Vertikal impaksi terjadi pada hampir 63% kasus, distoangular impaksi terjadi 25%,
mesioangular impaksi terjadi pada 12% kasus. Posisi yang lain namun terjadi hanya kurang
dari 1% seperti : transverse, inverted, dan horizontal. Impaksi vertikal dan distoangular lebih
mudah diekstraksi sementara mesioangular lebih sulit. Mesioangular impaksi lebih sulit
karena tulang yang diatas gigi imnpaksi yang harus dibuang atau diekspansi terletak di
posterior dari gigi (lebih sulit dibandingkan distoangular atau vertikal impaksi).
Posisi M3 maksila dalam arah bukopalatal juga menentukan tingkat kesulitan
ekstraksi. Kebanyakan M3 maksila menyudut ke bukal aspek dari alveolar prosesus, yang
membuat tulang diatas area tersebut tipis dan menjadikannya mudah untuk diekstraksi atau
diekspansi. Terkadang impaksi gigi M3 maksila menyudut ke aspek palatal dari prosesus
alveolar. Hal ini membuat gigi lebih sulit untuk diekstraksi, karena sejumlah besar tulang
harus dihilangkan untuk mendapatkan akses ke gigi.
The Pell dan Gregory mengklasifikasikan impaksi berdasarkan hubungannya dengan
oklusal plane menjadi A, B, dan C. (gbr 9-40).
3. Membelah/membagi gigi dengan bur atau chisel (pisau bedah) agar ekstraksi gigi
dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang berlebihan.
4. Mengangkat potongan gigi dari prosesus alveolar dengan elevator.
5. Pembersihan dengan irigasi dan pembersihan mekanis dengan kurettase dan ditutup
dengan simple interrupted suture.
Meskipun pendekatan bedahnya mirip dengan ekstraksi dengan bedah gigi lainnya, namun
perlu diingat bahwa pengangkatan gigi memerlukan pembuangan tulang, kadang
memerlukan pembelahan gigi, dan karena tulang yang dibuang relative keras maka alat dan
teknik melakukannya harus sangat baik. Gigi sebenarnya bisa diangkat tanpa dilakukan
pembelahan namun harus dengan membuang sejumlah besar tulang. Hal ini akan
memperlama penyembuhan dan melemahkan rahang. Namun pemotongan gigi menjadi
banyak bagian juga tidak terlalu baik karena akan memperlama waktu operasi. Jadi buanglah
tulang dan potonglah gigi sesuai dengan kebutuhan untuk menyingkat waktu bedah dan
proses penyembuhan.
Langkah 1 :
Pengangkatan Flap yang Cukup untuk Aksesbilitas. Untuk mendapatkan akses ke area
dan penglihatan yang ke tulang, surgeon harus melakukan mukoperiosteal flap. Ada
teknik melakukan flap : envelope flap dan three-corner flap. Envelope flap merupakan
favorite karena mudah ditutup dan proses penyembuhan lebih cepat, sedangkan threecorner flap dilakukan untuk mendapatkan akses yang lebih dalam ke area akar gigi. Flap
envelope direfleksikan dari leher M1 dan M2 tetapi dengan perluasan distal kea rah
lateral atau bukal ke dalam region M3 (trigonum retromolare). Flap mandibula yang
paling sering digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan,
o Envelope flap insisi dimulai dari mesial papila M1 melewati leher gigi
sampai ke sudut distobukal M2 dan kemudian terus lurus kebelakang ke
samping anterior border mandibula (gbr 9-43). Insisi kebelakang harus dalam
garis lurus dan tetap diatas tulang. Insisi kebelakang tidak boleh masuk ke
sublingual space karena disana bisa mencederai lingual nerve yang dekat
dengan area M3 mandibula. Kemudian flap diangkat ke eksternal oblique
ridge dengan elevator. Retraktor diletakkan di buccal shelf, hanya pada
eksternal obliq ridge dan distabilisasi dengan memberikan tekanan ke tulang.
Retractor Austin dan Minnesota biasa digunakan.
o Three-corner flap insisi berjalan dari belakang, dari distobucal line angle
M2 melewati leher gigi kemudian kedepan ke arah apikal M1. (gbr 9-44)
o Aspek lingual mandibula dihindari untuk mencegah cedera pada N. lingualis.
Flap serupa digunakan pada lengkung rahang atas, tetapi diletakkan di atas
tuberositas sedangkan peluasan distalnya tetap ke lateral atau bukal.
Langkah 2 :
Pengambilan Tulang Diatas Gigi Impaksi.
Setelah soft tissue diangkat, surgeon harus
menentukan bagian tulang mana yang akan
diambil. Pada beberapa kasus, gigi bisa
langsung dipotong dengan chisel tanpa harus
dilakukan pengambilan tulang. Pengamilan
tulang dilakukan dengan menggunakan drill.
Alat yang biasa digunakan handpiece with
adequate speed, high torque, round bur no.8,
dan telah disterilkan dengan steam autoclave.
Tulang yang diatas permukaan oklusal, bukal, dan distal dibuang lebih dulu (gbr.945). Jarang dilakukan pada bagian lingual karena membahayakan lingual nerve.
Untuk gigi maksila, tulang yang pertama diambil bagian bukal kebawah sampai
servikal line dan terlihat mahkota klinisnya. Karena tulang di maksila tipis,
pengambilan tulang bisa dengan chisel atau hand instrumen.
Langkah 3 :
Pemotongan Gigi. Dilakukan dengan bur atau chisel. Bur jangan digunakan untuk
memotong dalam arah lingual. (skali lg ad lingual nerve-nya). Impaksi gigi maksila
jarang dilakukan pemotongan gigi, karena lapisan tulang biasanya tipis dan relative
pemotongan dilakukan pada bagian distal setengah mahkota gigi sampai ke bawah
cervical line dari aspek distal. Setelah bagian distal diangkat, small straight elevator
disisipkan ke purchase point pada mesial aspek M3, dan gigi diangkat dengan gerakan
rotasi dan lever dengan elevator (gbr 9-46). Pada kasus horizontal impaksi setelah
tulang yang diinginkan diambil, gigi dipotong tepat di servikal line, kemudian
pengangkatan bagian gigi sama dengan pengambilan gigi secara umum (gbr 9-47).
Pada kasus vertical impaksi gigi dipotong menjadi bagian mesial dan distal (gbr 948).
Langkah 4 :
Pengambilan Potongan Gigi dengan Elevator. Setelah tulang dibersihkan dan gigi
dipotong, langkah selanjutnya adalah mengangkat potongan gigi dengan dental
elevator. Pada mandibula elevator yang biasa digunakan adalah straight elevator, the
paired Cryer elevator, dan Crane pick. Perbedaan pengambilan gigi impaksi dengan
ekstraksi biasa adalah pada pengambilan gigi impaksi hampir tidak diperlukan luksasi
gigi untuk tujuan ekspansi bucal or linguocortical plate. Karena tulang telah dibuang
dan gigi telah dipotong. Pemberian tekanan yang eksesive malah akan membahayakan
gigi M2 sebelahnya dan keseluruhan mandibula. Elevator didesain bukan untuk
memberikan tekanan berlebih pada gigi akan tetapi untuk mencungkil gigi atau akar
gigi kearah yang diinginkan dengan tekanan yang sesuai.
Langkah 5 :
Debridement of Wound and Wound Closure. Setelah gigi impaksi diangkat, langkah
berikutnya adalah pembersihan wound (soket) dari semua debris yang mungkin ada
dari pecahan tulang dan lainnya. Pembersihan dengan irigasi salin sterile dan
pembersihan mekanis dengan periapikal kuretase. Tulang hasil kuretase harus halus
dan pinggirannya tidak tajam. Sebuah mosquito hemostat dapat digunakan untuk
mengambil sisa dental folikel.
Penutupan insisi adalah penutupan yang dilakukan pertama kali. Jika disain flap baik
dan tidak traumatized maka flap akan dengan mudah dikembalikan ke tempat asalnya.
Penjahitan awal dibuat melalui attach tissue / perlekatan jaringan pada aspek posterior
dari M2, jahitan tambahan dilakukan ke belakang dari posisi tersebut dan kedepan
melalui papila pada sisi mesial dari M2. Biasanya 3-4 jahitan diperlukan untuk
menutup flap bedah.
Untuk kelas I dan kelas II posisi A dan B : insisi dimulai dari inci dari sisi
distal M3 sebelah lingual linea oblique eksterna ke pertengahan dari sisi distal
M3 kemudian mengelilingi M3 bagian bukal sampai interproksimal M3 dan
M2 lalu turun ke arah muccobukal fold dengan sudut 45 derajat ke arah
mesial.
Untuk kelas I dan II posisi C dan kelas II posisi A, B, C : insisi inci dari
distal M2 sebelah lingua oblique eksterna ke pertengahan sisi distal M2
kemudian mengelilingi M2 bagian bukal ke interproksimal M2 dan M1 lalu
turun dengan sudut 45 derajat ke arah mukobukal fold.
2. Pengambilan Tulang
Dapat dilakukan dengan : bor, pahat, atau kombinasi bor dan pahat.
Pengambilan tulang pada kelas I & II posisi A / B di bagian distal dan bukal. Pada
kelas I & II posisi C dan kelas III posisi A, B, C pengambilan tulang pada bagian
distal, bukal, dan korona.
3. pengeluaran Gigi
Dapat secara intoto atau dengan separasi.
terhadap prosesus alveolaris dan terhadap efek distobukal M2 di dekatnya. Foto sinar X
segera sesudah operasi dibuat untuk kasus-kasus yang sulit di mana ada kemungkinan
terjadi fraktir menadibula / cedera struktur sekitarnya (permukaan akar). Kemudian
diletakkan tampon di atas bekas operasi dan pasien dianjurkan untuk tetap menggigitnya
paling tidak 1- 1 jam.
Instruksi pasca-bedah
Tekankan perlunya minum analgesic sebelum rasa sakit timbul, seperti juga aplikasi
dingin untuk mengontrol pembengkakan. Puncak rasa sakit sesudah pembedahan impaksi
adalah selama kembalinya sensasi daerah operasi sedangkan pembengkakan maksimal
biasanya terjadinya 24 jam pasca-pencabutan.
Tindak lanjut
Control dijadwalkan pada waktu melepas jahita, baisanya hari keempat / kelima sesuah
operasi. Pada kunjungan ini daerah yang dioperasi diperiksa dengan teliti yaitu mengenai
penutupan mukosa dan keberadaan beku darah. Yang hampir selalu terjadi adalah
kebersihan mulut yang jelek karena penyikatan gigi masih sakit. Tekankan anjuran untuk
menggunakan larutan kumur secara efektif, sedangkan penggunaan alat pulsasi air
sebaiknya ditunda karena dikhawatirkan dapat melukai atau melepas bekuan darah.
pari di sekitar gigi, bur fisur diletakkan pada garis servikal dan dengan gerakan seperti
menggergaji atau menyikat, gigi dipotong ke aksial dari 2/3 atau menembus dari lingual
ke bukal. Elevator lurus yang kecil digunakan untuk menyelesaikan pemisahan bagianbagian gigi, mematahkan bagian distal mahkota atau memcah gigi menjadi dua dari daerah
bifurkasi. Sesudah mahkota bagian distal dikeluarkan, sisa gigi impaksi didoron ke arah
celah yang terbentuk sebelumnya dengan menggunakan elevator lurus atau elevator crane
pick #41 yang diinsersikan pada bagian mesio-bukal atau pada tempat yang sama dengan
pengeluaran bagian distal. Gaya ini melepaskan gigi dari linggir distal M2.
Impaksi Distoangular
Pemotongan standar untuk gigi bawah dengan impaksi disto-angular adalah mengambil
sebanyak mungkin bagian akar atau mahkota gigi sebelah distal. Pada teknik ini yang
sangat penting adalah mempertahankan bagian mesial mahkota gigi atau akar, karena
bagian tersebut menjadi pegangan untuk pergeseran ke distal dari sisa potongan gigi. Jika
segmen ini hilang, pengambilan hanya bisa dilakukan dengan membuat jalan masuk bukal
yang besar dengan eksisi tulang tambahan.
Impaksi Horizontal
Rencana pemotongan untuk impaksi horizontal tergantung pada pengambilan awal
mahkota dan diikuti pergeseran akar baik satu persatu atau langsung seluruhnya kea rah
ruang yang terbentuk dari pengambilan mahkota. Biasanya mahkota lebih baik diambil
dengan 2 tahap. Pemotongan pertama adalah melintang pada garis servikal, sedang tahap 2
(aksial atau longitudinal) adalah sejajar sumbu panjang gigi. Belahan mahkota lingual
dipatahkan dan diungkit kea rah lingual dengan menggunakan elevator, sedangkan sisa
mahkota yang tertinggal digeser ke arah ruang yang ada dan dikeluarkan. Akar superior
terdedah dan dibuat titik kaitan pada permukaan superior. Elevator diinsersikan dan
kemudian ditarik ke anterior (mesial). Hal ini cenderung menggeser akar ke anterior ke
arah ruang yang seblumnya ditempti oleh mahkota. Apabila akar tidak bisa bergerak
sebagai satu unit, maka akar superior dipisahkan dari yang inferior, dan kemudian akan
dikeluarkan satu per satu.
Impaksi melintang
Pemotongan pada gigi impaksi melintang mengikuti cara yang mirip dengan yang
dilakukan pada gigi impaksi horizontal. Sekali lagi kuncinya adalah mahkota dikeluarkan
dahulu. Pada keadaan ini, mahkota dipisahkan, kemudian dipatahkan dengan elevator dan
diungkit ke lingual seluruhnya. Titik kaitan dibuat pada akar superior dan tekanan kea rah
lingual diaplikasikan untuk menggeser akar ke dalam ruang yang tadinya ditempati
mahkota.
Impaksi vertikal
Pencabutan impaksi vertical, khususnya apabila terletak di tempat yang sangat dalam,
biasanya diperlancar dengan pengeluaran mahkota terlebih dahulu. Ini dikerjakan dengan
membuka garis servikal dan denga menggunakan bur untuk memotong melalui dua pertiga
atau tiga perempat mahkota ke bukal / lingual, diikuti dengan mematahkan mahkota
menggunakan elevator. Titik kaitan dibuat di sebelah bukal akar, kemudian akan
dikeluarkan kea rah superior dengan menggunakan elevator crane pick. Jika akar sulit
digeser, akar dipisahkan pada bifurkasinya dan dicabut satu per satu.
PENDEKATAN DARI LINGUAL
Di inggris dan daerah tertentu di benua eropa sering dilakukan pemotongan tulang lingual
atau teknik pengeluaran lingual untuk gigi molar ketiga bawah yang impaksi. Cara ini
mempunyai keuntungan karena tulang sebelah lingual lebih tipis, cacat yang terjadi
sesudah pencabutan lebih kecil dan crista oblique externa tetap terpelihara. Untuk cara ini
digunakan suatu retractor lingual yang didesain khusus untuk retraksi lidah dan flap
lingual serta melindungi n.lingualis. pemotongan vertical dari tulang kortikal sebelah
distal dan mesial ketinggiannya mencapai tepat dibawah perluasan inferior dari gigi yang
impaksi. Jadi dataran lingual tulang tersebut dipatahkan dengan ditekan dari bukal
menggunakan osteotom atau elevator. Gigi yang impaksi kemudian dengan mudah
didorong kea rah lingual dengan menggunakan osteotom / elevator dari arah bukal. Teknik
pemisahan tulang lingual ini biasanya dilakukan dengan bantuan anestesi umum.
PENCABUTAN GIGI IMPAKSI YANG LAIN
Didasarkan pada lokasinya
C atas yang impaksi agak sukar dicabut. Baik vertical atau horizontal, problem awalnya
adalah menentukkan lokasi dari mahkotany apakah di palatal atau fasial. Ini dilakukan
secara klinik atau radiografis. Mahkota mungkin tampil dengan penonjolan yang mudah
diraba pada daerah vestibulum fasial atau tonjoloan yang serupa bisa terlihat atau teraba
pada daerah rugae palatum. Petunjuk yang lebih jelas adalah kecondongan insisivus lateral
di dekatnya kea rah lingual. Hal ini mungkin disebabkan oleh tekanan ke fasial dari
mahkota kuspid yang impaksi horizontal terhadap akar gigi tersebut.
Lokasi Radiografis
Teknik radiografis yang digunakan untuk menentukkan lokasi meliputi teknik true
maxillary occlusal, lateral ekstraoral atau tangential dan schift shot. True occlusal view
dibuat dengan menempatkan konus pada linger dahi dan meyerongkannya agak ke depan,
sejajar dengan sumbu panjang gigi anterior atas. Cara ini akan memperlihatkan
penampang melintang gigi-gigi anterior dan posisi gigi impaksi pada hubungan
sesungguhnya. Dengan menempatkan tongue blade terhadap film occlusal dapat diperoleh
gambar ekstra oral yang memuaskan. Pasien memegang sendiri tongue blade untuk
stabilisasi film pada posisi yang diharapkan di daerah di dekat gigi yang impaksi.
Pemaparan tangential dibuat yang dapat memperlihatkan lokasi mahkota. Teknik Schift
shot menggunakan 3 film periapikal yang ditempatkan pada tempat yang tetap dan posisi
konus terhadap daerah impaksi yang berbeda-beda, satu pemotretan dari akan, satu tegak
lurus dan satu dari kiri, interpretasi tergantung pada fakta bahwa objek yang dekat dengan
konus Nampak bergerak menjauh, sedangkan yang lebih jauh dari kunus, bergerak
mendekati konus.
Kuspid atas impaksi palatal
Sebagian besar mahkota kuspid terletak di palatal baik impaksi ini horizontal / vertical.
Pendektakan dari palatum adalah dengan menggunakan flap envelope yang diangkat dari
leher gigi-gigi di sebelahnya. Jika diperlukan jalan masuk tambahan, maka bisa ditambah
dengan insisi serong anterior. Insisi tambahan posterior sebaiknya dihindari untuk
melindungi n. palatinus mayor. Tulang diambil dengan bur atau chisel menggunakan
tangan langsung. Rencana pemotongan gigi adalah mengambil mahkotanya dahulu
kemudian menggeser akar ke ruang bekas mahkota. Gigi pada mulanya dipotong pada
garis servikal dan kemudian mahkota dipatahkan. Apabila mahkota tidak bisa dikeluarkan,
dilakukan pemecahan lagi dalam arah memanjang sejajar dengan sumbu gigi. Titik kaitan
dibuat pada permukaan akar dan kemudian digunakan elevator dengan kekuatan tekanan
arah antero-inferior. Apabila akar tidak dapat terungkit dan mentok ke dinding anterior
makan dilakukan pemotongan lagi dan dibuat lubang kaitan yang baru. Mentoknya akar
tersebut disebabkan karena akar terlalu panjang atau karena kurvatur akar. Pertimbangan
anatomis yang terutama di dalam pencabutan kaninus atas impaksi adalah kedekatan
letaknya dengan sinus. Seperti pencabutan impaksi lainnya, sesudah pengeluaran gigi
daerah tersebut diirigasi dengan larutan saline, diamati dan tepi-tepi tulang dihaluskan.
Kuspid yang impaksi di fasial
Kuspid atas yang impaksi di labial dicabut melalui flap envelope semilunar atau retangular
fasial. Biasanya mahkotanya menonjol dan pengambilan tulang bukal dilakukan dengan
menggunakan elevator lurus yang kecil yang fungsinya seperti pencungkil tulang. Impaksi
ini diungkit dengan menggunakan tekanan baji elevator yang diterapkan sepanjang
permukaan akar gigi. Pemotongan akar gigi diperlukan apabila arah pengeluaran terblokir
oleh insisivus yang sudah erupsi, atau karena akarnya dilaserasi.
Premolar atas impaksi
Premolar yang impaksi di sebelah palatal sangat jarang terlihat, karena molar susu jarang
tanggal secara premature. Pendekatan untuk pencabutan gigi impaksi ini srupa dengan gigi
kaninus impaksi yang terletak di palatal. Flap envelope dibuat dan dibuka dari leher gigi.
Mahkota dibuka dengan menggunakan elevator lurus sebagai pencungkil tulang.
Pengunkitan gigi dilakukan dengan tekanan baji elevator. Apabila diperlukan pemotongan,
harus dibuat rencana yang mirip dengan kuspid. Mahkota dikeluarkan dahulu dan akar
digerakan ke bagian yang kosong bekas tempat mahkota. Seperti pada kaninus,
keberadaan sinus maksilaris perlu pertimbangkan dalam menggunakan instrument. Juga
harus diperhatikan a. palatine mayor karena arteri ini terlibat dalam flap.
Premolar bawah yang impaksi
Premolar bawah yang impaksi mungkin menimbulkan masalah penentuan lokasi seperti
kaninus atas. Pada awal perkembangannya gigi sering terletak di bukal, tetapi dengan
penyempurnaan pembentukan akar, mahkotanya terdapat pada bagian lingual. Pada
keadaan apapun, gigi sulit dikeluarkan. Pendekatan dari lingual menggunakan flap
envelope yang dibuka dari leher gigi. Pada kasus ini lidah membatasu visualisasi. Pada
waktu dikeluarkan kea rah bukal dnegan flap envelope, bundle neuromuscular mentalis
sering terletak di dalam atau di dekat daerah pembedahan. Pertimbangan lain dalam
pencabutan gigi premolar impaksi adalah kedekatannya dengan akar gigi di dekatnya. Jika
arah pengeluaran yang tidak terhalang tidak didapatkan, mahkotanya biasanya dipotong
dan celah yang didapat dipergunakan untuk tempat pergeseran akar.
Gigi terpendam lainnya
Pencabutan gigi-gigi impaksi dan terpendam menggunakan prinsip-prinsip yang sudah
diuraikan. Apabila gigi supernumerary yang terpendam terlihat dengan sinar X sebelum
erupsi gigi geligi permanent, maka pencabutannya sering ditunda sampai sesudah erupsi
jika mungkin, karena membedakan antara gigi normal dengan gigi ekstra pada waktu
pembedahan sulit atau tidak mungkin dilakukan. Gigi supernumerary meliputi mesiodens,
dan disto atau para molar, menimbulkan kendala jalan masuk dan cara pengeluarannya.
Pendekatan inovatif didasarkan pada prinsip yangPencabutan gigi-gigi impaksi dan
terpendam
menggunakan
prinsip-prinsip
yang
sudah
diuraikan.
Apabila
gigi
supernumerary yang terpendam terlihat dengan sinar X sebelum erupsi gigi geligi
permanent, maka pencabutannya sering ditunda sampai sesudah erupsi jika mungkin,
karena membedakan antara gigi normal dengan gigi ekstra pada waktu pembedahan sulit
atau tidak mungkin dilakukan. Gigi supernumerary meliputi mesiodens, dan disto atau
para molar, menimbulkan kendala jalan masuk dan cara pengeluarannya. Pendekatan
inovatif didasarkan pada prinsip yang tepat sering dapat menyelamatkan keadaan. Dengan
rasio risiko / manfat yang tidak menguntungkan, tidak melakukan apa-apa kadang-kadang
merupakan tindakan yang tepat. Mengorbankn gigi yang erupsi sebagian akibat
pencabutan gigi terpendam atau impaksi tidak dapat dibenarkan.
Pasien perlu menentukan jadwal operasi dengan dokter gigi terlebih dahulu
sebelum melakukan operasi.
Pasien dan dokter gigi membahas tentang resiko-resiko yang dapat timbul
akibat operasi sebelum pelaksanaan operasi dilakukan dan pasien perlu
menandatangani informed consent.
Pasien dianjurkan untuk tidur yang cukup pada malam hari sebelum operasi.
Pasien tidak dianjurkan untuk makan dan minum setelah tengah malam di
malam sebelum melakukan operasi. Jika pasien perlu minum obat, pasien
dianjurkan untuk minum dengan sedikit air.
Pasien dianjurkan untuk tidak memakai contact lens dan pakaian yang tidak
nyaman.
2. Operatif
2.1. Pencabutan
Pencabutan wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat dilakukan antara
umur 12-18 tahun atau setelah gigi molar kedua tumbuh. Persiapannya dilakukan
rontgen foto sebelum dilakukan pencabutan. Pencabutan biasa dilakukan dengan cara
odontektomi atau operasi pengangkatan gigi. Pencabutan gigi geraham bungsu pada
usia 12-18 tahun dikenal dengan pencabutan preventif dan ini sangat dianjurkan
mengingat pada usia tersebut akar gigi masih pendek sehingga memudahkan operasi
dan mempercepat waktu penyembuhan dan menghindari terkenanya saraf pada
rahang. (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010).
Gambar II.9(a): Akar Gigi Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Masih Pendek
Intoto (utuh)
Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga
didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah
korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan
mengungkit gigi tersebut.
In separasi (terpisah)
Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan
membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan
cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu).
4) Pembersihan luka
Setelah gigi dikeluarkan, socket harus benar-benar dibersihkan dari sisasisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus
dibersihkan atau diirigasi dengan air garam fisiologis 0,9% karena jika
masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
5) Flap dikembalikan pada tempatnya dan dijahit.
3. Post Operatif (Perawatan)
Setelah operasi wisdom tooth rahang bawah, pasien akan mengalami
pembengkakan 3-4 hari yang merupakan reaksi normal dari tubuh untuk
penyembuhan. Pasien tidak perlu khawatir karena pembengkakan yang tidak disertai
demam bukan merupakan gejala infeksi dan pembengkakan ini akan hilang tanpa
meninggalkan bekas. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno,
2010)
Pasien yang menjalani operasi gigi geraham bungsu cukup mendapat
antibiotika, analgetik atau penahan sakit dan obat anti inflamasi atau anti radang.
Selama pembengkakan, pasien dapat makan (lunak), beraktivitas sehari-hari seperti
sekolah atau bekerja. Setelah satu minggu benang jahitan dapat dibuka dan obat sudah
dapat dihentikan. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)
Dengan demikian pencabutan wisdom tooth rahang bawah merupakan
tindakan yang bijaksana untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk dan
kekhawatiran akan efek operasi tidak akan terjadi sebab dilakukan pada usia yang
tepat. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)
definisi,