Anda di halaman 1dari 20

BAB 1.

BATUAN BEKU
Batuan beku (Igneous Rock) adalah batuan yang terbentuk langsung oleh
pembekuan magma baik di atas permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alaamiah,
bersifat mudah bergerak, bersuhu antara 900C 1200C dan berasal ataau terbentuk
pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.
Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair
menjadi padat. Proses pembekuan magma sangat berpengaruh terhadap tekstur dan
struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat
magma asal.
Pada saat suhu mengalami penurunan akan terjadi tahapan perubahan fase
dari cair ke padat. Apabila cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk
kristal- kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah
akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat
cepat maka kristal tidak akan terbentuk dan cairan magma tersebut membeku
menjadi gelas.
1.1 Proses Terbentuknya
Batuan beku berasal dari hasil pendinginan dan pembekuan magma, dimana
magma ini merupakan suatu lelehan pijar yang terdiri dari zat-zat yang mobil yang
panas bersuhu antara 9000-12000 terbentuk secara alamiah yang merupakan senyawa
silikat dan magma juga mengandung gas.
Magma berasal dari asteonosfer bumi, yaitu dibawah kerak bumi bagian
bawah dan diatas mantel bumi bagian atas. Magma dapat naik kepermukaan bumi
adalah akibat gaya-gaya yang terjadi didalam kerak bumi, yaitu pergerakanpergerakan lempeng.
Lempeng yang bergerak saling menjauh akan mengakibatkan pemekaran
kerak samudra sehingga memberikan kesempatan magma yang diasteonosfer naik
kepermukaan. Magma yang berasal dari asteonosfer akan bersifat lebih basa daripada
magma hasil dari pergesekan antara dua lempeng. Ini dipengaruhi oleh komposisi
dari masing-masing lempeng yang bergesekan.
Modul Petrologi | 1

1.1.1 Evolusi Magma


Magma utama atau magma primer dapat berubah komposisinya untuk
menghasilkan suatu variasi batuan beku. Ada empat cara yang mengakibatkan
perubahan-perubahan tersebut, yaitu :
Diffrensiasi Magma
Merupakan suatu proses dimana magma yang homogen terpisah dalam fraksifraksi dengan komposisi yang berbeda-beda. Barth melakukan perubahan pada
diagram yang dibuat oleh Bowen yang menunjukkan adanya reaksi yang pokok,
yaitu Discontinous series dan Continous series.
Assimilasi
Evolusi magma dapat juga dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dengan batuan
sekitarnya (Wall Rock). Jika magma yang menerobos kepermukaan yang
temperature temperaturnya lebih tinggi daripada batuan sekitarnya sehhingga akan
mempengaruhi komposisi magma tersebut, sering terjadi terutama pada magma
plutonik karena letaknya yang jauh dari permukaan bumi.
Proses Pencampuran
Proses Pencampuran terjadi antara dua batuan yang terbentuknya ditempat
yang berbeda, seperti batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapatjuga
dihasilkan dari campuran sebagian kristalisasi, yaitu kristalisasi magma. Contohnya
adalah batuan Basalt, Andesit, dan Rhyolit di kolorado dihasilkan dari pergantian
erupsi yang cepat dari suatu lubang erupsi.
Pembekuan magma
Mineral-mineral yang pertama terbentuk dari magma biasanya mineral yang
anhydrous, pada temperatur tinggi yang hanya mengandung sedikit bahan-bahan atau
unsure volatile. Mineral-mineral semacam ini disebut minera-mineral pyrogenetik.
Setelah pembentukan mineral-mineral tersebut maka sisa magma akan relatif kaya
akan bahan-bahan volatile dan selanjutnya terbentuklah hidroksil. Mineral seperti
amphibol dan mika yang disebut hydratogenetik.

Modul Petrologi | 2

1.2 Klasifikasi dan Penamaan

1.2.1 Klasifikasi
A. Berdasarkan tempat kejadiannya (genesa)
1. Batuan beku dalam (plutonik), terbentuk jauh di bawha permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas
Kristal-kristal (struktur hipokristalin). Contoh: Granit, Granodiorit, dan
Gabro.
2. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-ceah atau pipa
gunung api. Proses pendinginanya berlangsung relative cepat sehingga
batuannya terdiri atas Kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur
dengan massa dasarsehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh :
Granit porfir, Diorit porfir.
3. Batuan beku luar (ekstrusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses
pendinginannya berlangsung sangat cepat sehingga tidak sempat
membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contoh:
Obsidian, Riolit dan Batuapung.
B. Berdasarkan komposisi kimia
1. Batuan beku ultrabasa memiliki kandungan silika kurang drai 45 %.
2. Batuan beku basa memiliki kandungan silika 45%-52%
3. Batuan beku intermediet, memiliki kandungan silika antara 52%-66%.
4. Batuan beku asam, memiliki kandungan silika lebih dari 66%.
C. Batuan Beku Non Fragmental
Pada umumnya batuan beku nonfragmental berupa batuan beku intrusif
ataupun aliran lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral
D. Batuan Beku Fragmental
Batuan beku ini juga dikenal dengan nama batuan piroklastik yang
merupakan bagian dari batuan vulkanik. Batuan fragmental secara khusus
terbentuk oleh proses vulkanik yang eksplosif (letusan). Bahan-bahan yang
diletuskan dari erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum atau sesudah
mengalami perombakan oleh air atau es. Secara genetik batuan beku fragmental
dapat di bagi menjadi 3 tipe utama,yaitu :

Modul Petrologi | 3

endapan jatuhan piroklastik

endapan aliran piroklastik

pyroclastic surge deposits

1.2.2 Penamaan
Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi mineralmineral utama (ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan apabila dalam
penentuan komposisi mineralnya sulit ditentukan secara pasti, maka analisis kimia
dapat dilakukan untuk memastikan komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi
batuan beku disini adalah semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan
diatas (volkanik, plutonik, extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini mungkin
terbentuk oleh proses magmatik, metamorfosa, atau kristalisasi metasomatism.
Penamaan batuan beku didasarkan atas Tekstur Batuan dan Komposisi
Mineral. Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat
kristalisasinya. Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis, yaitu Aphanitics (bertekstur
halus), Porphyritics (bertekstur halus dan kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar).
Pada batuan beku kita mengenal derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya
terdiri dari mineral amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri dari kristal), dan
hypocrystalline (sebagian teridiri dari amorf dan sebagian kristal). Sedangkan bentuk
mineral/butir dalam batuan beku dikenal dengan bentuk mineral: Anhedral, Euhedral,
dan Glass/amorf.
Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (Rock
forming Mineral) dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih mineral.
Komposisi mineral dalam batuan beku dapat terdiri dari mineral primer (mineral
yang terbentuk pada saat pembentukan batuan / bersamaan pembekuan magma) dan
mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah pembentukan batuan).
Dalam Tabel diperlihatkan jenis batuan beku Intrusif dan batuan beku
Ekstrusif dan batuan Ultramafik beserta komposisi mineral utama dan mineral sedikit
yang menyusun pada setiap jenis batuannya.

Modul Petrologi | 4

Tabel Batuan beku berdasarkan kandungan mineral utama dan minor mineral
GRANITIS

ANDESITIS

Intrusive

Granite

Diorite

Gabro

Extrusive

Rhyolite

Andesite

Basalt

Komposisi
Mineral
Utama

Mineral
Sedikit

Kuarsa
K-Feldspar
NaPlagioclase

BASALTIS ULTRAMAFIS

Amphibole
Intermediate

Ca-

Plagioclase

Plagiclase

(Andesine)

Pyroxene

Amphibole

Olivine
Pyroxene

Biotite

Muscovite
Biotite

Peridotite

Pyroxene

Olivine

Ca-Plagioclase

Amphibole

(Anorthite)

1.3 Komposisi Mineral


Secara garis besar mineral pembentuk batuan dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu mineral utama, mineral skunder dan mineral tambahan.
1.3.1 Mineral Utama
Mineral-mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk
batuan, teruutama mineral golongan silikat. Golongan mineral yang berwarna
tua/gelap disebut mineral mafik yang kaya akan unsur Mg dan Fe. Sedangkan
golongan mineral yang berwarna muda/terang disebut mineral felsik yang miskin
akan unsur Mg dan Fe. Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Mineral felsik (mineral bewarna terang) yaitu :
Kuarsa (SiO2)
Kelompok feldspar,terdiri dari seri feldspar alkali (Kna) AlSi3O8 dan
seri plagioklas, anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri
dari albit, oligoklas, andesit, labradoriot, bitownit dan labradorit.
Keompok feldspatoid (Na, K alumina silika) terdiri dari nefelin, sodalit,
leusit.
Modul Petrologi | 5

2. Mineral mafik (mineral warna gelap) yaitu :


Kelompok olivine terdiri dari fayalite dan forsterite.
Kelompok piroksen terdiri dari enstatit, hiperstein, augite, pigeonit,
diopsid.
Kelompok mika terdiri dari biotit muscovite plogopite.
Kelompok ampibol terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende,
rieberkit, tremolit, aktinolit, gluacofan.

GambarBowen Reactions Series


1.3.2 Mineral Sekunder
Mineral sekunder adalah mineral-mineral yang dibentuk kemudian dari
mineral-mineral utama oleh proses pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan
metamorfosa. Suatu contoh yang baik adalah mineral klorit yang biasanya terbentuk
dari mineral biotit oleh proses pelapukan. Mineral ini terdapat pada batuan-batuan
yang telah lapuk dan batuan sedimen dan juga pada batuan metamorf. Mineral
sekunder terdiri dari:
Kelompok kalsit (kalsit, dolomite, magnesit, siderite) terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas.
Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil) terbentuk dari hasil ubahan
mineral mafik (terutama kelompok olivine dan piroksen).

Modul Petrologi | 6

Kelompok klorit (proklor, penin talk) umumnya terbentuk dari ubahan


kelompok plagioklas.
Kelompok sericit sebagai ubahan mineral plagioklas.
Kelompok kaolin (kaolin, hallosyte) umumnya ditemukan sebagai hail
pelapukan batuan beku.

1.3.3 Mineral Tambahan


Mineral tambahan adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi
magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali. Umumnya kurang dari 5%
sehingga kehadiran atau ketidakhadirannya tidak mempengaruhi sifat dan penamaan
dari batuan tersebut.
Contohnya adalah mineral magnetit, suatu oksidabesi yang berwarna hitam
mempunyai sifat magnetit kuat dan terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam batuan
beku. Mineral-mineral tambahan dari batuan beku adalah zircon, sphen, magnetit,
ilmenit, hematite, apatit, pyriot, rutil, corundum dan garnet.

Modul Petrologi | 7

BAB 2. BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan. (Danang Endarto, 2005).
Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah dilapangan
dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh (1)
perbedaan besar butir, seperti misalnya antara batupasir dan batulempung; (2)
Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang berwarna abu-abu terang dengan
batulempung yang berwarna abu-abu kehitaman. Disamping itu, struktur sedimen
juga menjadi penciri dari batuan sedimen, seperti struktur silang siur atau struktur
gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah sifat klastik, yaitu yang tersusun dari
fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan menjadi
batuan sedimen klastik. Disamping itu kandungan fosil juga menjadi penciri dari
batuan sedimen, mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang
terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.
2.1 Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen
itu sendiri.
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua
golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara
terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk
dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti
breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas
tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus
halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang

Modul Petrologi | 8

termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut
dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu dari pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalmi diagenesa yakni, proses
proses proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,
selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras. Proses diagenesa antara lain :
1. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan
dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
2. Sementasi
Yaitu turunnya material material di ruang antar butir sedimen dan secara
kimiawi mengikat butir butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif
bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar. Bahan- bahan semen
yang lazim adalah : Klasit, oksida, solomit, silika, sulfat, siderit
3. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang
berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya.
Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
4. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini
yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorit, gypsum dll.
5. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.
Secara umum, komposisi batuan sedimen klastik dapat berupa :

Klastika/litik (Clasts) (pecahan yang besar, contohnya pasir dan kerikil).

Modul Petrologi | 9

Matrik (Matrix) (lumpur atau sedimen halus lain yang mengelilingi butiran
klastika/fragmen).

Semen (Cement) (bahan / mineral yang memegang atau mengikat klastika


dan matrik, merupakan produk diagenesis).

2.2 Sedimen Nonklastik


Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang
sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai
hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang
telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini
terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air
(terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti proses
penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti
membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada
dalam air).
Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar
untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi
(yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari
kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu sedimen
endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sedimen
evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), batugamping dan dolomit (limestones
and dolostone), serta batuan bersilika (siliceous rocks), rijang (chert).
2.2.1 Batuan Sedimen Evaporit
Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses
penguapan

(evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap

mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur


apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam
dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari yang
cukup lama.

Modul Petrologi | 10

Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).


Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)
2.2.2 Batuan Sedimen Karbonat
Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses
biokimia. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batugamping dan dolomit.
Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah: Kalsit (Calcite) (CaCO3) dan
Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2).
Nama-nama batuan karbonat:
a. Mikrit (Micrite) (microcrystalline limestone), berbutir sangat halus,
mempunyai warna kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur
karbonat (lime mud) yang juga dikenali sebagai calcilutite.
b. Batugamping oolitik (Oolitic limestone) batugamping yang komponen
utamanya terdiri dari bahan atau allokem oolit yang berbentuk bulat
c. Batugamping berfosil (Fossiliferous limestone) merupakan batuan
karbonat hasil dari proses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan / mineral
kalsit atau dolomit merupakan bahan utama yang membentuk batuan ini.
d. Chalk

terdiri

dari

kumpulan

organisme

planktonic

seperti

coccolithophores; fizzes readily in acid


e. Batugamping kristalin (Crystalline limestone)
f. Batugamping intraklastik (intraclastic limestone), pelleted limestone
2.2.3 Batuan Silika
Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil
dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang
berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan
karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral
silika mengganti kalsium karbonat. Kelompok batuan silika adalah:
a.

Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan


asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms
(Diatomaceous Earth).

Modul Petrologi | 11

b. Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap

proses lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa


mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap. Rijang dapat terbentuk dari
hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau dapat juga dari
proses diagenesis batuan karbonat.
2.2.4 Batuan Organik
Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya
mengeras menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan
batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan,
dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.

Modul Petrologi | 12

BAB 3. BATUAN METAMORF


Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate ) akibat adanya
perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi. ( Ehlers & Blatt,
1982 )
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan perubahan fundamental
batuan yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu
massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak.
Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek
tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat dalam.
3.1 Proses Terbentuknya
Menurut Endarto (2004), proses metamorfisme meliputi:
1.

Proses-proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh


tenaga kristaloblastik (tanaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusun
susunannya sendiri)

2.

Proses-proses

perubahan

susunan

mienralogi,

sedangkan

susunan

kimiawinya tetap (isokimia). Tidak ada perubahan komposisi kimiawi tetapi


hanya perubahan ikatan kimia
Sedangkan tahap-tahap metamorfisme:
1. Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik. Di sini terjadi penyusunan
kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia sudah ada sebelumnya. Rekristalisasi
biasanya terbentuk pada batuan monomineralik seperti batulempung, kuarsit, dan
dunit (Raymond, 2002).
2. Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorentasian kembali
dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang
ada.

Modul Petrologi | 13

3. Pembentukan mineral baru


Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang
sebelumnya telah ada.
Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh
proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas
atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Prosese metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C - 8000 C, tanpa melalui
fase cair.
Faktor-faktor

yang

menyebabkan

terjadinya

metamorfosa

adadalah

perubahan temperature, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang
WT, 1962).
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara
lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien
geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau
friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas
bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C + 500C yang
ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg - carpholite, Glaucophane,
Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya
metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung
pada jenis batuan asalnya.
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi
dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan
permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi
pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang
banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan

Modul Petrologi | 14

hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven
serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.
3.2 Klasifikasi dan Penamaan
3.2.1 Klasifikasi
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses
metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur (T), tekanan
(P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan. Klasifikasian tersebut
adalah sebagai berikut, yaitu :
a.

Berdasarkan Komposisi Kimia


Disini ditinjau terhadap unsur-unsur kimia yang terkandung didalam batuan

metamorf, yang akan mencirikan batuan asal sebelum batuan metamorf tersebut
terbentuk yang dicirikan dengan kelebihan atau kekurangan kandungan SiO2.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka batuan metamorf terbagi menjadi
lima kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Calcic Metamophic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik
(kaya unsur Al), umumnya terdiri dari batu lempung dan serpih. Contoh :
batu sabak dan phylitic.
2. Quartz Feldpathic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan
unsur kuarsa dan felspar, batuan asal umumnya terdiri dari batu pasir, batuan
beku basa dan lain-lain. Contoh : gneiss.
3. Calcareous Metamorphic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batu gamping dan dolomit.
Contoh : marmer (batugamping termetamorfosakan secara kontak maupun
regional).
4. Basic Metamorphic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi
basa dan menengah. Serta tufa atau batuan sedimen yang bersifat napalan
dengan kandungan unsur-unsur K, Al, Fe, dan Mg.

Modul Petrologi | 15

5. Magnesian Metamorphic Rock


Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan
unsur Mg. Contoh : serpentinit, skiss, klorite.
b.

Berdasarkan asosiasi di lapangan


Dipakai kriteria lapangan dan asosiasi mineral serta tekstur yang

berhubungan dengan alam, dan penyebab tekanan dan temperatur. Misalnya pada
suatu zona sesar kita dapatkan batuan metamorf dengan struktur kataklastik, maka
dari sini kita bisa memperkirakan jenis metamorfosanya.
3.2.2 penamaan
Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan struktur
dan teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang
menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral
pencirinya (contohnya sekis, klorit) atau nama batuan beku yang mempunyai
komposisi yang sama (contohnya granite, gneiss).
Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya
(contohnya kuarsit) atau dapat pula dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya
(misalnya granulit). Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan
metamorf lainnya yang banyak dikenal antara lain :
a. Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar
dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol (umumnya hornblende) dan
plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral
prismatiknya terorientasi.
b. Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium
dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
c. Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang
tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan
garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur
gneissic.

Modul Petrologi | 16

d. Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir


semuanya berupa mineral kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral
tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang umumnya berwarna hijau.
e. Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit
atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
f. Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calcsilikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi
batuan disekitar kontak dengan batuan beku.
g. Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
h. Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.
i. Rodingit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang terjadi
akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa
yang mengalami serpentinitasi.
Penamaan batuan metamorf lainnya dapat didasarkan pada :
a. Berdasarkan tekstur dan struktur.
Contoh : batusabak / slate, filit, gneiss, skiss, granulit.
b. Berdasarkan komposisi mineral penyusun yang dominan.
Contoh : kwarsit, aphiboit, marmer.
c. Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata meta didepannya.
Contoh : meta batupasir, meta batugamping
3.3 Komposisi Mineral
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral
yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk akibat
proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut :
1.

Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf
seperti kuarsa, felspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan
bijih besi.

Modul Petrologi | 17

2.

Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan


metamorf seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit dan
dolomit.

3.

Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit, silimanit,


stautolit, kordierit, epidot dan klorit.

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat


dapat dibedakan menjadi secretionary growth, concentrionary growth dan
replacement (Ramberg, 1952 dalam Jackson, 1970). Secretionary growth merupakan
pertumbuhan kristal hasil reaksi kima fluida yang terdapat pada batuan yang
terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut. Concentrionary growth adalah
proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat ruang pertumbuhan.
Sedangkan replacement merupakan proses penggantian mineral lama oleh
mineral baru. Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak
sama satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan
Becke, 1904 (Jackson, 1970).
Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik yang menunjukkan bahwa
mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan
mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan
kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral.
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada
batuan metamorf (Huang, 1962). Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu
stress mineral dan antistress mineral. Mineral-mineral tersebut umumnya merupakan
penciri batuan yang terkena deformasi sangat kuat. seperti sekis.
1. Mineral Stress
Mineral stress adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan (tahan
terhadap tekanan) , dimana mineral dapat terbentuk pipih / tabular, prismatik, maka
mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya / stress.

Modul Petrologi | 18

Contoh : Mica, Zeolit, Trenmolit, aktinolit, Glaukovan, Hornblende, Klorit,


Serpentine, Epidote, Sillimenite, Staurolit, Klanit, Antofilit.
2. Mineral Antistress
Mineral antistress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dan
biasanya berbentuk equidimensional.
Contoh : Kuarsa, Kalsit, Felspar, Kordierit, Garnet.
Selain mineral stress dan mineral antistress ada juga mineral yang khas
dijumpai pada batuan metamorf, antara lain :
Contoh : Sillimenit (1), Garnet (1), Kianit (1), Grafit (2), Epidote (3), Klorit
(3).
Keterangan :
(1) mineral khas dari metamorfosa regional
(2) mineral yang khas dari metamorfosa thermal
(3) mineral yang khas yang dihasilkan oleh efek larutan kimia.

Modul Petrologi | 19

DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2008. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan.
Tim Asisten Geologi Fisik dan Dinamik. 2011. Panduan Praktikum Geologi Fisik
dan Dinamik. Semarang : Universitas Dipenogoro.
KM HMG ARC-SINKLIN. 2010. Responsi Geologi Dasar. Bandung : Universitas
Padjadjaran.

Modul Petrologi | 20

Anda mungkin juga menyukai