PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
20170120051
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
DAFTAR TABEL....................................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................7
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................8
1.6 Sistematika Penelitian....................................................................................8
BAB II....................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...........................................10
2.1 Tinjauan Pustaka..........................................................................................10
2.2 Landasan Teori.............................................................................................11
2.2.1 Sistem Tenaga Listrik............................................................................11
2.2.2 Jenis–Jenis Konduktor...........................................................................17
2.2.3 Impedansi Saluran.................................................................................19
2.2.4 Gardu Induk...........................................................................................20
2.2.5 Relay Jarak.............................................................................................21
2.2.6 Prinsip Pengukuran Jarak......................................................................24
2.2.7 Pengaturan Zona Proteksi Relai Jarak...................................................25
BAB III..................................................................................................................29
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................29
3.1 Alat dan Bahan.............................................................................................29
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian.....................................................................29
3.3 Metode Penelitian.........................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................32
PEMBAHASAN....................................................................................................32
4.1 Gardu Induk Sutami.............................................................................32
4.2 Data Penelitian.....................................................................................32
4.3 Perhitungan Impedansi........................................................................33
4.4 Impedansi yang Dilihat Relay.............................................................37
4.5 Menentukan Waktu Delay Relay.........................................................38
4.6 Gangguan Pada Sistem Transmisi.......................................................40
4.7 Arus Dan Tegangan Gangguan............................................................41
4.8 Menentukan Letak Gangguan..............................................................42
4.9 DIgSILENT Power Factory 15.1.........................................................44
4.10 Standar Setting Relay Jarak.................................................................50
4.11 Grafik Time-Distance Coordination....................................................52
BAB V....................................................................................................................53
PENUTUPAN........................................................................................................53
5.1 Kesimpulan..........................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54
DAFTAR GAMBAR
1. Dapat mengetahui nilai impedansi pada setiap zona relai jarak pada
saluran transmisi antara gardu induk New Tarahan–Tarahan .
2. Dapat mengetahui pembagian jangkauan zona relai jarak pada saluran
transmisi 150 kV GI New Tarahan–Tarahan .
3. Dapat mengetahui lokasi gangguan pada saluran transmisi antara gardu
induk New Tarahan–Tarahan .
4. Analisa yang dibuat dapat menjadi referensi dalam pemasangan sistem
proteksi relai jarak pada jaringan transmisi 150 kV gardu New
Tarahan– Tarahan .
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penelitian semuanya tercakup
dalam bab ini.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memberikan ringkasan singkat dan lugas dari
semua temuan penelitian serta rekomendasi berbasis penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Salah satu teknologi konversi dan transformasi energi yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan energi dunia adalah sistem tenaga listrik. Sistem tenaga
biasanya terdiri dari tiga komponen utama: pembangkit listrik, saluran transmisi,
dan sistem distribusi. Sebuah gardu kadang-kadang dapat dimasukkan dalam
dokumen orang lain juga (Hermawan n.d.). Skema rangkaian sistem tenaga listrik
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Rangkaian Sistem Tenaga Listrik
Fasilitas pembangkit tenaga listrik, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN), dan lain-lain, menyediakan energi listrik. Karena pembangkit
listrik ini biasanya terletak jauh dari pusat beban atau tempat-tempat yang
membutuhkan listrik, energi listrik harus disalurkan melalui sistem transmisi dan
distribusi. Komponen utama dari sistem tenaga listrik dijelaskan sebagai berikut:
2. Sistem transmisi
Jarak pembangkit listrik umumnya berada jauh dari pusat beban,
oleh karena itu tenaga listrik harus disalaurkan salah satunya yaitu
menggunakan sistem transmisi. Transmisi tenaga listrik merupakan proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power
Plant) hingga substation distribution sehingga dapat disalurkan sampai
pada konsumen pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor. Karena
generator hanya menghasilkan tegangan antara 6 dan 24 kV, tegangan
yang lebih besar antara 30 dan 500 kV harus diperoleh oleh transformator
daya.
Level tegangan yang tinggi dalam sistem transmisi ini berguna
untuk meningkatkan konduktivitas saluran, tetapi juga untuk
meminimalkan kehilangan daya saluran dan penurunan tegangan. Masalah
lain muncul ketika tegangan dinaikkan, membutuhkan tingkat isolasi yang
lebih tinggi, yang menaikkan harga perangkat.
Gardu Induk (GI), dimana tegangan akan diturunkan ke tegangan
yang lebih rendah, misalnya 500 kV sampai 150 kV atau 150 kV sampai
70 kV, merupakan tempat terjadinya drop tegangan tinggi pada jaringan
transmisi. Gardu distribusi juga menangani penurunan tegangan dari 150
kV menjadi 20 kV atau dari 70 kV menjadi 20 kV. (Distribusi and
Syahputra n.d.).
kerusakan Kekurangan :
Gambar
Gambar 2.2.44 Gambar
Gambar Skema
Skema Jaringan
Jaringan Distribusi
Distribusi
pernah terlindung atau terisolasi. Kabel aluminium yang diperkuat baja telanjang
yang cukup besar (ACSR) hanya direntangkan melintasi kawat tembaga atau
aluminium untuk menghantarkan arus listrik. Kabel konduktor dari jenis berikut
sering digunakan:
97,5%)
240/40.
Karena konduktivitas dan kekuatan tariknya yang lebih besar, kawat konduktor
tembaga memberikan manfaat dibandingkan kawat konduktor aluminium. Itu
memang memiliki kelemahan, meskipun, tembaga lebih berat dan lebih mahal
daripada aluminium untuk tingkat resistensi tertentu. Konduktor aluminium sudah
mulai menggantikan kabel tembaga. Paduan aluminium, kombinasi aluminium,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan tarik kawat aluminium. Ini digunakan
untuk saluran transmisi tegangan tinggi karena memiliki persyaratan kekuatan tarik
yang lebih tinggi dan dapat menahan jarak yang lebih jauh antara menara atau tiang.
Konduktor untuk ACSR. Tabel 2.1 merupakan spesifikasi konduktor ACSR
(alumunium conductor steel reinforced)
Z= Impedansi (Ohm)
R= Resistansi (Ohm)
Gardu induk merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang memegang
peranan sangat penting, karena merupakan terminal terhadap pelayanan tenaga
listrik ke konsumen. Peranan dari gardu induk itu sendiri adalah menerima dan
menyalurkan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan pada tegangan tertentu.
Gambar 2.6 merupakan gardu induk
1. Gardu induk yang dikenal sebagai gardu transmisi menerima daya dari
saluran transmisi dan mendistribusikannya ke wilayah beban seperti
kota, bisnis, dan tempat lainnya. Di PLN terdapat gardu transmisi 150
KV dan 70 KV.
2. Gardu distribusi ialah gardu induk yang menerima daya dari gardu
transmisi, menurunkan tegangan menjadi tegangan 20 KV, 12 KV,
atau 6 KV melalui trafo, kemudian menurunkan tegangan kembali
menjadi tegangan rendah sebesar 127/220 V atau 220/380 V sesuai
kebutuhan.
Dimana :
1. Rasio PT dan CT
Nilai impedansi jaringan (sisi primer) ditentukan terlebih dahulu.
Impedansi sekunder dihitung dengan mengalikan rasio CT dan PT dalam
persamaan :
CTprimer...........................................................................
CT = (2.5)
CTsekunder
𝑃𝑇𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟............................................................................
PT = (2.6)
𝑃𝑇𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐶𝑇..................................................................................
N1 = (2.7)
𝑃𝑇
Dimana :
2. Penentuan Zona 1
Dimana :
𝑛1 = Rasio CT dan PT
Waktu kerja Rele adalah seketika, sehingga tidak dilakukan penyetingan waktu.
3. Penentuan Zona 2
Zona 2 harus menutupi busbar di depannya (bus ujung dekat), tetapi tidak
dapat menutupi relai jarak Zona 2 di bagian bawahnya. Nilai minimum dan
maksimum untuk Zona 2 adalah sebagai berikut jika kesalahan, serupa dengan
pengaturan Zona 1, sekitar 20%:
Dimana :
n1 = Rasio CT dan PT
Untuk keadaan dimana Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 2𝑚𝑖𝑛 maka setting zona 2 diambil
= Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 = dengan 𝑡2 = 0,4 detik
4. Penentuan Zona 3
Dimana :
Zona 3, yang terbesar dari ZL1, ZL2, dan ZL3, dipilih, asalkan tidak melebihi
nilai ZTR. Waktu perbedaan kutub 1,5 detik dipilih untuk dilampaui oleh 1,6
detik, bersama dengan cadangan DEF. Jika saluran aman adalah konduktor
radial, Zona 3 memiliki pengaturan waktu 1,6 detik, dan pengaturannya tidak
boleh lebih tinggi dari 80% dari transformator di depannya. Persamaan (2.18)
menghasilkan kisaran impedansi Zona 3 sisi sekunder:
Dimana :
Zona 3𝑝 = Jangkauan impedansi Zona 3 sisi primer
Alamat : Jl. Lintas Sumatra No.16, Srengsem, Kec. Panjang, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35452
Mulai
Studi Literatur
Penyusunan Proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3. 2 Flowchart
1. Studi Literatur
Tahap studi literatur adalah tahap awal dalam penelitian ini, yaitu
mempelajari terlebih dahulu teori tentang sistem tenaga listrik, jenis-jenis
konduktor, impedansi saluran, relay jarak, prinsip pengukuran jarak, dan
pengaturan zona proteksi relay jarak. Referensi yang digunakan berasal
dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan tugas akhir ini.
2. Penyusunan proposal
Tahap ini dimaksudkan sebagai syarat melakkan penelitian dan tugas akhir.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian dilakukan secara langsung dengan
personil terkait di Gardu Induk Tarahan dan Gardu Induk Sutami yang
berupa single line diagram (SLD) gardu induk, data Current transformer,
Potensial transformator, dan spesifikasi kawat penghantar pada saluran
transmisi.
4. Analisis data
Pada tahap ini yaitu melakukan analisis dan mengamati data hasil
perhitungan rasio trafo dan nilai impedansi saluran apakah dengan hasil
perhitungan tersebut relai dapat bekerja dengan baik dan tepat bedasarkan
dengan teori yang ada.
5. Kesimpulan
Pada tahap ini yaitu melakukan kesimpulan koordinasi setting relay jarak
pada jaluran transmisi Gardu Induk New Tarahan-Tarahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Gambar Single Line Diagram Gardu Induk Sutami dan Gardu Induk
Tarahan
2. Data rasio CT dan
PT
a. Rasio CT = 800:5
b. Rasio PT = 1500:1
3. Data kabel penghantar
2. Impedansi Zona
1) Zona 1
Jarak jangkauan impedansi Zona 1 pada saluran sistem transmisi
150 kV Gardu Induk New Tarahan – Tarahan dapat digambarkan
sebagai berikut :
2) Zona 2
Jarak jangkauan impedansi Zona 2 pada saluran system transmisi
150 kV Gardu Induk New Tarahan – Tarahan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Rasio PT = 1500:1
Rasio CT = 800:5
𝑃𝑇
n = 𝐶𝑇
1⁄
1500
n= = 0.1
5⁄
800
Zona 1
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟= n × 𝑍𝑧𝑜𝑛𝑎 1
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1 × (1.6166 + j4.6846) Ω
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1617 + j0.4685 Ω
𝑍1 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.49<70.9 º
Zona 2
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = n × 𝑍𝑧𝑜𝑛𝑎 2
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1 × (2.425 + j7.027) Ω
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.2425 + j0.7027 Ω
𝑍2 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.74<70.9 º
Zona 3
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟= n × 𝑍𝑧𝑜𝑛𝑎 3
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.1 × (5.0406 + j14.6065) Ω
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0.5041 + j1.4607 Ω
𝑍3 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 1.54<70.9 º
1. Delay Zona 1
Jika gangguan terjadi didaerah zona 1 maka relay akan bekerja seketika:
𝑇1 = 0 s
2. Delay Zona 2
Relai akan berfungsi dalam keadaan berikut jika zona 2 terganggu:
𝑇2 = 0.4 s jika Zona 2𝑚𝑖𝑛 > Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑇2 = 0.8 s jika Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 2𝑚𝑖𝑛
Berdasarkan perhitungan impedansi pada Zona 2, setting impedansi
Zona 2 = Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠, dimana Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 2𝑚𝑖𝑛, sehingga waktu
delay relay yang dipilih adalah 𝑇2 = 0.8
3. Delay Zona 3
Kondisi berikut harus dipenuhi agar relai berfungsi di zona 2:
𝑇2 = 1.2 s jika Zona 3𝑚𝑎𝑘𝑠 > Zona 3𝑚𝑖𝑛
𝑇2 = 1.6 s jika Zona 3𝑚𝑖𝑛 > Zona 3𝑚𝑎𝑘𝑠
Berdasarkan perhitungan impedansi pada Zona 3, setting impedansi
Zona 3 = Zona 3𝑚𝑖𝑛, dimana Zona 2𝑚𝑖𝑛 > Zona 2𝑚𝑎𝑘𝑠, sehingga waktu
delay relay yang dipilih adalah 𝑇3 = 1.6 s
Waktu kerja relay jarak pada saluran transmisi 150 kV Gardu Induk New
Tarahan – Tarahan dapat dilihat pada gambar 4.5
2. Gangguan 2 fasa
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1 + 𝑍2+ 𝑍𝑓
3. Gangguan 3 fasa
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1
4. Tegangan Gangguan
V = I × 𝑍1
Dengan : I = Arus gangguan
𝑍1 = Impedansi urutan positif
𝑍2 = Impedansi urutan negative
𝑍0 = Impedansi urutan nol
𝑍𝑓 = Impedansi gangguan
V = Tegangan gangguan
𝑍1 + 𝑍2+ 𝑍0 +3𝑍𝑓
150000⁄
I = 3 × (4.2004+𝑗12.172) + (4.2004+𝑗12.172)+(8.7994+𝑗39.5161)+(3
√3
×10)
I = (1944.66 – j2631.052) A
b. Tegangan
V = (1944.66 – j2631.052) × ( 4.2004 + 𝑗12.172)
V = 40193.514 + j12618.93 V
2. Gangguan 2 fasa
a. Arus
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1 + 𝑍2+ 𝑍𝑓
150000⁄
√3
I = (4.2004+𝑗12.172) + (4.2004+𝑗12.172)+(10)
I = 1711.226 – j2263.96 A
b. Tegangan
V = (1711.226 – j2263.96) × (4.2004 + 𝑗12.172)
V = 34744 + j11319.87 V
3. Gangguan 3 fasa
a. Arus
𝑘𝑉⁄
√3
I= 𝑍1
150000⁄
√3
I = (4.2004+𝑗12.172)
I = 2193.988 - j6357.7812 A
b. Tegangan
V = (2193.988 - j6357.7812) × (4.2004 + 𝑗12.172)
V = 86602.54 – j0.0022
𝐶𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝑃𝑇
jarak gangguan =
𝑍𝐿1
perhitungan gangguan :
a. 0.5 Ω
𝑃𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
jarak gangguan = 𝐶𝑇
𝑍𝐿1
1500⁄
1
0.5 × × 14.75
c. 1.5
𝑃𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝐶𝑇
jarak gangguan =
𝑍𝐿1
1500⁄
1
1.5 × × 14.75
d. 2 Ω
𝑃𝑇
𝑖𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 × × 𝐿1
𝐶𝑇
jarak gangguan =
𝑍𝐿1
1500⁄
1
2× × 14.75
800⁄
jarak gangguan 5
(2.0208 + j5.8558)
=
jarak gangguan = 14.56 km
2. R-X diagram
Diagram R-X menggambarkan pembagian setiap Zona proteksi pada
saluran transmisi. Berikut adalah R-X diagram relay jarak saluran 150
kV Gardu Induk New Tarahan – Tarahan.
Gambar 4. 9 Diagram R-X
Pada gambar 4.14 dilakukan simulasi gangguan pada salah satu saluran,
gangguan yang dimasukan adalah gangguan 3 phasa.
Dari tabel dapat dibandingkan dengan nilai jangkauan yang diperoleh dari
perhitungan. Perbandingan jangkauan relay dengan standar ditampilkan
pada tabel 4.5
Gambar menunjukan bahwa kondisi kinerja relay baik karena tidak terjadi
overlapping diantara relay. Namu jika dilihat lebih detail pada nilai jangkauannya Zona 1
pada relay Sutami arah Tarahan lebih pendek dari pada relay Zona 1 Sutami arah New
Tarahan yaitu dengan jangkauan 74.23%. Hal yang sama terjadi pada relay Zona 1
Tarahan arah Sutami memiliki jangkauan Zona yang tidak sesuai dengan standar yaitu
74.23%. Dalam masalah ini harus dilakukannya resetting pada relay yang tidak sesuai
tersebut
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis dari data yang ada dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Setting relay jarak pada saluran transmisi Gardu Induk New Tarahan –
Tarahan adalah sebagai berikut :
a. Zona 1 = 4.95 Ω < 70.9 º dan waktu kerja relay (T1) = 0 detik
dengan jarak jangkauan 11.8 km
b. Zona 2 = 9.23 Ω < 70.9 º dan waktu kerja relay (T2) = 0.8 detik
dengan jarak jangkauan 21.98 km
c. Zona 3 = 15.45Ω < 70.9 º dan waktu kerja relay (T3) = 1.2 detik
dengan jarak jangkauan 36.79 km
2. Dari hasil perhitungan arus dan tegangan gangguan untuk impedansi
sebesar 10 Ω yaitu:
a. Gangguan 1 fasa ke tanah diperoleh arus gangguan
sebesar 1944.66 – j2631.052 A dan tegangan sebesar
40193.514 + j12618.93 V
b. Gangguan 2 fasa diperoleh arus gangguan sebesar 1711.226 –
j2263.96 A dan tegangan sebesar34744 + j11319.87 V
c. Gangguan 3 fasa diperoleh arus gangguan sebesar 2193.988 –
j6357.7812 A dan tegangan 86602.54 – j0.0022 V
DAFTAR PUSTAKA