Kajian Pustaka Asam Urat
Kajian Pustaka Asam Urat
Landasan Teori
II.1
Tinjauan Pustaka
II.1.1
Asam Urat
Menurut Wisesa dan Suastik (2006), asam urat diketahui mempunyai fungsi
sebagai antioksidan dan mungkin merupakan antioksidan yang paling penting dalam
plasma dengan kontribusi sampai 60% dari seluruh aktivitas pembersihan radikal
bebas dalam serum manusia. Superoksida, radikal hidroksil, oksigen tunggal dapat
ditangkap oleh asam urat yang larut dalam darah dan asam urat tersebut juga
mempunyai kemampuan untuk chelasi logam-logam transisi.
Asam urat di dalam darah difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan hampir
seluruhnya diresorpsi di dalam tubulus proksimal ginjal. Lalu sebagian kecil asam
urat yang diresorpsi tersebut kemudian akan disekresikan di nefron distal dan
kemudian diekskresikan melalui urin (Kumar,2007).
Sekitar 10% dari jumlah asam urat yang difiltrasi akan diekskresikan melalui
ginjal, sehingga konsentrasi asam urat di urin akhir yaitu sekitar 10-20 kali lebih
tinggi daripada yang terdapat di plasma (Kumar,2007).
II.1.1.2 Metabolisme Nukleotida Purin
Asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan nukleoprotein
di dalam traktus intestinalis akan diurai menjadi mononukleotida oleh enzim
ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase (Rodwell,2003).
Enzim nukleotidase dan fosfatase menghidrolisis mononukleotida menjadi
nukleosida yang kemudian bisa diserap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase
intestinal menjadi basa purin serta pirimidin. Basa purin akan teroksidasi menjadi
asam urat yang dapat diserap dan selanjutnya diekskresikan ke dalam urin
(Rodwell,2003)
Guanosin
Adenosin
Guanin
Xantin
Hipoxantin
Inosin
Asam urat
Gambar 2. Metabolisme Nukleotida Purin (Widodo,2008)
1.
Katabolisme Purin
Proses pembentukan asam urat sebagian besar diperoleh dari
Proses katabolisme purin menjadi asam urat, yaitu adenosin pertamatama akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin
deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin, yang
dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepas senyawa
ribose-1 fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanine selanjutnya
membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-masing oleh enzim
xantin oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat
dalam
reaksi
kedua
yang
dikatalisis
oleh
enzim
xantin
oksidase
(Rodwell,2003).
Pada mamalia selain primata derajat tinggi, asam urat akan dipecah
oleh enzim urikase dan akan membentuk produk akhir yaitu alantoin yang
mempunyai sifat sangat larut di dalam air. Oleh karena manusia tidak
memiliki enzim urikase, hal ini tidak terjadi pada manusia, itulah yang
menyebabkan produk akhir dari katabolisme purin berupa asam urat
(Rodwell,2003).
Menurut Siswoyo (2005), walaupun proses sintesis dan degradasi
nukleotida purin terjadi pada semua jaringan, namun proses pembentukan
asam urat terjadi di jaringan yang memiliki banyak enzim xantin oksidase,
yaitu terutama terjadi di hati dan usus halus.
dengan ekskresi urin. Proses ini berlangsung melalui tiga tahapan (Mulyo,2007), yaitu
1.
2.
3.
distal
untuk
memungkinkan
ginjal
meningkatkan
Hiperurisemia
Hiperurisemia Primer
Penyebab terjadinya hiperurisemia primer kelainan molekular
yang belum jelas terbanyak didapatkan yaitu mencapai 99%, yaitu
terdiri dari hiperurisemia karena underexcretion (80-90%) dan karena
overproduction (10-20%). Hiperurisemia primer yang disebabkan oleh
kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1%, yaitu karena terjadi
peningkatan aktivitas enzim phoribosylpyrophosphatase (PRPP)
synthetase
dan
kekurangan
enzim
hypoxanthine
underexcretion
tidak
menunjukkan
gambaran
spesifik
(Putra,2009).
1.2
yang
terjadi
akibat
adanya
penurunan
peningkatan
enzim
PRPP,
terjadi
peningkatan
Sindrom Kelley-Seegmiller
Hal ini disebabkan oleh kekurangan sebagian dari enzim
HPRT. Enzim HPRT adalah enzim yang mengubah purine bases
menjadi purine nucleotide dengan bantuan PRPP dalam proses
pemakaian ulang dari metabolisme purin. Kekurangan enzim HPRT
menyebabkan peningkatan produksi asam urat (Putra,2009).
2.
Hiperurisemia Sekunder
Lesch-Nyhan
merupakan
suatu
hiperurisemia
banyak
mutasi
yang
akan
mengurangi
atau
Hiperurisemia Miogenik
Hiperurisemia
miogenik
merupakan
hiperurisemia
yang
Keganasan
Pada keganasan terjadi pemecahan inti sel yang akan
meningkatkan produksi nukleotida purin dan berlanjut menyebabkan
10
11
Fungsi lain dari ginjal adalah membuang banyak toksin dan zat asing lainnya
yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida dan obat-obatan
(Guyton,2007).
II.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kadar Asam Urat
1.
Usia
Hiperurisemia lebih sering dialami oleh pria yang berusia diatas
40 tahun, hal ini disebabkan karena kadar asam urat pada pria
cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, Sedangkan pada
wanita baru meningkat setelah menopause pada rentang usia 60-80
tahun (Miller et. al., 2010; Edwards and
Schlesinger,2009;
Luk.A.J.,2005).
Pada saat memasuki masa menopause, akan terjadi perubahan
pada organ-organ kewanitaan. Salah satu organ yang mengalami
perubahan yaitu, ovarium. Ovarium akan mengecil dan mengalami
penurunan
fungsi,
yaitu
untuk
menghasilkan
estrogen
dan
bertahap
dan terjadi
penurunan
Jenis Kelamin
Menurut Mulyo (2007), batas normal kadar asam urat dalam
darah manusia secara umum untuk laki-laki dewasa berkisar antara
3.5-7.2 mg/dl dan untuk perempuan 2.6-6.0 mg/dl, sedangkan menurut
Purwaningsih (2009), kadar asam urat normal pada pria sekitar 2.1-8.5
mg/dl dan wanita sekitar 2.0-6.6 mg/dl.
Hiperurisemia lebih banyak dialami oleh pria dibandingkan
dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria memiliki kadar asam
urat yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini berkaitan dengan
hormon estrogen. Peran hormon estrogen ini membantu mengeluarkan
asam urat melalui urin. Pria tidak memiliki hormon estrogen yang
tinggi, sehingga akibatnya asam urat sulit diekskresikan melalui urin
13
dan hal inilah yang dapat menyebabkan risiko peningkatan kadar asam
urat pada pria lebih tinggi (Putra,2009).
Tabel 1. Ratio Kadar asam urat Pria dan Wanita
(Mahajan,2007)
Secara Normal ratio Male : Female adalah 7:1 sampai 9:1
Wanita sebelum menopause F < M
Usia < 65 tahun ratio M : F adalah 4:1
Usia > 65 tahun ratio M : F adalah 3:1
Usia > 80 tahun, F > M
Menurut Mulyo (2007), hormon tersebut berperan dalam
merangsang perkembangan folikel yang mampu meningkatkan
kecepatan proliferasi sel dan menghambat keaktifan sistem pembawa
pesan kedua siklus adenosin monofosfat (cAMP). cAMP sendiri
diduga dapat mengaktifkan enzim protein kinase yang mempunyai
fungsi mempercepat aktivitas metabolik, di antaranya metabolisme
purin.
3.
Konsumsi Purin
Bahan makanan yang mempunyai kandungan purin yang tinggi
dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urin sekitar 0,5-0,75 gr/ml.
Contoh makanan yang mengandung purin tinggi, yaitu ikan sardine,
hati, ginjal, dan otak. Sedangkan makanan yang mempunyai
kandungan purin rendah, yaitu kacang-kacangan, gandum, buncis, dan
lain-lain (Fauzia,2010).
Makanan-makanan tersebut akan dibagi menjadi 3 grup, yaitu
grup A, grup B, dan grup C. Yang termasuk di dalam grup A yaitu
grup makanan yang mempunyai kandungan purin dalam konsentrasi
tinggi, sekitar 150-100 mg per 100 gram, sedangkan grup B yaitu
makanan yang mempunyai kandungan purin sedang, sekitar 50-150 mg
14
per 100 gram, dan grup C yaitu makanan yang mempunyai kandungan
purin rendah , sekitar 0-50 mg per 100 gram (Fauzia,2010).
Tabel 2. Kandungan Purin dalam Makanan
Grup A
Grup B
Grup C
Roti, sereal,
kopi,susu,telur
Gagal Ginjal
Jika seseorang mengalami gagal ginjal, maka tubuh akan gagal
mengeluarkan timbunan asam urat melalui urin. Timbunan asam urat
inilah yang dapat memicu terjadinya peningkatan kadar asam urat
(Purwaningsih,2009).
5.
Obat-obatan
Beberapa obat-obatan berperan dalam memicu terjadinya
peningkatan kadar asam urat, contohnya yaitu obat-obatan diuretika
(furosemid dan hidroklorotiazida) karena dapat menurunkan ekskresi
asam urat urin (Purwaningsih, 2009; Lelyana,2008).
6.
menghambat
keluarnya
asam
urat
melalui
ginjal
(Purwaningsih,2009; Lelyana,2008).
II.1.2.5 Gambaran Klinik
1.
Hiperurisemia asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik yaitu keadaan hiperurisemia
(kadar asam urat serum meningkat) tanpa adanya manifestasi klinik
gout. Fase ini dikatakan berakhir jika muncul serangan akut arthritis
gout, atau urolitiasis, dan hal ini biasanya terjadi setelah hiperurisemia
asimptomatik
berlangsung
selama
20
tahun
(Syukri,2007;
Hidayat,2009).
2.
2.1
yang
hebat
dan
bahkan
(Hidayat,2009).
16
pasien
tidak
dapat
berjalan
2.2
Stadium interkritikal
Stadium interkritikal merupakan lanjutan dari stadium gout
akut, yaitu secara klinik tidak ditemukan tanda-tanda radang akut,
walaupun jika kita lakukan aspirasi cairan sendi masih akan ditemukan
kristal urat, hal ini menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus
berlangsung progresif (Syukri,2007; Hidayat,2009).
2.3
hiperurisemia
merupakan
faktor-faktor
yang
dapat
17
Judul
N
Penelitian
o
Nama
Tempat &
Tahun
Peneliti Penelitian
Faktor-Faktor
2
Gina
yang
Fauzia
.
Berhubungan
dengan Kadar
Asam Urat pada
Wanita Anggota
Majelis Taklim
Al Amin
Kecamatan
Cilandak
Jakarta Selatan
Tahun 2010
Kecamatan
Cilandak
Jakarta
Selatan,
Tahun
2010
18
Rancangan
Variable
Hasil
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Design
penelitian
observasion
al analitik
dengan
pendekatan
Cross
Sectional
Kadar
Asam Urat,
Usia,
Pendidikan
, Pekerjaan,
Status
Perkawinan
, Status
Menopause
, Indeks
Massa
Tubuh,
Konsumsi
Purin,
Konsumsi
Kopi,
Konsumsi
Air Putih,
Konsumsi
Buah,
Hasil uji
statistic
menunjukkan ada
hubungan
yang
bermakna
antara usia
dan kadar
asam urat
(p-value =
0,049)
II.3
Kerangka berpikir
II.3.1
Kerangka teori
Kerangka teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut :
Usia
Jenis Kelamin
Konsumsi Purin
Hiperurisemia
Gagal ginjal
Obat-obatan
Kelaparan
Variabel Dependen
Usia
Jenis kelamin
II.4
Hipotesis
1.
2.
20
21