SPESIALIS LISTRIK
AK3 LISTRIK
2013
Daftar Isi
2.
3.
BAGIAN 4 .................................................................................................... 1
3.1 DOKUMEN - DOKUMEN YANG DIPERSYARATKAN ...................... 1
3.1.1 Konfigurasi Jaringan Sistem Tenaga Listrik ...................................... 1
3.1.2 Komponen Jaringan Distribusi Tenaga Listrik .................................. 2
3.1.3 Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik............................................... 7
3.2 PROSEDUR PEMERIKSAAN JTM ....................................................... 12
3.2.1 Pemeriksaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan ..................... 12
3.2.2 Ketentuan bekerja pada keadaan bertegangan................................. 12
3.2.3 Pemeriksaan jaringan dalam keadaan tidak bertegangan ............... 13
3.2.4 Ketentuan bekerja pada keadaan tidak bertegangan........................ 14
4.
PENGUJIAN ............................................................................................. 23
4.1 4.3. JENIS JENIS JARINGAN DAN GARDU ..................................... 38
1.3.3.2 KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI SUTM . ..................................... 39
5.
LAMPIRAN I : MATA UJI (TEST ITEMS) LAIK OPERASI
INSTALASI TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK ............ 65
6.
LAMPIRAN II : MATA UJI (TEST ITEMS) LAIK OPERASI
INSTALASI PEMANFAATAN KONSUMEN TEGANGAN TINGGI DAN
MENENGAH ....................................................................................................... 67
7.
LAMPIRAN II : MATA UJI (TEST ITEMS) LAIK OPERASI
INSTALASI PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK ................................... 69
Page i
Daftar Gambar
GAMBAR 4. 1 REPRESENTASI SISTEM TENAGA LISTRIK ........................................... 1
GAMBAR 4. 2 SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK................................ 3
GAMBAR 4. 3 SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI ........................................................... 4
GAMBAR 4. 4 SISTEM HANTARAN PENGHUBUNG ( TIE LINE) ................................... 5
GAMBAR 4. 5 JARINGAN DISTRIBUSI SISTEM LOOP .................................................. 6
GAMBAR 4. 6 JARINGAN DISTRIBUSI SISTEM SPINDLE ............................................. 6
GAMBAR 4. 7 SINGLE LINE DIAGRAM 1 ................................................................. 10
GAMBAR 4. 8 SINGLE LINE DIAGRAM 2 ................................................................. 11
GAMBAR 4. 9 SINGLE LINE DIAGRAM PHB-TR ..................................................... 15
GAMBAR 4. 10 REKONDISI MINYAK BANK TRANSFORMATOR ............................... 25
GAMBAR 4. 11 KOSTRUKSI SUTM FORMASI HORIZONTAL SIMETRIS .................... 40
GAMBAR 4. 12 KONSTRUKSI SUTM FORMASI HORIZONTAL TIDAK SIMETRIS
DENGAN KAWAT TANAH DIATAS KAWAT FASA ............................................. 40
GAMBAR 4. 13 KONSTRUKSI SUTM FORMASI SEGITIGA ....................................... 41
GAMBAR 4. 14 KONSTRUKSI SUTM FORMASI VERTIKAL ...................................... 41
GAMBAR 4. 15 KONSTRUKSI SUTM FORMASI VERTIKAL 1 KAWAT DENGAN KAWAT
NETRAL DIBAWAH KAWAT FASA ..................................................................... 42
GAMBAR 4. 16 KUBIKELL ...................................................................................... 45
GAMBAR 4. 17 INDEKS PROTEKSI........................................................................... 48
GAMBAR 4. 18 ALAT UKUR THERMOVISI ............................................................... 53
GAMBAR 4. 19 CONTOH PENGUKURANTHERMOVISI .............................................. 54
GAMBAR 4. 20 MICRO OHM METER ........................................................................ 55
GAMBAR 4. 21 ALAT UJI INSULATION TESTER.. ..................................................... 55
GAMBAR 4. 22 PENGUJIAN TAHANAN PENTANAHAN. ............................................ 56
Page ii
Daftar Tabel
TABEL 4. 1 JARAK MINIMUM AMAN KERJA ........................................................... 13
TABEL 4. 2 FAKTOR KOREKSI SUHU BAHAN .......................................................... 21
TABEL 4. 3 KONDISI ISOLASII ................................................................................. 22
TABEL 4. 4 PENGUJIAN TAHANAN ISOLASII............................................................ 22
TABEL 4. 5 CONTOH TABEL HASIL PENGUJIAN ...................................................... 23
TABEL 4. 6 SIFAT MINYAK TRAFO ........................................................................... 25
TABEL 4. 7 CHECKLIST PERALATAN ELECTRIC ...................................................... 26
TABEL 4. 8 SERVICE INSPECTION ........................................................................... 27
TABEL 4. 9 FORMULIR INSPEKSI LEVEL 1................................................... 33
Page iii
Unit Kompetensi
Elemen Kompetensi 1
: Pemeriksaan
Dokumen-Dokumen
Dipersyaratkan
:
1.1 Dapat memeriksa dokumen peralatan.
Yang
Elemen Kompetensi 2
: Prosedur
Pemeriksaan
Pada
Jaringan
:
2.1 Dapat melakukan pemeriksaan jaringan
dalam
Elemen Kompetensi 3
:
3.1 Dapat membedakan jenis jenis jaringan dan gardu
3.2 Dapat membedakan fungsi jaringan dan gardu
3.3 Dapat mengenal konstruksi jaringan dan gardu
Elemen Kompetensi 4
Mengetahui
Bagian
Komponen
Komponen
:
5.1 Dapat mengetahui jenis dan spesifikasi komponen
pada jaringan dan gardu.
5.2 Dapat mengetahui jenis kode IP pada komponen
komponen yang dipasang
Page iv
Elemen Kompetensi
:
5.3 Dapat mengetahui regulasi jarak /clearence pada
pemasangan komponen jaringan/ gardu
5.1 Dapat memahami metode pengukuran pada
komponen jaringan/ gardu
5.2 Dapat memahami teknik pemasangan komponen
jaringan dan gardu
:
6.1 Mengetahui Proteksi hubung singkat pada Jaringan
dan Gardu.
6.2 Mengetahui Proteksi Tegangan lebih pada Jaringan
dan Gardu akibar petir.
6.3 Mengetahui Proteksi Non Listrik pada Jaringan dan
Gardu dengan metode sistem rintangan /
penghalang.
:
7.1 Laporan hasil pemeriksaan dibuat sesuai dengan
format
yang
telah
ditetapkan
dan
telah
Page v
1.
B
AGIAN 4
1.1
Page 1
I.
1.
2.
3.
4.
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah pusat
pembangkit tenaga listrik dan umumnya terletak di pinggiran kota. Untuk
menyalurkan tenaga listrik ke pusat pusat beban (konsumen) dilakukan dengan
jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tidak langsung maka
bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah gardu yang berfungsi
menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan menyalurkan tenaga listrik melalui
jaringan distribusi primer.
II.
Page 2
dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau
jaringan distribusi tegangan menengah memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV.
Seperti pada gambar di bawah ini
SUTM
SKTM
GI
GH
TR
GD
Sambungan Rumah
Jaringan Distribusi sekunder
TR
Rumah
konsumen
Gardu Distribusi
Gardu Distribusi mempunyai dua sistem jaringan yaitu jaringan distrribusi
Page 3
pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis,
alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan
sesuai jenis konsumen:
Pada jaringan distribusi terdapat 4 Konfigurasi yaitu:
1.
Sistem Radial
Sistem distribusi dengan pola radial ini adalah sistem distribusi yang paling
sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang
mensuplai gardu distribusi secara radial.
Page 4
pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik / rendah , hal ini disebabkan
jatuh tegangan terbesar ada di ujung saluran.
2.
pelanggan khusus yang tidak boleh padam (Bandar Udara ,Industri besar dll ).
Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic
Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke
gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami
gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.
3.
Sistem Loop
Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar
Page 5
Sistem Spindel.
Sistem Spindel seperti pada Gambar 4.6. adalah suatu pola kombinasi jaringan
dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang
tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah
Gardu Hubung (GH).
Page 6
hubung singkat. Gangguan hubung singkat ini terjadi sebagai akibat dari tembusnya
bahan isolasi, kesalahan teknis, polusi debu, dan pengaruh alam di sekitar saluran
distribusi tenaga listrik, sehingga ada arus yang mengalir dari fasa ke tanah atau antar
fasa. Untuk keandalan pelayanan penyaluran tenaga listrik ke pelanggan maka
jaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman.
Bila ditinjau dari segi lamanya waktu gangguan, maka gangguan pada saluran
distribusi tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Gangguan permanen .
penyebab
Page 7
dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan sistem tenaga listrik jika pengaman
tidak segera bekerja.
Gangguan-gangguan yang lain jika terjadi berulang-ulang bisa mengakibatkan
terjadinya kerusakan isolasi maupun peralatan pada sistem transmisi dan distribusi
tenaga listrik dan hal ini akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya hubung singkat.
2.
Page 8
b. Surja Hubung.
Yang dimaksud dengan surja hubung adalah kenaikan tegangan pada saat
dilangsungkan pemutusan dan pemasukan arus oleh PMT. Kenaikan tegangan yang
disebabkan oleh adanya gangguan surja hubung ini dapat merusak isolasi peralatan.
c. Polusi Debu.
Debu-debu yang menempel pada isolator, bila udara lembab maka debu
tersebut merupakan konduktor yang dapat menyebabkan terjadinya loncatan bunga
api yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
d. Adanya Pohon-Pohon Yang Tidak Terawat.
Pohon-pohon yang dekat dengan saluran distribusi bila tidak terawat dan
rantingnya masuk ke daerah bebas saluran distribusi, hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
e. Isolator Yang Rusak.
Isolator yang rusak karena sambaran petir atau karena usia yang sudah tua bisa
menyebabkan terjadinya gangguan hubung singkat hubung singkat dari fasa ke tanah.
f. Daun-Daun Yang Menempel Pada Isolator.
Daun-daun yang terbang terbawa angin dan kemudian menempel pada isolator
akan mengakibatkan jarak bebas berkurang sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
loncatan bunga api. Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya gangguan hubung singkat
antar fasa atau gangguan hubung singkat dari fasa ke tanah.
Page 9
Page 10
Page 11
1.2
keadaan
mabuk
Saat bekerja harus berdiri pada tempat yang berisolasi dan andal
Page 12
TEGANGAN
(cm)
50
12
60
20
75
70
100
150
125
220
160
500
300
Bila bekerja di dekat instalasi yang lebih tinggi dari pada tegangan perlengkapan
yang dikerjakan, harus dipastikan bahwa perlengkapan tersebut bebas dari
kebocoran isolasi atau imbas yang membahayakan dan sebaiknya dibumikan
Dilarang menggunakan pengukur panjang, tali logam atau tali dengan anyaman
benang logam
Di dekat bagian bertegangan, dilarang menggunakan tangga kayu atau bambu
yang diperkuat dengan batang logam yang memanjang searah dengan arus listrik
Jika jarak aman tidak dapat dipenuhi, petugas harus menggunakan pengaman dari
bahan isolasi.
1.2.3 Pemeriksaan jaringan dalam keadaan tidak bertegangan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dimana pada saat melakukan
pemeliharaan/perbaikan jaringan distribusi TR/TM dimana objeknya dalam keadaan
Page 13
tidak aktif atau dalam keadaan tidak bertegangan. Alasan dilakukan pemeriksaan
dalam keadaaan tidak bertegangan:
Keuntungannya
Peralatan kerja, alat bantu kerja dan peralatan K3 harganya lebih murah.
Kerugiaannya
Akibat pemadaman berarti energi tidak tersalurkan / terjual menjadi lebih besar
sebanding dengan lamanya pekerjaan
Petugas untuk pembebasan tegangan harus mempunyai surat tugas dari atasan
yang berwenang
Bagian perlengkapan yang telah dibebaskan dari tegangan dan akan dibuang sisa
muatan listriknya, harus diperiksa secara teliti .
Page 14
4.2.1
Ukur dan catat arus dan tegangan pada saklar utama dan saluran keluar
Ukur dan catat arus dan tegangan untuk semua jurusan dengan tang amper
meter
Ukur dan catat suhu alat sambung hubung pada saklar utama dan fuse
pengaman
Amati dan catat adanya kelainan- kelainan pada PHB-TR dalam keadaan
beroperasi
Page 15
Persiapan
1. Menyiapkan peralatan kerja yang diperlukan
2. Menyiapkan perlengkapan keselamatan kerja (K3)
3. Menyiapkan material yang diperlukan
4. Membebaskan Gardu Distribusi dari tegangan
5. Memasang peralatan grounding
II.
Pembersihan
1. Membersihkan komponen Gardu Distribusi dari kotoran yang menempel.
2. Membersihkan bagian bagian kontak pada Gardu Distribusi
3. Menggosok dengan kertas gosok pada bagian kontak Gardu Distribusi.
III.
Pemeriksaan
1. Memeriksa saklar utama, semprot dengan contact cleaner bila kotor
2. Memeriksa fuse / sekring, lakukan penggantian bila ada yang putus.
3. Memeriksa lampu test dan penerangan lakukan penggantian bila ada putus.
4. Memeriksa rel dan terminal kabel TR lakukan pengencangan bila ada yang
kendor.
5. Memeriksa rel dan terminal kabel TR lakukan pengencangan bila ada yang
kendor
6. Yakinkan pemeriksaan PHB TR selesai
7. Lepaskan peralatan grounding, masuk saklar utama.
8. Tutup PHB, kemasi peralatan dan membuat laporan.
9. Memeriksa Bushing Trafo, semprot dengan multi cleaner bila kotor dan di lap
dengan lap silikon
10.
Page 16
11.
yang kendor.
IV.
Pembuatan Laporan
1. Susunlah kronologis pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan urutan waktu dan
urutan langkah kerja pemeliharaan JTR
2. Buatlah kesimpulan hasil pemeliharaan JTR
3. Buatlah Berita Acara dan TT Pemeliharaan JTR
Persiapan
1. Menyiapkan peralatan kerja pemeliharaan LBS & FCO
2. Menyiapkan perlengkapan
( K3 )
II.
Pembersihan
1. Membersihkan perlengkapan LBS & FCO
menempel
2. Membersihkan perlengkapan LBS & FCO dari benda asing dan pepohonan.
3. Membersihkan bagian kontak dari LBS
4. Membersihkan bagian kontak dari FCO
III.
Pemeriksaan
1. Memeriksa kondisi fisik travers penggantung LBS dan FCO
2. Memeriksa kondisi fisik mekanik LBS dan perlengkapannya
Page 17
IV.
Memasukan Tegangan
1.
2.
3.
4.
5.
V.
Pembuatan Laporan
1.
Susunlah kronologis pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan urutan waktu dan
3.
C. Pemeliharaan Tiang
I.
Persiapan
Page 18
II.
Pemeriksaan
III.
Pengecatan
IV.
V.
Page 19
VI.
Pembuatan Laporan
I.
Persiapan.
II.
1. Memotong pipa sesuai panjang atau ukuran yang diperlukan yang salah satu
ujungnya dipotong miring..
2. Melubangi pipe besarnya sesuai dengan mur/baut.
3. Kawat tembaga tsb ujungnya dimasukan sepatu kabel.
4. Sepatu kabel di pres dengan tang pres agar tidak terlepas.
5. Kawat yang dipasang sepatu kabel dimasukan pipa dan selanjutnya mur/baut
di kencangkan.
Modul Pembinaan Ahli K3 Spesialis Listrik
Disusun Oleh AK3 Listrik
Page 20
III.
IV.
PEMBUATAN LAPORAN
Susunlah kronologis pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan langkah kerja
pemasangan pentanahan JTM.
CxE
.........M
kVAxks
KVA
ks
Faktor koreksi
0,25
0,36
10
0,50
15
0,72
Page 21
20
1,0
r 30
1,98
i 40
3,95
t 50
7,85
N
ilai polaritas Index Trafo , tujuannya untuk mengetahui ketahanan Isolasi
terhadap gangguan tegangan lebih. Merupakan perbandingan nilai Tahanan
isolasi belitan pd menit ke 10 dibanding dengan tahanan isolasi menit ke 1.
PI =
Ris menit.10
Ris menit.1
Kondisi Isolasi
Kurang dari 1
Berbahaya
1.0 - 1.1
Kurang
1.1 - 1,25
Meragukan
1.25 - 2.0
Cukup
Lebih dari 2
Bagus
Menit
LV Body
LV HV
HV Body
(M)
(M)
(M)
Megger 1.000 V
Page 22
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Spesifikasi trafo :
Daya trafo
: .. KVA
: Volt
: Volt
:............................. C
2.
P
ENGUJIAN
LV - BODY
LV - HV
HV - BODY
TAHANAN ISOLASI
POLARITAS INDEX
Page 23
terpakai minimal 80 kv /
cm. Sebagai cairan pendingin, nilai viskositas untuk minyak baru maksimal 18,50
milipoises, sedang untuk minyak yang terpakai maksimal 19,24 miliposes. Titik nyala
minimum 146 C.
Trafo dalam keadaan berbeban akan timbul panas antara 60 C 80 C
pada kumparan-kumparan yang disalurkan pada minyaknya dengan cara konveksi dan
radiasi ke udara melalui sistem pendinginannya. Trafo dengan type conservator,
minyak trafo mempunyai kontak dengan udara luar yang mengandung zat asam. Dan
inilah yang lambat laun dapat merusak minyak trafo.
Zat asam pada suhu minyak antara 60 C 80 C bereaksi dengan minyak
trafo, menyebabkan terjadi pesenyawaan asam dan air sehingga kadar asam dan air
dalam minyak trafo ini makin tinggi. Bila minyak trafo berkadar asam tinggi bereaksi
dengan kumparan dan bagian logam trafo akan membentuk garam-garam yang tak
dapat larut mengendap berupa bintik-bintik berwarna merah coklat.
Kondisi tersebut bila dibiarkan berlangsung terus, berakibat merusak
kumparan trafo dan minyak menjadi kental, hingga daya pendinginan serta tegangan
tembusnya makin turun
II.
Nilai viskositas
Page 24
Minyak trafo
tua
Setelah diolah
dgn reaktor
minyak
Minyak trafo
baru
KADAR ASAM
( mg KOH / g minyak )
1.00
0.03
0.03
Tegangan tembus
( KV / cm )
< 80
120
120
Kadar air
> 0.05
0.00
0.00
Kadar kotoran
> 1.10
0.00
0.00
Visositas
( Milli poises )
> 30
19.24
18.45
Warna
Coklat merah
Kuning
Kuning muda
tak berwarna
Bau
Sangat
merangsang
Tak berbau
Tak berbau
4
5
6
7
Page 25
Page 26
I.
In Service Inspection
I.1
I.2
I.3
I.4
I.5
I.6
I.7
Pemeriksaan
Terminal
Utama, Jumperan dan daerah bertegangan terhadap
benda asing, bunyi-bunyian,
bau-bauan.
I.8
Pengukuran
thermometer
I.9
I.10
I.11
infrared
Visual,
meter.
KETERANGAN
PERALATAN KERJA
Bila diperlukan
10 tahunan
5 tahunan
2 Tahunan
Tahunan
Semester
Triwulan
Bulanan
KEGIATAN
Mingguan
NO
Harian
PERIODE PEMELIHARAAN
Avo
Visual
PER
PERAL
ATAN
ALA
KERJA
TAN
KER
JA
Visual
Waterpass,
visual.
Visual.
Visual.
Panca indera
thermometer
infrared
sistem 500 kV
Infrared
Thermo vision
sistem <150 kV
Pemeriksaan Kebocoran
gas SF6 pada sambungansambungan.
Visual, Leakage
detector
Mano
meter,
Gas Leakage
Page 27
I.12
I.13
I.14
Pemeriksaan kebocoran
pada instalasi udara :
katup-katup, sambungan
pipa safety valve, blast
valve, reducing valve 180
bar & 150 bar.
Monitor tekanan Gas SF
6 ; N2 ; udara kempa dan
kebocoran
pipa
salurannya.
Pemeriksaan warna dan
level minyak
I.15
I.16
Pemeriksaan
Indikator
Pegas me- kanik pada
PMT sistim pegas.
Pemeriksaan kebocoran
minyak pada instalasi,
sambungan, katup-katup
pipa.
I.17
Pemeriksaan
indikasi
I.18
Monitor
penunjukkan
counter hour pompa.
level
Kunci-Kunci,
Spesial Tools,
air sabun.
Mano
meter,
Gas Leakage
Media Minyak
Visual.
Media Minyak
Visual.
Penggerak
Spring
Visual
Penggerak
Hidrolik
Visual.
Penggerak
Hidrolik
Visual.
Penggerak
Hidrolik. (Harus
dicatat
penunjukan
counter
dan
siklus
operasi
saat
pemeriksaan)
I.19
Pemeriksaan
start-stop
I.21
Pemeriksaan kebocoran
udara
pada
instalasi
udara; pipa; nepel; safety
valve
(akuator).
Hidrolik
Penggerak
Hidrolik
Visual,busa air
sabun
Penggerak
Pneumatik
Visual
Penggerak
Pneumatik
katupkatup
Pemeriksaan
counter
kerja kom-pressor apakah
ada penambahan angka
secara
dratis
bila
bertambah
lakukan
I.22
Penggerak
pemeriksaan kebocoran
udara lebih intensif.
Page 28
I.23
I.24
I.25
I.26
I.27
PemeriksaanOilpressure
gauge.
Pressure Gauge.
Dicatat
indikatornya
PemeriksaanPressure
gauge 1st stage.
Pressure Gauge.
Dicatat
indikatornya
PemeriksaanPressure
gauge 2nd stage.
Pressure Gauge.
Dicatat
indikatornya
Pemeriksaan
Pressurre
gauge 3rd stage.
Pressure Gauge.
Dicatat
indikatornya
Pemeriksaan
Pressure
gauge 4th stage.
Pressure Gauge.
Dicatat
indikatornya
I.28
I.29
I.30
I.31
Sumber
AC/DC.
I.32
Pemeriksaan
indikator
/
indikator
automatic
I.34
Pembuangan
tanki udara.
air
I.35
Pemeriksaan kebocoran
udara pada instalasi.
I.36
Pengukuran
pentanahan.
pada
AVO meter
Bagian
Listrik
Motor
AVO meter
Bagian
Listrik
Motor
Visual
Bagian
Motor
O
O
O
Listrik
O
lampu
bendera
Pemeriksaan
sequence.
Visual. , AVO
meter
Panel Kontrol
Visual.
Panel Kontrol
Visual
Panel Kontrol
Visual
Visual
O
O
tahanan
O
Alat
tahanan
Ohm.
ukur
mikro
II.1
Pengukuran
thermometer
II.2
III
Visual
tegangan
I.33
II.
Visual
infrared
thermometer
infrared
instalasi 500 kV
Infrared
Thermo vision
instalasi 150 kV
Page 29
III.1
III.2
III.3
Pembersihan
&
pemeriksaan
isolator
interupting
chamber,
capacitor, column.
Pemeriksaan kekerasan
baut terminal Utama,
bodi, pentanahan dan
baut-baut wiring pada
panel kontrol.
Pengujian
kontak.
Kuas, electrical
tool set.
Megger
Volt
Breaker
analizer.
Visual, KunciKunci.
Meter
gas
referensi, AVO
meter.
tahanan
III.4
III.5
Pengujian keserempakan
kontak.
III.6
Visual
Alat
teropong,
majun, cleaning
paste.
5000
terminal wiring.
III.7
III.8
III.10
- blocking open
III.11
- blocking reclose
III.12
Pemeriksaan
tahanan
magnetic coil reducing
valve.
III.13
Spesial tool ,
tekanan
O
AVO meter
Penggantian minyak
II.14
Pemeriksaan
alat
Pemeriksaan
minyak.
III.16
Pengukuran
bushing
Alat
Tegang
Tembus
dielektrik
tan
delta
Visual, KunciKunci.
Uji
an
Page 30
III.17
HV test DC =
1,5 teg.
Nominal, Alat
uji kevakuman
(vacum checker)
III.18
III.19
O
III.20
Visual , kuas ,
Penggerak
Spring
Visual, Breaker
Analyzer
Penggerak
Spring
tool set
Penggerak
Hidrolik. Diganti
penggantian minyak.
Media Vaccum
berdasarkan
assesment
III.21
III.22
pressure
Manual, kuncikunci
Penggerak
Hidrolik
Uji tekanan
Penggerak
switch
III.23
III.24
Hidrolik
Pemeriksaan /pengujian
sistem penggerak u/ PMT
close / open.
Visual,kuncikunci
Penggerak
Pneumatik
Visual , kuncikunci
Penggerak
Pneumatik
III.25
- Resetting microswitch.
Penggerak
Pneumatik
III.26
Pemeriksaan
pembersihan
Penggerak
Pneumatik
dan
selenoid
valveclosing& tripping
III.
Overhaul
III.1
Kunci-Kunci,
Special
Tool,
Spare part.
Tergantung
assesment
III.2
Kuncikunci,spe-cial
tool, Spare part.
Saat komisioning
III.3
harus
dilaksanakan,
Dilaksanakan
setiap 4 tahun
sekali
Page 31
Adalah tindak lanjut dari hasil Shutdown Measurement yang juga merupakan
tindakan pemeliharaan yang dilakukan dalam periode tertentu
(dapat ditentukan
berdasarkan kondisi hasil asesmen).
C.
Page 32
Page 33
Page 34
Page 35
Page 36
Page 37
2.1
4.3.
PHB-TR
Page 38
tembok
dengan
lainnya.
o Gardu Kios, berupa kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi.
Gardu kios bukan merupakan gardu
sementara,
PHB-TR dipasang
1.3.3.2
Page 39
dan Banten
2. Formasi Horizontal tidak simetris dengan satu kawat tanah di atas kawat
fasanya Formasi ini banyak di gunakan di Jawa Timur dan Kalimantan
Page 40
4. Formasi Vertical
Formasi Vertical 3 fasa
Formasi saluran ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah
untuk sudut belok
Formasi Vertical 1 fasa dengan kawat netral dibawah kawat fasa sejajar
Formasi saluran ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah
untuk jaringan satu fasa
Page 41
pelaksanaan
pembangunan,
pengoperasian
dan
mutu
jaringan
distribusi
yang
nantinya
akan
Page 42
BAGIAN 4
Peralatan proteksi :
Proteksi 20 kv
Relai arus lebih /
relai hubung tanah
Fuse
Poteksi 220 / 380 v
Fuse (NH fuse)
Kabel Penghubung
Kabel saluran masuk / keluar 20 kv, 3 inti
Kabel beban / trafo masuk / keluar 20 kv, 1 inti
Modul Pembinaan Ahli K3 Spesialis Listrik
Disusun Oleh AK3 Listrik
Page 43
b. Peralatan proteksi
Lightning arrester
NH fuse
c. Kabel / penghantar
d.
Kabel keluar
Pentanahan
pentanahan arrester
Un
: 24 KV
BIL
: 125 KV 50 hz
In
: 630 A
Page 44
I dyn
: 50 KA
I th
: 20 KA, 1 second
Rated voltage
: 20 / 24 KV
Rated current
Breaking capacities
Making capacities
Pelayanan umum TR
Pelayanan khusus TM
Gambar 4. 16 Kubikell
Contoh1.
Diagram garis tunggal komposisi kubikel pada gardu distribusi pelayanan
Umum TR
Gardu pelayanan umum dengan 1 (satu) buah trafo distribusi adalah : LBS,
LBS, PBO
Page 45
PT
Contoh 2 :
Gardu pelayanan umum dengan 2 (dua) buah trafo distribusi .
Contoh 3.
Diagram garis tunggal komposisi kubikel pada gardu pelayanan khusus TM
Gardu pelayanan khusus TM type 2A : LBS, LBS, PT, CB, B1
Page 46
Contoh 4.
Gardu pelayanan khusus TM type 3A : LBS, LBS, PT, CBO
LBS
LBS
PT
PGC
TYPE 3A
FUSE
TM
OCB
PT
CT
KWH
4.4.2 Indeks Proteksi
Kode
IP
(International
Protection),
ada
juga
yang
mengartikan
sebagai Ingress Protection terdiri dari huruf IP yang kemudian diikuti oleh dua
angka dan terkadang diikuti juga oleh sebuah atau dua huruf tambahan. Sebagaimana
didefinisikan dalam standar internasional IEC 60529, dimana IP rating tersebut
mengklasifikasikan derajat atau tingkat perlindungan yang diberikan dari suatu
peralatan listrik
.
Benda padat ( termasuk bagia tubuh mansia seperti tangan dan jari)
Debu.
Hubungan/kontak langsung
Air
Dua digit angka setelah huruf IP menunjukkan kondisi yang sesuai dari
peralatan tersebut berdasarkan klasifikasinya. Dan jika tidak ada rating perlindungan
sehubungan dengan salah satu kriteria, maka angka diganti dengan huruf X, contoh
IP4X atau IPX6.
Page 47
Kode Utama
Digit Pertama, menunjukkan tingkat perlindungan peralatan terhadap benda
Page 48
Tidak dilindungi
1.
2.
Perlindungan terhadap tetesa air yang jatuh langsung dengan kemiringan 15.
3.
4.
5.
Perlindungan terhadap semprotan air yang datang dari segala arah, contohnya
semprotan air dari pipa air atau keran.
6.
Perlindungan terhadap semprotan air bertekanan yang datang dari segala arah,
contohnya semprotan air dari water jet.
7.
Perlindungan akibat perendaman dalam air yang bertekanan dan dilakukan dalam
jangka waktu tertentu ataupun terus-menerus. Biasanya, ini berarti bahwa alat ini
tertutup rapat. Namun, pada beberapa jenis peralatan, itu dapat berarti bahwa air bisa
masuk tetapi hanya dalam sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan efek yang
berbahaya.
Kode Tambahan
Digit ketiga, merupakan kode tambahan pertama berupa notasi huruf
yang menunjukkan perlindungan bagian-bagian berbahaya dari akses manusia.
A Tangan
B - Jari
C - alat-alat
D kabel
Digit keempat, merupakan kode tambahan kedua juga berupa notasi
Page 49
W- kondisi cuaca
Kode IK
Kode IK, merupakan kode nomor tambahan yang digunakan untuk
0 - Tanpa perlindungan
Kode IK
00 - Tanpa Perlindungan
Page 50
Page 51
BAGIAN 5
4.5
Page 52
Page 53
tenaga
sambungan.Sambungan
listrik
sebagian
besar
terdiri
dari
banyak
titik
konduktor bertemu secara pisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa
hambatan yang berarti.
Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan
terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian
teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.
Page 54
Page 55
Page 56
sistem peralatan tersebut . Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur volt
meter
4.5.3 Teknik Pemasangan Komponen Pada Jaringan dan Gardu
Adapun contoh teknik pemasangan komponen pada jaringan/gardu pada
pemasangan trafo.
4.5.3.1 Pemasangan Trafo Bagian Luar
Transformator dapat dipasang dari luar dengan salah satu cara antara lain :
Pemasangan langsung
Langsung diklem dengan klem yang cocok pada tiang .cara ini
cukup baik
antara dua
Pemasanganpada platform
Sebuah platform dibuat pada suatu struktur terdiri dari empat
bagi
tempat
tiang untuk
tempat
yang
Pemasangan dilantai
Cara ini cocok untuk semua ukuran transformator. Permukaan
lantai harus
transformator yang terpasang dilantai harus direncanakan adanya aliran udara bebas
pada semua
transformator.
roda-roda
ini
akan
Untuk
transformator harus
Page 57
Page 58
4.5.3.4 Tiang
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang pada Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) 20 kV terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Pemakaian
tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya (umurnya) relative
pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Dilihat dari fungsinya, tiang listrik
dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul
berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator, sedangkan tiang tarik berfungsi
untuk menarik konduktor. Pada SUTM 20 kV, jarak antar tiang ditetapkan
sebesar 40 meter, tetapi jarak tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi wilayah
sehingga diberi standar yang jelas sejauh 30 - 50 meter. Untuk pemasangan tiang,
sudah ada standar untuk kedalaman tiang yang harus ditanam dibawah permukaan
tanah yaitu 1/6 dari panjang tiang.
Page 59
BAGIAN 6
4.6
Pendahuluan
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak
pelanggan. Karena fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan
untuk itu jaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya
dari akibat adanya gangguan listrik
2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
Sistem pengaman yang baik harus mampu :
1. Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI
2. Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan
3. Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan
4. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
5. Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan
6. Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1.
Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem
tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan daerah
pengaman tugas suatu pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah
pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan
bila perlumentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu
dengan bagian yang sehat.
2.
Selektifitas (ketelitian)
karena
terjadinya
Page 60
tercapai
maka
pasti dapat
kepada
Kecepatan. (Speed)
kerusakan
akibat
yang
proteksi
trafo.
c. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau
pada
crossarm.
d. Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan operasinya
kenaikan
sebagai proteksi terhadap gangguan hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa
maupun fasa ke tanah.
Modul Pembinaan Ahli K3 Spesialis Listrik
Disusun Oleh AK3 Listrik
Page 61
dibagi menjadi :
gangguan
adalah :
4.6.2 Proteksi Tegangan Lebih Pada Jaringan dan Gardu Akibat Petir.
Dalam keadaan operasi, suatu sistem tenaga listrik sering mengalami
gangguan yang dapat mengakibatkan terjadinya pelayanan-pelayanan daya. Gangguan
tersebut lebih sering terjadi pada jaringan distribusi. Terjadinya gangguan adalah
disebabkan oleh peninggian tegangan lebih, dimana tegangan itu melampaui tingkat
ketahanan isolasi dari hantaran distribusi. Dengan demikian terjadi hubung singkat
kawat-kawat fasa ke tanah yang dapat menyebabkan PMT membuka.
Modul Pembinaan Ahli K3 Spesialis Listrik
Disusun Oleh AK3 Listrik
Page 62
yg
dimaksud
untuk
mencegah
sentuh
tidak
bagian
aktif.
Bagian
yang
berbeda
potensial
yang
Page 63
BAGIAN 7
4.7
4.7.2
Pemadaman.
Sebab pemadaman.
Pengoperasian kembali.
Page 64
3.
Page 65
Page 66
4.
Page 67
Page 68
5.
Page 69
Page 70