SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun Oleh:
ALDI SYAHRIL ANWAR
NPM. 3332180034
ii
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2.8 MATLAB (Matrix Laboratory) ............................................................. 32
2.9 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 36
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 36
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 36
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 37
3.4 Perancangan Penelitian ........................................................................... 38
3.4.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 38
3.4.2 Identifikasi Harmonisa dan Profil Faktor Daya Jaringan PT Krakatau
Daya Listrik Substation KHI 20 kV (AK) ..................................................... 40
3.4.3 Perancangan Jaringan Listrik PT Krakatau Daya Listrik Substation
KHI 20 kV (AK) ............................................................................................ 41
3.4.4 Analisis Perancangan Kompensator STATCOM............................ 43
3.4.4.1 Measurement System .................................................................. 45
3.4.4.2 Regulator Tegangan .................................................................... 45
3.4.4.3 Regulator Arus ............................................................................ 46
3.4.4.4 Rangkaian Sinkronisasi ............................................................... 47
3.4.4.5 Pulse Generator ........................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
iii
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
DAFTAR GAMBAR
iv
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
DAFTAR TABEL
v
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB I
PENDAHULUAN
6
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7
Bab ini menjelaskan tentang hasil sekaligus analisa dari penelitian yang
dikaitkan dengan latar belakang dan tinjauan pustaka.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisa yang
diperoleh dari pembahasan untuk pengembanagan penelitian selanjutny
11
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
12
a) Beban Linier
Beban linier adalah suatu beban listrik yang memiliki impedansi tidak
berubah atau konstan sehingga arus listrik yang mengalir akan sebanding dengan
tegangannya, sehingga dapat dikatakan pada karakteristik beban linier ini berlaku
sesuai dengan Hukum Ohm[13]. Gelombang arus yang terjadi pada beban linier ini
akan menyerupai gelombang tegangan sumber sistem, pada gelombang yang
dipengaruhi beban linier tidak terdapat distorsi gelombang arus ataupun tegangan,
sehingga dapat dikatakan tidak menimbulkan permasalahan harmonisa. Contoh
peralatan yang berperan sebagai beban linier diantaranya yaitu lampu pijar,
pemanas, resistor, dan lainnya.
b) Beban Non-Linier
Beban linier adalah jenis beban listrik yang memiliki impedansi berubah-
ubah terhadap waktu terhadap tegangan sumber sistem, sehingga arus listrik tidak
berlaku sebanding dengan tegangan atau dapat dikatakan tidak berlaku sesuai
dengan Hukum Ohm. Karena hal tersebut pada gelombang tegangan dan arus yang
terjadi terjadi distorsi/cacat gelombang sinusoidal tegangan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya permasalahan harmonisa pada sistem. Contoh peralatan
yang berperan sebagai beban non-linier dapat ditemukan di peralatan industri
maupun rumah tangga, misalnya motor induksi, konverter, peralatan busur api
listrik, perangkat driver, electronic ballast, dan lainnya[13].
c) Beban Sensitif
Beban sensitif merupakan jenis beban yang memberikan respon hanya pada
suatu durasi yang singkat saat muncul gangguan, akibatnya lambat laun sistem akan
mengalami perubahan performa kerja di waktu mendatang. Untuk itu beban sensitif
ini perlu dijaga performa kerjanya. Contoh beban sensitif ini ialah relay dan
kontaktor yang bekerja trip saat terjadi gangguan (tegangan atau arus tidak nilai
seharusnya).
Selain ketiga jenis beban listrik tersebut, terdapat juga jenis beban listrik
yang memiliki sifat tertentu masing-masing. Diantaranya sebagai berikut ini[14].
1. Beban Resistif
Resistif adalah sifat menahan atau menghambat dari adanya arus listrik pada
suatu sistem, sifat ini adalah sifat murni dari suatu komponen sehingga disebut
dengan komponen resistor. Kemampuan komponen seperti ini artinya beban resistif
dapat menahan atau menghambat elektron yang mengalir pada konduktor, sehingga
energi listrik yang diserap beban resistif mengalami konversi kebentuk energi lain
seperti panas dan tidak mempengaruhi gelombang listrik sistem. Contoh beban
resistif yaitu lampu pijar, resistor, heater, solder listrik, dan sebagainya.
Karakteristik gelombang tegangan dan arus untuk beban resistif yaitu
memiliki fasa gelombang tegangan dan arus yang sama (se-fasa). Gelombang daya
nya selalu bernilai di siklus positif yang artinya pada beban resistif ini bersifat
menyerap daya aktif/nyata sepenuhnya. Seperti yang diperlihatkan pada gambar
berikut ini.
2. Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang dapat menimbulkan fluks magnet akibat
adanya medan magnet saat proses kerjanya. Medan magnet pada beban induktif ini
3. Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban kelistrikan yang memiliki sifat kapasitansi
yaitu dapat menyimpan energi listrik dalam waktu sesaat. Karena pada beban
kapasitif tegangan akan disimpan dan disalurkan dalam jangka waktu sesaat
tertentu, maka hal ini yang menyebabkan gelombang arus mendahului gelombang
tegangan sebesar 90º, oleh karena itu juga beban kapasitif sering disebut dengan
istilah beban leading (arus mendahului dari tegangan).
Konsumsi daya pada beban kapasitif yaitu hanya mengkonsumsi daya aktif,
sedangkan pada beban kapasitif ini bersifat melepaskan atau mengurangi daya
reaktif. Sehingga karena hal tersebut biasanya komponen yang termasuk kedalam
beban kapasitif biasanya digunakan untuk membantu permasalahan perbaikan
faktor daya dalam range/Batasan tertentu. Contoh peralatan yang termasuk dalam
beban kapasitif yaitu kapasitor atau kondensator.
𝑃 = 𝑉 . 𝐼 . 𝑐𝑜𝑠 𝜑 (2.1)
𝑃 = √3 . 𝑉 . 𝐼 . 𝑐𝑜𝑠 𝜑 (2.2)
𝑄 = 𝑉 . 𝐼 . 𝑠𝑖𝑛 𝜑 (2.3)
𝑄 = √3 . 𝑉 . 𝐼 . 𝑠𝑖𝑛 𝜑 (2.4)
𝑆 = 𝑉 .𝐼 (2.5)
𝑆 = √3 . 𝑉 . 𝐼 (2.6)
𝑃 𝑃
cos 𝜑 = = (2.7)
𝑆 √𝑃 2 +𝑄2
Nilai faktor daya suatu sistem tenaga listrik yang baik memiliki indeks nilai
maksimum sebesar 1. Artinya adalah semakin faktor daya sistem bernilai mendekati
nilai 1 atau bernilai 1, maka semakin baik sistem tenaga listrik tersebut[15]. Untuk
standar yang ditetapkan oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara), faktor daya sistem
tenaga listrik idealnya adalah memiliki nilai faktor daya sebesar minimum 0,85
dengan sudut fasa dalam cos bernilai sebesar 31º.
𝑃
cos 𝜑1 = (2.8)
√𝑃 2 +𝑄1 2
𝑃 𝑃
cos 𝜑2 = 𝑆 = (2.9)
2 √𝑃 2 +𝑄2 2
Atau
𝑃
cos 𝜑2 = (2.10)
√𝑃 2 +(𝑄1 −𝑄2 )2
Dengan adanya faktor daya awal (cos 𝜑1 ) dan faktor daya akhir (cos 𝜑2 )
yang kan diperbaiki dengan kompensator kapasitor bank, maka nilai kapasitor (QC)
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
Keterangan:
S1 : Daya semu awal (VA)
P : Daya aktif beban (Watt)
cos φ1 : Faktor daya awal
Q1 : Daya reaktif awal (VAR)
S2 : Daya semu akhir (VA)
cos φ2 : Faktor daya akhir
Q2 : Daya reaktif akhir (VAR)
QC : Kapasitas rating kapasitor (kVAR)
𝑄 𝐶
𝐶 = 𝑉 2 ×𝜔 (2.12)
Keterangan:
C : Kapasitas kapasitor (Farad)
QC : Daya reaktif kapasitor (VAR)
V : Tegangan (Volt)
ω : Kecepatan sudut fasa/2πf
2.5 Harmonisa
Menurut IEC harmonisa adalah timbulnya gelombang dengan kelipatan
bilangan bulat dari gelombang fundamentalnya. Saat terjadi gangguan harmonisa
pada sistem distribusi maka disamping gelombang fundamental yang memiliki
frekuensi sebesar 50 Hz yang kita gunakan, terdapat juga gelombang dengan
frekuensi sebesar 150 Hz atau dikenal dengan gelombang harmonisa orde ke 3, juga
terdapat gelombang dengan frekuensi 250 Hz atau dikenal dengan gelombang
harmonisa orde ke 5, begitupun seterusnya[18]. Semakin banyak gelombang
harmonisa ini maka bentuk gelombang akan semakin mendekati bentuk gelombang
persegi sehingga tidak dalam bentuk gelombang sinusoidal.
𝑓𝑛 = 𝑛 × 𝑓0 (2.13)
Keterangan:
fn : Frekuensi harmonisa ke-n (Hz)
n : Urutan bilangan bulat positif
f0 : Frekuensi fundamental sistem (Hz)
Keterangan:
a. Gelombang pertama ialah gelombang arus fundamental dengan frekuensi 50
Hz.
b. Gelombang kedua ialah gelombang harmonisa arus kedua sebesar 100 Hz
terhadap arus fundamentalnya.
c. Gelombang ketiga ialah gelombang harmonisa arus ketiga sebesar 150 Hz
terhadap arus fundamentalnya.
Distorsi harmonisa timbul akibat beban-beban non linier dalam sistem tenaga listrik
yang menyebabkan harmonisa, dan pengaruhnya terhadap proporsionalnya
tegangan dan arus pada sistem. Jadi, distorsi harmonisa sendiri dapat diartikan
perubahan bentuk gelombang fundamental sistem akibat adanya gangguan
harmonisa[21].
Individual harmonic distortion (IHD) adalah nilai yang menunjukkan
perbandingan antara nilai harmonisa individual sistem dengan nilai RMS
gelombang fundalmental sistem. IHD ini dinyatakan dalam satuan persen (%), dan
dapat dihitung dengan rumus seperti persamaan berikut.
𝐼 2
𝐼𝐻𝐷 = √( 𝐼𝑠𝑛) × 100% (2.14)
𝑠1
Keterangan:
IHD : Individual harmonic distortion (%)
Isn : Arus harmonisa pada orde ke-n (A)
IS1 : Arus fundamental (Irms) (A)
fundamentalnya, dan dinyatakan dalam satuan persen (%)[22]. Semakin besar nilai
THD, maka menunjukkan semakin besar pula gangguan harmonisa pada suatu
sistem tenaga listrik.
Jumlah distorsi harmonisa/THD dapat terjadi pada gelombang tegangan
maupun arus sistem tenaga listrik. Distorsi harmonisa yang terjadi pada gelombang
tegangan disebut dengan THD tegangan atau VTHD. Sedangkan distorsi harmonisa
yang terjadi pada gelombang arus disebut dengan THD arus atau ITHD[23]. Baik
THD tegangan maupun THD arus memiliki rumus nilai perhitungan yang berbeda.
Untuk THD tegangan memiliki rumus dengan persamaan seperti pada berikut ini.
√∑∞ 2
𝑛=2 𝑉𝑛
𝑉𝑇𝐻𝐷 × 100% (2.15)
𝑉1
Keterangan :
Vn : Nilai tegangan harmonisa (V)
V1 : Nilai tegangan fundamental (V)
n : Komponen harmonisa maksimum yang diamati
Sedangkan untuk THD arus dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
seperti pada persamaan berikut ini.
√∑∞ 2
𝑛=2 𝐼𝑛
𝐼𝑇𝐻𝐷 × 100% (2.16)
𝐼1
Keterangan:
In : Nilai arus harmonisa (A)
I1 : Nilai arus fundamental (A)
n : Komponen harmonisa maksimum yang diamati
Standar THD tegangan dan arus yang dipakai untuk sistem tenaga listrik di
Indonesia adalah standar distorsi harmonisa berdasarkan IEEE 519-1992. Berikut
ini tabel standar distorsi harmonisa (THD) berdasarkan IEEE 519-1992.
sistem daya mejadi ideal dalam operasional sistem tenaga listrik AC. Salah satu
perangkat bantu dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas daya sistem transmisi
tenaga listrik adalah flexible AC transmission system (FACTS).
FACTS adalah perangkat kompensator dalam perbaikan kualitas penyaluran
tenaga listrik yang menggunakan prinsip kerja komponen-komponen elektronika
daya dan memiliki karakteristik lebih fleksibel dalam proses pengaturan aliran daya
untuk sistem transmisi tenaga listrik AC. Berdasarkan IEEE, FACTS merupakan
perangkat elektronika daya dan pengendali statis dalam meningkatkan kontrol dan
penyaluran daya pada sistem transmisi arus bolak-balik. Berdasarkan definisi
tersebut, pada perangkat FACTS tegangan, aliran daya (aktif dan reaktif), dan
impedansi saluran kendali dialirkan secara dinamis sehingga dapat mensuplai atau
menyerap daya reaktif dalam kondisi yang sama[24]. FACTS memiliki jenis yang
beragam diantaranya yaitu static var compensator (SVC), static synchronous
compensator (STATCOM), thyristor controlled breaking reactor (TCR), thyristor
controlled series capacitor (TCSC), unified power flow controller (UPFC), dan lain
sebagainya.
(a)
(b)
Gambar 2. 10 Skema Operasi STATCOM: (a) Operasi Induktif, dan (b) Operasi
Kapasitif
𝑉𝑆 𝑉𝐶 sin 𝛿
𝑃= (2.17)
𝑋𝐿
𝑉𝑆 (𝑉𝑆 −𝑉𝐶 ) sin 𝛿
𝑄= (2.18)
𝑋𝐿
𝑉𝑆 𝑉𝐶 𝑉𝑆 𝑉𝐶 𝑉𝑆 2
𝑆=3 sin 𝛿 − 𝑗3 ( cos 𝛿 − ) = 𝑃 − 𝑗𝑄 (2.19)
𝑋𝐿 𝑋𝐿 𝑋𝐿
Keterangan:
S = Daya semu (VA)
VC = Tegangan STATCOM
VS = Tegangan sistem
P = Daya aktif (W)
XL = Reaktansi induktif
Q = Daya reaktif (VAR)
δ = Beda fasa VS dan VC
Ketika tegangan yang dihasilkan VSC yaitu tegangan VC memiliki fase yang
sefase dengan tegangan grid sistem VS, hal tersebut menunjukkan kondisi operasi
steady state, sehinggga daya reaktif saja yang mengalir pada grid sistem dan daya
aktif bernilai nol (P=0). Jika fase VS lebih besar dari Vc atau saat kondisi leading,
maka STATCOM akan menyerap daya reaktif dari grid sistem atau daya reaktif
akan dialirkan dari VS ke VC, dalam kondisi ini daya reaktif akan bernilai negatif
sehingga kondisi bersifat daya reaktif kapasitif, STATCOM akan berada dalam
operasi induktif. Sedangkan jika fase VC lebih besar dari VS atau saat kondisi
lagging, maka STATCOM akan mengalirkan daya reaktif dari STATCOM ke grid
sistem atau daya reaktif akan dialirkan dari VC ke VS, dalam kondisi ini daya reaktif
akan bernilai positif sehingga kondisi bersifat daya reaktif induktif, STATCOM
akan berada dalam operasi kapasitif. Dalam perhitungan daya reaktif yang
dibangkitkan STATCOM dapat menggunakan persamaan (2.18) diatas, dari
persamaan tersebut menyatakan bahwa daya reaktif pada sistem akan dipengaruhi
berdasarkan nilai VS, VC, dan XL.
rectifier saat STATCOM menyerap daya reaktif dari sistem dan inverter saat
STATCOM menyuplai daya reaktif ke sistem. Tegangan yang hilang dalam hal ini
adalah perbedaan antara tegangan nominal dan aktual. VSC biasanya didasarkan
pada beberapa jenis penyimpanan energi yang akan memasok tegangan DC dan
tegangan yang diinginkan kemudian diperoleh dengan mengalihkan perangkat
elektronik solid-state di sirkuit converter[26].
Dari gambar 2.14 diatas, rangkaian kontrol STATCOM terdiri dari beberapa
komponen berikut[27]:
a. Phase-locked loop (PLL) yang mensinkronkan komponen urutan positif
dari tegangan primer 3 fase (Vt). Keluaran dari PLL (sudut θ = ωt)
digunakan untuk perhitungan komponen direct-axis dan quadrature-axis
dari arus dan tegangan AC 3 fase (pada diagram diberi label Vd, Vq, atau Id,
Iq).
2 2𝜋 2𝜋
𝑉𝑑 = 3 [𝑉𝑎 sin(𝜔𝑡) + 𝑉𝑏 sin (𝜔𝑡 − ) + 𝑉𝑐 sin (𝜔𝑡 + )] (2.20)
3 3
2 2𝜋 2𝜋
𝑉𝑞 = 3 [𝑉𝑎 cos(𝜔𝑡) + 𝑉𝑏 cos (𝜔𝑡 − ) + 𝑉𝑐 cos (𝜔𝑡 + )] (2.21)
3 3
2
𝑉0 = 3 (𝑉𝑎 + 𝑉𝑏 + 𝑉𝑐 ) (2.22)
Persamaan transformasi diatas berlaku juga pada arus tiga fasa, yaitu dengan
mengganti variabel Va, Vb, Vc, Vd, Vq, V0 dengan variabel Ia, Ib, Ic, Id, Iq, dan I0.
operasi matematis, matlab juga memberikan beberapa fungsi fisika, statistika, dan
visualisasi. Berikut ini beberapa penggunaan dari software matlab:
a. Matematika dan komputasi.
b. Pengembangan dan algoritma.
c. Pemrograman modelling, simulasi, dan perancangan prototype.
d. Analisis data, eksplorasi, dan visualisasi.
e. Analisis numerik dan statistik.
f. Pengembangan aplikasi teknik dan engineering.
Dalam perkembangannya, matlab menjadi lingkungan pemrograman
canggih dan diandalkan, karena selaras dengan kebutuhan terhadap pemrograman
komputer khususnya dalam tools komputasi, pemodelan, dan simulasi dengan
beragam fasilitas tersedia dan beberapa fitur yang terus dikembangkan. Fitur-fitur
yang dimiliki matlab diantaranya yaitu Simulink, Toolbox, Blockset, Stateflow,
Real Time Workshop, GUIDE, dan lainnya. Matlab sendiri memiki kelebihan yaitu
dapat dikompilasi dan menjadikan program dengan waktu eksekusi yang lebih
cepat dan dapat dioperasikan dengan berbagai cara. Matlab tersedia untuk berbagai
jenis platform komputer dan sistem operasi, sehingga menjadi salah satu pilihan
terbaik dalam koputasi pada komputer Macintosh ataupun PC, baik itu sistem
operasi Windows ataupun Linux/Unix.
36
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
37
Software yang digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu Matlab R2017a
untuk perancangan sistem dan analisa hasil perancangan. Microsoft Office
(Excel LTSC dan Word LTSC) sebagai pengolah dan perhitungan data serta
pembuatan laporan dari hasil simulasi perancangan penelitian.
C. Data Primer
Data primer didapatkan dari hasil studi dan pengamatan langsung di PT.
Krakatau Daya Listrik. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data
primer yaitu dengan terjun langsung ke lapangan serta dilakukannya
wawancara dengan pihak terkait di PT Krakatau Daya Listrik. Data primer
dalam penelitian ini diantaranya adalah single line diagram, spesifikasi
saluran sistem, faktor daya sistem sebelum dikompensasi, dan THD sistem
sebelum dipasangnya kompensator.
D. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui referensi Pustaka
yang berhubungan dengan penelitian skripsi ini. Data sekunder yang
dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya adalah data pemodelan single
line diagram, data beban, tegangan, daya, data faktor daya sistem setelah
dikompensasi, dan THD sistem setelah dipasangnya kompensator.
data single line diagram, spesifikasi saluran sistem, faktor daya, THD sistem, data
beban, tegangan, dan daya sistem.
4. Perancangan dan Pemodelan Sistem
Perancangan sistem berupa perancangan single line diagram jaringan
transmisi dan distribusi PT Krakatau Daya Listrik, khususnya untuk jaringan
transmisi disribusi untuk substation KHI 20 kV (AK). Perancangan sistem
dilakukan pada software Matlab R2017a.
5. Analisa Sistem Jaringan Distribusi
Analisa sistem dalam penelitian ini berupa simulasi jaringan distribusi
dengan software Matlab R2017a. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi profil
faktor daya sistem jaringan distribusi, sehingga dapat diketahui perancangan solusi
kompensator dalam mengatasi gangguan sistem.
6. Perancangan Kompensator STATCOM (Static Synchronous Compensator)
Setelah dilakukannya analisa terhadap sistem, maka dilakukanlah
perancangan kompensator STATCOM, sebagai solusi kompensasi daya reaktif,
perbaikan faktor daya dan solusi gangguan sistem. Serta dilakukan analisa terhadap
hasil yang didapatkan.
7. Pembuatan Laporan
Tahap pembuatan laporan ini terbagi menjadi dua tahap, yakni tahapan
untuk seminar proposal yang dilakukan sebelum dilakukannya penelitian, dan
tahapan untuk laporan akhir untuk seminar hasil. Pembuatan laporan ini merupakan
tahap yang bertujuan untuk menuliskan hasil dan mempertanggungjawabkan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan.
Mulai
Studi Lapangan
Studi Literatur
Ya
Error
Perancangan
STATCOM Tidak
Tegangan, Distorsi
Harmonisa, Daya
Reaktif, dan Power
Tidak Factor Sesuai Standar
Ya
Analisa Data Hasil
Selesai
Berikut ini hasil pengukuran profil faktor daya dan THD jaringan yang
terukur pada sistem.
Berdasarkan grafik faktor daya diatas, dapat diketahui bahwa nilai faktor
daya sempat mengalami nilai yang turun atau lebih kecil dari nilai standar PT
Krakatau Daya Listrik seharusnya. Berdasarkan standar nilai faktor daya yang
ditetapkan PT Krakakatau Daya Listrik yaitu sebesar 0,85. Sedangkan pada hasil
pengukuran diatas didapati nilai faktor daya yang mengalami penurunan dengan
rata-rata di nilai 0,78.
Sedangkan pada pengukuran distorsi harmonisa (THD) tegangan
menunjukkan bahwa nilai persentase distorsi harmonisa yang terjadi cukup tinggi
melebihi nilai standar seharusnya dimana standar yang diberikan untuk sistem
tegangan 20 kV memiliki persentase distorsi harmonisa sebesar 5%. Pada gambar
3.4 menunjukkan bahwa THD tegangan sistem bahkan mencapai nilai ±8%. Tentu
hal ini perlu dilakukan analisa perbaikan terhadap gangguan harmonisa yang
terjadi.
lebih baik, karena ketika terjadi gangguan pada satu sisi sumber maka dapat di
backup dengan satu sisi sumber lainnya yang tidak terkena gangguan.
Substastion KHI merupakan salah satu gardu hubung jaringan transmisi
distribusi listrik PT Krakatau Daya Listrik yang mensuplai energi listrik untuk
wilayah konsumen listrik PT Krakatau Pipe Industries. Berikut ini single line
diagram dari jaringan listrik substation KHI dengan rating tegangan 20 kV.
Pada jaringan substation KHI tersebut mensuplai energi listrik untuk beban-
beban mesin-mesin listrik industri dalam produksi pipa dan coating logam baja.
Beban-beban tersebut merupakan komponen beban yang menyumbang beban
induktif sehingga perlu diberikan kompensasi pada beban tersebut agar tidak
menyerap daya reaktif berlebih.
Pemodelan simulasi single line diagram dilakukan untuk jaringan
substation KHI 20 kV (AK) dilakukan dengan menyusun rangkaian sesuai dengan
komponen dan peralatan listrik seperti pada Gambar 3.5, pemodelan sistem tersebut
dilakukan menggunakan software Matlab R2017a, dengan memasukkan data-data
dan spesifikasi untuk peralatan sistem. Kemudian untuk mengetahui karakteristik
dan kondisi sistem (distorsi harmonisa dan faktor daya) agar dapat dilakukan
perancangan kompensator STATCOM. Setelah dilakukannya pemodelan dan
Diantaranya adalah tegangan yang terukur (Vmeas) dan tegangan referensi (Vref),
untuk memberikan output arus reaktif referensi (Iqref).
49
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
50