Mari kita lihat contohnya pada cerpen The Gift Of The Magi (1906) karya O. Henry.
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah itu terdiri
dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama iniyang didapatnya dengan
cara mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga toko kelontong agar sudi menjual
dagangan mereka kepadanya dengan harga termurah. Proses tawar-menawar itu tidak jarang
membuatnya malu, hingga pipinya memerah, sebagaimana semua orang pasti merasakan hal
yang sama jika mereka ada di posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar
dan delapan puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok adalah Hari Natal.
Contoh pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok persoalan yang harus diselesaikan
oleh karakter (Della) :
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu
besok adalah Hari Natal.
Emosi pembaca terhubung dengan cerita karena mengangkat masalah yang familar. Di
Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya minimal- sekali setahun (cukup mengganti Natal
dengan Lebaran).
Untuk menonjolkan masalah, O. Henry mendramatisir latar belakang karakter yang hidup paspas-an.
Lewat detail; Uang receh. Mendesak pedagang untuk memberikan harga termurah.
membuatnya malu hingga pipinya merah. O. Henry menunjukkan beban hidup keseharian
karakternya. Informasi ini dengan sendirinya meningkatkan intensitas masalah.
Menunjukkan membuat adegan lebih hidup. ketimbang hanya mengatakan aku berdiri di
trotoar dan berteriak memanggil Teresa.
Di tengah rimbunnya pepohonan dalam sebuah hutan lebat di belah timur tebing Pegunungan
Carpathian, seorang pria berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat itu musim dingin, dan ia
tampak seolah sedang menunggu monster hutan datang menghampirinya, dalam jangkauan
pandangannya, agar kemudian dapat ia bidik dengan senapan berburunya.
Saki mengirim pertanda bahaya melalui :
Karakterisasi ; .berdiri tegap mengawasi sekelilingnyadan ..tampak seolah menunggu
monster hutan.
Latar ; Pegunungan, tebing, hutan lebat, musim dingin, dan
Peralatan untuk membunuh berupa. senapan berburu.
Meski kelima paragraf pertama cerpen diatas berbeda, namun semuanya memancing pertanyaan
dibenak pembaca :
Membuka dengan masalah yang harus diselesaikan oleh karakter
Pembaca ingin tahu bagaimana karakter menyelesaikan masalah ? Perubahan apa yang terjadi
pada diri karakter setelah melewati masalah ? (resolusi).
Membuka dengan aksi (insiden)
Apa maksud karakter melakukan aksi (insiden) ?
Membuka dengan garis besar cerita TAPI menahan informasi penting mengenai motif;
kenapa karakter melakukan sesuatu?
Membuka dengan pertanda bahaya (ketegangan)
Apakah karakter berhasil melewati bahaya ? Apa yang akan terjadi dengannya ?
Membuka dengan menampilkan lokasi cerita
Mengapa tempat tersebut istimewa ? Apa hubungan lokasi cerita dengan karakterdan tema
cerita secara keseluruhan?
Satu hal lagi. Selalu menampilkan karakter dalam paragraf pertama.
Ada alasan mengapa kelima pembukaan cerpen diatas lansung memperkenalkan karakternya.
Penulisnya tahu sifat dasar manusia. Setelah semua, manusia paling tertarik dengan sesamanya.
Itu sebabnya kehadiran karakter, atau nama orang, lansung menarik perhatian pembaca.
Sangkalan : Belum ada teknik menulis yang berlaku efektif bagi semua penulis Teknik
menulis yang sama tidak menjamin hasil yang sama ditangan dua penulis berbeda.
Bagaimana Dengan Anda ?
Apakah Anda punya pembukaan cerpen favorit ? Saya ingin Anda menulis kutipannya pada
kolom komentar dibawah dengan senang hati, mari kita mendiskusikannya.
dan terima kasih. Saya sangat menghargai Anda, karena mau berbagi posting bermanfaat ini
kepada teman Anda via facebook & twitter.