PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
20170120051
1. Dapat mengetahui nilai impedansi pada setiap zona relai jarak pada
saluran transmisi antara gardu induk New Tarahan–Tarahan .
2. Dapat mengetahui pembagian jangkauan zona relai jarak pada saluran
transmisi 150 kV GI New Tarahan–Tarahan .
3. Dapat mengetahui lokasi gangguan pada saluran transmisi antara gardu
induk New Tarahan–Tarahan .
4. Analisa yang dibuat dapat menjadi referensi dalam pemasangan sistem
proteksi relai jarak pada jaringan transmisi 150 kV gardu New Tarahan–
Tarahan .
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian..
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari seluruh rangkaian
penelitian secara singkat dan jelas serta saran dari penelitian yang
telah dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Sistem tenaga listrik merupakan salah satu alat konversi dan transformasi
energi yang memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi dunia.
Sistem tenaga biasanya terdiri dari 3 bagian utama: pusat pembangkit listrik,
saluran transmisi dan sistem distribusi, terkadang dalam dokumen lain orang juga
menambahkan gardu induk.(Hermawan n.d.). Gambar 2.1 merupakan skema
rangkaian sistem tenaga listrik.
2. Sistem transmisi
Jarak pembangkit listrik umumnya berada jauh dari pusat beban,
oleh karena itu tenaga listrik harus disalaurkan salah satunya yaitu
menggunakan sistem transmisi. Transmisi tenaga listrik merupakan proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power
Plant) hingga substation distribution sehingga dapat disalurkan sampai
pada konsumen pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor. Tegangan
yang dihasilkan generator relatif rendah yaitu berkisar 6 kV hingga 24 kV,
maka memerlukan transformator daya untuk mencapai tegangan yang lebih
tinggi antara 30kV dan 500kV.
Level tegangan yang tinggi dalam sistem transmisi ini berguna untuk
meningkatkan konduktivitas saluran, tetapi juga untuk meminimalkan
kehilangan daya saluran dan penurunan tegangan.. Saat menaikkan
tegangan, masalah lain muncul, yaitu tingkat isolasi harus lebih tinggi,
sehingga biaya perangkat juga lebih tinggi.
Penurunan tegangan tinggi dalam jaringan transmisi terjadi di gardu
induk (GI), di mana tegangan akan diturun ke tegangan yang lebih rendah
misalnya, 500 kV menjadi 150 kV atau 150 kV menjadi 70 kV. Selain itu,
penurunan tegangan dari 150 kV menjadi 20 kV atau dari 70 kV menjadi 20
kV dilakukan oleh gardu induk distribusi. (Distribusi and Syahputra n.d.).
Kekurangan :
Gambar
Gambar 2.
2.44 Gambar
Gambar Skema
Skema Jaringan
Jaringan Distribusi
Distribusi
Dimana :
Z= Impedansi (Ohm)
R= Resistansi (Ohm)
Gardu induk merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang memegang
peranan sangat penting, karena merupakan terminal terhadap pelayanan tenaga
listrik ke konsumen. Peranan dari gardu induk itu sendiri adalah menerima dan
menyalurkan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan pada tegangan tertentu.
Gambar 2.6 merupakan gardu induk
1. Gardu induk transmisi Gardu induk yang mendapat daya dari saluran
transmisi untuk kemudian menyalurkan ke daerah beban seperti
industri, kota, dan sebagainya. Gardu induk transmisi di PLN adalah
gardu induk 150 KV dan gardu induk 70 KV.
2. Gardu induk distribusi Gardu induk yang menerima tenaga dari gardu
induk transmisi lalu tegangannya diturunkan melalui transformator
menjadi tegangan 20 KV, 12 KV, atau 6 KV yang kemudian tegangan
tersebut diturunkan kembali menjadi tegangan rendah 127/220 V atau
220/380 V sesuai kebutuhan.
VF
ZF = ........................................................(2.4)
IF
Dimana :
VF = Tegangan (V)
1. Rasio PT dan CT
Nilai impedansi jaringan (sisi primer) ditentukan terlebih dahulu. Impedansi
sekunder dihitung dengan mengalikan rasio CT dan PT dalam persamaan :
CTprimer
CT = CT ...................................................... (2.5)
sekunder
𝑃𝑇𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
PT = 𝑃𝑇 ...................................................... (2.6)
𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐶𝑇
N1 = 𝑃𝑇 .................................................................... (2.7)
Dimana :
2. Penentuan Zona 1
Dimana :
𝑛1 = Rasio CT dan PT
Waktu kerja Rele adalah seketika, sehingga tidak dilakukan penyetingan waktu.
3. Penentuan Zona 2
Dimana :
n1 = Rasio CT dan PT
Untuk keadaan dimana Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 2𝑚𝑖𝑛 maka setting zona 2 diambil
= Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 = dengan 𝑡2 = 0,4 detik
4. Penentuan Zona 3
Zona 3 harus menjangkau dua busbar gardu induk didepannya yang terjauh
(far end bus) sehingga didapat setting Zona 3 dengan persamaan sebagai berikut
:
Zona 3𝑚𝑎𝑘𝑠 2 =0,8 [ Z𝐿1 + 0,8 (Z𝐿2 + 0,8.Z𝐿3 )] ohm .... (2.16)
Dimana :
Zona 3 dipilih yang terbesar dari ZL1, ZL2 dan ZL3 namun tidak melebihi nilai
ZTR. Pemilihan 1,6 detik agar melebihi waktu pole discrepancy 1,5 detik dan
DEF backup. Zona 3 memiliki setting waktu 1,6 detik dan jika saluran yang
diamankan adalah penghantar radial, maka seting Zona 3 diharapkan tidak
melebihi 80% impedansi transformator didepannya. Jangkauan impedansi Zona
3 pada sisi sekunder diperoleh dengan persamaan :
Dimana :
Alamat : Jl. Lintas Sumatra No.16, Srengsem, Kec. Panjang, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35452
Mulai
Studi Literatur
Penyusunan Proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3. 2 Flowchart
1. Studi Literatur
Tahap studi literatur adalah tahap awal dalam penelitian ini, yaitu
mempelajari terlebih dahulu teori tentang sistem tenaga listrik, jenis-jenis
konduktor, impedansi saluran, relay jarak, prinsip pengukuran jarak, dan
pengaturan zona proteksi relay jarak. Referensi yang digunakan berasal dari
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan tugas akhir ini.
2. Penyusunan proposal
Tahap ini dimaksudkan sebagai syarat melakkan penelitian dan tugas akhir.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian dilakukan secara langsung dengan
personil terkait di Gardu Induk Tarahan dan Gardu Induk Sutami yang
berupa single line diagram (SLD) gardu induk, data Current transformer,
Potensial transformator, dan spesifikasi kawat penghantar pada saluran
transmisi.
4. Analisis data
Pada tahap ini yaitu melakukan analisis dan mengamati data hasil
perhitungan rasio trafo dan nilai impedansi saluran apakah dengan hasil
perhitungan tersebut relai dapat bekerja dengan baik dan tepat bedasarkan
dengan teori yang ada.
5. Kesimpulan
Pada tahap ini yaitu melakukan kesimpulan koordinasi setting relay jarak
pada jaluran transmisi Gardu Induk New Tarahan-Tarahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Gambar Single Line Diagram Gardu Induk Sutami dan Gardu Induk
Tarahan
2. Data rasio CT dan PT
a. Rasio CT = 800:5
b. Rasio PT = 1500:1
3. Data kabel penghantar
2. Impedansi Zona
1) Zona 1
Jarak jangkauan impedansi Zona 1 pada saluran sistem transmisi 150
kV Gardu Induk New Tarahan – Tarahan dapat digambarkan sebagai
berikut :
2) Zona 2
Jarak jangkauan impedansi Zona 2 pada saluran system transmisi
150 kV Gardu Induk New Tarahan – Tarahan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Rasio PT = 1500:1
Rasio CT = 800:5
𝑃𝑇
n = 𝐶𝑇
1⁄
1500
n= 5⁄ = 0.1
800
Zona 1
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = n × 𝑍𝑧𝑜𝑛𝑎 1
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1 × (1.6166 + j4.6846) Ω
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1617 + j0.4685 Ω
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.49<70.9 º
Zona 2
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = n × 𝑍𝑧𝑜𝑛𝑎 2
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1 × (2.425 + j7.027) Ω
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.2425 + j0.7027 Ω
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.74<70.9 º
Zona 3
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = n × 𝑍𝑧𝑜𝑛𝑎 3
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1 × (5.0406 + j14.6065) Ω
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.5041 + j1.4607 Ω
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 1.54<70.9 º
1. Delay Zona 1
Jika gangguan terjadi didaerah zona 1 maka relay akan bekerja seketika:
𝑇1 = 0 s
2. Delay Zona 2
Jika terdapat gangguan pada zona 2 maka relay akan bekerja dengan
ketentuan sebagai berikut:
𝑇2 = 0.4 s jika Zona 2𝑚𝑖𝑛 > Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑇2 = 0.8 s jika Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 2𝑚𝑖𝑛
Berdasarkan perhitungan impedansi pada Zona 2, setting impedansi
Zona 2 = Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 , dimana Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 2𝑚𝑖𝑛 , sehingga waktu
delay relay yang dipilih adalah 𝑇2 = 0.8
3. Delay Zona 3
Jika terdapat gangguan pada zona 2 maka relay akan bekerja dengan
ketentuan sebagai berikut:
𝑇2 = 1.2 s jika Zona 3𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 3𝑚𝑖𝑛
𝑇2 = 1.6 s jika Zona 3𝑚𝑖𝑛 > Zona 3𝑚𝑎𝑘𝑠
Berdasarkan perhitungan impedansi pada Zona 3, setting impedansi
Zona 3 = Zona 3𝑚𝑖𝑛 , dimana Zona 2𝑚𝑖𝑛 > Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 , sehingga waktu
delay relay yang dipilih adalah 𝑇3 = 1.6 s
Waktu kerja relay jarak pada saluran transmisi 150 kV Gardu Induk New
Tarahan – Tarahan dapat dilihat pada gambar 4.5
Gangguan yang terjadi pada saluran transmisi akan dideteksi dan diamankan
oleh rele jarak. Nilai gangguan yang terjadi dapat diukur dengan persamaan
berikut :
2. Gangguan 2 fasa
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1 + 𝑍2 + 𝑍𝑓
3. Gangguan 3 fasa
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1
4. Tegangan Gangguan
V = I × 𝑍1
Dengan : I = Arus gangguan
𝑍1 = Impedansi urutan positif
𝑍2 = Impedansi urutan negative
𝑍0 = Impedansi urutan nol
𝑍𝑓 = Impedansi gangguan
V = Tegangan gangguan
150000⁄
√3
I=3× (4.2004+𝑗12.172) + (4.2004+𝑗12.172)+(8.7994+𝑗39.5161)+(3 ×10)
I = (1944.66 – j2631.052) A
b. Tegangan
V = (1944.66 – j2631.052) × ( 4.2004 + 𝑗12.172)
V = 40193.514 + j12618.93 V
2. Gangguan 2 fasa
a. Arus
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1 + 𝑍2 + 𝑍𝑓
150000⁄
√3
I = (4.2004+𝑗12.172) + (4.2004+𝑗12.172)+(10)
I = 1711.226 – j2263.96 A
b. Tegangan
V = (1711.226 – j2263.96) × (4.2004 + 𝑗12.172)
V = 34744 + j11319.87 V
3. Gangguan 3 fasa
a. Arus
𝑘𝑉⁄
√3
I=
𝑍1
150000⁄
√3
I = (4.2004+𝑗12.172)
I = 2193.988 - j6357.7812 A
b. Tegangan
V = (2193.988 - j6357.7812) × (4.2004 + 𝑗12.172)
V = 86602.54 – j0.0022
𝐶𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝑃𝑇
jarak gangguan = 𝑍𝐿1
perhitungan gangguan :
a. 0.5 Ω
𝑃𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝐶𝑇
jarak gangguan = 𝑍𝐿1
1500⁄
0.5 × 800 1 × 14.75
⁄5
jarak gangguan = (2.0208 + j5.8558)
c. 1.5
𝑃𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝐶𝑇
jarak gangguan = 𝑍𝐿1
1500⁄
1.5 × 800 1 × 14.75
⁄5
jarak gangguan = (2.0208 + j5.8558)
d. 2 Ω
𝑃𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝐶𝑇
jarak gangguan = 𝑍𝐿1
1500⁄
2 × 800 1 × 14.75
⁄
jarak gangguan = (2.0208 +5 j5.8558)
2. R-X diagram
Diagram R-X menggambarkan pembagian setiap Zona proteksi pada
saluran transmisi. Berikut adalah R-X diagram relay jarak saluran 150
kV Gardu Induk New Tarahan – Tarahan.
Gambar 4. 9 Diagram R-X
Pada gambar 4.14 dilakukan simulasi gangguan pada salah satu saluran,
gangguan yang dimasukan adalah gangguan 3 phasa.
Dari tabel dapat dibandingkan dengan nilai jangkauan yang diperoleh dari
perhitungan. Perbandingan jangkauan relay dengan standar ditampilkan
pada tabel 4.5
Gambar menunjukan bahwa kondisi kinerja relay baik karena tidak terjadi overlapping
diantara relay. Namu jika dilihat lebih detail pada nilai jangkauannya Zona 1 pada relay
Sutami arah Tarahan lebih pendek dari pada relay Zona 1 Sutami arah New Tarahan yaitu
dengan jangkauan 74.23%. Hal yang sama terjadi pada relay Zona 1 Tarahan arah Sutami
memiliki jangkauan Zona yang tidak sesuai dengan standar yaitu 74.23%. Dalam masalah
ini harus dilakukannya resetting pada relay yang tidak sesuai tersebut
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis dari data yang ada dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Setting relay jarak pada saluran transmisi Gardu Induk New Tarahan –
Tarahan adalah sebagai berikut :
a. Zona 1 = 4.95 Ω < 70.9 º dan waktu kerja relay (T1) = 0 detik
dengan jarak jangkauan 11.8 km
b. Zona 2 = 9.23 Ω < 70.9 º dan waktu kerja relay (T2) = 0.8 detik
dengan jarak jangkauan 21.98 km
c. Zona 3 = 15.45Ω < 70.9 º dan waktu kerja relay (T3) = 1.2 detik
dengan jarak jangkauan 36.79 km
2. Dari hasil perhitungan arus dan tegangan gangguan untuk impedansi
sebesar 10 Ω yaitu:
a. Gangguan 1 fasa ke tanah diperoleh arus gangguan sebesar
1944.66 – j2631.052 A dan tegangan sebesar 40193.514 +
j12618.93 V
b. Gangguan 2 fasa diperoleh arus gangguan sebesar 1711.226 –
j2263.96 A dan tegangan sebesar34744 + j11319.87 V
c. Gangguan 3 fasa diperoleh arus gangguan sebesar 2193.988 –
j6357.7812 A dan tegangan 86602.54 – j0.0022 V
DAFTAR PUSTAKA
Galuh Adjie Prasetya, W. S. (2020). Studi Analisis Relai Jarak Jaringan Transmisi
150 kV Sungailiat - Air Anyir - Pangkalpinang. Jurnal Ilmiah Setrum, 9:1,
84-91.