BAB IV
adalah Pemeliharaan Bay Line, dimana pada GI Panakkukang terdiri atas 2 Bay
Line yakni Bay Line Tello #1 dan Bay Line Tello #2. Namun, untuk jadwal
pemeliharaan tahun ini dilakukan pada Bay Line Tello #2 disesuaikan pada tahun
Maret 2016 dimana peralatan pada Bay Line Tello #2 yaitu Lightning Arrester
Keterangan gambar
Data teknis LA :
Merk : TRIDELTA
Type : S3 144/10.3-0-A
Keterangan gambar
1. Wave trap
2. Support insulator,
Keterangan gambar
Merk : MAGRINI
GALILEO
Type : 170 / 5
Burden : 50
Class : 1-3P
Keterangan gambar
Type : S2 DAT
LINE TELLO #2
Keterangan gambar
Data teknis CT :
Rasio : 400,800/5A
Burden: 40 VA
Class : 1,0-5P20
Keterangan gambar
Type : FXT 13
Bay Line 150 kV antara lain Alat Uji Tahanan Kontak (CPC 100), Alat Uji
Adapun alat pelindung diri (APD) dan peralatan K3 yang digunakan antara lain
Helm Pengaman, Sarung Tangan Safety, Sepatu Safety, Grounding local, Tester
A) Pedoman Pemeliharaan
a) In Service Inspection
metode:
lain).
(kondisional).
b) In Service Measurement
peralatan dengan menggunakan alat ukur yang advanced (seperti Thermal Image
Thermovision).
c) Shutdown Measurement
diketahui dan menjadi dasar pokok dalam kegiatan OpHar Bay Line yang menjadi
langkah kerja awal sebelum kegiatan manuver dilakukan. Diantara ialah Working
Permit Adapun langkah kerja awal sebelum melakukan pemeliharaan Bay Line
ialah :
sudah bisa dipelihara). Working permit ada (kurang dari 1 minggu sblm
jadwal perawatan).
dipelihara.
Team HAR.
tahanan isolasi.
tahanan isolasi
tahanan isolasi.
tegangan menengah digunakan Meger dengan batas ukur Mega sampai Giga
Ohm dan tegangan alat ukur antara 5.000 sampai dengan 10.000 Volt arus
ukur sampai Mega Ohm dan tegangan alat ukur antara 500 sampai 1.000
Volt arus searah. Ketelitian hasil ukur dari meger juga ditentukan oleh
yang diukur. Kesiapan alat ukur dapat mengacu pada instruksi kerja masing
3) Memasang grounding.
4) Memasang kabel pada sisi positif dan negative alat ukur (Magger).
tegangan 5 kV.
8) Pengujian selesai.
Prinsip dasar pengukuran tahanan kontak adalah sama dengan alat ukur
tahanan murni (Rdc), tetapi pada tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar
I=100 Ampere.
tahanan kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai
berikut:
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang
W = I2 . R
W = 10.000 watts
kontak sangat diperlukan sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan kontak.
peralatan lainnya digunakan arus sebesar 100 Amp karena pembagi dengan angka
100 akan memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat.
Harus diperhatikan skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan
sama dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil
dengan arus yang digunakan sebesar 100 Amp, 200 Amp, hingga 300 Amp.
3. Memasang grounding.
5. Memasang kabel inject pada titik pengujian pada peralatan yang diuji
tersebut masih baik digunakan diberi arus yang berbeda, seperti langkah
dibawah ini :
7. Pengujian selesai.
waktu kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan atas jenis
three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa).
Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud
PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan
dapat reclose satu fasa yang biasa disebut SPAR (Single Pole Auto Reclose).
Namun apabila gangguan pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa maka
PMT tersebut harus trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT tidak trip secara
serempak akan menyebabkan gangguan, untuk itu biasanya terakhir ada sistem
proteksi namanya pole discrepancy relai yang memberikan order trip kepada
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single
pole ataupun three pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau
tidak maka dapat menjadi suatu gangguan didalam system tenaga listrik dan
Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu gangguan pada system tenaga
listril diharapkan PMT bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang
diharapkan sesuai standard SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150 milli
detik dan SPLN No 52-1 1984 untuk system 150 kV = 120 milli detik, dan final
draft Grid Code 2002 untuk system 500 kV = 90 milli detik dapat terpenuhi.
1. Memasang grounding.
4. Setelah alat stand by, selanjutnya memasang kabel pada wiring box PMT
Gambar 4.32 Pemasangan Kabel pada Wiring Box PMT dan Alat Ukur CBA1000
monitor CBA1000
d. Mengubah posisi sel dari Close (C) menjadi Open (O), dengan
monitor CBA1000
7. Pengujian selesai
4. Pengujian/Pengukuran Rasio
saturasi (knee voltage) dan pada sisi primer diukur tegangan menggunakan
voltmeter skala rendah dengan impedansi tinggi (20 000 Ω/V atau lebih). Ratio
Pengujian ini menggunakan alat uji injeksi arus (high current test injection),
dilakukan dengan mengatur catu daya pada alat uji sesuai dengan nilai yang diinginkan
serta mencatat arus pada sisi sekunder kedua CT. rasio dari CT adalah sama dengan rasio
dari CT referensi yang dikalikan rasio antara arus sisi sekunder CT referensi dengan arus
NR : Rasio CT referensi
IR : Arus CT referensi
1. Memasang grounding.
6. Melihat nilai arus sekunder dengan tang ampere pada box CT.
8. Pengujian selesai.
2) Pemisah (PMS)
3) Lightning Arrester ( LA )