KONSEP DASAR
A. Pengertian
Leukemia
merupakan
penyakit
akibat
terjadinya
proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak
atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah
putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal.
(Baughman, 2000, hal : 336).
Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 1997).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imaturdalam
jaringan pembentukan darah. (Suriadi, 2006)
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Perjalanan penyakit
biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK),
gambaran menonjol adalah :
b. Pembuluh darah
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan.
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak nampak, kecuali dibawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi
pembuluh darah yang lebih besar yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
4) Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas
elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu
substansi interselular cair yaitu plasma darah. Ada dua jenis utama
sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam
keadaan segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah (eritrosit) dan sel
darah putih (leukosit). (Leeson. 1997.hal : 134 ).
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga
tempat, yaitu:
1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
a. Tulang vertebrae
b. Sternum ( tulang dada)
traktus
gastrointestinal
dan
traktus
respiratorius.
Terdapat 2 jenis limfosit yaitu limfosit T
bergantung pada timus,berumur panjang, dibentuk
dalam timus, limfosit T bermigrasi dari kelenjar timus
ke jaringan limfoid lain. Sel ini secara khas ditemukan
pada pada parakorteks kelenjar getah bening dan
lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien.
Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan
Monosid
mempunyai
fungsi
fagosit, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmenfragmen sel dan mikroorganisme.
10
4. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna
bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium,
dan lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan
viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotick
untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan
vitamin ).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibody atau anti toksin.
(Pearce, 1998)
C. Etiologi Dan Predisposisi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau
kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan
agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia
11
D. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal
dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit
di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke
12
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
13
F. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
14
gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi :
vinkristine, asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan
dengan
kombinasi
mercaptopurine,
metotrexate,
vincristine,
dan
G. Pengkajian Fokus
1. Demografi
a. Usia
15
b. Ras
Tanda
b. Sirkulasi
Gejala
: Palpitasi
Tanda
c. Eliminasi
Gejala
d. Integritas ego
Gejala
Tanda
16
Tanda
f. Neuro sensori
Gejala
Tanda
Tanda
h. Pernafasaan
Gejala
Tanda
i. Keamanan
Gejala
Tanda
3. Data Penunjang
a. Hitung darah lengkap :
17
dengan
18
19
secara
bertahap
meningkatkan
irama,
kehalusan
dan
20
21
I. Pathways
Faktor Endogen :
- Ras
- Kelainan kromosom
- Herediter
Faktor Eksogen :
- Sinar X, Radioaktif
- Bahan kimia, hormon
- infeksi
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Imunosupresi pada
sumsum tulang
Pansitopeni
Lekopeni
Eritropeni
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Kemoterapi
Agropulosi
tosis
Hb
Suplai O2
dalam darah
Infeksi
meningkat
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
Mual,
muntah
Risiko
infeksi
Jaringan < O2
Gangguan
tumbang
Asam
lambung
Alopesia
Gangguan
citra tubuh
Trombositopeni
Splenohep
atomegali
Anoreksia,m
ual,muntah
Perdarahan
Risiko kurang
volume cairan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
22
J. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat
pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih,
peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi, penekanan sumsum
tulang.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
(muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual,
anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status hipermetabolik, demam).
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal
(pembesaran nodul limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan dengan sel
leukemik ), agen kimia (pengobatan anti leukemik ).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit massif,
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan
dengan
23
K. Intervensi
1. Diagnosa I : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak
adekuat pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan
sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit imatur ,
imunosupresi , penekanan sumsum tulang.
Tujuan
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
b. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
keamanan lingkungan, meningkatkan penyembuhan.
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruang khusus,.batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : Melindungi dari sumber potensial pathogen.
b. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua
petugas dan pengunjung.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko infeksi.
c. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
Rasional : Meningkatkan pembentukan antibody dan mencegah
dehidrasi.
d. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium ( hitung darah lengkap ).
Rasional : Meyakinkan adanya infeksi, mengidentifikasi organisme
spesifik dan terapi tepat.
24
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi teraba, haluaran urin, berat jenis dan PH dalam batas
normal.
b. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yang tepat.
c. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk mencegah terjadi
defisit volume cairan.
Intervensi :
a. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak kasat mata dan
keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urin pada adanya
pemasukan adekuat, ukur erat jenis dan PH urin.
Rasional
25
e. Kolaborasi :
1) Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional
26
Kriteria hasil : Mual dan muntah berkurang atau bahkan menghilang, berat
badan dapat dipertahankan, klien bisa menghabiskan makan
1 porsi.
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran makanan.
Rasional
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan nyeri terkontrol / hilang.
b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.
27
terjadi
komplikasi
dan
membantu
positif,
meningkatkan
rasa
kontrol
dan
28
3) Narkotik,
missal
kodein,
meperdin
(Demerol),
morfin,
hidromorfon (dilaudis).
Rasional
29
: Mungkin
diberikan
untuk
meningkatkan
kerja
analgetik / narkotik.
5. Diagnosa V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolic
dari produksi leukosit massif, ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (anemia, hipoksia ).
Tujuan
: Pasien
dapat
melakukan
aktifitas
sesuai
dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan adanya peningkatan toleransi aktifitas yang dapat
diukur.
b. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran.
c. Dapat berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat dilakukan sehari- hari
sesuai dengan tingkat kemampuan pasien.
Intervensi :
a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari.
Rasional
30
Rasional
: Memaksimalkan
sediaan
oksigen
untuk
kebutuhan
seluler.
6. Diagnosa VI : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan melemahnya kemampuan fisik.(Carpenito, 2001 :
156)
Tujuan
31
Intervensi :
a. Ajari orang tua tentang perkembangan anak sesuai usia
b. Perkuat perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata yang
digunakan anak
c. Ajak anak bermain untuk merangsang kemampuan motorik dan
pendengaran
d. Kaji tingkat perkembangan yang telah dicapai oleh anak
7. Diagnosa VII :Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.
(Wong, 2003 : 598)
Tujuan
pengobatan
berhubungan
dengan
kurang
32
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan paham terhadap kondisi / proses penyakit dan
pengobatan.
b. Melakukan perubahan pola hidup yang perlu.
c. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
a. Kaji ulang patologi bentuk khusus leukemia dan berbagai bentuk
pengobatan.
Rasional : Pengobatan dapat termasuk berbagai obat anti neoplastik,
radiasi seluruh tubuh atau hati / limpa, transfuse, dan
transplantasi sumsum tulang.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit leukemia.
Rasional : Pasien lebih mengerti dan memahami apa itu penyakit
leukemia dan tahu cara pengobatan dan pencegahannya.
(Doengoes, 2000)
33