptografi Modern

Metode Algoritma modern pada dasarnya dibagi menjadi dua tipe. Keduanya
memiliki tingkat kesulitan yang kompleks (Prayudi, 2005), dan kekuatan
kriptografinya ada pada key atau kuncinya (Wirdasari, 2008). Algoritma modern
menggunakan pengolahan simbol dan bilangan biner karena berjalan mengikuti
perkembangan kebutuhan dunia digital. Sehingga membutuhkan dasar berupa
pengetahuan terhadap matematika untuk menguasainya (Sadikin, 2012). Kedua
algoritma modern yang dimaksud, yaitu:
a. Algoritma Simetris
Algoritma ini disebut simetris karena memiliki key atau kunci yang sama
dalam proses enkripsi dan dekripsi sehingga algoritma ini juga sering
disebut algoritma kunci tunggal atau algoritma satu kunci. Key dalam
algoritma ini bersifat rahasia atau private key sehingga algoritma ini juga
disebut dengan algoritma kunci rahasia (Prayudi, 2005). Beberapa tipe
algortima simetris yaitu:

b.

Data Encryption Standard (DES)

RC2, RC4, RC5, RC6

International Data Encrytion Algorithm (IDEA)

Advanced Encryption Standard (AES)

One Time Pad (OTP)

Algoritma Asimetris

Algoritma ini disebut asimetris karena kunci yang digunakan untuk


enkripsi berbeda dengan kunci yang digunakan untuk dekripsi. Kunci yang
digunakan untuk enkripsi adalah kunci publik atau public key sehingga
algoritma ini juga disebut dengan algoritma kunci publik. Sedangkan kunci

11

untuk dekripsi menggunakan kunci rahasia atau private key (Prayudi,


2005).
2.3.3

Algoritma RSA

RSA adalah singkatan dari huruf depan 3 orang yang menemukan algoritmanya,
pada tahun 1977 di MIT yaitu Ron Rivest, Adi Shamir dan Leonard Adleman.
Dari berbagai algoritma kunci asimetri yang paling populer adalah algoritma
kriptografi RSA (Hamdi, 2010). Keamanan dari algoritma RSA ini terletak pada
sulitnya memfaktorkan bilangan bulat komposit yang besar (Thome, 2009).
Selama pemfaktoran bilangan komposit yang besar menjadi faktor-faktor prima
belum ditemukan algoritma yang efektif, maka selama itu pula keamanan
algoritma kriptografi RSA ini tetap terjamin keamanannya.
Penemu pertama algoritma kriptografi kunci asimetri adalah Clifford Cocks,
James H. Ellis dan Malcolm Williamson (sekelompok ahli matematika yang
bekerja untuk United Kindoms Government Communication Head Quarters,
agen rahasia Inggris) pada awal tahun 1970 (Al-Vahed, 2011). Pada waktu itu
temuan itu dipublikasikan dan fakta mengenai temuan tersebut tetap menjadi
rahasia hingga tahun 1997.
Algoritma kriptografi kunci asimetri untuk pertama kalinya dipublikasikan pada
tahun 1976 oleh Whitfield Diffie dan Martin Hellman. Dua orang tersebut
merupakan ilmuwan dari Stanford University, yang membahas metode
pendistribusian kunci rahasia melalui saluran komunikasi umum (publik), yang
kemudian metode tersebut dikenal dengan metode pertukaran kunci DiffieHellman (Diffie-Hellman Key Exchange) (Al-Vahed, 2011).
Ide awal Clifford Cocks ditemukan kembali oleh sekelompok ilmuwan dari
Massachussets Institute of Technology pada tahun 1977. Sekelompok orang ini
adalah Ron Rivest, Adi Shamir, dan Leonard Adleman. Mereka kemudian
mempublikasikan temuan mereka pada tahun 1978 dan algoritma kriptografi
kunci asimetri yang mereka temukan dikenal dengan nama algoritma kriptografi
RSA. RSA itu sendiri merupakan akronim dari nama keluarga mereka, Rivest,

12

Shamir, dan Adleman. Prosedur dalam algoritma RSA antara lain (Jaseena and
John, 2011) :
a.

Pembangkitan Kunci

Proses pembangkitan kunci dilakukan oleh pihak penerima data atau pesan,
berikut proses yang berlaku pada pembangkitan kunci algoritma RSA.
1. Pilih dua buah bilangan prima acak yang sangat besar, p dan q. Untuk
mendapatkan keamanan yang maksimal, bisa dipilih dua bilangan p dan q
yang hampir sama besarnya.
2. Hitung n=p*q, dimana nilai n sebagai modulus.
3. Pilih e secara acak, yaitu bilangan bulat random dengan 1<e < (n), gcd
(e, (n)) = 1. (n) merupakan bilangan bulat positif kurang

dari n dan

relatif prima terhadap n dengan (n) = (p-1)(q-1). Sehingga diperoleh


pasangan kunci publik (e, n).
4. Hitung nilai d, dengan ed mod (n) = 1 , pasangan kunci privat nya adalah
(d, n).
Perhatikan bahwa d dan n juga relatif prima. Bilangan e dan n merupakan
kunci publik, sedangkan d kunci privat. Dua bilangan prima p dan q tidak
diperlukan lagi, namun p dan q kadang diperlukan untuk mempercepat
perhitungan dekripsi.
b. Prosedur Enkripsi
Prosedur enkripsi pada Algoritma RSA adalah dengan mengubah plainteks
menjadi cipherteks dengan mengikuti aturan berikut :
1. Bagi pesan menjadi beberapa kelompok mi, dengan i=1,2,,| mi |=|n|-1
2. Enkrip setiap kelompok dengan

ci

= mie

mod n (ingat bahwa

proses enkripsi dilakukan dengan menggunakan kunci publik).


3. Gabungkan setiap ci sehingga diperoleh cipherteks c.

13

c. Prosedur Dekripsi
Prosedur dekripsi merupakan kebalikan dari enkripsi, proses ini mengubah
cipherteks menjadi plainteks, atau pesan asli. Prosedur dari proses dekripsi
algoritma RSA adalah sebagai berikut :
1. Bagi cipherteks c ke dalam ci, dengan i=1,2,, | ci |= |n|-1.
2. Dekrip setiap ci dengan mi = ci mod n (proses dekripsi menggunakan
kunci privat).
3. Gabungkan setiap mi sehingga diperolah plainteks m.

2.4 Cascading Style Sheet (CSS)


Cascading Style Sheet (CSS) merupakan salah satu bahasa pemrograman web
untuk mengendalikan beberapa komponen dalam sebuah web sehingga akan lebih
terstruktur dan seragam atau dengan kata lain CSS merupakan bahasa style sheet
yang digunakan untuk mengatur tampilan dokumen. Pada umumnya CSS dipakai
untuk memformat tampilan halaman web yang dibuat dengan bahasa HTML dan
XHTML (Keller and Nussbaumer, 2010).
Sintaks CSS terdiri dari tiga bagian, selector, property dan value (Stamey et al,
2005; Quint and Vatton, 2007). Contoh penulisan sintaks CSS adalah sebagai
berikut:

body {
color: #0789de;
}
Bagian pertama sebelum tanda '{}' disebut selector, sedangkan yang diapit oleh
'{}' disebut declaration yang terdiri dari dua unsur, yaitu property dan value.
Selector dalam pernyataan di atas adalah h1, sedangkan color adalah property, dan
#0789de adalah value. Satu selector dapat terdiri dari lebih dari satu property yang
dipisahkan oleh semicolon (;).

14

CSS dapat mengendalikan ukuran gambar, warna bagian tubuh pada teks, warna
tabel, ukuran border, warna border, warna hyperlink, warna mouse over, spasi
antar paragraf, spasi antar teks, margin kiri, kanan, atas, bawah, dan parameter
lainnya. Dengan adanya CSS memungkinkan kita untuk menampilkan halaman
yang sama dengan format yang berbeda.

2.5 Hypertext Prepocessor


Hypertext Preprocessor merupakan bahasa pemrograman server-side yang
didesain khusus untuk aplikasi berbasis web (Supaartagorn, 2011). PHP
seringkali ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML. Penggunaan PHP
biasanya difokuskan pada pengembangan aplikasi yang serverside scripting.
Namun sebenarnya terdapat beberapa area utama penggunaan PHP, diantaranya
Serverside

Scripting,

Commandlinescripting,

Desktop

application

(Menggunakan PHPGTK). Penggunaan pada serverside scripting merupakan


yang paling sering digunakan, terutama bila membutuhkan website atau aplikasi
berbasis web yang dinamis. Dalam penulisan script nya, PHP dapat
menggunakan procedural programming atau object oriented programmming,
dapat juga menggunakan gabungan keduanya. Beberapa kelebihan PHP dari
bahasa pemrograman web lainnya, antara lain (Sunyoto, 2007) :
1. Mudah dibuat dan dijalankan
2. Mampu berjalan pada Web Server dengan sistem operasi yang berbedabeda : PHP mampu berjalan pada sistem operasi UNIX, keluarga
Windows dan Macintosh.
3. PHP bisa didapatkan secara gratis.
4. Dapat berjalan pada Web Server yang berbeda : PHP mampu berjalan

15

pada Web Server yang berbeda-beda, seperti Microsoft personal Web


Server, Apache, IIS, Xitami, dll.
5. Dapat di-embedded atau dengan kata lain, PHP dapat diletakkan dalam tag
HTML.
Script PHP diawali dan diakhiri dengan tag khusus. Contoh script yang ditulis
menggunakan bahasa PHP adalah sebagai berikut :
<?php
echo "Hello World";
?>
variabel pada PHP bersifat case sensitive namun tidak pada fungsi- fungsinya.
Keamanan yang diberikan pada PHP dapat berupa penyaringan data yang masuk dalam
sistem, atau pemilahan hak akses yang diberikan melalui tag- tag PHP.

16

a.

JADWAL PELAKSAAN
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Tugas Akhir
Tahun 2015-2016
Bulan

No

Kegiatan
Januari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Pembuatan dan Pengajuan


Proposal Judul Tugas Akhir
Pembuatan Laporan Untuk
Seminar TA 1

Seminar TA 1

Pembuatan Proyek

Februari

Pembuatan Laporan Seminar


TA 2

Seminar TA 2

Pembuatan Paper

17

b.

RINCIAN BIAYA

Rincian biaya yang diperlukan dalam pembuatan Tugas Akhir ini yaitu:
Tabel 3. Rincian Biaya Penelitian.

NO

PERIHAL

KUANTITAS

HARGA

JUMLAH

Kertas A4 80 gsm

2 Rim

Rp. 50.000

Rp. 100.000

Jilid Hard Cover

2 buah

Rp. 80.000

Rp. 160.000

Cover DVD

2 buah

Rp. 10.000

Rp. 20.000

DVD RW

2 buah

Rp. 10.000

Rp. 20.000

Label DVD

2 buah

Rp. 10.000

Rp. 20.000

Biaya tak terduga

Rp. 200.000

Rp. 200.000

Total Biaya

c.

Rp. 520.000

TARGET LUARAN

Target luaran dari pembuatan Laporan Tugas Akhir ini adalah membuat Jurnal
atau Paper untuk dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah.

18

DAFTAR PUSTAKA

[1].

Munir, Rinaldy. 2006. Kriptografi. Bandung: Penerbit Informatika

[2].

Kurniawan, Yusuf. 2004. Kriptografi, Keamanan Internet dan Jaringan


Komunikasi. Bandung: Penerbit Informatika.

[3].

Kedaulatan Rakyat Online, 2015. http://krjogja.com/read/270648/e-ktpdicatut-untuk-menipu.kr. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2015

[4].

ITB Blog, 2014, http://blogs.itb.ac.id/el52162s1t2013d201423213066


harrychandra/2014/02/09/analisis-risk-response-pada-kasus-foto-copy-ektp/. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2015

[5].

Masaleno, Andino. 2006. Pembuatan Aplikasi Steganografi Menggunakan


Borland Delphi.pdf. IlmuKomputer.com

[6].

Munir,

Rinaldi.

2004.

Steganografi

dan

Watermarking,

IF5054

Kriptografi. IF ITB.
[7].

Munir, Rinaldy. 2004. Steganografi. IF4020. STEI ITB

[8].

Sembiring, Sandro. 2013. Perancangan Aplikasi Steganografi Untuk


Menyisipkan Pesan Teks Pada Gambar dengan Metode End Of File.
STIMK Budi Darma Medan.

[9].

Kurniawan, Yusuf. 2004. Kriptografi, Keamanan Internet dan Jaringan


Komunikasi. Bandung: Penerbit Informatika.

[10].

Munir, Rinaldy. 2006. Kriptografi. Bandung: Penerbit Informatika

[11].

Apvrille, Axelle. 2014. Hide Android Applications in Images. Fortiguard


Labs.France

[12].

Manoj B. 2012. Image Encryption and Decryption using AES.


IJEAT.Bangalore

[13].

Kajian

Pustaka.

2014.

http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-sejarah-dan-jeniskriptografi.html. Diakses pada 23 Agustus 2014


[14].

Diffie, Whitfield, Martin E Hellman. 1976. New Directions in


Cryptography.IEEE Trans. Info. Theory IT-22.

19

[15].

Prayudi, Yudi, Idham Halik. 2005. Studi Analisis Algoritma Rivest Code 6
(RC6) Dalam Enkripsi/Dekripsi Data. Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2005 (SNATI 2005), Yogyakarta.

[16].

Sadikin,

Rifki. 2012. Kriptografi

untuk Keamanan

Jaringan

dan Implementasinya dalam Bahasa Java. Penerbit Andi, Yogyakarta.


[17].

Wirdasari, Dian. 2008. Prinsip Kerja Kriptografi dalam Mengamankan


Informasi, Jurnal SAINTIKOM Vol.5 No.2

20

Anda mungkin juga menyukai