Oleh :
Didik Hadiyanto, S.T., M.Eng
2014
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pola Sistem gardu listrik tersambung alat pembatas dan
pengukur (APP) yang selanjutnya menyalurkan tenaga listrik
kepada pemanfaat. ................................................................... 6
Gambar 2.2. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ................ 8
Gambar 2.3 Kabel Udara Tegangan Menengah (KUTM) .................... 9
Gambar 2.4 Kabel Tanah Tegangan Rendah (KTM) ......................... 10
Gambar 2.5 Penghantar Telanjang AAAC ......................................... 11
Gambar 2.6. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated
single core) ............................................................................. 12
Gambar 2.12 Tiang Kayu .................................................................. 14
Gambar 2.13 Tiang Besi .................................................................... 15
Gambar 2.14 Tiang Beton Pratekan .................................................. 16
Gambar 2.7 Pin Isolator Gambar 2.8 Pin Post Isolator .... 19
Gambar 2.9 Line Post Isolator ........................................................... 19
Gambar 2.10 Piringan Gambar 2.11 Strain-Rod ........ 20
Gambar. 2.12. Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers .......................... 22
Gambar 2.15 Pemisah (Disconnecting Switch = DS) ........................ 23
Gambar 2.16 Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)................ 23
Gambar 2.17 Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer) .......... 23
Gambar 2.18 Pemisah dengan Pengaman Lebur (Fused Cut-Out ).. 24
Gambar 2.19 Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser) ............ 25
Gambar 2.20 Line Arester ................................................................. 25
Gambar 3.1 Diagram Saluran Udara Tegangan Menengah .............. 26
Gambar 3.2 Konstruksi Pemasangan Pole Support ......................... 28
Gambar 3.3 Konstruksi Pemasangan Guy Wire ................................ 28
Gambar 3.5 Konstruksi Pemasangan Tiang Sudut Kecil L’ = 1/6 L + 10
cm ........................................................................................... 29
Gambar 3.6 Konstruksi Pemasangan Tiang Sudut Sedang .............. 32
Gambar 3.7 Konstruksi Pemasangan Tiang Sudut Besar ................. 33
Gambar 3.8 Konstruksi Tiang Peregang ........................................... 34
Gambar 2.2 Jaringan Tegangan Rendah dengan LVTC ................... 47
Gambar 2.3 Jaringan Tegangan Rendah dengan Bare Conductor ... 47
Gambar 2.4 Penghantar AAAC ......................................................... 48
Gambar 2.5 Penghantar LVTC .......................................................... 49
Gambar 2.6 Isolator jenis cincin ........................................................ 52
Gambar 2.7 Tiang Kayu .................................................................... 54
Gambar 2.8 Tiang Besi ...................................................................... 55
Gambar 2.9 Tiang Beton ................................................................... 57
Gambar 2.12 Konstruksi Tiang Penyangga (TR1) ............................. 60
Gambar 2.13 Konstruksi Tiang Penegang/Sudut (TR2) .................... 61
Gambar 2.14 Konstruksi Tiang Awal/Akhir (TR3) .............................. 62
Gambar 2.15 Konstruksi Tiang Penyangga Silang (TR4) .................. 63
Gambar 2.16. Konstruksi tiang penegang (TR5) ............................... 64
iii
Gambar 2.17. Konstruksi Kode pada Gambar Distribusi tiang
percabangan (TR6) ................................................................. 64
Gambar 2.18 Konstruksi Penyambungan konduktor TC dan AAAC
(TR7) ....................................................................................... 65
Gambar 3.1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah saluran
udara kabel pilin (twisted cable) fasa ‐3 .................................. 66
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kemampuan Hantar Arus (KHA) AAC dan AAAC ............ 12
Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis Penghantar AAAC ................................ 13
Tabel 2.3 Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk SUTM ........................... 17
Tabel 2.4 Spesifikasi Tiang Beton Bulat untuk SUTM ....................... 18
Tabel 2.5 Spesifikasi Isolator Pos Pin 20 kV buatan PT. Twink
Indonesia ................................................................................ 21
Tabel 2.6 Jarak Aman (Savety Distance) .......................................... 37
Tabel 3.1 Kemampuan Hantar Arus (KHA) AAC dan AAAC ............. 50
Tabel 3.2 Ukuran dan Konstruksi Penghantar AAAC ........................ 51
Tabel 3.3 Spesifikasi Kabel LVTC ..................................................... 52
Tabel 3.4 Memilih Panjang Tiang ...................................................... 57
Tabel 3.5 Batas Minimum Penggunaan Tiang Beton pada Jaringan
SUTR – TIC Khusus................................................................ 58
Tabel 3.6 Jenis Konstruksi pada Tiang Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah ................................................................................... 69
Tabel 3.7 Jarak Aman Saluran Kabel Udara Kabel Pilin Terhadap
Lingkungan ............................................................................. 72
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya potensi bahaya yang cukup besar pada suatu instalasi
ketenagalistrikan, maka Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan Pasal 44, ayat I mengamanatkan “Setiap kegiatan
usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan”. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud bertujuan untuk mewujudkan kondisi: andal dan aman bagi
instalasi, aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, dan
ramah lingkungan.
1
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah yang melaksanakan fungsi pembinaan dan
pengawasan terhadap suatu instalasi ketenagalistrikan, Pusdiklat
Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi telah
menyiapkan fasilitas untuk meningkatkan kualitas SDM dimaksud melalui
pelaksanaan Diklat Teknis Inspeksi Sistem Tenaga Listrik.
Salah satu materi dalam Diklat Teknis Inspeksi Sistem Tenaga Listrik
adalah Inspeksi sistem distribusi tenaga listrik. Untuk lebih memahami
tentang proses inspeksi sistem distribusi tenaga listrik, maka diperlukan
sebuah modul pembelajaran. Dengan pertimbangan tersebut kami selaku
penulis mempunyai keinginan untuk menulis modul pembelajaran dengan
judul Inspeksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang selanjutnya akan
digunakan untuk mendukung Mata Diklat Inspeksi Sistem Distribusi
Tenaga Listrik dalam Diklat Teknis Inspeksi Sistem Tenaga Listrik.
B. Diskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
2
kapasitasnya dalam melakukan pembinaan dan pengawasan usaha
penyediaan tenaga listrik sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
D. Tujuan Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
D. Tujuan pembelajaran
E. Materi pokok dan sub materi pokok
3
C. Komponen Utama dan Fungsi Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM)
D. Peralatan Hubung dan Proteksi
E. Standar Konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTR)
F. Jarak Aman
G. Form Inspeksi
H. Rangkuman
I. Evaluasi
Bab IV Penutup
4
BAB II
MATERI POKOK I
INSPEKSI INSTALASI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi pokok inspeksi instalasi saluran udara
tegangan menengah, peserta mampu menjelaskan jaringan
tegangan menengah, komponen utama dan fungsi saluran udara
tegangan menengah, peralatan hubung dan proteksi, standar
konstruksi saluran udara tegangan menengah, jarak aman dan
pelaksanaan inspeksi pada saluran udara tegangan menengah.
A. Pengertian Umum
5
Seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
6
B. Jaringan Tegangan Menengah
7
Menengah (SUTM), Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM),
dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM).
8
tersebut antar fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau
dengan jangkauan manusia. Termasuk dalam kelompok yang
diklasifikasikan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah juga
bila penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah
AAAC-S (half insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak
menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan
tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat
sentuhan tanaman.
9
pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton
penopangnya.
10
1. Penghantar
2. Tiang
3. Isolator
4. Travers
C.1 Penghantar
Fungsi dari penghantar pada SUTM adalah untuk menyalurkan arus listrik
dari Gardu Induk (GI) menuju ke Gardu Distribusi (GD). Secara umum
penghantar yang digunakan pada SUTM ada dua, yaitu: penghantar
telanjang dan penghantar berisolasi. Pilihan konduktor penghantar
telanjang yang digunakan dalam SUTM adalah AAC atau AAAC. Sebagai
akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
11
Gambar 2.6. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated
single core)
Spesifikasi Penghantar
Konstruksi menggunakan penghantar telanjang AAC dan AAAC. Untuk
kawat petir (shield/earth wire) dipakai penghantar dengan luas
2
penampang 16 mm . Kawat ACSR digunakan untuk kondisi geografis
tertentu (antara lain memerlukan bentangan melebihi jarak standar untuk
memperkecil andongan dan memperkuat gaya mekanis). Spesifikasi untuk
penghantar AAC dan AAAC dapat dilihat pada tabel 2.1, dan tabel 2.2 dan
dibawah ini.
12
Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis Penghantar AAAC
C.2 Tiang
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk
gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang
di tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Berdasarkan material
penyusunya tiang listrik untuk SUTM dibagi menjadi tiga, yaitu: tiang kayu,
tiang besi dan tiang beton.
13
jati (Tectona Grandis), kayu rasamala (Altanghia Exelsa Novanla) gambar
tiang kayu dapat dilihat pada gambar 2.7 di bawah ini.
14
Gambar 2.8 Tiang Besi
Melihat konstruksinya yang lebih kokoh, lurus dan bentuknya lebih indah
dibandingkan dengan tiang kayu, tiang baja ini banyak dipakai. Walaupun
ongkos pengangkutan dan pemeliharaan tiang baja ini lebih mahal, tetapi
bila dibandingkan dengan tiang kayu maka tiang baja ini lebih banyak
dipilih untuk penyangga kawat penghantar jaringan distribusi, terutama
untuk jaringan distribusi tegangan tinggi. Hal ini disebabkan beban
penopang pada jaringan distribusi tegangan tinggi lebih besar bila
dibandingkan beban penopang pada jaringan distribusi tegangan rendah.
Tiang baja bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan listrik
saluran udara tegangan menengah dan saluran udara tegangan rendah.
Di samping penggunaan jenis lainnya seperti: tiang kayu, tiang beton
bertulang, dan tiang konstruksi baja.
15
C.2.3 Tiang Beton
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari
pada tiang baja bulat. Tiang ini banyak digunakan untuk mendistribusikan
tenaga listrik di daerah perdesaan dan daerah terpencil atau di tempat-
tempat yang sulit dicapai. Karena tiang beton bertulang dapat dibuat di
tempat tiang tersebut akan didirikan. Tiang beton bertulang juga dipilih jika
dikehendaki adanya sisi dekoratif. Untuk pembuatan beton bertulang
digunakan campuran beton 1 : 1,5 : 3 dengan kerikil yang seragam
berukuran diameter 15 mm. Tiang beton bertulang memiliki umur yang
sangat panjang dengan perawatan yang sederhana, tetapi tiang ini
berukuran besar dan cukup berat. Kelemahannya tiang ini cenderung
hancur jika ditabrak kendaraan.
Jenis tiang ini lebih mahal dari tiang beton bertulang. Pemasangannya
lebih sulit dibandingkan dengan tiang kayu karena sangat berat. Tiang
beton bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan perawatan
yang sangat sederhana. Tiang jenis ini tidak perlu dicat untuk
pengawetannya, karena tidak akan berkarat. Kelemahan jenis tiang ini
cendrung hancur jika terlanggar oleh kendaraan. Seperti pada gambar 2.9
di bawah ini.
16
Spesifikasi Tiang
Sedang untuk tiang beton, tipe tubular sesuai SPLN 93 : 1991 tentang
Tiang Beton Pratekan untuk jaringan distribusi, spesifikasi konstruksi tiang
beton penampang bulat dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini
17
Tabel 2.4 Spesifikasi Tiang Beton Bulat untuk SUTM
C.3 Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau
Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk
SUTM adalah isolator tumpu dan isolator tarik. Isolator tarik biasanya
dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu biasanya dipasang
pada tiang penyangga. Pada jaringan saluran udara tegangan menengah,
Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya yaitu :
Jenis-jenis isolator tumpu dapat dilihat pada gambar 2.10, gambar 2.11
dan gambar 2.12 di bawah ini.
18
Gambar 2.10 Pin Isolator Gambar 2.11 Pin Post Isolator
19
Jenis Isolator tarik dapat dilihat pada gambar 2.13 dan gambar 2.14 di
bawah ini :
Spesifikasi Isolator
Bahan-bahan isolasi yang dipakai untuk isolator jaringan kebanyakan
terbuat dari bahan padat, seperti bahan porselin, gelas, mika, ebonit,
keramik, parafin, kuarts, dan veld spaat.
Persyaratan bahan isolator adalah :
1. Bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
2. Bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi kemampuannya
sebagai isolator. Sebab makin berat dan besar ukuran isolator tersebut
akan mempengaruhi beban penyangga pada sebuah tiang listrik.
3. Bahan yang terbuat dari bahan padat, seperti : porselin, gelas, mika,
ebonit, keramik, parafin, kuarts, dan veld spaat.
20
Tabel 2.5 Spesifikasi Isolator Pos Pin 20 kV buatan PT. Twink
Indonesia
Spesifikasi Data Pabrik
Tipe (type) Pin Post Type
Bahan isolator (material of insulator) Porselin
Tegangan lewat-denyar frekuensi rendah
kering (one minute power frequency 95 kV
withstands voltage – dry)
Tegangan lewat-denyar frekuensi rendah
basah (one minute power frequency 65 kV
withstands voltage – wet)
Ketahanan tegangan impuls
150 kV
(impulsewithstand voltage)
Tegangan lewat-denyar kering
105 kV
(dryflashover voltage)
Tegangan lewat-denyar basah (wet
75 kV
flashover voltage)
Jarak rayap minimum (minimum creepage
500 mm
distance)
Tinggi minimum (minimum height or 336 mm
spacing)
Diameter minimum (minimum diameter) 150 mm
Spesifikasi Data Pabrik
Kekuatan mekanik (mechanical strength) 1,250 kg
Berat (net weigth) 8,2 kg
Panjang kaki (length of shank) 185 mm
Diameter kaki (diameter of shank) 16 mm
Sertifikat Tes (test certificate) PLN – LMK
Tanggal (date) 30 – 7 – 1990
Nomor (no. test report) 0265.LLL.016A.90
Bahan perekat (stud and base flange) Semen
21
C.4 Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers
Travers atau Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan
yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi.
Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang
klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross
Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya,
biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-
lubang baut. Seperti pada gambar 2.15 di bawah ini.
22
1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)
23
D.2 Peralatan Proteksi
24
2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
25
E. Standar Konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
26
E.1. Standar Konstruksi dan Jarak Antar Tiang
E.2 Pole Support (Topang Tarik, Topang Tekan) dan Pondasi Tiang
(Guywire, Stakepole, Fondation)
27
Gambar 2.23. Konstruksi Pemasangan Pole Support
Guy wire sebaiknya tidak digunakan pada daerah‐daerah padat lalu lintas
atau penduduk. Sudut kemiringan guy wire tidak melebihi sudut 60°
seperti terlihan pada gambar 2.24. di bawah ini.
28
Pada konstruksi tee off (pencabangan) jika tidak memungkinkan memakai
guy wire, tiang pertama dari saluran pencabangan adalah sebagai tiang
awal. Jarak tiang tee off dengan tiang awal sebaiknya sedekat mungkin
dengan sag yang cukup seperti terlihat pada gambar 2.25. di bawah ini.
29
Pemakaian topang tekan (stakepole) sebaiknya dihindari, khususnya
pemakaian tiang beton sebagai tiang penopang mengingat masalah berat
tiang.
Pada jaring distribusi tegangan menengah tiang awal adalah tiang yang
memikul kekuatan tarik penuh.Tiang awal merupakan tiang dimana
penghantar kabel dari gardu induk atau dari sumber tempat listrik
memasok distribusi tenaga listrik melalui saluran udara. Tiang awal
dilengkapi dengan lightning arrester dengan rating arus pengenal minimal
10 kA.
Penghantar jenis AAAC dan AAAC‐S diikat pada tiang dengan isolator
jenis isolator peregang (tarik strain, suspensi) baik jenis payung atau long
rod. Penghantar jenis twisted cable diterminasi langsung pada kabel daya
dari Gardu Induk/Pembangkit. Penggantung kabel ini diterminasi pada
klem gantung (strain clamp). End termination harus dilengkapi dengan
lightning arrester. Kabel naik pada tiang dilindungi dengan pipa galvanis
dengan diameter 4 inchi. Lightning arrester dibumikan dengan penghantar
pembumian BC 50 mm2. Elektroda pembumian ditanam 20 cm di bawah
permukaan tanah dengan nilai tahanan pembumian sebesar‐besarnya 1
Ohm. Tiang awal minimal memakai jenis tiang dengan working load 500
daN.
30
E.3.2 Konstruksi Tiang Tumpu
31
(puncture distance) pendek yang kerap menyulitkan jika terjadi kegagalan
isolasi pada dudukan penghantar. Penggunaan isolator ini disesuaikan
dengan kondisi tingkat intensitas polusi dimana isolator itu dipasang [refer
ke SPLN‐10‐3B‐1993 dan SPLN‐10‐4C‐1997].
32
[3] Tiang sudut besar, 60°‐ 90°
Konstruksi pada tiang sudut besar ini memakai 4 buah double arming
cross‐arm. Sebagaimana pada konstruksi tiang awal, dengan 2 set
isolator jenis suspension tiap fasa dan minimal 1 buah isolator line
post penghantar pada saluran tengah seperti terlihat pada gambar
2.28.
33
Penambahan satu atau lebih isolator tumpu dapat dipertimbangkan jika
diperlukan.
34
E.3.7 Konstruksi Tiang Khusus
Konstruksi tiang khusus adalah memakai tiang dengan working load besar
350 daN, 500 daN atau 2x200 daN dipergunakan untuk instalasi :
Pole Top Switch/Air Break Switch (PTS/ABS)
Bank kapasitor
Pemutus Balik Otomatis (PBO)
35
tanah. Ikatan pembumian dilakukan 20 cm dibawah tanah dengan ikatan
klem yang memenuhi syarat. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10
Ohm.
Untuk saluran udara yang memakai penghantar bumi (shield wire), posisi
palang (cross‐arm) diturunkan 80 cm. Penghantar pembumian dihubung
langsung disetiap tiang. Pemasangan penghantar pembumian pada
daerah padat petir yang terbuka dapat mengurangi gangguan akibat petir
sebanyak 37%.
F. Jarak Aman
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap
benda-benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis
yang tidak memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak
aman jaringan terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel 4.1.
Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m
baik vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal
antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm. Seperti
terlihat pada gambar 2.6 di bawah ini.
36
Tabel 2.6 Jarak Aman (Savety Distance)
G. Form Inspeksi
Inspeksi instalasi SUTM terdiri dari inspeksi fisik dan pengujian. Inspeksi
fisik instalasi SUTM terdiri atas pemeriksaan dokumen dan desain,
pemeriksaan visual per alat, pemeriksaan pemasangan. Pengujian
instalasi SUTM meliputi pengukuran jarak bebas, pengujian tahanan
isolasi, pengujian tahan pembumian system dan pembumian peralatan,
pengujian tahan kontak sambungan kabel dan terminasi dan pengujian
arus bocor.
Pemilik : PT Tembaga Murni Instal : ( -- ) Baru
Semanan asi
Alamat : Jl. Semanan Raya Kav. ( √ ) Lama
Instalasi 55-56
Daya : 630 kVA ( -- ) Perubahan
Terpasang .................................... Daya
Kontraktor : PT Karya Muda No. : 01/Jun/1975
instalasi Berdikari SIP ...........
No. : 1825/Jan/1997................ PLN : AP Cengkareng
JIL/Gambar ............. .......
Pemeriksaan : I (Pertama) Gard : CK 60
ke ................................. u .......................
37
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN INSTALASI SUTM 20 kV.
1. Data Teknik.
Tipe Tiang
2. Pemeriksaan visual
Tiang :
Nomor Tiang :
Pondasi :
Travers / Cross Arm :
Arm Tie :
Preformed top grip :
Terminasi dan kabel scound : baik
Jumper : baik
Isolator Pin / Tarik : baik
Konduktor / Penghantar : baik
Sambungan Konduktor
Stringing dan Saging : baik
38
3. Pemeriksaan Visual Desain
Tiang
Tiang Tumpu :
Tiang Tarik :
Tiang Sudut Kecil :
Tiang Sudut Sedang :
Tiang Sudut Besar :
Tiang Percabangan :
Tiang Persilangan :
Tiang Awal :
Tiang Akhir : baik
4. Pengujian/Pengukuran Jarak
Bebas
Balkon rumah :
Atap rumah :
Dinding Bangunan :
Antena TV/ radio, menara :
Pohon :
Lintasan kereta api :
Underbuilt TM – TM :
Underbuilt TM – TR :
39
5. Pengujian/Pengukuran Tahanan Isolasi 1)
Kriteria > 1 kΩ/Volt
No
Tegangan Uji ( V ) Hasil Pengukuran ( MΩ )
.
R-G S-G T-G
1 5.000 Volt
40.000 40.000 40.000
R-S S-T T-R
2 5.000 Volt
6.000 5.000 6.000
3)
8. Pengujian/Pengukuran Tahanan Kontak Sambungan Kabel
Kriteria < 5 μΩ
No
Pengukuran Hasil Pengukuran ( MΩ )
.
R S T
1 Tahanan Kontak
40
Menit Teg.Uji kV- Arus Bocor (
Menit ke Teg.Uji kV-DC
ke DC μA )
2
3
4
5
AMAN, BE
04 Juli 2009 Ir. H. CECEP BAKRI, ST
CATATAN :
1). Alat Ukur Insulation Tester 5.000 Volt / 10.000 Volt Analog/Digital
Merek : KYORITSU Model : 3122 Skala Maximum 200.000 MΩ.
2). Alat Ukur Earth Tester Analog/Digital
Merek : KYORITSU Model : 4105A Skala Maximum 12 Ω dengan
switch perkalian.
3). Alat Ukur Micro Ohm Meter
4). Pengujian tegangan tinggi DC pada SUTM tidak dilakukan.
5). Pengujian/Pengukuran nomor 5-9 tidak dilaksanakan.
H. Rangkuman
41
Penghantar, Tiang, Isolator dan Travers. Pilihan konduktor penghantar
telanjang yang digunakan dalam SUTM adalah AAC atau AAAC.
Berdasarkan material penyusunya tiang listrik untuk SUTM dibagi menjadi
tiga, yaitu : tiang kayu, tiang besi dan tiang beton. Jenis-jenis isolator yang
digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator tumpu dan
isolator Tarik. Travers atau Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar
dan peralatan yang perlu dipasang di atas tiang. Material Cross Arm
terbuat dari besi. Peralatan hubung (switching) pada jaringan saluran
udara tegangan menengah (SUTM) adalah: Pemisah (Disconnecting
Switch = DS), Pemutus beban (Load Break Switch = LBS), dan Saklar
Seksi Otomatis (Automatic Sectionalizer). Peralatan proteksi pada SUTM
dapat dibedakan atas : Pengaman lebur (Fused Cut-Out), Pemutus Balik
Otomatis (Automatic Recloser), Penghantar Tanah (Shield Wire) dan
Arester. Inspeksi instalasi SUTM terdiri dari inspeksi fisik dan pengujian.
Inspeksi fisik instalasi SUTM terdiri atas pemeriksaan dokumen dan
desain, pemeriksaan visual per alat, dan pemeriksaan pemasangan
sesuai standar yang berlaku. Pengujian instalasi SUTM meliputi :
pengukuran jarak bebas, pengujian tahanan isolasi, pengujian tahanan
pembumian sistem dan pembumian peralatan, pengujian tahanan kontak
sambungan kabel dan terminasi dan pengujian arus bocor.
42
I. Evaluasi
a. ACSR
b. AAC
c. AAAC
d. Tembaga
3. Jenis isolator yang digunakan untuk tiang awal dan tiang akhir pada
suatu jaringan distribusi tenaga listrik adalah:
a. Pin insulator
b. Post insulator
c. Pin post insulator
d. Piringan insulator
43
d. Maksimum 70 meter
7. Guy Wire sebaiknya tidak digunakan pada daerah‐daerah padat lalu
lintas atau penduduk. Sudut kemiringan guy wire tidak melebihi
a. 30°.
b. 45°.
c. 60°.
d. 90°.
8. Tiang peregang yang dipasang pada tiap‐tiap 10 gawang saluran lurus
adalah tiang dengan working load minimal:
a. 350 daN
b. 500 daN
c. 200 daN
d. 600 daN
9. Nilai tahanan pembumian peralatan SUTM tidak melebihi:
a. 2,5 Ohm
b. 5 Ohm
c. 10 Ohm
d. 15 Ohm
10. Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/netral dari jaringan
terhadap bangunan tidak boleh kurang dari :
a. 6 meter
b. 4 meter
c. 3 meter
d. 2,5 meter
a. Pemeriksaan dokumen,
44
d. Pemeriksaan pemasangan.
45
BAB III
MATERI POKOK II
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti materi pokok inspeksi instalasi saluran udara
tegangan rendah, peserta mampu menjelaskan jaringan tegangan
rendah, komponen utama dan fungsi saluran udara tegangan
rendah, standar konstruksi saluran udara tegangan rendah, jarak
aman dan pelaksanaan inspeksi pada saluran udara tegangan
rendah.
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada
para pemanfaat/pelanggan listrik. Mengingat ruang lingkup konstruksi
jaring distribusi ini langsung berhubungan dan berada pada lingkungan
daerah berpenghuni, maka selain harus memenuhi persyaratan kualitas
teknis pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap
pengguna dan akrab terhadap lingkungan.
Konfigurasi Saluran Udara Tegangan Rendah pada umumnya berbentuk
radial. Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di
Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) Panel Hubung Bagi
(PHB) Tegangan Rendah pada Trafo Distribusi atau Pembangkit untuk
sistem distribusi skala kecil, hingga Sambungan Rumah (SR).
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Rendah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :
46
1. Saluran Udara Tegangan Rendah Kabel Pilin (Twisted
Cable/TC/LVTC)
2. Saluran Udara Tegangan Rendah Bare Conductor (AAC dan AAAC)
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah (NYFGbY)
Saluran Udara Tegangan Rendah dengan Kabel pilin (twisted cable) ini
dapat dikonstruksikan pada:
1. Tiang yang berdiri sendiri dengan panjang tiang 9 meter dan ditanam
1/6 kali panjang tiang.
2. Di bawah jaringan saluran udara tegangan menengah.
3. Pada dinding bangunan.
Seperti terlihat pada gambar 3.1 dan gambar 3.2 di bawah ini.
47
B. Komponen Utama dan Fungsi Konstruksi SUTR
C. Penghantar
48
C.1.2. Penghantar Pengantar Kabel Pilin
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan kabel pilin, saat ini
sudah dikembangkan, hal ini untuk mempertinggi keandalan, faktor
keamanan dan lain-lain. Untuk kabel pilin ini pemasangannya ada 2 cara,
yaitu di bawah SUTR (Underbuilt) dan khusus pilin (JTR murni). Ada
beberapa istilah untuk menyebut kabel pilin yang digunakan pada saluran
udara tegangan rendah yaitu:
49
D. Spesifikasi Penghantar
50
Tabel 3.2 Ukuran dan Konstruksi Penghantar AAAC
1 2 3 4 5 6 7 8
0c
Luas Penampang Jumlah kawat Diameter hantaran Berat hantaran Perbedaan berat Tahanan DC, 20 Beban putus
diameter kawat n/dl kira-kira d2 kira-kira maksimum Maksimum perhitungan
Nominal Sebenarnya
51
Tabel 3.3 Spesifikasi Kabel LVTC
D.1.3. Isolator
Pada jaringan tegangan rendah, isolator biasa digunakan pada jaringan
tegangan rendah yang menggunakan penghantar telanjang (bare
conductor). Berfungsi sebagai pengaman penghantar bertegangan
dengan tiang. Seperti terlihat pada gambar 3.5 di bawah ini.
52
Isolator jenis cincin (spool type insulator), digunakan pada tiang-tiang lurus
(tangent pole) dengan sudut 0° sampai 10°, yang dipasang secara
horizontal maupun vertikal.
Isolator cincin bentuknya bulat berlubang ditengahnya seperti cincin yang
hanya terdapat satu atau dua lekukan saja yang seluruhnya terbuat dari
bahan porselin.
Isolator cincin ini tidak menggunakan pasak (pin) sehingga isolator cincin
memiliki kualitas tegangannya lebih rendah. Biasanya tak lebih dari 3 kV.
Isolator cincin ini besarnya tidak lebih dari 7,5 cm tinggi maupun
diameternya, yang dipasangkan pada jaringan distribusi sekunder serta
saluran pelayanan ke rumah-rumah.
Isolator ini dipasang pada sebuah clamp (pengapit) dengan sebuah pasak
yang dimasukkan ke dalam lubang ditengahnya. Pemasangan secara
horizontal digunakan untuk jaringan lurus (tangent line) dengan sudut
antara 0° sampai 10°. Untuk jaringan sudut (angle line) untuk sudut lebih
dari 10° dipasang pada kedudukan vertikal.
Spesifikasi Isolator
53
D.2. Tiang
54
baik buat penopang jaringan, dapat dibentuk menurut konstruksi, biaya
perawatan rendah dan bebas dari gangguan petir
Kelemahan tiang kayu ini adalah tergantung pada persediaan kayu yang
ada, perlu pengawetan terlebih dahulu, umur lebih pendek : 10 - 12 tahun
bila tak diawetkan dan 20 - 30 tahun bila diawetkan, tidak dapat
menyangga beban secara aman, dan apalagi bila terjadi satu atau dua
kawat terputus.
55
Melihat konstruksinya yang lebih kokoh, lurus dan bentuknya lebih indah
dibandingkan dengan tiang kayu, tiang baja ini banyak dipakai. Walaupun
ongkos pengangkutan dan pemeliharaan tiang baja ini lebih mahal, tetapi
bila dibandingkan dengan tiang kayu maka tiang baja ini lebih banyak
dipilih untuk penyangga kawat penghantar jaringan distribusi, terutama
untuk jaringan distribusi tegangan tinggi. Hal ini disebabkan beban
penopang pada jaringan distribusi tegangan tinggi lebih besar bila
dibandingkan beban penopang pada jaringan distribusi tegangan rendah.
Tiang baja bulat juga digunakan untuk penopang jaringan tegangan
rendah.
56
Gambar 3.8. Tiang Beton
Spesifikasi Tiang
Tiang beton untuk saluran tegangan menengah dan tegangan rendah
dipilih berdasarkan spesifikasi sebagaimana terlihat pada tabel 3.4 berikut.
57
jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang. Pada
gambar tersebut diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum untuk
tegangan menengah 11 meter (9,2 meter di atas tanah) dan untuk
tegangan rendah 9 meter ( 7,5 meter di atas tanah).
Dari tabel 3.5 disebutkan bahwa tiang 9 meter type 200 dan dapat
digunakan sampai jarak tiang 60 meter, sedang tiang 9 meter type 100
dan dapat digunakan terbatas sampai jarak tiang 40 meter, bahkan lebih
pendek dengan pengurangan beban kawat, karena batas ketahanan
momen hampir nol pada pada jarak (span) 40 meter, bila tekanan angin
pada konduktor dan tiang mendekati momen ketahanan sebesar 724 kgm.
58
D.4. Spesifikasi Pole Bracket
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low Voltage
Twistad Cable), saat ini sudah dikembangkan, hal ini untuk mempertinggi
keandalan, faktor keamanan dan lain-lain. Untuk kabel LVTC ini
pemasangannya, 1) di bawah SUTR (Underbuilt) dan 2) khusus LVTC
(JTR murni).
Pole Bracket
Terdapat dua jenis komponen pole bracket :
1. Tension bracket, dipergunakan pada tiang ujung dan tiang sudut.
Breaking capacity 1000 daN terbuat dari Alumunium Alloy
2. Suspension bracket dipergunakan pada tiang sudut dengan sudut
lintasan sampai dengan 300. Breaking capacity 700 daN terbuat dari
alumunium Alloy.
Ikatan pole bracket pada tiang memakai stainless steel strip atau baut
galvanized M30 pada posisi tidak melebihi 15 cm dari ujung tiang.
Strain clamp
Strain Clamp atau clamp tarik dipakai pada Pole Bracket tipe Tension
Bracket. Bagian penghantar yang dijepit adalah penghantar netral.
Suspension Clamp
Fungsi Suspension Clamp adalah menggantung bagian penghantar netral
pada tiang dengan sudut lintasan jaringan sampai dengan 30 o.
59
Plastic Strip (plastic tie)
Plastic strap digunakan untuk mengikat kabel pilin yang terurai agar
terlihat rapi dan kokoh. Berikut bermacam-macam gambar pole bracket
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.12 sampai dengan 2.18.
60
Gambar 3.10. Konstruksi Tiang Penegang/Sudut (TR2)
61
Gambar 3.11. Konstruksi Tiang Awal/Akhir (TR3)
62
Gambar 3.12. Konstruksi Tiang Penyangga Silang (TR4)
63
Gambar 3.13. Konstruksi tiang penegang (TR5)
64
Keterangan Gambar 3.14 :
1. Suspension Clamp Bracket
2. Suspension Clamp
3. Tension Bracket
4. Strain Clamp
5. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
6. Stopping Buckle
7. Plastic Strap
8. Bundled Conductor, Connector 70-25/70-25
9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
65
E. Standar Konstruksi
66
Terdapat 2 jenis konstruksi jaringan distribusi Tegangan Rendah sesuai
dengan sistemnya.
1. Konfigurasi fasa‐3 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 3
penghantar fasa + 1 netral.
2. Konfigurasi fasa‐2 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 2
penghantar fasa + 1 netral atau penghantar BC atau AAAC.
Kedua sistem tersebut berdiri pada tiang sendiri atau di bawah Saluran
Udara Tegangan Menengah (underbuilt).
Radius pelayanan jaringan lebih kurang 300 meter dan tingkat tegangan
pelayanan dibatasi + 5 % dan – 10 %.
Jenis tiang yang digunakan adalah tiang beton berukuran panjang 9 m
dengan kedalaman penanaman 1/6 kali panjang tiang.
67
Untuk Jaringan Tegangan Rendah, Beban Kerja (working load) tiang yang
dipakai adalah 160 daN, 200 daN, 350 daN dan 500 daN (1 daN = 1,01
kg gaya)
Penghantar kabel twisted ditumpu pada tiang dengan konstruksi dead end
(DE), Adjustable Dead End (ADE) dan suspension (SS) yang
penggunaannya disesuaikan dengan bentuk lintasan jaringan. Kedua
konstruksi tersebut dipasang di atas tiang, dikenal dengan istilah
konstruksi atas tiang (pole top construction).
Bentuk lintasan jaringan adalah lurus, sudut, dan akhir, sehingga tiang
pada lintasan tersebut diberi nama sesuai fungsinya :
- Tiang Awal / Akhir
- Tiang Tengah / Penumpu
- Tiang Sudut dengan sudut kecil (α < 30°) dan sudut besar α > 30°.
- Tiang Peregang
- Tiang Seksi
Pemakaian DE dan SS disesuaikan dengan fungsi tiang pada jaringan
tersebut.
G.2. Fungsi Konstruksi Fixed Dead End (FDE) dan Adjustable Dead End
(ADE)
Konstruksi Fixed Dead End mengikat penghantar netral. Kabel Pilin
dengan komponen pokok klem jepit (strain clamp) dan klem tarik (tension
bracket). Beban Kerja (Working load) untuk strain clamp tidak kurang dari
1500 daN dan untuk tension bracket tidak kurang dari 2200 daN gaya
horizontal.
68
G.3. Fungsi Konstruksi Suspension (SS)
69
H. Pembumian Penghantar Netral dan Titik Netral Trafo
70
Sambungan langsung penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press
joint sleeve berisolasi. Semua pembungkus sadapan dan sambungan di
lapisi greese (gemuk) dan kedap air.
Jarak aman saluran udara adalah jarak dimana saluran tersebut aman
terhadap lingkungan dan terhadap manusia. Tabel 3.7 berikut
memberikan jarak aman saluran kabel pilin terhadap lingkungan.
71
Tabel 3.7 Jarak Aman Saluran Kabel Udara Kabel Pilin Terhadap
Lingkungan
L. Form Inspeksi
Inspeksi instalasi SUTR terdiri dari inspeksi fisik dan pengujian. Inspeksi
fisik instalasi SUTR terdiri atas pemeriksaan dokumen dan desain,
pemeriksaan visual per alat, pemeriksaan pemasangan. Pengujian
instalasi SUTR meliputi pengukuran jarak bebas, pengujian tahanan
isolasi, pengujian tahan pembumian sistem dan pembumian peralatan,
pengujian tahan kontak sambungan kabel dan terminasi dan pengujian
arus bocor.
72
Pemilik : PT Tembaga Murni Instalas : ( -- ) Baru
Semanan i
Alamat Instalasi : Jl. Semanan Raya Kav. 55- ( √ ) Lama
56
Daya : .................................... ( -- ) Perubahan
Terpasang Daya
Kontraktor : PT Karya Muda Berdikari No. : 01/Jun/1975
instalasi SIP ...........
No. JIL/Gambar : 1825/Jan/1997...................... PLN : AP Cengkareng
....... .......
Pemeriksaan ke : I (Pertama) Gardu : CK 60
................................. .......................
1. Data Teknik.
Bahan Konduktor
: Aluminium (Al)
Type Konduktor :
Pabrik pembuat : Jumbo Cable
Ukuran penampang : 3 x 150 mm2
Panjang terpasang : 300 meter
Tipe Isolator :
Tipe Tiang :
2. Pemeriksaan visual
Tiang :
Nomor Tiang :
Pondasi :
Suspension Clamp Bracket :
Suspension Clamp :
73
Pemeriksaan visual
Tension Bracket :
Strain Clamp :
Stainless Steel Strip :
Stopping Buckle :
Plastic Strap :
Protektif Plastic Strap :
Terminasi dan kabel
: baik
scound
Jumper : baik
Konduktor / Penghantar : baik
Sambungan Konduktor
Stringing dan Saging : baik
Tiang Tumpu :
Tiang Tarik :
Tiang Sudut Kecil :
Tiang Sudut Sedang :
Tiang Sudut Besar :
Tiang Percabangan :
Tiang Persilangan :
Pemeriksaan Visual Desain
Tiang
Tiang Awal :
Tiang Akhir : baik
74
4. Pengujian/Pengukuran Jarak Bebas
Atap rumah :
Balkon rumah :
Saluran Telekomunikasi :
Saluran Udara Tegangan :
Menengah
Bangunan/Tower/Papan Reklame :
Lintasan kereta api :
75
3)
8. Pengujian/Pengukuran Tahanan Kontak Sambungan Kabel
Kriteria < 5 μΩ
AMAN, BE
04 Juli 2009 Ir. H. CECEP BAKRI, ST
CATATAN :
1). Alat Ukur Insulation Tester 5.000 Volt / 10.000 Volt Analog / Digital
Merek : KYORITSU Model : 3122 Skala Maximum 200.000
MΩ.
2). Alat Ukur Earth Tester Analog / Digital
Merek : KYORITSU Model : 4105A Skala Maximum 12 Ω
dengan switch perkalian.
76
3). Alat Ukur Micro Ohm Meter
4). Pengujian tegangan tinggi DC pada SUTM tidak dilakukan.
5). Pengujian/Pengukuran nomor 5-9 tidak dilaksanakan.
M. Rangkuman
77
N. Evaluasi
78
c. -10 % sampai +5 %
d. -10 % sampai +10%
6. Spesifikasi tiang beton untuk jaringan distribusi tegangan rendah
murni adalah:
a. 11 meter, 350 daN
b. 11 meter, 200 daN
c. 9 meter, 100 daN
d. 9 meter, 350 daN
7. Ukuran kabel fase yang lazim digunakan pada jaringan distribusi
tegangan rendah adalah sebagai berikut, kecuali:
a. 35 mm2
b. 50 mm2
c. 70 mm2
d. 80 mm2
8. Konstruksi suspension (SS) dipakai untuk menggantung penghantar
netral kabel twisted dan dengan kemampuan sudut lintasan
maksimum:
a. 10°
b. 15°
c. 30°
d. 45°
9. Pembumian jaringan distribusi tegangan rendah dilakukan pada setiap
jarak:
a. 50 meter
b. 100 meter
c. 200 meter
d. 400 meter
10. Jarak antar gawang atau span maksimum dari jaringan distribusi
tegangan rendah tidak boleh lebih dari:
a. 40 meter
b. 50 meter
79
c. 60 meter
d. 80 meter
11. Jarak bebas minimum antar jaringan tegangan rendah kabel pilin
dengan permukaan jalan raya boleh kurang dari:
a. 4 meter
b. 5 meter
c. 6 meter
d. 8 meter
80
BAB IV
PENUTUP
81
DAFTAR PUSTAKA
Short T.A., 2004, “Electric Power Distribution Handbook”, CRC Press LLC.
PLN Distribusi Jatim. 1997. Pelatihan Tenaga Ahli Kontraktor Listrik. AKLI
DPD JATIM dan PLN Distribusi Jatim.
82