Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN

HIDROTERAPI RENDAM HANGAT PADA PENDERITA HIPERTENSI


DI DESA KEBONDALEM KECAMATAN JAMBU
KABUPATEN SEMARANG
Destia Damayanti*) Umi Aniroh, S.Kep.,Ns.M.Kes**)
Priyanto,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B**)

STIKES NGUDI WALUYO


UNGARAN
2014
* ) Mahasiswa PSIK Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen Pembimbing PSIK Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan hidroterapi rendam hangat. Hidroterapi
rendam hangat berfungsi untuk mengurangi stres, merilekskan tubuh, menurunkan kekentalan
darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan permeabilitas kapiler mengurangi atau
mencegah spasme otot, melebarkan pembuluh darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi rendam
hangat pada penderita hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang.
Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 menggunakan pre-eksperimental
design dengan rancangan one group pretest-posttest, tehnik pengambilan data menggunakan
purposive sampling sebanyak 21 responden penderita hipertensi di Desa Kebondalem dan
alat pengambilan data tekanan darah menggunakan spigmomanometer dan stetoskop dengan
intervensi hidroterapi rendam hangat seluruh tubuh di kolam dalam waktu 20 menit selama 1
kali uji analisis menggunakan wilcoxon test.
Hasil penelitian menunjukan sebelum dilakukan hidroterapi rendam hangat tekanan
darah sistolik rata-rata 152,8 mmHg dan diastolik 97,1 mmHg. Hasil sesudah dilakukan
hidroterapi rendam hangat tekanan darah sistolik rata-rata 133,7 mmHg dan diastolik 85,2
mmHg. Hasil bivariat didapat p-value 0,00 Z output sistolik -4,110 dan diastolik -3,987
sehingga menunjukan ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan
sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi rendam hangat pada penderita hipertensi di Desa
Kebondalem. Hidroterapi disarankan menjadi pengobatan alternatif yang tepat, karena mudah
didapat, murah dan praktis.
Kunci
: hidroterapi rendam hangat, tekanan darah, hipertensi
Daftar Pustaka : 21 (2001 2013)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg. Menurut
WHO batas normal tekanan darah adalah
120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90
mmHg tekanan diastolik. Seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi bila


tekanan darahnya > 140/90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama
gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Disebut sebagai pembunuh diam-diam
karena orang hipertensi sering tidak
menampakan gejala. Sekitar 20% populasi
dewasa mengalami hipertensi, lebih dari
90% diantaranya mereka menderita

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

hipertensi esensial (primer), dimana tidak


dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan
darah dengan penyebab tertentu (hipertensi
sekunder), seperti penyempitan arteri
renalis atau penyakit parenkhim ginjal,
berbagai obat, tumor, dan kehamilan
(Smeltzer & Bare, 2002).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007)
menunjukkan, sebagian besar kasus
hipertensi
di
masyarakat
belum
terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18
tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%
(Kemenkes RI, Riskesdas 2007). Menurut
Depkes (2010) di Jawa Tengah,
berdasarkan laporan dari rumah sakit dan
puskesmas kasus hipertensi dari tahun ke
tahun
mengalami
peningkatan
dibandingkan dengan jumlah kasus
penyakit menular secara keseluruhan, pada
tahun 2008 (17,34%), 2009 (29,35%), dan
tahun 2010 (39,35%), penderita hipertensi
di Kota Semarang sebesar 44.230 kasus
(Profil Kes. Kabupaten Semarang 2012).
Untuk di Puskesmas Jambu tahun 2012
sebesar 2363 kasus dan bulan januari oktober 2013 sebesar 1235 kasus
(Profil.Kes.Puskesmas Jambu 2012).
Penyebab penyakit hipertensi secara
umum diantaranya penyempitan arteri
yang mensuplai darah ke ginjal,
aterosklerosis (penebalan dinding arteri
yang menyebabkan hilangnya elastisitas
pembuluh darah) keturunan, umur, jenis
kelamin, tekanan psikologis, stres,
kegemukan (obesitas), kurang olahraga
dan kolesterol tinggi. Akibat tingginya
tekanan darah yang lama tentu saja akan
merusak pembuluh darah diseluruh tubuh,
yang paling jelas pada mata, jantung,
ginjal dan otak. Konsekuensi pada
hipertensi yang lama tidak terkontrol
adalah gangguan penglihatan, oklusi
koroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu
jantung juga membesar karena dipaksa
meningkatkan beban kerja saat memompa
melawan
tingginya
tekanan
darah
(Smeltzer & Bare, 2002).

Penanganan secara farmakologi terdiri


atas pemberian obat yang bersifat diuretik,
beta bloker, calcium channnel blockers
dan vasodilator dengan memperhatikan
tempat, mekanisme kerja dan tingkat
kepatuhan.
Penanganan
secara
farmakologis ini mempunyai efek samping
bermacam-macam tergantung dari obat
yang digunakan. Contohnya bahwa efek
samping dari obat diuretik yaitu mulut
kering, haus, kelemahan, pusing, letargi,
nyeri
otot,
takikardi,
gangguan
gastrointestinal (Smeltzer & Bare, 2002).
Penanganan non-farmakologis meliputi
menghentikan merokok, menurunkan
konsumsi alkohol berlebih, menurunkan
asupan garam dan lemak, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur, penurunan berat
badan berlebihan, latihan fisik dan terapi
komplementer. Terapi komplementer ini
bersifat terapi pengobatan alamiah
diantaranya adalah dengan terapi herbal,
terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi,
terapi tawa, akupuntur, akupresur,
aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi
(Sudoyo, 2006).
Hidroterapi
(hydrotherapy),
yang
sebelumnya dikenal sebagai hidropati
(hydropathy), adalah metode pengobatan
menggunakan air untuk mengobati atau
meringankan kondisi yang menyakitkan
dan merupakan metode terapi dengan
pendekatan lowtech yang mengandalkan
pada respon-respon tubuh terhadap air.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari
terapi air antara lain : untuk mencegah
flu/demam,
memperbaiki
fertilitas,
menyembuhkan kelelahan, meningkatkan
fungsi imunitas, meningkatkan energi
tubuh, dan membantu kelancaran sirkulasi
darah.
Pada abad ke-19, Pastor Sebastian
Kneipp, seorang biarawan dari Bavaria,
merupakan
orang
yang
berjasa
menghidupkan kembali terapi air. Saat ini,
terdapat berbagai metode yang digunakan
dalam hidroterapi seperti mandi air hangat,
mengompres, membilas, menggunakan
uap air, sauna, dan sebagainya. Cara kerja
hidroterapi ketika tubuh sedang stres atau

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

sakit, perubahan kimia terjadi yang


mengakibatkan denyut nadi dan tekanan
darah meningkat. Telah diamati bahwa
hidroterapi mampu meringankan kondisi
tersebut dengan mengurangi tingkat stres
dan memperbaiki pembengkakan sendi.
Hidroterapi mengurangi rasa sakit dengan
merangsang produksi endorphin, yang
merupakan zat kimia saraf yang memiliki
sifat analgesik. Terapi ini juga membantu
meningkatkan sirkulasi darah dengan
memperlebar pembuluh darah sehingga
lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan
yang
mengalami
pembengkakan.
Perbaikan
sirkulasi
darah
juga
memperlancar sirkulasi getah bening
sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu, orang-orang yang
menderita berbagai penyakit seperti
rematik, radang sendi, linu panggul, sakit
punggung, insomnia, kelelahan, stress,
sirkulasi darah yang buruk (hipertensi),
nyeri otot, kram, kaku, terapi air
(hidroterapi) bisa digunakan untuk
meringankan masalah tersebut. Berbagai
jenis hidroterapi, metode yang umum
digunakan dalam hidroterapi yaitu mandi
rendam, sitzbath, pijat air, membungkus
dengan kain basah, kompres, merendam
kaki (Chaiton, 2002).
Penelitian
terkait
yang
pernah
dilakukan oleh Triyadini (2010) terapi
message dengan terapi mandi air hangat
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan skala insomnia, dan
penelitian oleh Eli Susanto (2011) terapi
rendam air hangat terhadap penurunan
nyeri osteoporosis di Unit Rehabilitas
Sosial Wening Wardoyo Ungaran menurut
penelitian ini ada beberapa keterbatasan
yang peneliti hadapi diantaranya kesulitan
dalam
literature
kemudian
ketidakpercayaan responden terhadap
kompres/mandi rendam air hangat yang
dapat
menurunkan
nyeri,
mereka
beranggapan bahwa kompres/rendam air
hangat tidak bisa memberikan efek apaapa karena mereka lebih cenderung
kepenanganan nyeri secara farmakologis
dan pijat.

Penanganan secara non-farmakologis


khususnya hidroterapi rendam hangat
merupakan salah satu jenis terapi alamiah
yang bertujuan untuk meningkatkan
sirkulasi darah, mengurangi edema,
meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan
jantung,
mengendorkan
otot-otot,
menghilangkan
stres,
meringankan
kekakuan otot, nyeri otot, meringankan
rasa sakit, meningkatkan permeabilitas
kapiler, memberikan kehangatan pada
tubuh sehingga sangat bermanfaat untuk
terapi penurunan tekanan darah pada
hipertensi. Prinsip kerja dari hidroterapi
rendam hangat ini yaitu dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu
sekitar 40,50 - 430 C secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas dari air
hangat ke tubuh
sehingga akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah
dan dapat menurunkan ketegangan otot.
Hidroterapi rendam hangat ini dilakukan
dikolam air hangat, dilakukan 1 kali.
Hidroterapi rendam hangat ini sangat
mudah dilakukan oleh semua orang, tidak
membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak
memiliki efek samping yang berbahaya
(Perry & Potter, 2006).
Berdasar hasil studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20
Oktober 2013, peneliti melakukan studi
pendahuluan
wawancara
dengan
melibatkan 10 orang yang menderita
hipertensi di Desa Kebondalem. Selama
ini usaha yang mereka lakukan untuk
mengatasi hipertensi pada kasus hipertensi
ringan sampai berat adalah dengan
makan/mengkonsumsi mentimun, daun
selederi, dan mau minum obat saat gejala
hipertensi timbul.
Peneliti melakukan
pengukuran tekanan darah terhadap 10
orang tersebut, ternyata 8 dari 10 orang
masih mengalami hipertensi tekanan
darahnya rata-rata 150/90 mmHg, 160/90
mmHg, dan 140/90 mmHg. Jadi usaha
yang mereka lakukan belum begitu efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Peneliti
juga menanyakan tentang hidroterapi
rendam hangat untuk penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi kepada 10

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

orang tersebut, hasil dari 10 orang tersebut


semuanya belum pernah melakukan
hidroterapi rendam hangat.
Berdasarkan fenomena di atas maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian tentang perbedaan tekanan
darah sebelum dan sesudah dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada penderita
hipertensi
di
Desa
Kebondalem
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 5.1 Gambaran Tekanan Darah
Sebelum
Dilakukan
Hidroterapi Rendam Hangat
pada Penderita Hipertensi di
Desa Kebondalem.
Pemeriksaan

Tekanan
Darah
Sistole

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain preeksperimental design dengan rancangan
one group pretest-posttest, pada desain
penelitian ini sudah dilakukan observasi
pertama (pre-test) sehingga peneliti dapat
menguji perubahan-perubahan yang terjadi
setelah adanya perlakuan. Tekanan darah
sebelum dilakukan hidroterapi rendam
hangat disebut pre-test, dan sesudah
dilakukan hidroterapi rendam hangat
disebut post-test. Bentuk rancangan ini
adalah sebagai berikut (Riyanto, 2011).
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilakukan di Desa
Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang pada tanggal 17 Februari 2014
dan pelaksaan hidroterapi rendam hangat
di Pemandian Air Hangat Candi Umbul
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Pengolahan Data
Pengolahan data dengan cara manual
melalui beberapa tahap, sebagai berikut :
Memeriksa data (Editing),
Pemberian
kode
(Coding),
Menyusun
data
(Tabulating), Memasukkan data (Entry
Data), Pembersihan data (Cleaning)
Analisa Data
Pada
penelitian
ini
peneliti
menggunakan 2 analisa yaitu Analisis
Univariat dan Analisis Bivariat

Pretest

Max
Mean
SD
Min
N (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
21

152,8

11,46

140

170

Diastole 21

97,1

6,43

90

110

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui


bahwa dari 21 responden penderita
hipertensi sebelum dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah sistolik
paling rendah sebesar 140 mmHg dan
paling tinggi sebesar 170 mmHg dengan
rata-rata sebesar 152,8 mmHg dan standar
deviasi sebesar 11,46 mmHg.
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui
bahwa dari 21 responden penderita
hipertensi sebelum dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah diastolik
paling rendah sebesar 90 mmHg dan
paling tinggi sebesar 110 mmHg dengan
rata-rata sebesar 97,1 mmHg dan standar
deviasi sebesar 6,43 mmHg.
Tabel 5.2 Gambaran Tekanan Darah
Sesudah
Dilakukan
Hidroterapi Rendam Hangat
pada Penderita Hipertensi di
Desa Kebondalem.
Pemerik- Tekanan
saan
Darah

Posttest

Mean
SD
Min
Max
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)

Sistole

21

133,7

12,47

110

160

Diastole

21

85,2

8,13

70

100

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui


bahwa dari 21 responden penderita
hipertensi sesudah dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah sistolik
paling rendah sebesar 110 mmHg dan
paling tinggi sebesar 160 mmHg dengan
rata-rata sebesar 133,7 mmHg dan standar
deviasi sebesar 12,47 mmHg.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui
bahwa dari 21 responden penderita

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

hipertensi sesudah dilakukan hidroterapi


rendam hangat tekanan darah diastolik
paling rendah sebesar 70 mmHg dan
paling tinggi sebesar 100 mmHg dengan
rata-rata sebesar 85,2 mmHg dan standar
deviasi sebesar 85,2 mmHg.
Analisis Bivariat
Tabel 5.3 Perbedaan Tekanan Darah
Sebelum
dan
Sesudah
Dilakukan
Hidroterapi
Rendam
Hangat
pada
Penderita Hipertensi di Desa
Kebondalem
Tekanan
Darah

SD
(mmHg)
11,46
12,47

p-value

21
21

Mean
(mmHg)
152,8
133,7

4.110

0,00

21
21

97,1
85,2

6,43
8,13

3,987

0,00

Pemerik-saan

Sistole

Pretest
Posttest

Diastole

Pretest
Posttest

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat


diketahui bahwa hasil uji wilcoxon
didapatkan nilai Z sebesar -4,110 dengan
p-value sebesar 0,00. P-value 0,00<
(0,05), maka Ho ditolak, sehingga dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan terhadap tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi
rendam hangat pada penderita hipertensi di
Desa Kebondalem. Berdasarkan tabel 5.3
di atas, dapat diketahui bahwa hasil uji
wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -3,987
dengan p-value sebesar 0,00. P-value
0,00< (0,05), maka Ho ditolak, sehingga
dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan terhadap tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada penderita
hipertensi di Desa Kebondalem.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Gambaran tekanan darah sebelum
dilakukan hidroterapi rendam hangat
pada penderita hipertensi di Desa
Kebondalem.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa dari 21 responden penderita
hipertensi sebelum dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah sistolik
paling rendah sebesar 140 mmHg dan

paling tinggi sebesar 170 mmHg dengan


rata-rata sebesar 152,8 mmHg dan standar
deviasi sebesar 11,46 mmHg.Untuk
tekanan darah diastolik paling rendah
sebesar 90 mmHg dan paling tinggi
sebesar 110 mmHg dengan rata-rata
sebesar 97,1 mmHg dan standar deviasi
sebesar 6,43 mmHg.
Tingkat hipertensi responden sebelum
dilakukan hidroterapi rendam hangat di
Desa Kebondalem Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang menurut JNC 7 (The
Seventh Report of Joint National
Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, Threatment Of High Blood
Pressure) dalam kategori hipertensi
sedang. Hipertensi adalah tekanan darah
tinggi, tetapi bukan semua tekanan darah
tinggi adalah hipertensi. Tekanan darah
tinggi mencakup semua tekanan darah di
atas 120/80 mmHg, sedangkan hipertensi
mencakup tekanan darah 140/90 mmHg
dan diatasnya. Hal tersebut salah satunya
disebabkan oleh faktor usia. Penyebaran
hipertensi menurut golongan usia terdapat
kesepakatan
dari
para
peneliti.
Disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi
akan meningkat dengan bertambahnya
usia. Tekanan darah tinggi biasanya terjadi
pada usia lebih tua. Pada usia antara 30
65 tahun, tekanan sistolik meningkat ratarata sebanyak 20 mmHg dan terus
meningkat setelah usia 70 tahun.
Peningkatan resiko yang berkaitan dengan
faktor usia ini sebagian besar menjelaskan
tentang hipertensi sistolik terisolasi dan
dihubungkan
dengan
peningkatan
peripheral vascular resistance (hambatan
aliran darah dalam pembuluh darah
perifer-red) dalam arteri (Casey & Benson,
2006)
Semakin tua seseorang pengaturan
metabolism zat kapur (kalsium) terganggu,
sehingga banyak zat kapur yang beredar
bersama darah. Banyak kalsium dalam
darah (bypercalcidemia) menyebabkan
darah semakin lebih padat, sehingga
tekanan darah menjadi meningkat.
Endapan kalsium di dinding pembuluh
darah (arteriosclerosis) menyebabkan

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

penyempitan pembuluh darah. Akibatnya,


aliran darah menjadi terganggu.Hal ini
dapat memacu peningkatan tekanan darah.
Bertambahnya usia juga menyebabkan
elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak
dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga
volume darah yang mengalir sedikit
kurang lancer. Agar kebutuhan darah
dijaringan tercukupi, maka jantung harus
memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan
ini diperburuk lagi dengan adanya
arteriosklerosis, tekanan darah semakin
meningkat (Muhammadun, 2010).
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian dari Afrianti (2011) yang
menunjukan bahwa ada hubungan antara
umur dengan kejadian tekanan darah tinggi
pada usia lanjut di wilayah Puskesmas
Bonorowo, Kecamatan
Bonorowo,
Kabupaten
Kebumen.
Responden
dilakukan pemeriksaan tekanan darah
tinggi di Wilayah Puskesmas Bonorowo,
yang masuk umur lansia ada 16 dari 81
(19,8%) mengalami tekanan darah tinggi
tahap II. Sedangkan responden yang
masuk kategori umur lansia tua, ada 2 dari
11 (18,2%) mengalami tekanan darah
tinggi tahap II.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian
Agnesia
(2012)
yang
menyatakan usia merupakan salah satu
factor resiko hipertensi, dimana resiko
terkena hipertensi pada usia 60 tahun ke
atas 11,340 kali lebih besar bila
dibandingkan dengan usia kurang dari
sama dengan 60 tahun. Penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aris Sugiharto, dimana
usia 56-65 tahun memiliki resiko 4,76 kali
lebih besar terkena hipertensi bila
dibandingkan dengan usia 25-35 tahun.
Insiden hipertensi yang makin meningkat
dengan bertambahnya usia. Arteri akan
kehilangan elastisitas atau kelenturan
sehingga pembuluh darah akan berangsurangsur menyempit dan menjadi kaku.
Disamping itu, pada usia lanjut sensitivitas
pengaturan tekanan darah yaitu reflex
baroreseptor mulai berkurang. Hal ini

mengakibatkan tekanan darah meningkat


seiring dengan bertambahnya usia.
Gambaran tekanan darah sesudah
dilakukan hidroterapi rendam hangat pada
penderita hipertensi di Desa Kebondalem.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa dari 21 responden penderita
hipertensi sesudah dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah sistolik
paling rendah sebesar 110 mmHg dan
paling tinggi sebesar 160 mmHg dengan
rata-rata sebesar 133,7 mmHg dan standar
deviasi sebesar 12,47 mmHg. Untuk
tekanan darah diastolik paling rendah
sebesar 70 mmHg dan paling tinggi
sebesar 100 mmHg dengan rata-rata
sebesar 85,2 mmHg dan standar deviasi
sebesar 8,13 mmHg.
Penelitian yang telah dilakukan
didapatkan jumlah penurunan tekanan
darah responden ada yang penurunannya
banyak dan ada juga yang penurunannya
sedikit. Hal ini dikarenakan setiap individu
memiliki respon tubuh yang berbeda-beda
terhadaphidroterapi
rendam
hangat.
Melihat rata-rata tekanan darah sebelum
dilakukan hidroterapi rendam hangat
adalah sistoliknya sebesar 152,8 mmHg
dan diastoliknya sebesar 97,1 mmHg,
kategori hipertensi tersebut termasuk
dalam kategori ringan. Pernyataan tersebut
diperkuat
oleh
Joint
National
Communittee on Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure
(JNC) yang mengatakan bahwa tekanan
darah sistolik 140-159 mmHg dan
diastolik 90-99 mmHg merupakan kategori
hipertensi ringan. Hal tersebut salah
satunya disebabkan faktor elastisitas
pembuluh darah. Elastisitas pembuluh
darah akan berpengaruh kepada aliran
darah. Salah satu pembuluh darah yang
mengalami elastisitas adalah arteri. Pada
saat darah dipompa ke dalam arteri-arteri
saat sistol ventrikel, volume darah yang
masuk arteri dari jantung lebih besar dari
pada volume darah yang meninggalkan
arteri untuk mengalir ke pembuluhpembuluh darah yang lebih kecil di hilir,
karena pembuluh-pembuluh kecil tersebut

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

memiliki resistensi terhadap aliran yang


lebih besar. Sifat elastisitas menyebabkan
arteri dapat membesar/mengembang untuk
secara sementara menampung kelebihan
volume darah ini dan menyimpan sebagian
energi tekanan yang ditimbulkan oleh
kontraksi jantung di dinding yang teregang
seperti sebuah balon yang meregang untuk
mengakomodasi tambahan udara yang
ditiup ke dalamnya. Ketika jantung
melemas dan berhenti memompa darah ke
dalam arteri, dinding arteri yang teregang
secara pasif kembali ke bentuk semula
(recoil), seperti balon yang lubangnya
dibuka. Recoil ini mendorong kelebihan
darah yang terkandung di dalam arteriarteri ke dalam pembuluh di hilir yang
memastikan bahwa darah tetap mengalir
ke jaringan sewaktu jantung beristirahat
dan tidak sedang memompa darah
kejantung.
Berkurangnya elastisitas pembuluh
darah, akan mengganggu aliran darah ke
jantung. Akibatnya, jantung kekurangan
oksigen dan nutrisi. Jantung mengalami
kerusakan dan tidak dapat bekerja sebagai
mana mestinya. Kurangnya elastisitas juga
menyebabkan naiknya tekanan sistolik
karena pembuluh darah tidak elastis.
Naiknya
tekanan
diastolik
akibat
penyempitan pembuluh darah tersebut,
dikenal dengan istilah hipertensi.
Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian ini
diketahui bahwa dari 21 responden
penderita hipertensi sebelum dilakukan
hidroterapi rendam hangat tekanan darah
sistolik paling rendah sebesar 140 mmHg
dan paling tinggi sebesar 170 mmHg
dengan rata-rata sebesar 152,8 mmHg dan
standar
deviasi
sebesar
11,46
mmHg.Untuk tekanan darah diastolik
paling rendah sebesar 90 mmHg dan
paling tinggi sebesar 110 mmHg dengan
rata-rata sebesar 97,1 mmHg dan standar
deviasi sebesar 6,43 mmHg.Tingkat
hipertensi responden sebelum dilakukan
hidroterapi rendam hangat di Desa
Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten

Semarang menurut JNC 7 (The Seventh


Report of Joint National Committee on
Prevention,
Detection,
Evaluation,
Threatment Of High Blood Pressure)
dalam
kategori
hipertensi
sedang.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi,
tetapi bukan semua tekanan darah tinggi
adalah hipertensi. Tekanan darah tinggi
mencakup semua tekanan darah di atas
120/80 mmHg, sedangkan hipertensi
mencakup tekanan darah 140/90 mmHg
dan diatasnya.
Hasil penelitian sesudah dilakukan
hidroterapi rendam hangat tekanan darah
sistolik paling rendah sebesar 110 mmHg
dan paling tinggi sebesar 160 mmHg
dengan rata-rata sebesar 133,7 mmHg dan
standar deviasi sebesar 12,47 mmHg.
Untuk tekanan darah diastolik paling
rendah sebesar 70 mmHg dan paling tinggi
sebesar 100 mmHg dengan rata-rata
sebesar 85,2 mmHg dan standar deviasi
sebesar 8,13 mmHg.Penelitian yang telah
dilakukan didapatkan jumlah penurunan
tekanan darah responden ada yang
penurunannya banyak dan ada juga yang
penurunannya sedikit. Hal ini dikarenakan
setiap individu memiliki respon tubuh
yang berbeda-beda terhadaphidroterapi
rendam hangat. Melihat rata-rata tekanan
darah sebelum dilakukan hidroterapi
rendam hangat adalah sistoliknya sebesar
152,8 mmHg dan diastoliknya sebesar 97,1
mmHg, kategori hipertensi tersebut
termasuk
dalam
kategori
ringan.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Joint
National Communittee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC) yang mengatakan bahwa
tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan
diastolik 90-99 mmHg merupakan kategori
hipertensi ringan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
disajikan pada tabel 5.3, perbedaan
tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah dilakukan hidroterapi rendam
hangat dapat diketahui dari hasil uji
wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -4,110
dengan p-value sebesar 0,00. Berdasarkan
hasil penelitianyang disajikan pada tabel

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

5.3perbedaan tekanan darah diastolik


sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi
rendam hangat dapat diketahui dari hasil
uji wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar 3,987dengan p-value sebesar 0,00. p-value
0,00< (0,05), maka Ho ditolak, sehingga
dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
tekanan darah yang signifikan sebelum dan
sesudah dilakukan hidroterapi rendam
hangat pada penderita hipertensi di Desa
Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang.
Setelah
responden
dilakukan
hidroterapi rendam hangat seluruh tubuh
dikolam dengan suhu air 40,50 430 C
dalam waktu 20 menit selama satu kali, di
nyatakan ada perbedaan tekanan darah
yang
signifikan
setelah
dilakukan
hidroterapi rendam hangat. Karena setelah
pemberian hidroterapi rendam hangat
dilakukan pengukuran tekanan darah ulang
(posttest)
sehingga
peneliti
bisa
melihat/mendapatkan hasil pengukuran
tekanan darah bahwa hasilnya ada
perurunan tekanan darah yang signifikan
setelah pemberian hidroterapi rendam
hangat.
Manfaat/efek hangat adalah efek fisik
panas/hangat dapat menyebabkan zat cair,
padat, dan gas mengalami pemuaian ke
segala arah dan dapat meningkatkan reaksi
kimia. Pada jaringan akan terjadi
metabolisme seiring dengan peningkatan
pertukaran antara zat kimia tubuh dengan
cairan tubuh. Efek biologis panas/hangat
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah. Secara fisiologis respon
tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, menurunkan
kekentalan darah, menurunkan ketegangan
otot, meningkatkan metabolisme jaringan
dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Respon dari hangat inilah yang
dipergunakan untuk keperluan terapi pada
berbagai kondisi dan keadaan dalam
tubuh.
Prinsip kerja hidroterapi rendam hangat
dengan mempergunakan kolam air hangat
yaitu secara konduksi dimana terjadi

perpindahan panas/hangat dari air hangat


ke dalam tubuh
akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan penurunan
ketegangan
otot
sehingga
dapat
melancarkan peredaran darah yang akan
mempengaruhi tekanan arteri oleh
baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus
aorta yang akan menyampaikan impuls
yang dibawa serabut saraf yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak perihal
tekanan darah, volume darah dan
kebutuhan khusus semua organ ke pusat
saraf simpatis ke medulla sehingga akan
merangsang tekanan
sistolik
yaitu
regangan otot ventrikel akan merangsang
ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada
awal kontraksi, katup aorta dan katup
semilunar belum terbuka. Untuk membuka
katup aorta, tekanan di dalam ventrikel
harus melebihi tekanan katup aorta.
Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai
terjadi sehingga dengan adanya pelebaran
pembuluh darah, aliran darah akan lancar
sehingga akan mudah mendorong darah
masuk kejantung sehingga menurunkan
tekanan sistoliknya. Pada tekanan diastolik
keadaan releksasi ventrikular isovolemik
saat ventrikel berelaksasi, tekanan di
dalam ventrikel turun drastik, aliran darah
lancar dengan adanya pelebaran pembuluh
darah sehingga akan menurunkan tekanan
diastolik. Maka dinyatakan ada hubungan
yang signifikan antara hidroterapi rendam
hangat dengan penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik.
Semua informasi di proses di otak,
isyaratnya
ditandai
dengan
mengembangnya
pembuluh
darah
sehingga memastikan darah mengalir
disirkulasi
dengan
lancar
dan
memungkinkan jaringan mendapatkan
nutrisi agar berfungsi dengan baik serta
menurunkan
ketegangan
otot,
meningkatkan
permeabilitas
kapiler
sehingga akan menurunkan tekanan darah.
Dan hidroterapi rendam hangat disini akan
mempengaruhi arteri-arteri kecil dikulit
akan mengalami dilatasi (melebar) tekanan
darah sistolik dan diastolik akan turun.

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

Oleh karena itu hidroterapi rendam hangat


akan menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik. Hidroterapi rendam hangat
ini di lakukan satu kali dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu
40,50 - 430 C, berendam seluruh tubuh
dalam waktu 20 menit di dalam kolam air
hangat selama satu kali (Perry & Potter,
2006).
Pada hidroterapi rendam hangat akan
terjadi
perubahan
pada
sistem
kardiovaskular yaitu peningkatan curah
jantung
dan redistribusi darah
dari organ yang kurang aktif ke organ yang
aktif. Peningkatan curah jantung ini
dilakukan dengan meningkatkan isi
sekuncup dan denyut jantung, maka otot
jantung akan mengkonsumsi O2 yang
ditentukan oleh faktor tekanan dalam
jantung selama kontraksi sistole. Ketika
tekanan meningkat maka konsumsi O2
ikut naik pula. Pada saat sebelum dan
sesudah diberikan hidroterapi rendam
hangat adanya penurunan pada darah baik
pada tekanan darah sistolik maupun
tekanan darah diastolik.
Hidroterapi rendam hangat akan
merangsang saraf yang terdapat pada
bagian
tubuh
untuk
merangsang
baroreseptor,
dimana
baroreseptor
merupakan refleks paling utama dalam
menentukan kontrol regulasi pada denyut
jantung dan tekanan darah. Baroreseptor
menerima rangsangan dari peregangan
atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta
dan sinus karotikus. Pada saat tekanan
darah arteri meningkat dan arteri
meregang, reseptor-reseptor ini dengan
cepat mengirim impulsnya ke pusat
vasomotor mengakibatkan vasodilatasi
pada arteriol dan vena dan perubahan
tekanan
darah. Dilatasi arteriol
menurunkan tahanan perifer dan dilatasi
vena menyebabkan darah menumpuk pada
vena sehingga mengurangi aliran balik
vena, dan dengan demikian menurunkan
curah jantung. Impuls aferen suatu
baroreseptor yang mencapai jantung akan
merangsang aktivitas saraf parasimpatis
dan
menghambat
pusat
simpatis

(kardioaselerator) sehingga menyebabkan


penurunan denyut jantung dan daya
kontraktilitas jantung. Perubahan tekanan
darah setelah dilakukan hidroterapi
rendam hangat disebabkan karena manfaat
dari hidroterapi air hangat yaitu
mendilatasi pembuluh darah, melancarkan
peredaran darah, dan memicu syaraf yang
ada pada bagian tubuh untuk bekerja.
Saraf yang ada pada tubuh menuju ke
organ vital tubuh diantaranya menuju ke
jantung,
paru-paru,
lambung
dan
pankreas. Adanya penurunan tekanan
darah setelah hidroerapi rendam hangat
dapat terjadi karena pembuluh darah
mengalami pelebaran dan relaksasi. Terapi
rendam air hangat dapat melemaskan
pembuluh-pembuluh darah, sehingga
tekanan darah menurun.
Dalam hal ini, hidroterapi rendam
hangat dapat mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi
akibat berkurangnya aktivitas memompa
jantung.
Peningkatan efisiensi
kerja
jantung dicerminkan dengan penurunan
tekanan darah sedangkan penurunan
tahanan perifer dicerminkan dengan
penurunan tekanan diastolik.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Eli Susanto (2011), terapi
rendam air hangat terhadap penurunan
nyeri osteoporosis di Unit Rehabilitas
Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
Menurut penelitian ini ada perbedaan yang
signifikan antara nyeri sendi pre-test
dengan nyeri post-test.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tekanan darah sebelum dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada
penderita
hipertensi
di
Desa
Kebondalem rata-rata tekanan darah
sistolik sebesar 152,8 mmHg dan
diastolik sebesar 97,1 mmHg.
2. Tekanan darah sesudah dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada
penderita
hipertensi
di
Desa
Kebondalem rata-rata tekanan darah

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

sistolik sebesar 133,7 mmHg dan


diastolik sebesar85,2 mmHg.
3. Ada perbedaan tekanan darah yang
signifikan
sebelum
dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada
penderita
hipertensi
di
Desa
Kebondalem dengan hasil p-value
0,00.
4. Ada perbedaan tekanan darah yang
signifikan
sesudah
dilakukan
hidroterapi rendam hangat pada
penderita
hipertensi
di
Desa
Kebondalem dengan hasil p-value
0,00.
Saran
1. Bagi
Penderita
Hipertensi
dan
Masyarakat.
Diharapkan penderita hipertensi
dan masyarakat dapat memanfaatkan
hidroterapi rendam hangat sebagai
terapi alternatif dalam menurunkan
tekanan
darah
pada
penderita
hipertensi
tanpa
meninggalkan
bimbingan dari tenaga kesehatan.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
informasi bagi pendidikan keperawatan
untuk menggali lebih jauh manfaat dari
hidroterapi rendam hangat dan
mendorong
masyarakat
untuk
memanfaatkannya
sebagai
obat
alternatif
dalam
menyembuhkan
penyakit terutama penyakit hipertensi
disamping obat farmakologi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan
dapat
digunakan
sebagai panduan bagi tenaga kesehatan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan pada penderita hipertensi.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat mengembangkan
penelitian lebih lanjut mengenai
hidroterapi rendam hangat yang
memiliki banyak manfaat, seperti
untuk mengatasi nyeri
rematik,
insomnia, dan flu.

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami
& Menghindari Hipertensi, Jantung
& Stroke. Yogyakarta: Dianloka.
Akoso, B.T & Akoso, G.H.E (2013).
Bebas Sakit Kepala. Yogyakarta :
Kanisius.
Casey, R.N & Benson, H. (2006). Panduan
Harvard
Medical
Shcool
:
Menurunkan Tekanan Darah. Alih
bahasa. Devi Nirmala. Jakarta : PT
Bhuana Ilmu Populer
Chaiton, L. (2002). Terapi Air untuk
Kesehatan dan Kecantikan. Prestasi
Pustaka Publisher. Jakarta-Indonesia.
Depkes RI (2010). Profil Kesehatan
Indonesia.
Jakarta
:
Depkes
Republik Indonesia
Hayens, B., et. al., (2003). Buku Pintar
Menaklukkan Hipertensi. Jakarta :
Ladang Pustaka dan Intimedia.
Muhammadun, AS. (2010). Hidup
Bersama Hipertensi. Jogjakarta: In
Books
Nafisa.
A.
(2013).
Ilmu
Dasar
Keperawatan. Yogyakarta : Citra
Pustaka.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi,
Tesis, Instrumen Penelitian Ilmu
Keperawatan, edisi I. Jakarta: EGC.
Potter. P. A. dan Perry, A.G. (2006).
Fundamental of nursing: concept,
process,and practice. Ed 4 Vol 2
(Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta :
EGC
Price,
Silvia
Anderson.
(2005).
Patofisiologi : Konsep Klinisi Proses
Proses Penyakit / Silvia Anderson
Price, Lorraine Maccarty Wilson.
Alih bahasa, Brahm U. Pendit.

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

10

Editor bahasa Indonesia, huriiawati


Hartanto. Ed 6. Jakarta : EGC.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Santosa, Yohanes. (2001). Tekanan darah
tinggi
dan
mengendalikan
hipertensi. Retrieved
Selasa, 9
Januari
2001,
from
http://www1.bpkpenabur.or.id/kpsjkt/pengurus/uripto/sehat/04tdt.htm
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael.
(2011). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. (2002).
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8 Vol. 2 Alih bahasa:
Hartono, A, dkk, Editor edisi bahasa
Indonesia: Ester, dkk. Jakarta :
EGC..
Sudoyo,A.W (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I Edisi: 4.
Jakarta : Pusat Penerbit Ilmu
Peenyakit Dalam FKUI.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Susanto, E. (2011). Pengaruh Terapi
Rendam Air Hangat Terhadap Nyeri
Osteoporosis Di Unit Rehabiliras
Wening Wardoyo Ungaran.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). KMB 1
Keperawatan
Medikal
Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

11

Anda mungkin juga menyukai