Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK) bisa membunuh seseorang manusia setiap sepuluh detik
(WHO, 2007). Setiap tahun penyakit obstruksi paru semakin meningkat, hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan
penyakit, seperti kebiasaan merokok yang masih tinggi, industrialisasi, dan
polusi

udara

(Perhimpunan

Dokter

Paru

Indonesia,

2004).

Untuk

mendiagnosis gangguan obstruktif paru maupun gangguan restruktif paru


dapat dilakukan metode metode yang bersifat morfologis atau fisiologis, yang
termasuk fisiologis adalah uji fungsi paru dengan mengukur ventilasi paru
(Wilson, 2006). Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah
dengan mencatat volume udara masuk dan keluar paru menggunakan alat yang
disebut spirometri (Guyton, 2008).
Spirometri adalah suatu metode pengukuran fungsi paru yaitu mengukur
volume udara paru-paru subjek selama proses inhalasi dan ekshalasi
(ventilasi). Kelainan ventilasi yang biasa terjadi adalah restriksi dan obstruksi.
Restriksi adalah keterbatasan pengembangan paru yang ditandai dengan
berkurang nya volume paru. Sedangkan obstruksi adalah perlambatan atau
gangguan kecepatan aliran udara yang masuk atau keluar dari dalam paru.
Keadaan fungsi paru ini dapat dinilai atau diukur dengan pemeriksaan
spirometri. Pemeriksaanspirometriadalahpemeriksaanuntukmengukur volume
paru pada keadaan statis dan dinamis seseorang dengan alat spirometer.
Spirometer terdiri dari mouthpiece yang dihubungkan melalui flow meter
dengan alat. Subjek dengan hidung memakai penjepit, diminta melakukan
inhalasi dan ekshalasi melalui mouthpiece pada mulut.Aliran udara dari subjek
diubah menjadi sinyal elektrik, yang diubah menjadi angka yang bias terbaca
langsung pada layar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Kapasitas
vital paru-paru, seperti tinggi badan dan berat badan, yang memiliki hubungan
terhadap pemeriksaan luas permukaan tubuh, dengan cara menghitung berat
badan dan tinggi badan seseorang, dan sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan, hasilnya luas permukaan tubuh berpengaruh dan berhubung


anterhadap kapasitas vital paru. Dari penjelasan diatas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti fungsi paru dengan menggunakan metode spirometri.
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Untuk dapat mengenal alat untuk pengukuran fungsi paru


Untuk dapat mengoperasikan alat untuk pengukuran fungsi paru
Untuk dapat melakukan analisa hasil pengukuran fungsi paru dan
gangguan fungsi paru seseorang sesuai acuan standar yang telah di
tetapkan

1.3 Manfaat Manfaat


1.3.1 Peneliti dapat mengenal alat fungsi paru
1.3.2 Peneliti dapat mengoperasikan alat spirometer
1.3.3 Peneliti dapat menganalisa hasil pengukuran

BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan tempat

Waktu

: Jumat, 10 April 2015 pada pukul 13.00-14.00 WIB

Tempat: Laboratorium terpadu, gedung D Lantai 3 FKM Undip

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Spirometer

Gambar 2.1 Spirometer


2. Mouthpiece

Gambar 2.2 Mouthpiece


3. Timbangan digital

Gambar 2.3 Timbangan Digital


4. Mikrotoice

Gambar 2.4 Mikrotoice


5. Lembar data
2.3 Sampling
Responden yang menjadi sampling dalam praktikum ini yaitu anggota
kelompok 7 yang terdiri dari Hamas, Ilham, Lena, Akrimna, Vita, Ben dan Mega.
2.4 Metode
Metode yang digunakan adalah
1. Persiapan
menimbang berat badan pasien
mengukur tinggi badan pasien
Pasien harus bebas rokok 2 jam sebelum pengukuran
Pasien dalam posisi berdiri dengan pakaian longga
Instruktur menjelaskan tujuan dan cara pengambilan nafas
Pasien mengikuti aba-aba dari instruktur
2. Persiapan alat
Hidupkan alat
Tekan tombol ID, masukkan identitas pasien : Nama,
Tanggal Lahir, Tinggi Badan, Berat Badan, Jenis Kelamin,
Ras
a. Pengukuran Vital Capacity
Pasien memasang nose clip (penjepit

hidung)
Pasien memasang mouthpiece ke mulut
dengan posisi bibir rapat pada mouthpiece

(jangan ada udara yang bocor)


Operator menekan tombol VC

Pasien mengambil napas biasa melalui alat


(pernapasan melalui mulut), setelah
terdengar BIB, pasien mengambil nafas
sedalam-dalamnya dan kemudian
membuang nafas sampai habis secara
perlahan-lahan. Kemudian bernafas biasa

kembali.
Tekan tombol enter, catet data VC, VC%

b. Pengukuran Force Vital Capacity (KVP)


Operator menekan tombol FVC
Pasien menarik napas sedalam-dalamnya
dikeluarkan melalui mouthpiece secara cepat
sampai semua udara dapat dikeluarkan
sebanyak-banyaknya (minimal 6 detik

ekspirasi)
Tekan tombol enter
Catat nilai FVC, FVC Prediksi, FVC%,
FEV1, FEV prediksi, FEV 1%, FEV1/FVC

prediksi.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiga kal (diambil
pengukuran yang terbaik.)
2.5 Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing : Langkah ini dimaksudkan untuk meneliti kelengkapan, kejelasan,
konsistensi dan kesinambungan data
2. Koding : Langkah ini adalah pengklarifikasian jawaban responden dan
pemberian kode data untuk memudahkan langkah selanjutnya.
3. Tabulasi : Langkah ini berupa pengelompokkan data ke dalam tabel
tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan
penelitian.

2.6 Analisis data


Analisis data dilakukan dengan Interpretasi tes spirometri dibuat dengan
membandingkan nilai pengukuran dengan nilai prediksi normal.

FEV1/FVC

FVC < LLN


NO

Normal
NO
NO
Restriktif

YES

YES

YES
FVC < LLN

NO

FEV1 <
95%/Pred

YES
NO

PROBABLY
NORMAL

YES

OBSTRUCTI
VE

FVC < LLN


YES

NO

Restriktif

MIXED
OBSTRUCTI
VERESTRIC
TIVE

Analisis data dilakukan dengan klasifikasi gangguan fungsi paru berdasarkan nilai
spirometri :
Penilaian Kelainan Restriksi
Kondisi/Keadaan
Normal
Ringan
Sedang
Berat

Retriksi FVC% atau FVC

prediksi %
> 80
> 60-79
> 30-59
< 30
Tabel 2.1 Penilaian Kelainan Restriksi

Penilaian Kelainan Obstruksi


Kondisi/Keadaan
Obstruksi (FEV1/FVC)%
Normal
> 75
Ringan
> 60-74
Sedang
> 30-59
Berat
< 30
Tabel 2.2 Penilaian Kelainan Obstruksi
Untuk hasil pemerksaan yang tidak baik, didasarkan pada :
Permulaan eksdpirasi ragu-ragu atau lambat
Batuk selama ekspirasi
Ekspirasi tidak selesai
Terdapat kebocoran pada mouthpiece
Mouthpiece tersumbat
Meniup lebih dari 1 kali.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

No

Nama

Tinggi

Berat

Umur

Jenis

Badan (cm)

Badan (kg)

(tahun)

Kelamin

Ilham

173

86

20

Laki-laki

Ben

160

55

20

Perempuan

Akrimna

151

58

20

Perempuan

Lena

152

47

21

Perempuan

Vita

156

63

21

Perempuan

Mega

154

44

21

Perempuan

Hamas

175

95

20

Laki-laki

Tabel 3.1 Data Responden

3.2 Pembahasan
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
25/MEN/XII/2008 tentang pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, diatur nilai acuan atau standar

pengukuran fungsi atau kapasitas paru seseorang. Hal ini dinyatakan dalam
klasifikasi gangguan fungsi paru berdasarkan nilai spirometri :
Penilaian Kelainan Restriksi
Kondisi/Keadaan

Retriksi FVC% atau FVC

prediksi %
Normal
> 80
Ringan
> 60-79
Sedang
> 30-59
Berat
< 30
Tabel 3.3 Penilaian Kelainan Restriksi
Penilaian Kelainan Obstruksi
Kondisi/Keadaan
Obstruksi (FEV1/FVC)%
Normal
> 75
Ringan
> 60-74
Sedang
> 30-59
Berat
< 30
Tabel 3.4 Penilaian Kelainan Obstruksi
1. Dalam pengukuran FVC % responden pertama, yang bernama
Ilham, melakukan teknik pernapasan yang salah, sehingga data
yang diperoleh tidak valid (error), sehingga tidak dapat
disimpulkan pengkategoriannya. Dan pada hasil %FEV1/FVC
(meas) didapatkan responden Ilham juga melakukan teknik
pernapasan yang salah sehingga hasil yang diperoleh tidak valid
(error).
2. Dalam pengukuran FVC % responden kedua, yang bernama Ben,
sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan diperoleh
hasil 91%, menurut Permenakertras kapasitas volum paru
dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%, maka dari itu
Ben dikategorikan Normal. Dan pada hasil %FEV1/FVC (meas)
didapatkan responden Ben adalah 93,8%. Sesuai dengan
Permenakertrans Ben dikatakan tidak mengalami gangguan
obstruksi atau normal karena nilainya >75
3. Dalam pengukuran FVC % responden ketiga, yang bernama
Akrimna, sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan

10

diperoleh hasil 91%, menurut Permenakertras kapasitas volum


paru dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%, maka dari
itu Akrimna dikategorikan Normal. Dan pada hasil %FEV1/FVC
(meas) didapatkan responden Akrimna adalah 94,9%. Sesuai
dengan Permenakertrans Akrimna dikatakan tidak mengalami
gangguan obstruksi atau normal karena nilainya >75
4. Dalam pengukuran FVC % responden keempat, yang bernama
Lena, sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan
diperoleh hasil 101%, menurut Permenakertras kapasitas volum
paru dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%, maka dari
itu Lena dikategorikan Normal. Dan pada hasil %FEV1/FVC
(meas) didapatkan responden Lena adalah 94,4%. Sesuai dengan
Permenakertrans Lena dikatakan tidak mengalami gangguan
obstruksi atau normal karena nilainya >75
5. Dalam pengukuran FVC % responden kelima, yang bernama Vita,
sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan diperoleh
hasil 112%, menurut Permenakertras kapasitas volum paru
dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%, maka dari itu
Vita dikategorikan Normal. Dan pada hasil %FEV1/FVC (meas)
didapatkan responden Vita adalah 97,6%. Sesuai dengan
Permenakertrans Vita dikatakan tidak mengalami gangguan
obstruksi atau normal karena nilainya >75
6. Dalam pengukuran FVC % responden keenam, yang bernama
Mega, sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan
diperoleh hasil 92%, menurut Permenakertras kapasitas volum
paru dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%, maka dari
itu Mega dikategorikan Normal. Dan pada hasil %FEV1/FVC
(meas) didapatkan responden Mega adalah 95,5%. Sesuai dengan
Permenakertrans Mega dikatakan tidak mengalami gangguan
obstruksi atau normal karena nilainya >75
7. Dalam pengukuran FVC % responden ketujuh, yang bernama
Hamas, sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan
diperoleh hasil 105%, menurut Permenakertras kapasitas volum
paru dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%, maka dari
11

itu Hamas dikategorikan Normal. Dan pada hasil %FEV1/FVC


(meas) didapatkan responden Hamas adalah 99,7%. Sesuai
dengan Permenakertrans Hamas dikatakan tidak mengalami
gangguan obstruksi atau normal karena nilainya >75

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 .

Alat untuk mengukur spirometri adalah spirometer. Fungsi

spirometer adalah alat untuk memeriksa dan mengetahui adanya


gangguaan di paru dan saluran pernapasan, dan untuk mengukur fungsi
paru. Hasil dari spirometer adalah spirogram. Fungsi spirogram untuk
mengetahui hasil dari probandus yang akan dihitung yaitu FVC dan
FEV1 dengan mencari rationya terlebih dahulu dengan cara
FEV1/FVC x 100%.

12

4.2 Dalam pengukuran spirometer, dimulai dari mouthpiece yang


dihubungkan melalui flow meter dengan alat. Subjek dengan hidung
memakai penjepit, diminta melakukan inhalasi dan ekshalasi melalui
mouthpiece pada mulut.Aliran udara dari subjek diubah menjadi sinyal
elektrik, yang diubah menjadi angka yang bias terbaca langsung pada
layar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Kapasitas vital
paru-paru, seperti tinggi badan dan berat badan, yang memiliki
hubungan terhadap pemeriksaan luas permukaan tubuh, dengan cara
menghitung berat badan dan tinggi badan seseorang, dan sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan, hasilnya luas permukaan tubuh
berpengaruh dan berhubung anterhadap kapasitas vital paru.
4.3 Klasifikasi gangguan fungsi paru berdasarkan nilai spirometri, yaitu
melalui Penilaian Kelainan Restriksi dan Penilaian Kelainan Obstruksi
Kondisi/Keadaa
n
Normal
Ringan
Sedang
Berat

Retriksi FVC% atau FVC prediksi

%
> 80
> 60-79
> 30-59
< 30
Tabel 4.1 Penilaian Kelainan Restriksi

Kondisi/Keadaan
Obstruksi (FEV1/FVC)%
Normal
> 75
Ringan
> 60-74
Sedang
> 30-59
Berat
< 30
Tabel 4.2 Penilaian Kelainan Obstruksi
Maka, disimpulkan :
Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru, dimana dalam pengukuran FVC %
satu

responden

(Ilham)

mengalami

kesalahan

dalam

teknik

pernapasan, sehingga data dan hasil error, sedangkan enam responden


lainnya, sudah melakukan teknik pernapasan yang benar dan diperoleh
hasil Ben (91%), Akrimna (91%0 Lenaa (101%), Vita (112%) , Mega
(92%)

dan

Hamas

(105%),

dimana

hasil

tersebut

menurut

Permenakertras maupun Klasifikasi gangguan fungsi paru berdasarkan

13

nilai spirometri dikategorikan Normal, karena kapasitas volum paru


dikatakan normal jika FVC% nya adalah >80%
Dan untuk Pemeriksaan Kapasitas Vital
%FEV1/FVC

(meas)

didapatkan

responden

Paksa

Paru,

pertama

hasil

(Ilham)

mengalami kesalahan dalam teknik pernapasan, sehingga data dan


hasil error, sedangkan enam responden lainnya, sudah melakukan
teknik pernapasan yang benar dan diperoleh hasil Ben (93,8%),
Akrimna (94,79) Lenaa (94,4%), Vita (97,6%) , Mega (95,5%) dan
Hamas (99,7%), dimana hasil tersebut menurut Permenakertras
maupun Klasifikasi gangguan fungsi paru berdasarkan nilai spirometri
dikategorikan Normal atau tidak mengalami gangguan obstruksi
karena ambang batas nya dikategorikan normal adalah >75.

DAFTAR PUSTAKA
American thoracic society. 1987. Standardization Of Spirometry Up Date, am rev
respire dis, 36:128 5-1297
Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.
Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme
Penyakit. Jakarta : Halim, Hadi. 2006. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Harrington. Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Maddapa, Tarun. 2009. Atelectasis Available. http://emedicine.medscape.com. 28
Mei 2012.
Petunjuk praktikum Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

14

Rubins, Jeffrey. 2009. Pleural Effusion. http://emedicine.medscape.com. Diakses


pada 12 April 2015 pukul 21.00 WIB
Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Yunus, Faisal. 1999. Penatalaksanaan Bronkhitis Kronik. Bagian Pulmonologi
kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru RSUP Persahabatan: Jakarta.
Warpaji. Suparman. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI
Pearce, Evelyn C. 1991. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pusat Utama

15

Anda mungkin juga menyukai