Referat Soft Tissue Tumor
Referat Soft Tissue Tumor
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang (1)
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan
ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Tumor adalah benjolan
atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma
dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor
ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft
Tissue Sarcoma (STS).
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya
sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari
seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak
paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 4550 tahun.
Sarkoma jaringan lunak (SJL) tergolong keganasan yang relatif jarang ditemukan. Di
Amerika angka kejadian 7800 kasus baru per tahun dan hampir 50% meninggal akibat
penyakitnya. Di Indonesia belum ada data tentang SJL, baik yang berbasis Rumah Sakit
maupun yang berbasis populasi.
Sampai saat ini penyebab pasti SJL belum diketahui pasti tetapi diperkirakan terdapat
peran faktor radiasi, bahan kimia, riwayat trauma dan mutasi genetik pada stem cell
mesenchymal.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar
46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari
lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar
maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun
1
dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar
9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tumor jaringan lunak atau tumor soft tissue
melalui definisi, angka kejadian, etilogi, klasifikasi menurut tempat asalnya tumor, gambaran
klinik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, pencegahan dan pengobatan.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mendiagnosis dini adanya gejala dan gambaran klinis dari tumor jaringan
lunak
2. Agar dapat mencegah maupun memberi terapi yang cepat dan tepat
3. Agar dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut menuju ke arah tumor ganas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi (2)
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari jaringan
embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot,pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak, dan
selaput saraf.
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.
2.2 Anatomi dan Histologi (2)
Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
1. Ektoderm : berkembang biak menjadi epitel kulit dengan adneksanya,
neuroektoderm,
Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) Jaringan fibrosa tersusun dari matriks yang
mengandung serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis. Fibrosa
ditemukan pada tendon otot, ligamen, dan simfisis pubis. Fungsinya antara lain sebagai
penyokong dan pelindung, penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara
tulang dan tulang.
c. Otot (5)
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama.
Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot
menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam
organisme tersebut.
- Otot lurik
4
Memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang spontan dan membutuhkan
tenaga besar. Pergerakannya diatur sinyal dari sel syaraf motorik. Otot ini menempel
pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.
Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan
pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom. Otot polos dibangun
oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong dengan kedua ujung meruncing,serta
mempunyai satu inti.
Katup +.
7
Limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan. Pembuluh
limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya
atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang
sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus) dijumpai dalam vili usus
kecil.
Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran
limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain
tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk melindungi
tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
e. Saraf perifer (6)
Sistem saraf tepi, selanjutnya disebut SST, tersusun atas akson-akson yang
keluar menuju organ efektor dan diorganisasikan menjadi saraf. Akson SST pada
ummnya termielinasi, sehingga terlihat berwarnaputih.
Organisasi akson-akson saraf tepi menjadi berkas saraf melalui jaringan
pengika. Saraf-saraf tepi terdiri atas serabut-serabut saraf (akson) yang saling
berkumpul
bersama,
dan
disatukan
melalui
jaringan
penyambung,s e h i n g g a
m e n g h a s i l k a n k u m p u l a n s e r a b u t s a r a f , d i s e b u t d e n g a n fasikulus. Dalam
satu fasikel pada umumnya mengandung persarafanbaik sensorik maupun motorik.
Beberapa fasikulus membentuk bundel berkas serat saraf. Bundel berkas serat saraf
ini diikat oleh Epineurium, yakni suatu jaringan ikat yang padat, tidak beraturan, tersusun
mayoritasoleh kolagen dan sel-sel fibroblast.
2.3 Etiologi (8)
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
Jaringan Asal
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Fibrous
Fibrohistiocytic
Lipomatous
Smooth muscle
Skeletal muscle
Blood vessel
Lymph vessel
Perivascular
Synovial
Paraganglionic
Mesothelial
Extra skeletal
osseus
13.
14.
Mesenchymal
Neural
Bentuk Tumor
cartilaginous
Fibroma/Fibrosarcoma
Malignant fibrous histiocytoma
Lipoma/Liposarcoma
Leiomyoma/Leiomyosarcoma
Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
Angioma/Angiosarcoma
Lymphangiosarcoma
Hemangioma/Malignant hemangio pericytoma
Synovial sarcoma
Malignant paraganglioma
Malignant schwannoma
dan Chondroma/Extraskeletal chondrosarcoma
Extraskeletal osteosarcoma
Malignant mesenchymoma
Neuroblastoma
Extraskeletal Ewings sarcoma
10
15.
Miscellaneous
Tingkat selularitas
Diferensiasi
Pleomorfi
Nekrosis
Jumlah mitosis
Ukuran tumor
Invasi
11
STADIUM KLINIK
Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T Primary tumor
T0
T1
T1a
Superficial tumor
T1b
Deep tumor
T2
T2a
Superficial tumor
T2b
Deep tumor
N1
M Distant metastasis
M0
No distant metastasis
M1
Distant metastasis
G Histopathologic grade
Low grade
High grade
12
Low grade
T1a
N0
M0
Low grade
T1b
N0
M0
Low grade
T2a
N0
M0
Low grade
T2b
N0
M0
High grade
T1a
N0
M0
High grade
T1b
N0
M0
Stage IIB
High grade
T2a
N0
M0
Stage III
High grade
T2b
N0
M0
Stage IV
Any
Any T
N1
M0
AnyT
AnyN
M1
Stage IB
Stage IIA
Any
Jenis Lipoma
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fibrolipoma
Fibromyxolipoma
Intramuscular lipoma
Angiomyolipoma
Angiolipoma
Angiolipoma, infiltrate
13
7.
8.
Myelolipoma
Hybernoma
Lipoma dapat single dapat pula multiple. Bentuk lipoma bila msaih kecil bulat
atau oval, bila sudah besar berbenjol-benjol atau lobuler, karena adanya sekat-sekat
jaringan ikat yang masuk ke dalam tumor. Lipoma dapat mencapai ukuran yang sangat
besar 10 kg atau lebih dan dapat menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma
tergantung dari jaringan lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus
(pseudokisteus) dan dapat pula padat.
Lipoma umumnya terdapat subkutan, tetapi dapat di tempat lain, seperti di
mediasstinum, retroperitoneum, dsb.
Terapi : eksisi
14
Liposarcoma (10,11)
Adalah tumor ganas yang muncul dalam sel-sel lemak termasuk dalam jaringan
lunak , seperti bahwa di dalam paha atau di retroperitoneum. Biasanya merupakan tumor
besar yang cenderung memiliki satelit yang kecil meluas hingga melampaui batas dari
tumornya sendiri. Liposarcoma, sama seperti semua sarcoma jarang terjadi.
Gejala
Biasanya pasien tidak mengeluhkan adanya benjolan di tubuhnya. Hanya ketika
tumor sangat besar dengan gejala nyeri atau gangguan fungsional terjadi. Tumor
retroperitoneal dapat menampilkan diri dengan tanda-tanda penurunan berat badan, dan
sakit pada perut. Tumor ini juga dapat menyumbat ureter menyebabkan gagal ginjal.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan dengan histologist pemeriksaan jaringan, yaitu biopsy atau
biopsy eksisi. Lipoblast sering terlihat, ini adalah sel-sel dengan jelass berlimpah multi
vacuolated sitoplasma dan inti muram pewarnaan eksentrik yang menjorok oleh vakuola.
Beberapa subtipe liposarcoma antara lain :
Liposarcoma berdiferensiasi baik, identik dengan tumor lipomatous atipikal. Istilah ini
hampir secara eksklusif untuk lesi di retroperitoneum, sedangkan yang kedua digunakan
(sekitar 10%) dan jarang bermetastatis lima tahun tingkat kelangsungan hidup bervariasi
dari 100% menjadi 39% berdasarkan subtipe histologist.
2. Jaringan Fibrous
Fibroma (2)
Fibroma ialah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat. Seperti halnya dengan
lipoma, fibroma itu dapat bercampur dengan tumor jaringan lainnya, sehingga ada
bermacam-macam tipe fibroma.
Tabel. Macam-macam Fibroma
No. Jenis Fibroma
1.
Fibroma durum
2.
Myxofibroma
3.
Periostalfibroma
4.
Fascial fibroma
5.
Elastofibroma
6.
Fibrohistiocytoma
7.
Neurofibroma
8.
Fibroma mobile
9.
Aggressive fibromatosis
10. Abdominal fibromatosis
11. Desmoplastic fibroma
12. Atyp. Fibroxanthoma
13. Atyp. Fibrohistiocytoma
14. Neurofibromatosis
Konsistensi fibroma tergantung dari banyaknya jaringan ikat yang terdapat dalam
tumor. Makin banyak jaringan ikat, makin keras konsistensinya. Fibroma durum
konsistensinya keras dan fibroma mobile lunak.
Terapi:
-
Fibrosarcoma (12)
Fibrosarcoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat fibrosa dan
ditandai oleh adanya perkembangan fibroblast yang belum matang secara banyak atau
tidak dibedakan anaplastik sel spindle. Hal ini biasnya ditemukan pada pria usia 30-40
16
tahun. Tumor ganas ini berasala dari jaringan fibrosa tulang dan menyerang tulang
panjang atau flat sepeeti femur, tibia, dan mandibula. Hal ini juga melibatkan periosteum
dan oto atasnya.
Patologi
Tumor dapat menimbulkan berbagai tingkat diferensiasi : grade rendah
(berdiferensiasi baik), keganasan menengah dan keganasan tinggi (anaplastik).
Tergantung pada diferensiasi ini, sel-sel tumor bisa menyerupai fibroblast dewasa
(berbentuk geledong), mesekresi kolagen, dengan mitosis jarang. Sel-sel ini diatur dalam
fasikula pendek yang memisahkan diri dan bergabung, memberikan penampilan tulang
ikan yang dikenal sebagai pola heeringbone. Tumor dengan diferensiasi buruk terdiri
dalam sel lebih atipikal, pleomorfik, sel raksasa, berinti, mitosis atipikal banyak dan
produksi kolagen berkurang. Adanya pembuluh darah yang belum matang (pembuluh
sarkomatous dengan sedikit sel endotel) dapat bermetastasis melalui aliran darah.
Malignant Fibrous Histiocytoma (13,14)
Malignant Fibrous Histiocytoma (MFH) adalah bagian sarcoma jaringan lunak,
merupakan suatu massa yang tanpa rasa nyeri, paling sering terdapat pada ekstremitas,
walaupun dapat tumbuh dimana saja dalam tubuh. Awalnya dari sel histiosit dan muncul
dalam jaringan lunak pada bagian tubuh mana saja. Sering ditemui pada dewasa, sangat
jarang pada anak-anak. Prevalensinya 20-30 % dari seluruh keganasan jaringan lunak.
Klasifikasi MFH :
a.
b.
c.
d.
Stroriform Pleimorphie
Myxoid
Malignant giant cell tumor of the soft parts
Inflammatory malignant fibrous histiocyroma
Etiologi
Penyebab pastinya tidak jelas etiologinya.
Faktor predisposisi :
-
17
Gambaran Histopatologi
-
Gambaran Klinis
-
MFH biasanya menyerang jaringan yang elastic dan mudah bergerak, awalnya tumor
tidak terlihat yang kemudian menjadi besar dan menekan jaringan sekitarnya dengan
sulit bila berjalan, retriksi gerakan sendi pada sendi yang terdekat.
Efek sistemik yang terjadi : penurunan berat badan, demam dan malaise.
Bila massa tumor tidak diketahui penyebabnya dilakukan biopsy incise atau eksisi.
Diagnosis
1. Anamnesis
o Letak pada persendian menyebabkan gangguan pergerakan.
o Nyeri dan gangguan aliran darah pada bagian distal dari lesi.
o Riwayat paparan pekerjaan, radioterapi lama, bekas luka lama.
2. Pemeriksaan penunjang
o X-ray : penurunan radiosensitivitas dan kalsifikasi
o USG
o CT scan
o MRI
Terapi
-
Biopsy, wide eksisi, skin atau bone graft, rekontruksi tulang, dan amputasi
Radioterapi dan kemoterapi
3. Jaringan Otot
Leiomyioma
Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos,
pertama kali dijelaskan oleh Virchow pada 1854. Bentuk herediter, yang menyebabkan,
beberapa leiomioma, pada awalnya dicatat oleh Kloepfer dkk pada tahun 1958. Mereka
18
dapat mengembangkan otot polos di mana pun hadir. Transformasi maligna mungkin
tidak terjadi. (15)
Leiomioma dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis berikut:
Beberapa piloleiomyomas
Solitary piloleiomyoma
Angioleiomyoma (soliter)
(16)
Beberapa piloleiomyomas umumnya terjadi pada mereka yang berusia 10-30 tahun.
Ketika soliter, piloleiomyomas biasanya muncul kemudian. Sebagai contoh, dalam
serangkaian 28 leiomioma kulit soliter, usia pasien rata-rata pada presentasi adalah 53
tahun.
Angioleiomyomas paling sering terjadi pada tahun-tahun usia 20-60, meskipun beberapa
peneliti melaporkan jendela sempit insiden meningkat pada tahun-tahun 20-40 tua.
19
Leiomioma
ditandai
sebagai
leiomioma
genital
jarang
terjadi
cukup
bahwa
Piloleiomyoma merupakan tumor tunggal dengan permukaan halus ,papula, atau nodul,
biasanya lebih kecil dengan diameter 2 cm dan berwarna coklat kemerahan. Tempat
predileksi pada tubuh, wajah atau ekstremitas. Pola distribusi bilateral simetris,
dikelompokkan dermatomal dan pola linier.
Angioleiomyoma biasanya didefinisikan sebagai nodul pada kulit yang cukup dalam
dengan diameter
20
memiliki limfoma usus kecil. Pasien dengan penyakit usus kecil primer yang paling
sering disajikan dengan nyeri periumbilikalis.
Menurut usia leiomyosarcoma terjadi pada orang setengah baya dengan kisaran
usia antara decade kelima hingga ketujuh.
Gambaran klinik
Tidak dapat terlihat dengan jelas kecuali terdapat perdarahan akut dan massa
jarang teraba.
Pemeriksaan Histologi
Dapat dilakukan pemeriksaan dengan biopsi pada dinding lumen yang dipadukan
dengan uSG endoskopi.
Tumor ini spindle sel dalam karakter, dengan selularitas tinggi. Hitungan angka
mitosis adalah yang sangat penting. Sebuah hitungan lebih dari 5 angka mitosis per 10
bertenaga tinggi bidang menempatkan tumor ke dalam kategori high grade. Nekrosis
sering terjadi pada tumor dengan stadium tinggi.
22
Penatalaksanaan
Kemoterapi dan radiasi telah menunjukkan manfaat hanya terbatas dalam
pengobatan leiomyosarcomas. Tingkat Respon untuk resimen kemoterapi berbagai
umumnya sudah di bawah 40%.
Rhabdomyoma (19)
Rhabdomyoma adalah tumor otot lurik. Ada 2 jenis rhabdomyoma adalah
neoplastik dan hamartoma. Hamartoma dibagi menjadi rhabdomyoma jantung dan
mesenchymal rhabdomyomatous kulit. Paling banyak terdapat terdapat pada daerah
kepala dan leher. Penyebab dari rhabdomyoma kemungkinan terbesar merupakan varian
genetic dari perkembangan otot lurik.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat rhabdomyoma adalah tumor yang sangat jarang terjadi
disbanding dengan tumor jaringan lunak yang lain. Secara khusus dalam kategori tumor
primer jinak jantung, rhabdomyoma memiliki insiden yang relatif sekitar 5,8%. Biasa
terjadi pada sebagian besar pada pria.
Gambaran Klinis
-
massa polypoid di wilayah leher, dan bisa terdapat pada daerah kepala serta leher.
Pasien dengan rhabdomyoma jantung terdapat murmur jantung.
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan radiografi seperti MRI dan CT scan jantung.
adanya sel-sel besar yang menyerupai otot lurik, sel-sel ini sangat eosinofilik poligonal
dengan inti di perifer.
Penatalaksanaan
Pasien dengan rhabdomyoma dewasa mungkin akan mengalami kesulita progresif
bernafas dan menelan. Dalam hal ini dapat diberikan oksigen melalui lubang hidung
dengan kesulitan bernafas. Dan dalam keadaan sulit menelan dapat diberikan cairan
infuse tambahan sampai pembedahan dilakukan. Pasien dengan rhabdomyoma jantung
harus di bawah kardiologi.
Rhabdomyosarcoma(20)
Rabdomiosarkoma (RMS) kata ini berasal dari bahasa Yunani, (rhabdo yang
artinya bentuk lurik, dan myo yang artinya otot). Rabdomiosarkoma merupakan suatu
tumor ganas yang aslinya berasal dari jaringan lunak ( soft tissue ) tubuh, termasuk disini
adalah jaringan otot, tendon dan connective tissue. Rabdomiosarkoma merupakan
keganasan yang sering didapatkan pada anak-anak. Respon pengobatan dan prognosis
dari penyakit ini sangat bergantung dari lokasi dan gambaran histologi dari tumor ini
sendiri.
24
Insidensi tertinggi pada umur rata-rata 6 tahun dan dapat ditemukan sejak masa
bayi baru lahir sampai dewasa muda. Biasanya tampak sebagai masa tumor, paling sering
di daerah kepala dan leher yang meliputi orbita, nasofaring, sinus, telinga tengah dan
kulit kepala, dan dapat dijumpai pula pada saluran urogenital. Lesi pada otak
frekuensinya rendah; selain penyebaran hematogen dapat juga perluasan langsung dari
kepala dan leher. Penyakit ini sangat ganas, sehingga pada saat diagnosis ditegakkan
biasanya telah terjadi metastasis luas.
Histopatologi Rhabdomyosarcoma
Tumor ini dapat muncul dimanapun. Pada 30 persen kasus paling sering muncul
di daerah kepala-leher; lalu dalam insidensinya, menyusul lengan dan tungkai, saluran
kemih dan organ-organ kelamin serta akhirnya tubuh (10%). Penyebaranya secara lifogen
dan hematogen.
1. Embrional : Jenis ini merupakan jenis yang tersering didapati pada anak-anak didapati
>60% kasus. Tumor bisa tumbuh dimana saja, tetapitempat yang paling sering terkena
adalah pada bagian genitourinaria atau pada bagian kepala dan leher.
2. Alveolar : Tumor jenis ini kurang lebih 31% dari semua kasus Rabdomiosarkoma.
Tumor ini banyak didapati pada orang dewasa dan tumbuh pada bagian ekstremitas,
perianal dan atau perirektal.
3. Botryoid embrional : Terdapat 6% dari seluuruh kasus dari Rabdomiosarkoma.Tipe ini
khas muncul di atas permukaan mukosa mulut, dengan bentuk tumor seperti polipoid dan
seperti buah anggur.
4. Sel Spindel Rabdomiosarkoma : Tumor ini terdapat kurang lebih 3% dari semua kasus
Rabdomiosarkoma, dan memiliki pola pertumbuhan yang fasikuler, spindle, dan
leimimatous. Jenis ini jarang muncul didaerah kepala dan leher, dan sering muncul
didaerah paratestikuler.
5. Anaplastik Rabdomiosarkoma : Dulunya jenis ini dikenal dengan nama Pleomorfik
Rabdomiosarkoma, tumor ini adalah tumor yang paling jarang terjadi, paling sering
diderita oleh pasien berusia 30-50 tahun.
Manifestasi Klinik
25
Terdapat berbagai macam manifestasi klinik pada RMS, perlu disadari bahwa
penderita RMS terutama anak-anak mungkin mendapat gejala-gejala yang berbeda satu
dengan yang lain tergantung dari lokasi tumor itu sendiri. Gejala sering kali tidak muncul
sebelum tumor mencapai ukuran yang besar, teristimewa jika tumor terletak pada
jaringan otot yang dalam pada perut. Ini adalah manifestasi klinik yang paling sering
terjadi pada RMS.
Massa dari RMS yang dapat dilihat dan dirasakan, bisa dirasakan nyeri maupun tidak.
Perdarahan pada hidung, vagina, rectum, atau mulut dapat terjadi jika tumor terletak
pada area ini.
Rasa geli, nyeri serta pergerakan dapat terjadi jika tumor menekan saraf pada area yang
terkena.
Penonjolan serta kelopak mata yang layu, dapat mengindikasikan suatu tumor
dibelakang area ini.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah : Dapat dijumpai anemia, hal ini dapat diakibatkan adanya
suatu proses inflamasi, atau pansitopenia dapat terlihat pada bone marrow.
Tes fungsi hati, termasuk pemeriksaan LDH, AST, ALT, alkalin fosfatase, dan level
bilirubin. Suatu proses metastase pada hati dapat membuat perubahan pada jumlah dari
protein-protein tersebut. Tes fungsi hati juga perlu dilakukan sebelum memulai
kemoterapi.
Tes fungsi ginjal, termasuk pemeriksaan pada BUN dan kreatinin : Fungsi ginjal juga
harus diperiksa sebelum dilakukan kemoterapi.
Urinalisis (UA) : Terdapatnya hematuria dapat mengindikasikan terlibatnya GU tract
dalam proses metastase tumor.
Elektrolit dan kimia darah : perlu dilakukan pengecekan terhadap sodium, potassium,
klorida, karbon dioksida, kalsium, fosfor, dan albumin.
26
b. Pemeriksaan Radiologi
MRI : MRI meningkatkan kejelasan jika terdapat invasi tumor pada organ-organ tubuh.
Terutama pada orbita, paraspinal, bagian parameningeal
CT-Scan : CT-Scan pada dada perlu dilakukan sebagai evaluasi apakah terdapat
metastase pada paru-paru. CT-Scan dada baik dilakukan sebelum dilakukan operasi untuk
menghindari kesalaham dimana atelektasis dapat disangka sebagai proses meastase. CT
juga dapat membantu dalam mengevaluasi tulang, apakah terdapat erosi tulang dan untuk
follow up terhadap respon dari terapi. CT pada hati dengan tumor primer pada bagian
abdomen atau pelvis sangat membantu untuk mengetahui jika adanya metastase.
Pada foto polos : foto pada dada sangat membantu untuk mengetahui adanya kalsifikasi
dan keterlibatan tulang dalam pada tumor primer dan untuk mengetahui apakah terdapat
metastase pada paru-paru.
Bone scanning : Untuk mencari jika terdapat metastase pada tulang.
USG : Untuk memperoleh gambaran sonogram dari hati pada pasien dengan tumor
primer pada abdomen dan pelvis.
Diagnosa
Diagnosa dari RMS selain dari gejala-gejala klinik yang Nampak jelas, diperlukan
pemeriksaan penunjang berupa :
Biopsi tumor.
Pemeriksaan darah dan urine.
Pemeriksaan Radiologis : CT-Scan, MRI, USG, Bone Scans.
Lumbal punksi.
Aspirasi sumsum tulang.
27
Terapi
Terapi pada penderita RMS melibatkan kombinasi dari operasi, kemoterapi, dan
terapi radiasi. Karena pengobatan yang akan dijalani kompleks dan lama, terlebih khusus
pada anak-anak banyak hal yang perlu diperhatikan, maka pasien yang akan menjalani
pengobatan, perlu dirujuk ke pusat-pusat kanker yang lengkap terlebih khusus buat anakanak. Rabdomiosarkoma yang terdapat pada lengan atau kaki dipertimbangkan untuk
diamputasi. Setelah terapi dilaksanakan seorang penderita tetap harus dipantau untuk
melihat apakah tumor tersebut telah hilang atau tetap ada, dalam hal ini digunaka
pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan, bone-scans, x-ray.
Terapi Operatif
Terapi operatif pada penderita RMS bervariasi, bergantung dari lokasi dari tumor
itu. Jika memungkinkan dilakukan operasi pengangkatan tumor tanpa menyebabkan
kegagalan fungsi dari tempat lokasi tumor. Walaupun terdapat metastase dari RMS,
pengangkatan tumor primer haruslah dilakukan, jika hal itu memungkinkan.
Terapi Medikamentosa
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh sel-sel tumor melalui obat-obatan.
Kemoterapi kanker adalah berdasarkan dari pemahaman terhadap bagaimana sel tumor
berreplikasi/bertumbuh, dan bagaimana obat-obatan ini mempengaruhinya. Setelah sel
membelah, sel memasuki periode pertumbuhan (G1), diikuti oleh sintesis DNA (fase S).
Fase berikutnya adalah fase premiosis (G2) dan akhirnya tiba pada fase miosis sel (fase
M). Obat-obat anti neoplasma bekerja dengan menghambat proses ini. Beberapa obat
spesifik pada tahap pembelahan sel ada juga beberapa yang tidak.
Prognosis
Prognosis dari penyakit RMS bergantung pada :
Staging dari penyakit
28
pertama. Dalam waktu beberapa minggu saja sudah menjadi sangat besar.
Pertumbuhannya ada yang sewaktu-waaktu dapat berhenti dan bahkan dapat
mengalami regresi spontan. Regresi umumnya bberjalan pelan-pelan 5-7 tahun. Ada
pula tumor besarnya praktis tetap.
b. Hemangioma capillare
Ada bermacam-macam Hemangioma capillare:
Hemangioma simpleks
Hemangioma plexiform
Hemangioma juvenilis atau infantile
Nevus flameus dsb.
Hemangioma ini berbentuk plaque atau nodus berwarna merah muda di kulit yang
umumnya tidak besar, kurang dari 3 cm, dan juga tidak membesar. Nevus flameus
berupa plaque berwarna merah di kulit yang dapat mencapai ukuran yang sangat
besar dan sering telah ada sejak lahir.
Jenis-jenis hemangioma ini yang paling sering ditemukan pada anak-anak, ada yang
sejak lahir tetapi ada pula yang timbul pada bayi. Hemangioma ini ada beberapa yang
dapat mengadakan regresi spontan.
c. Hemangioma cavernosum
Hemangioma cavernosum terutama terdiri dari pembuluh vena yang membentuk
cavernae yaitu ruangan-ruangan seperti spons. Hemangioma ini berwarna kebirubiruan, mengecil bila ditekan dan membesar lagi bila tekanan dileppasskan. Besar
tumor bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Hemangioma ini umumnya
tidak mengalami regresi.
d. Hemangioma intramuscular
Hemangioma ini terdapat di dalam otot yang letaknya dalam.
e. Hemangioma racemosum
Hemangioma racemosum disebut juga hemangioma arteriovenosa, karena terdapat
fistula kongenital antara arteri dan vena, sehingga hemangioma itu berdenyut.
Perlu diketahui bahwa hemangioma itu ada yang dapat dan ada pula yang tidak dapat
mengalami regresi spontan. Hemangioma arteriale dan capillare, yang umunya dapat
mengalami regresi, jarang pada hemangioma cavernosum. Hemangioma racenosum
yang tidak mengalami regresi. Hanya saja sukar menentukan sebelumnya, jenis
hemangioma yang akan mengalami regresi dan mana yang tidak.
-
Terapi:
Eksisi
30
Bila eksisi mudah dikerjakan, sebaiknya dilakukan eksisi. Semasih tumor itu
-
kecil, umumnya eksisi tidak sukar, memberikan hasil yang sangat baik.
Ekspektasi
Terapi ekspektatif untuk hemangioma yang sukar eksisinya, dengan harapan
Limfangioma (2)
Ada beberapa macam limfangioma:
a) Limfangioma capilaris
Disebut juga limfangioma simpleks. Ini berupa vesikel atau kutil kecil-kecil di kulit
atau mukosa dengan warna yang sama dengan kulit normal di sekitarnya, yang berisi
cairan limfe.
b) Limfangioma cavernosum
Limfangioma cavernosum berbentuk tumor di kulit, subkutan atau mukosa atau
berupa pembesaran organ yang bersangkutan yang konsistensinya lunak seperti
spons, dengan warna yang normal seperti jaringan di sekitarnya. Misalnya
limfangioma pada lidah berupa lidahnya besar (macroglosi), pada bibirnya besar
(macrocheili), dsb.
c) Limfangioma kistikum
Disebut juga Hygroma. Ini berupa kista yang berisi cairan limfe di subkutan atau di
tempat yang dalam. Seirng terdapat di leher (hygroma colli), di axilla (hygroma
axillare), dsb.
Terapi: eksisi.
31
Angiosarcoma (21,22)
Angiosarcoma adalah neoplasma ganas yang jarang terjadi dengan berkembang
cepat, luas infiltrassi sel anaplastik berasal dari pembuluh darah dan lapisan pembuluh
darah yang menjadi tidak teratur. Selain itu beberapa ahli mengatakan bahwa
angiosarcoma adalah neoplasma ganas endotel dari vascular, yang agresif dan cenderung
berulang secara lokal, dapat menyebar luas dan memiliki tingkat metastasis yang tinggi
bisa ke Kelenjar getah bening dan sistemik.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat sekitar 50% angiosarcoma terjadi di kepala dan leher.
Angisarcoma lebih sering terjadi pada pria disbanding dengan wanita rasio 2:1.
Gambaran Klinis
pemeriksaan fisik dapat dibagi sesuai tempat terjadinya angiosarcoma tersebut.
-
menekansaraf lumbal.
Angiosarcoma tulang : tumor ini dapat multifokal, yang mempengaruhi tulang yang sama
dengan beberapa luka, atau multicentric, yang melibatkan beberapa tulang sama
ekstremitas. Para pasien tidak hadir gejala khusus, meski rasa sakit adalah umum.
Angiosarcoma cutaneous : 4 varian adalah angiosarcoma dari kulit kepala dan wajah,
angiosarcoma dalam lymphedema (Stewart-Treves syndrome), radiasi angiosarcoma, dan
angiosarcoma epitheloid.
Etiologi
32
Etiologi dari sebagian besar kasus angiosarcoma tidak diketahui. Tumor dapat
berkembang sebagai komplikasi dari kondisi yang sudah ada. Faktor-faktor yang
mungkin terkait dengan perkembangan tumor, antara lain :
o
o
o
o
Radioterapi
Bahan asing (Dacron, bahan graft,dll)
Terkait dengan lingkungan karsinogen (pekerja industry)
Dapat meningkat pada pasien dengan AIDS
Penatalaksanaan
-
33
Neurofibroma dibagi menjadi tipe yaitu dermal dan plexiform. Neurofibroma kulit
berhubungan dengan saraf tepi tunggal, sementara plexiform Neurofibroma berhubungan
dengan berkas saraf ganda. Menurut sistem klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Neurofibroma dermal dan plexiform adalah kelas I tumor. Plexiform neurofibroma lebih sulit
untuk diobati dan bisa berubah menjadi tumor ganas. Neurofibroma Dermal tidak menjadi
ganas.
-
Neurofibroma Dermal
Neurofibroma dermal (kadang-kadang disebut sebagai Neurofibroma kulit) berasal dari
saraf di kulit . Tiga jenis yang dibedakan:
Diskrit kulit Neurofibroma: massa Sessile atau pedunkulata pada kulit, yang berdaging
dan tidak nyeri tekan, dan dapat bervariasi dalam ukuran.
Diskrit subkutan Neurofibroma: Lie di bawah ini dan terlihat seperti benjolan pada
kulit, yang terkadang bisa menjadi lunak.
Jauh nodular Neurofibroma: Melibatkan jaringan dan organ di bawah dermis , tetapi
sebaliknya menyerupai kulit dan subkutan neurofibroma.
Neurofibroma Plexiform
34
Neurofibroma plexiform dapat tumbuh dari saraf di kulit atau dari lebih berkas
saraf internal, dan bisa sangat besar. Internal plexiform Neurofibroma sangat sulit untuk
menyembuhkannya karena tumor tersebut dapat bertambah besar melalui lapisan jaringan
dan dapat merusak jaringan sehat atau organ sekitarnya.
Epidemiologi
Neurofibroma biasanya timbul pada usia remaja dan sering dikaitkan dengan
masa pubertas. Ukuran dan jumlag tumor dapat meningkat seiring dengan pertambahan
usia dari pasien yang mengidapnya.
Penatalaksanaan
a. Dengan radioterapi dan kemoterapi, namun lebih disarankan dengan menggunakan
kemoterapi karena akan ditakutkan tumor semakin menyebar dan berubah ganas bila
dilakukan pengobatan dengan redioterapi.
b. Dengan menggunakan obat-obatan
Pirfenidone
Pirfenidone menghambat fibroblast pertumbuhan. Studi tidak menunjukkan
perbaikan dari kontrol.
Tipifarnib
Tipifarnib (juga dikenal sebagai obat R115777) menghambat aktivasi RAS. Obat
ini adalah inhibitor farnesyltransferase yang menghambat kinase Ras dalam langkah
modifikasi pasca translasi sebelum jalur kinase menjadi hiperaktif. Ini berhasil melewati
fase pertama uji klinis tetapi diskors (NCT00029354) Pada fase dua setelah menunjukkan
tidak ada perbaikan atas kontrol.
Erlotinib (Tarceva) dengan Sirolimus
Kombinasi Erlotinib dengan Sirolimus sedang dipelajari untuk mengobati kelas
rendah glioma .
35
imatinib (Gleevec)
Penelitian awal telah menunjukkan potensi untuk menggunakan kinase c-kit
tirosin menghalangi sifat Imatinib untuk mengobati neurofibroma plexiform.
Pegylated Interferon (Peg-Intron)
Peginterferon alfa-2b sedang dipelajari untuk mengobati neurofibroma plexiform.
Sirolimus (Rapamycin)
Sirolimus adalah antibiotik dikembangkan sebagai antijamur agen. Menghambat
mTOR sinyal. Hal ini sedang dipelajari untuk mengobati neurofibroma plexiform.
Sorafenib (Nexavar)
Sorafenib sedang dipelajari untuk pengobatan neurofibroma plexiform dioperasi
dan kelas rendah astrocytomas .
Tranilast (Rizaben) ro
In vitro , tranilast , menghambat pertumbuhan sel-sel neurofibma.
Neurofibrosarcoma
Neurofibrosarcoma adalah tumor ganas selubung saraf perifer. Biasa juga disebut
Schwannoma ganas, Neurofibrosarcoma, dan Neurosarcoma.
Gejala Klinis
-
Pembengkakan pada ekstremitas (lengan atau kaki), juga disebut edema perifer,
ray , CT scan , dan scan tulang dapat membantu dalam menemukan tumor dan / atau
mungkin metastasis .
Penalaksanaan
Penatalaksanaan untuk neurofibrosarcoma adalah sama dengan kanker lainnya.
Operasi adalah pilihan, sedangkan pengangkatan tumor beserta jaringan di sekitarnya
mungkin menjadi vital untuk kelangsungan hidup pasien. Untuk diskrit, tumor lokal,
operasi ini sering diikuti dengan radiasi terapi area dipotong untuk mengurangi
kemungkinan kekambuhan. Untuk pasien yang menderita neurofibrosarcomas di
ekstremitas, jika tumor adalah vascularized (memiliki suplai darah sendiri) dan memiliki
banyak saraf melalui itu dan / atau di sekitarnya, amputasi ekstremitas mungkin
diperlukan. Beberapa ahli bedah berpendapat bahwa amputasi harus menjadi prosedur
pilihan bila mungkin, karena kesempatan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.
Jika tidak, ahli bedah dapat memilih untuk perawatan anggota tubuh hemat, dengan
menghapus kurang dari jaringan sekitarnya atau bagian dari tulang, yang diganti dengan
batang logam atau cangkok. Radiasi juga akan digunakan dalam hubungannya dengan
operasi, terutama jika tungkai itu tidak diamputasi. Radiasi jarang digunakan sebagai
pengobatan tunggal. Dalam beberapa kasus, ahli onkologi dapat memilih kemoterapi obat
ketika merawat pasien dengan neurofibrosarcoma, biasanya bersamaan dengan operasi.
Pasien yang memakai kemoterapi harus siap untuk efek samping yang datang dengan
pengobatan kemoterapi lain, seperti; rambut rontok, lesu, lemah, dll.
6. Jaringan Penyambung
Sinovial Sarcoma (25)
Synovial sarcoma adalah salah satu tumor jaringan lunak yang paling umum
terjadi pada remaja dan pasien muda, dengan sekitar 1 dari 3 kasus yang terjadi dalam 2
dekade pertama kehidupan. Rata-rata pasien yang didiagnosa adalah sekitar 30 tahun.
Analisis yang dialakukan lokasi tumor dapat terpadi di 3 daerah yaitu :
Lokasi trunkal melibatkan kepala, [15] leher, dada, perut, dan panggul.
Epidemiologi
Insiden synovial sarcoma diperkirakan sekitar 2,75 per 100000. Sebagian besar
kassus melibatkan ekstremitas bawah. Sekitar 800 kasus baru terjadi di Amerika Serikat
setiap tahun dan itu mewakili sekitar 5-10% dari semua sarcoma jaringan lunak. Sinovial
sarcoma adalah yang paling umum dari ketiga tumor jaringan lunak pada orang dewasa
remaja dan muda.
Etiologi
Sarkoma sel sinovial ditandai dengan translokasi t spesifik kromosom (X; 18)
(p11; Q11). Cacat ini tampaknya menjadi penyebab tumor. Ini translokasi kromosom
spesifik antara kromosom X dan kromosom 18 telah dicatat dalam lebih dari 90% kasus.
Ini gen fusi disebut, dalam hal genetik, SYT-SSX1, SYT-SSX2, atau SYT-SSX4. Istilahistilah ini sesuai dengan perpaduan gen SYT (kromosom 18) dengan gen BES (kromosom
X). Wanita lebih sering terkena daripada laki-laki pada kedua jenis SYT-SSX2 dan SYTSSX1. Asosiasi ini lebih kuat di SYT-SSX2. Untuk pengetahuan kita, asal usul translokasi
ini belum diidentifikasi.
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos dapat membantu dalam diagnosis, seperti biasanya sinovial sarcoma
memeberikan gambaran badai salju dalam matriks dari tumor jaringan lunak yang dapat
digambarkan pada radiografi polos.
Pemeriksaan Histologi
38
Tipe monophasic : sel disusun dalam fasikula dengan diferensiasi sitoplasma buruk.
Tipe biphasic : memiliki lapisan epitel komlumnar selain sel spindle dan berbentuk
sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di
visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri,
hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastro
intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular.
Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya. Keluhan yang
berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar. Keluhan yang
berhubungan dengan metastasis jauh.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda
metastasis pada paru , hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
Tumor primer :
Lokasi tumor
Ukuran tumor
Metastasis regional perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb regional.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang.
2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya,
3. Angiografi atas indikasi,
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi :
Sebaiknya dilakukan core biopsy atau tru cut biopsy dan lebih dianjurka
untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm dilakukan biopsi
eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.
ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik tumor soft tissue Sesuai tabel di atas.
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus dipastikan apakah
kasus tumor soft tissue tersebut kurabel atau tidak, resektabel atau tidak, dan harus
dipastikan modalitas apa yang dimiliki (operasi, radiasi, khemoterapi), serta
kemungkinan tindakan rehabilitasi.
2.6 Penatalaksanaan (9)
Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah eksisi
yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda pada sarkoma
jaringan lunak.
Prosedur terapi untuk sarkoma jaringan lunak yaitu dibedakan atas lokasinya, antara
lain :
a. Ekstremitas
b. Visceral/retroperitoneal
c. Bagian tubuh lain
d. SJL dengan metastasis jauh
a. Ekstremitas
Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah dengan tindakan
the limb-sparring operation dengan atau tanpa terapi adjuvant (radiasi/khemoterapi).
Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir. Tindakan yang dapat
dilakukan selain tindakan operasi adalah dengan khemoterapi intra arterial atau dengan
hyperthermia dan limb perfusion.
1. SJL Pada Ekstremitas yang Resektabel
41
Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada tindakan ajuvantsetelah
tindakan eksisi luas.
Bila SJL ukuran > 5 cm dan gradasi rendah, perlu ditambahkan radioterapi eksterna
sebagai terapi ajuvan.
Untuk SJL ukuran 5-10 cm dan gradasi tinggi perlu ditambahkan radioterapi
eksterna atau brakhiterapi sebagai terapi ajuvan.
Bila SJL ukuran > 10 cm dan gradasi tinggi, perlu dipertimbangkan pemberian
khemoterapi preoperatif dan pasca operatif disamping pemberian radioterapi
eksterna atau brakhiterapi.
histopatologi
yang
sering
ditemukan
adalah
liposarkoma
dan
leiomiosarkoma. Bila dari penilaian klinis / penunjang ditegakkan diagnosis SJL viseral /
retroperitoneal harus dilakukan pemeriksaan tes fungsi ginjal dan pemeriksaan untuk
menilai pasase usus. Sebelum operasi dilakukan persiapan kolon untuk kemungkinan
dilakukan reseksi kolon. Modalitas terapi yang utama untuk SJL viseral / retroperitoneal
adalah tindakan operasi.
Bila SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi ginjal diketahui ginjal
kontralateral dalam kondisi baik, maka tindakan eksisi luas harus disertai dengan tindakan
nefrektomi. Dan bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan reseksi kolon.
Seringkali tindakan eksisi luas yang dilakukan tidak dapat mencapai reseksi
radikal karena terbatas oleh organ-organ vital seperti aorta, vena cava, dan sebagainya,
sehingga tindakan yang dilakukan tidak radikal dan terbatas pada pseudo kapsul. Untuk
kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi ajuvan, berupa khemoterapi dan atau
radioterapi.
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang ditegakkan
diagnosis SJL viseral / retroperitoneal, kemudian dilakukan eksisi luas yang harus dinilai
apakah tindakannya eksisi dengan wide margin atau marginal margin atau intra lesional.
1. Bila tindakan adalah reseksi radikal maka harus ditentukan gradasi dan ukuran tumor
Bila gradasi tinggi dan ukuran > 10 cm maka harus dilanjutkan dengan tindakan
khemoterapi ajuvan dan atau radioterapi.
43
2. Bila tindakan tidak radikal maka harus dilanjutkan dengan tindakan khemoterapi ajuvan
dan atau radioterapi.
c. Bagian Tubuh Lain
Bila tumor masih resektabel, dilakukan eksisi, umumnya dengan marginal margin,
dilanjutkan dengan radioterapi ajuvan.
Bila tidak memungkinkan untuk tindakan eksisi luas, maka dilakukan radioterapi
primer atau khemoterapi.
Pada SJL di kepala dan leher yang tidak mungkin dilakukan eksisi luas maka dapat
diberikan khemo radiasi.
Doxorubicin + Dacarbazine
CyVADIC
Status Karnofsky
100% : mampu melaksanakan aktivitas normal, tanpa keluhan/ tidak ada kelainan.
90%
80%
70%
60%
: kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk keperluan sendiri.
50%
40%
30%
20%
10%
: mendekati kematian
0%
Untuk mencapai angka ketahanan hidup (survival rate) yang tinggi maka diperlukan :
-
45
BAB III
KESIMPULAN
1. Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari
jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot,pembuluh darah dan limfe,
jaringan lemak, dan selaput saraf.
2. Etiologi dari tumor jaringan lunak bisa disebabkan oleh kondisi genetic, radiasi,
lingkungan karsinogen, infeksi, dan trauma.
3. Penilaian gradasi hitopatologis dapat ditentukan dari tingkat selularitas, ukuran tumor,
jumlah mitosis, dan staging.
4. Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis yaitu tumor jinak biasnya tumbuh lambat,
tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif mudah
digerakan.
Sedangkan
pertumbuhan
kanker
jaringan
lunak
relatif
cepat
membesar,berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakan agak ssular
serta dapat menyebar ke seluruh terutama paru-paru.
5. Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah eksisi
yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda pada
sarcoma jaringan lunak karena dibedakan atas lokasinya, antara lain: ekstremitas,
visceral, bagian tubuh lain, dan SJL dengan metastasis jauh.
6. Prognosis dari sarkoma jaringan lunak bergantung pada : staging, lokasi serta besar
tumor, respon tumor terhadap terapi, umur serta kondisi kesehatan dari penderita, dan
penemuan pengobatan baru.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Tassya,A.2011.Tumor jaringan Lunak (http://www.dokterbook.com/2011/12/soft-tissuetumor/) diakses tanggal 10 Mei 2012.
2. I Dewa Gede Sukardja.2005. Onkologi Klinik.Edisi 2. Airlangga University
Press.Surabaya.
3. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section03/Plate0340.shtml diakses
tanggal 20 Mei 2012.
4. http://www.tutorvista.com/content/biology/biology-iii/animal-histology/connectivetissue-proper.php diakses tanggal 20 Mei 2012.
5. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section05/Plate0568.shtml diakses
tanggal 20 Mei 2012.
6. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section08/Plate08152.shtml
diakses tanggal 20 Mei 2012.
7. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section06/Plate06121.shtml
diakses tanggal 20 Mei 2012.
8. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta.
9.
http://ilmubedah.info/sarkoma-jaringan-lunak-soft-tissue-sarcoma-20110509.html
diakses tanggal 10 Mei 2012.
10. Dei Tos AP (Agustus 2008). "Liposarcoma: entitas baru dan konsep yang berkembang"
diakses tanggal 10 Mei 2012.
11. Goldstein-Beras, E (2008). "Pentingnya Perawatan di Pusat Khusus untuk sarkoma"
diakses tanggal 10 Mei 2012.
47
12. Ettinger, Stephen J.; Feldman, Edward C. (1995) Buku Kedokteran Internal Hewan (4th
ed ed.)... WB Saunders Company.
13. Eary, J. F.; O'Sullivan, F.; Powitan, Y.; Chandhury, K. R.; Vernon, C.; Bruckner, J. D.; and
Conrad, E. U.: Sarcoma tumor FDG uptake measured by PET and patient outcome: a
retrospective analysis. Eur J Nucl Med Mol Imaging, 29(9): 1149-54, 2002.
14. World Health Organization Classification of Tumors: Pathology and Genetics of Tumors
of Soft Tissue and Bone. Edited by Fletcher CDM, U. K., Mertens F., Lyon, France,
IARC Press, 2002.
15. Virchow R. Ueber Makroglossie und pathologische Neubildung quergestreifter
Muskelfasern. Virchows Arch (Pathol Anat).
16. Batchelor RJ, Lyon CC, Highet AS. Successful treatment of pain in two patients with
cutaneous leiomyomata with the oral alpha-1 adrenoceptor antagonist, doxazosin. Br J
Dermatol. Apr 2004
17. Martin RG. Malignant tumors of the small intestine. Surg Clin North Am. Aug 1998.
18. D'Adamo D. Advances in the treatment of gastrointestinal stromal tumor. Adv Ther. Oct 2
2009;epub ahead of print.
19. Bjorndal Sorensen K, Godballe C, Ostergaard B, Krogdahl A. Adult extracardiac
rhabdomyoma: light and immunohistochemical studies of two cases in the
parapharyngeal space. Head Neck. Mar 2006
20. http://ilmubedah.info/rhabdomyosarcoma-20120421.html diakses tanggal 8 Mei 2012.
21. Toro JR, Travis LB, Wu HJ, Zhu K, Fletcher CD, Devesa SS. Incidence patterns of soft
tissue sarcomas, regardless of primary site, in the surveillance, epidemiology and end
results program, 1978-2001: An analysis of 26,758 cases. Int J Cancer. Dec 15 2006.
22. Lahat G, Dhuka AR, Hallevi H, Xiao L, Zou C, Smith KD, et al. Angiosarcoma: clinical
and molecular insights. Ann Surg. Jun 2010.
23. Muir D, Neubauer D, Lim TI, Yachnis AT, Wallace MR. . (2003) "Tumorigenic Sifat
Neurofibromin-Kekurangan Sel Schwann Neurofibroma." American Journal of
Pathology .
24. Mautner VF, Friedrich RE, von Deimling A, Hagel C, Korf B, Knfel MT, Wenzel R,
Fnsterer C. (2003). "Ganas tumor selubung saraf perifer di neurofibromatosis tipe 1:
MRI mendukung diagnosis neurofibroma plexiform ganas." American Journal of
Pathology 45 (9).
25. Eilber FC, Dry SM. Diagnosis and management of synovial sarcoma. J Surg Oncol.
2008.
48
49