Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

I.

Disiplin Ilmu Kewirausahaan


Ilmu Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang

nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi


tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer
(1996) Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis
penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan
peluang di pasar.
Dahulu kewirausahaan adalah urusan pengalaman langsung di lapangan.
Oleh karena itu, kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir, sehingga
kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang kewirausahaan
bukan hanya urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat
dipelajari dan diajarkan. Enterpreneurship are not only born but also made,
artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan
pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang
yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui
pendidikan. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki
bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan segala aspek
usaha yang akan ditekuninya.
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan
sudah diperkenalkan di beberapa Negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan
1

ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pada tahun 1980an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan
kewirausahaan. Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada
beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu
tersendiri yang independent. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independent menurut Soeharto
Prawirokusumo (1997:4) dikarenakan :
1.

Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan


nyata (distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang
lengkap.

2.

Kewirausahaan memilki dua konsep, yaitu posisi venture


start-up dan venture growth, ini jelas tidak masuk dalam frame
work general management courses yang memisahkan antara
management dan business ownership.

3.

Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek


tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (ability to create new and different).

4.

Kewirausahaan

merupakan

alat

untuk

menciptakan

pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan atau kesejahteraan


rakyat yang adil dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang pada awalnya berkembang pada
lapangan industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang

lapangan lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya


mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan pada dunia usaha
semata melainkan juga pada berbagai bidang seperti bidang industri,
perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-institusi lainnya, misalnya
birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Dengan
memiliki jiwa/corak kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan memliki
motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang
lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.

II. Objek Studi Kewirausahaan


Seperti telah dikemukakan bahwa kewirausahaan mempelajari tentang
nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi.
Oleh sebab itu objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan
(ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut
Soeparman Soemahamidjaja (1997:14-15), kemampuan seseorang yang
menjadi objek kewirausahaan meliputi :
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan
tujuan hidup/ dan diamati sampai memahami apa yang menjadi
kemauannya
2. Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan
yang menyala-nyala

3. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik


tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif
4. Kebiasaan berinisiatif

yang melahirkan kreativitas (daya cipta)

setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.


Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari
berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat
dijadikan piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran
masyarakat.
5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal
(capital goods)
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk
selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang
selalu tidak menunda pekerjaan
7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.
8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah
dari pengalaman yang baik maupun yang menyakitkan.

III. Hakikat Kewirausahaan


Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang
yang memililki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
nyata secara kreatif.
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan Entrepreneurship, yang
dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat
perekonomian atau sebagai tailbone of economy, yaitu pengendali
perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:1). Secara
epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha (start-up phase) atau suatu proses dalam mengerjakan
suatu (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative). Menurut Thomas
W.Zimmerer (1996:51), kewirausahaan adalah applying creativity and
innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face
everyday. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian
untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang
yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari
kreativitas, keinovasian, dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan
dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Kreativitas, oleh Zimmerer (1996:51) diartikan sebagai kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide baru untuk menemukan cara-cara baru dalam
memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Sedangkan, keinovasian
diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk mempertinggi dan

meningkatkan taraf hidup. Menurut Harvards Theodore Levitt yang dikutip


Zimmerer (1996:51), bahwa kerativitas adalah thinking new things (berpikir
sesuatu yang baru), sedangkan keinovasian adalah doing new things
(berpikir sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila
berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang
dilakukan dengan cara yang baru.
Dari

pandangan

para

ahli

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam


berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup.
Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial
(money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labors), untuk
menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau
pengembangan organisasi (Marzuki Usman, 1997:3). Entrepreneur adalah
seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal
yang meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan
semangat, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha.
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya
kebanyakan berasal dari konsep Schumpeter (1934), yang inti maknanya
adalah pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam
bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktek. Inti dari fungsi

pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan


baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan baru yang
dimaksud oleh Schumpeter adalah : Pertama, memperkenalkan produk baru
atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen; Kedua,
pelaksanaan dari suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah
baru dan cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih
mendatangkan keuntungan; Ketiga, membuka suatu pemasaran yaitu pasar
yang belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan atau sudah
ada pemasaran sebelumnya.; Keempat, pembukaan suatu sumber dasar baru,
atau setengah jadi atau sumber-sumber yang masih harus dikembangkan;
Kelima, pelaksanaan organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982:33-34).
Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar
melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51) nilai tambah
tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut :
1. Pengembangan teknologi baru.
2. Penemuan pengetahuan baru.
3. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada.
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan
jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku
inovatif, kreatif, menyukai perubahan kemajuan dan tantangan.

IV. Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan


IV.1.Karakteristik Kewirausahaan
Tabel Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
Ciri-ciri
(1). Percaya diri

Watak
Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas, dan optimisme

(2). Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi,


berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energetik
dan inisiatif

(3). Pengambilan resiko

Kemampuan untuk mengambil resiko


yang wajar dan suka tantangan

(4). Kepemimpinan

Perilaku sebagai pemimpin, bergaul


dengan orang lain, menanggapi saransaran dan kritik

(5). Keorisinilan

Inovatif dan kreatif serta fleksibel

(6). Berorientasi ke masa depan

Pandangan ke depan, perspektif

Sumber : Geoffrey G. Meredith, et al. Kewirausahaan: Teori dan Praktek, Ed. 5.h. 5-6

Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7)


mengemukakan 8 kerakteristik, yang meliputi :
1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggungjawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memilki rasa
tanggungjawab akan selalu mawas diri.

2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang


moderat, artinya ia selalu menghindari resiko yang rendah dan
menghindari resiko yang tinggi.
3. Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan
dirinya untuk berhasil.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan
balik yang segera.
5. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan
berwawasan jauh ke depan.
7. Skill

at

organizing,

yaitu

memiliki

keterampilan

dalam

mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.


8. Value of achievementover money, yaitu selalu menilai prestasi dengan
uang.

Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli seperti di


atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A. Musselman (1989:155),
Wasty Sumanto (1989) dan Geoffey Meredith (1989:5) dalam bentuk ciri-ciri
berikut :
1.

Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.

2.

Kemauan untuk mengambil resiko.

3.

Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

4.

Memotivasi diri sendiri.

5.

Semangat untuk bersaing.

6.

Orientasi pada kerja keras.

7.

Percaya pada diri sendiri.

8.

Dorongan untuk berprestasi.

9.

Tingkat energi yang tinggi.

10.

Tegas.

11.

Yakin pada kemampuan sendiri

12.

Tidak suka uluran tangan dari pemerintah/pihak lain di


masyarakat.

13.

Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah


pada alam.

14.

Kepemimpinan.

15.

Keorisinilan.

16.

Berorientasi ke masa depan, dan penuh gagasan.

Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:38)


mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi
wairausaha yang berhasil, meliputi :
1.

Memiliki visi dan tujan usaha yang jelas.

2.

Bersedia menanggung resiko waktu dan uang.

3.

Berencana, mengorganisir.

4.

Kerja keras sesuai dengan tingkat urgensinya.

10

5.

Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja,


dan yang lainnya.

6.

Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.

IV.2.Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan


Masing-masing karakteristik kewirausahaan tersebut di atas memiliki
makna-makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Milton Rockeach
(1973:4), membedakan konsep nilai menjadi 2 (dua), yaitu :
(1). Nilai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang (person has a
value),
(2). Nilai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan objek (an object has
value)
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan sistem nilai yang
melekat pada sistem nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A.
Danandjaj (1986), Andreas Budihardjo (1991) dan Sidharta Poespadibrata
(1993), dan sistem nilai manajer ada 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Sistem nilai pribadi.
2. Sistem nilai kelompok atau organisasi.
Sementara dalam nilai pribadi terdapat 4 (empat) jenis sistem nilai, yaitu:
1)

Nilai primer pragmatik,

2)

Nilai primer moralistik,

3)

Nilai primer afektif, dan

11

4)

Nilai bauran.

Sujuti Jahya (19977) membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut ke


dalam 2 (dua) dimensi nilai yang berpasangan, yaitu :
1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan
berorientasi non-materi.
2. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.
Kedua pasangan nilai tersebut seperti tampak pada gambar berikut :
Gambar Model Sistem Nilai Wirausaha

Pada gambar di atas ada 4 (empat) nilai dengan orientasi dan ciri masingmasing, sebagai berikut :

12

1. Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi,


ciri-cirinya pengambilan resiko, terbuka terhadap teknologi, dan
mengutamakan materi.
2. Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk
mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa
tanggungjawab, pelayanan, sikap positif, dan kreativitas.
3. Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada
kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan
kira-kira, sering menghadap ke arah tertentu (aliran pengshui) supaya
berhasil.
4. Wirausaha yang berorientasi pada non-materi, dengan bekerja
berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada
pengalaman,

berhitung

dengan

menggunakan

mistik,

paham

etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki


penting dari kewirausahaan, yaitu :
1) Percaya Diri (Self-confidence)
Kepercayaan diri adalah sikap dalam keyakinan seseorang dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya.
Kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif,
kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan
kegairahan berkarya.
13

2) Berorientasi Tugas dan Hasil


Berinisiatif adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai
dengan tekad yang kuat.
3) Keberanian Mengambil resiko
Keberanian menanggung resiko tergantung pada :

Daya tarik setiap alternatif

Persediaan untuk rugi

Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal

Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh :


-

Keyakinan diri

Kesdiaan untuk menggunakan kemampuan

Kemampuan untuk menilai resiko

4) Kepemimpinan
Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat :
-

Kepeloporan

Keteladanan

Tampil berbeda, lebih menonjol

Mampu berpikir divergen dan konvergen

5) Berorientasi Ke Masa depan


Berorientasi ke masa depan adalah perspektif, selalu mencari
peluang,

tidak

cepat

puas

dengan

keberhasilan

dan

berpandangan jauh ke depan


14

6) Keorisinilan : Kreativitas dan Keinovasian


Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir yang baru dan
berbeda, sedangkan Keinovasian adalah kemampuan untuk
bertindak yang baru dan berbeda.
Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah terletak
pada penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan
persoalan dan kreativitas.
Ciri-ciri

kepribadian

kreatif

terletak

pada

keterbukaan,

kreativitas, kepercayaan diri dan kecakapan, kepuasan, rasa


tanggung jawab, dan penuh daya imajinasi.

Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan


Hasil penelitian terhadap otak manusia, menunjukkan bahwa fungsi
otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi otak sebelah kiri dan
otak sebelah kanan. Setiap bagian otak memiliki fungsi spesifik dan
menangkap informasi yang berbeda. Fungsi bagian otak yang satu lebih
dominan daripada bagian yang lain. Fungsi otak sebelah kiri dikendalikan
secara linear pada berpikir vertikal, sedangkan otak sebelah kanan lebih
mengandalkan pada berpikir lateral. Otak sebelah kiri berperan menangkal
logika dan simbol-simbol sedangkan sebelah kanan lebih menangkap hal yang
bersifat intuitif dan emosional. Otak sebelah kirilah yang menggerakkan
berpikir lateral dan meletakkannya pada jiwa proses kreatif.

15

Dengan menggunakan otak sebelah kiri, menurut Zimmerer (1996:76),


ada 7 (tujuh) langkah proses kreatif :
Tahap 1: Persiapan (Preparation). Preparasi menyangkut kesiapan kita untuk
berpikir kreatif. Persiapan berpikir kreatif dilakukan dalam bentuk pendidikan
formal, pengalaman, magang, dan pengalaman belajar lainnya. Pelatihan
merupakan landasan untuk menumbuhkan kreativitas dan keinovasian.

Tahap 2: Penyelidikan (Investigation). Dalam penyelidikan diperlukan


individu yang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang
masalah atau keputusan. Seseorang dapat mengembangkan suatu pemahaman
tentang masalah atau keputusan melalui penyelidikan. Untuk menciptakan
konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang tertentu, seseorang pertama-tama
harus mempelajari masalah dan memahami komponen-komponen dasarnya.
Misalnya, seseorang pedagang tidak bisa menghasilkan ide-ide barunya,
karena ia tidak mengetahui konsep-konsep atau komponen-komponen dasar
tentang perdagangan.

Tahap 3: Transformasi (Transformation). Yaitu menyangkut kesamaan dan


perbedaan pandangan diantara informasi yang terkumpul. Transformasi, ialah
mengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada
tentang informasi yang terkumpul. Dalam fase ini diperlukan dua tipe berpikir,
yaitu berpikir konvergen dan divergen. Berpikir Konvergen adalah
kemampuan untuk melihat persamaan dan koneksitas diantara data dan

16

kejadian yang bermacam-macam. Sedangkan berpikir Divergen adalah


kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan diantara data dan kejadiankejadian yang beranekaragam.

Tahap 4: Penetasan (Incubation). Yaitu menyiapkan pikiran bawah sadar


untuk merenungkan informasi yang terkumpul. Pikiran bawah sadar
memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi.
Untuk mempertinggi fase inkubasi dalam proses berpikir kreatif dapat
dilakukan dengan cara :
Menjauhkan diri dari situasi.
Sediakan waktu untuk menghayal.
Rilek dan bermain secara teratur
Berhayal tentang masalah atau peluang.
Kejarlah masalah atau peluang meskipun dalam suatu lingkungan yang
berbeda dimana saja.

Tahap 5: Penerangan (Illumination). Iluminasi akan muncul pada tahapan


inkubasi, yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik
terang yang terus-menerus. Pada tahapan ini, semua tahapan sebelumnya
muncul bersama-sama menghasilkan kreativitas ide-ide inovatif.

Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut ketepatan ide-ide seakurat


mungkin dan semanfaat mungkin. Validasi ide-ide yang tepat dan berguna
17

dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, test pemasaran,


membangun pilot projek, membangun prototipe, dan aktivitas lain yang
dirancang untuk memverifikasi ide-ide baru yang akan diimplementasikan.

Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide ke


dalam praktik bisnis.

V.

Sikap dan Kepribadian Wirausaha

Alex Inkeles dan David H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu diamtara ahli
yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurut
Inkeles (1974:24) kualitas manusia modern tercermin pada orang yang
berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk
sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial.
Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Gunar Myrdal, yaitu (menurut Siagian, 1972) :
1) Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.
2) Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.
3) Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai
masalah.
4) Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.
5) Selalu berencana dalam segala kegiatan.

18

6) Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan


teknologi.
7) Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang
tertentu.
8) Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip
masing-masing.
9) Sadar dan menghormati orang lain.
Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator
penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16), bahwa seorang yang
memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai
berikut :
1. Keinovasian, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan
menerima ide-ide baru.
2. Keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha untuk menimbang
dan menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam
menghadapi ketidakpastian.
3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu :
a. Usaha perencanaan
b. Usaha untuk mengkoordinir
c. Usaha untuk menjaga kelancaran usaha
d. Usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha.

19

4. Kepemimpinan,

yaitu

usaha

memotivasi,

melaksanakan,

dan

mengarahkan terhadap tujuan usaha.


Pada tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam kepribadian,
kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur, dan sikap
terhadap uang.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977), faktor
internal yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan.
Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri pelaku adalah kesempatan
atau peluang

Gambar Model Analisis Diri Wira Usaha

20

VI.

Motif Berprestasi Kewirausahaan

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha


karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi
ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang
terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gege Anggan Suhandana,
1980:55). Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia
mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya,
kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasaannya, yaitu
kebutuhan phisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Gambar Hierarki Kebutuhan Maslow

21

Teori Maslow di atas, kemudian oleh Clayton Alderfer dikelompokkan


menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teory ERG (existence,
relatedness and growth) :
Pertama, kebutuhan akan eksistensi yaitu menyangkut keperluan material yang
harus ada.
Kedua, ketergantungan yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan
interpersonal.
Ketiga,

kebutuhan

perkembangan

yaitu

kebutuhan

intrinsik

untuk

perkembangan personal
Dalam Enterpreneurs Handbook, yang dikutip oleh Yuyun
Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang
berwirausaha, yakni :
1) Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,
untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas
keuangan.
2) Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat
dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa,
agar dapat bertemu dengan orang banyak.

22

3) Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat,


untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,
demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan
kesetiaan suami/isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.
4) Alasan memenuhi diri, yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan
pada orang lain, agar lebih produktif, dan untuk menggunakan
kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil
dari kewirausahaan, yaitu:
1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara
penuh.
3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk
menghargai usaha-usaha seseorang.

23

PERILAKU WIRAUSAHA
1. Kenapa Perlu Wirausaha ?
a. Seseorang perlu mengembangkan diri
b. Kekayaan harus :
- Digali
- Diolah
- Ditingkatkan nilainya
c. Kebutuhan seseorang meningkat
d. Dalam kenyataan ada proyek yang tak
dikerjakan sendiri
e. Banyak pengusaha malas
2. Untuk sukses sebagai wirausaha

24

Anda mungkin juga menyukai