Anda di halaman 1dari 9

3.

5 Gaya belajar
3.5.1

Definisi gaya Belajar


Gaya beljar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai
bagaimana individu blajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing
orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit
dan baru melalui persepsi yang berbeda. Gauya bersifat individual bagi
setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang
lain. Dengan demikian, secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu
pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan,
dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu untuk membantu dalam
belajar mereka dalam suatu situasi yang telah dikondisikan.
Gaya beljar dapat secara mudah digambarkan sebagai bagaimana orangorang memahami dan mengingat informasi. Namun secara teoritis berisi
dengan berbagai macam variasi tentang tema ini yang pemahamannya cukup
rumit. Brown (1998), memberi beberapa definisi yang digunakan beberapa
peneliti sebagai berikut:
James and Gardner (1995) berpendapat bahwa gaya belajar adalah cara
kompleks dimana para siswa mengganggap dan merasa paling efektif dan
efisien damam memproses, menyimpan, dan memanggil kembali apa yang
telah mereka pelajari; Merriam dan Caffarella (1991) mendefinisikan gaya
belajar yang populer di daklam pendidikan orang dewasa,yaitu:karakteristik
individu mngenai cara dalam memproses informs,merasa dan bertindak di
dalam situasi- situasi belajar; Reichmann mengacu pada gaya belajar
sebagai himpunan dari perilaku-perilaku

dan sikap-sikap tertentu yang

berhubungan dengan situasi belajar. Definisi Keefe (1979) mengenai gaya


belajar adalah faktor-faktor kognitif, afektif, dan fisiologis yang

menyajikan beberapa indikator yang relatif stbil tentang bagamana para


siswa merasa, berhubungan dengan lainnya dan bereaksi terhadap
lingkungan belajar.
Kolb (dalam Riding dan Rayner, 2002) mengatakan bahwa gaya belajar
merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapat informasi,
sehigga pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian interegasi dalam
siklus belajar aktif.
Senada dengan Kolb, beberapa penulis menjelaskan gaya belajar sebagai
suatu pola-pola, tertentu yang stabil ketika individu menerima, berinteraksi,
menyerap, menyimpan, mengorganisasi, dan memproses informasi (Reid,
2005; Divahara,dkk ., 2006; Gunawan, 2006; Susilo,2006; Frenky, 2008)
Pengertian gaya belajar yang lain dikemukakan oleh Kinsella dalam
(Lincold, dan Radmacher, 2006) sebagai sebuah kemampuan genetis, walau
dibantah oleh Prince, Dunn, Sanders, dan Reild (dalam Lincold dan
Radmacher, 2006) yang membuktikan bahwa gaya belajar dapat berubah,
berkembang, sesuai dengan usia pembelajaran.
Sefinisi sebagaimana telah dipaparkan diatas dapat dimengerti cukup
bervariasi dan mereka cenderung mencerminkan perbedaan perspektif
mengenai alat pengukuran gaya belajar. Dua terminologi yang sering
digunakan dengan silih berganti adalah gaya kognitif dan gaya belajar. Gaya
kognitif berhubungan dengan bentuk dari aktivitas kognitif ( yaitu
pemikiran, perasaan, pemecahan masalah, dll), dan bukan isinya. Demikian
itu dipandang untuk mewujudkan dimensi-dimensi yang meyakinkan
mengenai kepribadian, perbedaan dua kutub yang alami, dan stabil dari
waktu ke waktu. Gaya belajar pada sisi yang lain dilihat mempunyai
pandangan yang lebih luas, meliputi kognitif bersama dengan afektif dan
gaya-gaya fisiologis.

Belum ada konsensus teori atau definisi yang menyatukan satu gaya belajar.
Teori-teori mengenai gaya belajar tersebut bersaing sekitar bagaimana
belajar terjadi. Beberapa peneliti emdasarkan penelitian mereka pada
landasan pemikiran bahwa gaya belajar berhubungan dengan berfungsinya
otak. Para peneliti ini mengakui bahwa aktifitas spesifik neural berhubungan
dengan belajar, yang dapat ditelusuri melalui perbedaan area otak.
Penelitian-penelitian lain, mengacu pada landasan penelitian bahwa belajar
diperoleh berdasarkan teori-teori psikologis yang mapan seperti kecerdasan
intelektual, ciri kepribadian, dan ciri-ciri yang telh menetap.
Menurut Kolb (1981) bahwa perbedaan gaya belajar yang dipilih individu
menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu dalam upaya
menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.
Hasil dari kompetisi di dalam penelitian dan definisi gaya belajar telah
mengindikasikan banyaknya perbedaan gaya belajar yang ada. Claxton dan
Murrell (1987) membagi gaya belajar menjadi empat kelompok besar yaitu:
a. Model kepribadian. Yang termasuk model ini adalah field dependence
independ (Witkin, Oltman, Raskin, & Karp, 1971), persolality types
( Myers and Briggs, 1985), reflection versus impulsivity (Kagan, 1965),
the Omnibus Personality Inventory, dan Holland typology of personality .
b. Model pemrosesan informasi. Yang termasuk model ini adalah holists
versus serialists (Pask, 1975, 1976), sequencing (McDade, 1978), deepelaborative versus shalow-reiterative (Schmeck, 1981), experiential
learning (Kolb, 1984), dan innate predispositions (Gregorc, 1982).
c. Model interaksi sosial. Yang termasuk model ini adalah cluters based on
behavior (Mann, Gibbard, & Hartman,1967), students response styles
(Grasha,

1972;

reichmann

&

Grasha,

1974),

dan

dependent/collaborative/independent behavior (Fuhrmann & Grasha,


1983).

d. Model pilihan pengajaran. Yang termasuk model ini adalah cognitive


style mapping (Hill & Nunnery, 1973) dan Hirarki kebutuhan dari
Maslow dan Motivasi berprestasi milik style mapping (Hill & Nunnery,
1973) dan Hirarki kebutuhan dari Maslow dan Motivasi berprestasi milik
McClelland.
Adapun menurut Rayner & Riding (2002)membagi pendekatan dalam
konseptualisasi gaya pemahaman individu dengan:
a. Pendekatan Cognition Centred (1940-1970), fokus pada perbedaan
individu dalam kognisi dan persepsi, menghasilkan indentifikasi dan
diskripsi pada berbagai gaya, kemampuan dan dimensi proses kognitif
atau populer dengan sebutan kognitive style, yaitu bagaimana informasi
diproses oleh individu.
b. Pendekatan Personality

Centred

(1970an),

pada

karakteristik

kepribadian individu, dan salah satu conntohnya adalah model MayersBriggs


c. Pendekatan Learning Centred, fokuss pada gaya dalam hubungan dengan
bermacam-macam aktifitas, seting, dan lingkungan. Di sini para
penelitiannya telah menggunakan perspektif edukatif dan telah
membangun konsep baru yaitu gaya belajar.
Universitas Guelph (2004) menguraikan satu tinjauan ualng yang baik
paling tidak juga telah mengklasifikasikan berbagai model gaya belajar
yang telah ada untuk menjadi yang lebih sederhana, yaitu:
a. Dimensi kepribbadian. Fokus pada karakteristik kepribadian individu,
bahwa kepribadian berpengaruh terhadap pendekatan yang paling
disukai dalam mendapatkan dan mengolah informasi, dan salah satu
contohnya adalah Mayers-Briggs
b. Pengolahan informasi. Bahwa pendekatan kognitif yang paling disukai
pelajar digunakan untuk digunakan untuk memahami dan mengasimilasi

informasi, slah satu contohnya adalah model gaya belajar Kolb (1984)
dan Honey and Mumford (1986)
c. Interaksi sosial. Melihat bagamana pelajar melibatkan teman sebaya
mereka di dalam kelas. Salah satu contohnya adalah model gaya belajar
Reichmann dan Grasha (1974).
d. Pendekatan multidimensi dan pemilihan pengajaran yang melibatkan
lingkungan /pendekatan belajar yang lebih disukai pelajar. Contohnya
adalah gaya belajar model Dunn dan Dunn (1978).
Sebagai hasil pendekatan yang berbeda menghasilkan penggunakan istilah
gaya belajar digunakan secara bergantian. Gaya belajar bisa dikenal sebagai
strategi belajar atau pendekatan belajar. Bila pembahasan berubah tentang
bagamana gaya belajar diukur, maka satu istilah baru seperti model-model,
instrumen-instrumen, dan pengambilan data dapat digunakan secara
bergantian pula. Istilah lain yang tampak terlihat meliputi: gaya kognitif,
stuktur kognitif, dan gaya pengajaran. Berikut ini, beberapa definisi yang
umum, yang berhubungan dengan gaya belajar, yaitu:
a. Pilihan belajar. Menyukai satu metode pengajaran tertentu dibandingkan
dengan lainnya (McLoughlin, 1999).
b. Strategi belajar. Penggunaan sutu rencana kegiatan dalam mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, atau sikap (McLoughlin, 1999).
c. Gaya belajar. Penggunaan suatu kebiasaan dan model yang nyata dalam
mendapatkan pengetahuan (McLoughlin, 1999). Sedangkan menurut
Tucker (1998) adalah komponen afektif pengalaman pendidikan yang
memotivasi sisiwa untuk memilih, melaksanakan, dan berpenampilan
yang baik dalam sutu pelatihan atau kursus.
d. Strategi kognitif. Penggunaan suatu rencana kegiatan dalam pengolahan
dan pengaturan informasi (McLoughlin, 1999).

e. Gaya kognitif. Sistemastisasi dan model kebiasaan dalam pengolahan dan


pengaturan informasi (McLoughlin, 1999).
f. Strategi pengajaran. Mengidentifikasi suatu perilaku dalam kelas yang
dibawa dan disesuaikan oleh pengajar (Tucker, 1998)
Berdasarkan penjelasan di atas mengindikasikan bahwa, pengelompokan
model banyak didasarkan pada kesamaan disain psikometri, konseptualisasi
belajar dan hubungannya dengan informasi strategi belajar. Gaya dalam
belajar dibangun dengan cara menghubungkan kemampuan dan tendensi
untuk belajar dalam cara tertentu. Selain itu gaya belajar merupakan sebuah
cara pembelajaran yang unik yang dimiliki oleh setiap individu dalam proses
pembelajaran

yaitu

menyeleksi,

menerima,

menyerap,

menyimpan,

mengelolah, dan memproses informasi.


3.5.2

Macam-macam Gaya Belajar


a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu
agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah
kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual
sebelum ia memahaminya.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual menangkap pelajaran lewat
materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna
disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik.
Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog secara langsung
karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara
lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar visual di antaranya:
1. Selalu rapih dan teratur
2. Berbicara dengan cepat
3. Teliti pada detail

4. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun


presentasi
5. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata- kata yang sebenarnya
dalam pikiran mereka
6. Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar
7. Mengingat dengan asosiasi visual
8. Pembaca cepat dan tekun
9. Suka membaca daripada dibacakan
10. Suka mencoret-coret tanpa arti bila sedang berbicara atau mendengar
11. Sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak.
12. Lebih suka memperagakan dari pada berbicara
13. Lebih suka seni daripada musik
14. Seringkali mengetahi apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata- kata
15. Kadang- kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan
16. Lebih mudah mengingat jika dibantu gambar
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan
gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa Visual:
1. Gunakan simbol-simbol dalam memberikan konsep pada siswa
2. Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan
symbol/warna.
3. Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa, selanjutnya
siswa mendefinisikan dengan bahsanya sendiri.
4. Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media pembelajaran

b. Gaya Belajar Auditorial


Gaya belajar auditori mempunyai kemampuan dalam hal menyerap
informasi dari pendengaran. Metode pembelajaran yang tepat untuk
pembelajar model seperti ini harus memperhatikan kondisi fisik dari
pembelajar. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih
cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru
katakanan.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial di antaranya :
1) Mudah terganggu oleh keributan

2) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika


membaca
3) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada
5) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
6) Berbicara dalam irama yang terpola
7) Biasanya pembicara yang fasih
8) Lebih suka musik dari pada seni
9) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
dari pada yang dilihat
10) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar
11) Lebih pandai mengija dengan keras daripada menuliskannya
12) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan
gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa auditorial :
1) Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi,volume
suara, ataupun kecepatannya.
2) Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan
3) Tutor sebaya
4) Ubahlah konsep ke dalam bentuk irama/lagu
5) Selingi dengan musik

c. Gaya Belajar Kinesteik


Gaya belajar kinestetik merupakan aktivitas belajar dengan cara
bergerak, bekerja dan menyentuh. Pembelajar tipe ini mempunyai keunikan
dalam belajar selalu bergerak, aktivitas panca indera, dan menyentuh.
Pembelajar ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka
untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik di antaranya ;
1) Berbicara dengan perlahan

2) Mudah terganggu oleh keributan


3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
4) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
5) Mempunyai perkembangan awal oto-otot yang besar
6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik
7) Memnghafal dengan cara berjalan dan melihat
8) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
9) Banyak mengggunakan isyarat tubuh
10) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan


gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa kinestetik :
1) Gunakan selalu alat Bantu saat mengajat agar timbul rasa ingin tahu siswa
2) Saat membimbing secara periorangan biasakan berdiri/duduk di samping
siswa
3) Buat aturan main agar siswa boleh melakukan bayak gerak di dalam kelas
4) Peragakan konsep, sambil siswa memahaminya secara bertahap
5) Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas
6) Gunakan drama/simulasi konsep

Anda mungkin juga menyukai