KIMIA FORENSIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kimia Forensik merupakan aplikasi dari ilmu kimia itu sendiri. Beberapa
hal yang perlu diingat tentang kimia forensik yaitu untuk memecahkan masalah
kriminal dan menjaga seseorang yang tidak bersalah dari tuduan hukum atas
kriminal yang tidak ia perbuat.
Mungkin banyak mahasiswa kimia, sekarang ini yang bercita-cita untuk
menjadi seorang ahli forensik. Bekerja membuktikan suatu kejahatan dengan caracara ilmiah dan khas seorang kimiawan (terdapat sampel, peralatan laboratorium
dan metode analisis) tentunya adalah suatu pekerjaan yang menarik. Salah satu
metode analisis kejahatan di forensik yakni DNA fingerprint.
DNA fingerprint pertama kali dikembangkan sebagai alat identifikasi pada
1985. Awalnya adalah untuk mendeteksi keberadaan penyakit genetik. Lambat
laun metoda ini dikembangkan dalam investigasi kriminal dan ilmu forensik.
Hukuman terhadap pelaku kejahatan berdasarkan bukti analisis DNA pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat pada 1988. Dalam penyelidikan kriminal sampel
DNA fingerprint diperoleh dari TKP, kemudian DNA tersebut dibandingkan
dengan DNA pelaku. Jika cocok maka orang tersebut adalah pelakunya. Analisis
DNA disamping mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kekurangan
antara lain: keakuratan hasil, biaya, dan teknik penyalahgunaan. Keakuratan dari
DNA fingerprint dapat diragukan mengingat DNA fingerprint tidak selalu unik.
Belakangan ini penelitian mengkonfirmasikan bahwa hasil analisis DNA di
laboratorium bisa saja berbeda antara satu lab dengan lab yang lain. Di beberapa
tempat analisis yang digunakan tidak memenuhi standar testing yang seragam dan
kualitas
kontrol.
Disamping
itu
bisa
saja
terjadi
kesalahan
dalam
menginterpretasikan hasil data. Hal ini lebih didasarkan pada human error. Di
Amerika sendiri pihak FBI telah menyusun suatu data base nasional mengenai
informasi genetik yang dikenal dengan sistem indeks DNA nasional. Data base
dalam sistem ini mengandung DNA yang berasal dari pelaku kriminal dan barang
bukti yang ditemukan di TKP.
Di Indonesia, DNA fingerprint mencuat namanya sebagai cara identifikasi
kejahatan dan korban yang telah hancur setelah terjadi peristiwa peledakan bom di
tanah air seperti kasus bom Bali, bom Marriot, peledakan bom di depan Kedubes
Australia dan lain-lain. Pengunaan informasi DNA fingerprint di Indonesia boleh
dibilang masih sangat baru sedangkan di negara-negara maju, hal ini telah biasa
dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa itu DNA dan struktur DNA?
2. Apa itu DNA fingerprint?
3. Bagaimana metode analisis DNA fingerprint?
4. Apa itu Polymerase Chain Reaction (PCR)?
5. Bagaimana Penggunaan/ Aplikasi DNA Fingerprint?
BAB II
PEMBAHASAN
atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan
RNA adalah gula penyusunnya, gula RNA adalah ribosa. Empat basa yang
ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine),
guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan
guanin berikatan dengan sitosin (Anonim, 2011).
Ciri khas dari makhluk hidup termasuk manusia adalah terdapat informasi
biologik yang terdapat didalam DNAnya, yang diturunkan dari kedua orang
tuanya. Struktur molekul dari DNA dapat digambarkan seperti resliting yang gigigiginya saling bertaut disimbulkan sebagai huruf dari 4 huruf yaitu C,G,A dan T,
dimana gigi yang berlawanan terbentuk satu atau dua pasang, baik A-T atau G-C.
Huruf A,C,G dan T adalah singkatan dari asam amino Adenin, Cytosin, Guanin
dan Thymin, yang terbentuk merupakan bangunan dasar dari DNA. Dimana
Adenin dan Guanin adalah kelompok purine, sedangkan Thymin dan Cytosin
adalah kelompok pyrimidin (Darmono, 2008).
Informasi yang ada dalam DNA dideterminasi primer oleh sequens dari
huruf sepanjang untaian tersebut. Misalnya sequen ACGCT menunjukkan
informasi yang berbeda dengan sequen AGTCC. Seperti pada kata POST
artinya berbeda dengan STOP atau POTS walaupun kata-kata tersebut
menggunakan huruf yang sama. Ciri khas pada DNA orang adalah informasi yang
mengandung kode DNA. Bangunan dasar dari DNA adalah nukleotida, yang
ditemukan mengenai sidik DNA yang terdapat pada setiap individu atau orang
yang lazim disebut DNA fingerprint yang unik dan selalu berbeda untuk setiap
orang atau individu. Seperti diketahui, manusia tersusun dari sekitar 30 milyar
kode genetika yang disebut Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Setiap orang,
memiliki ciri kode DNA yang berbeda. Ibaratnya sidik jari, maka sidik jari DNA
ini juga bisa dibaca. Tidak seperti sidik jari biasa atau fingerprint konvensional
yang terdapat pada ujung jari seseorang dan dapat dirubah dengan operasi, DNA
fingerprint mempunyai kesamaan pada setiap sel, jaringan dan organ pada setiap
individu. DNA fingerprint tidak dapat dirubah oleh siapapun dan dengan alat
apapun. Oleh karena itu DNA fingerprint adalah metode yang sangat akurat untuk
mengidentifikasi perbedaan diantara satu orang dengan orang lainnya (Pullaewa,
2010).
Ada 2 aspek DNA yang digunakan dalam DNA fingerprinting, yaitu di
dalam satu individu terdapat DNA yang seragam dan variasi genetik terdapat di
antara individu. Prosedur DNA fingerprinting memiliki kesamaan dengan
mencocokkan sidik jari seseorang dengan orang lain. Hanya saja perbedanya
adalah proses ini dilakukan tidak menggunakan sidik jari, tetapi menggunakan
DNA individu karena secara individu DNA seseorang itu unik. Digunakan DNA
karena DNA memiliki materi hereditas yang berfungsi untuk menentukan suatu
urutan keturunan dalam suatu keluarga secara turun-menurun dengan pola yang
acak (karena berasal dari fusi inti ovum dan sperma) sehingga dapat digunakan
untuk identifikasi pelaku kejahatan walaupun telah berganti wajah (Anonim,
2011).
Metode DNA fingerprinting dapat diaplikasikan untuk keperluan sebagai
Menentukan paternity
Untuk keperluan forensik
Untuk identifikasi pelaku ataupun korban kejahatan
Untuk memprediksi apakah ada hereditary desease yang bisa diantisipasi
untuk masa mendatang.
Pada umunya DNA yang digunakan untuk analisis adalah DNA
mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti
sel karena inti sel tidak bisa berubah, sedangkan DNA mitokondria dapat berubah
karena berasal dari garis keturunan ibu sehingga dapat berubah seiring dengan
perkawinan. Dalam bidang forensik, penggunaan kedua tes DNA tergantung pada
barang bukti apa yang ditemukan di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Untuk kasus
pemerkosaan diambil sampel dari spermanya tetapi yang lebih utama adalah
kepala spermatozoanya, karena terdapat DNA inti sel didalamnya. Namun bila di
TKP ditemukan satu helai rambut, sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya.
Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan rambut
karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan
akar rambut terdapat DNA inti sel (Anonim, 2011).
Pada umunya bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah
Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform berfungsi untuk mengisolasi
darah yang berbentuk cairan sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi
barang bukti berupa rambut. Lama dari waktu proses tergantung pada kemudahan
suatu sampel di isolasi. Tahap isolasi bisa selesai hanya dalam beberapa hari atau
bahkan berbulan-bulan (Anonim, 2011).
DNA fingerprinting bergantung pada sebagian kecil dari genom. Setiap
DNA tersusun dari ekson yang merupakan daerah yang mengkode protein dan
intron yang berupa daerah non-coding, biasanya disebut junk DNA. Dalam DNA
DNA.
Bahan
kimia
yang
digunakan
untuk
isolasi
adalah
Suatu program penelitian kelainan genetik yang diturunkan dapat dilakukan pada
janin yang belum dilahirkan maupun bayi yang baru dilahirkan, telah
dikembangan pada berbagai rumah sakit didunia. Kelainan tersebut meliputi
kejadian cystik fibrosis, haemophilia, Huntingtons disease, famili alzhemers,
sickle cell anemia, thalasemia dan lain-lainnya.
Pendeteksian kelainan tersebut lebih awal akan memudahkan dokter atau
ahli medis untuk melakukan pengobatan pada anak yang menderita kelainan
tersebut. Suatu program pengobatan kelainan genetik menggunakan DNA
fingerprint sebagai informasi untuk orang tuanya mengenai resiko dari kelainan
tersebut pada anaknya. Pada program lain informasi pada orang tuanya mengenai
DNA fingerprint pada bayi yang masih dalam kandungan mengalami kelainan
genetik dan tindakan apa yang akan dilakukan.
ii)
Bukti biologik
Barang bukti DNA Fingerprint telah sering digunakan pada laboratorium kriminal
kepolisian yaitu darah, rambut, semen dan sebagainya. Seperti peristiwa teror bom
Bali banyak bukti bahan biologik telah diuji DNA fingerprintnya untuk
menentukan korban dan identifikassi korban. DNA fingerprint juga dapat untuk
identifikasi korban pembunuhan maupun pelaku pembunuhan ataupun perkosaan.
2.6 Diskusi
Steven Friedland dalam artikelnya The Criminal Law Implications of The
Human Genom di Kentucky Law Journal tahun 1997 menyebutkan bahwa
dengan menangani dan menggunakan barang bukti DNA secara tepat, kasus-kasus
yang sulit terungkap bukan tidak mungkin akan terpecahkan. Dengan teknologi
DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya (Kompas Cybermedia dan
Berbagai Sumber, 2007).
Dengan teknologi DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya.
Menurut Dr Bruce Weir, profesor ilmu statistik-genetik dari North Carolina State
University, DNA fingerprinting atau tes DNA adalah karakterisasi DNA untuk
mengidentifikasi susunan DNA seseorang. Barang bukti DNA dapat diambil dari
barang bukti biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh. Berbeda
dengan analisis sidik jari, yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat
tergantung dengan keutuhan Menurut Beverly Himick, seorang peneliti forensik
dari Washington State Patrol Crime Lab, tes DNA dapat dilakukan hanya dengan
barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit (Kompas Cybermedia dan Berbagai
Sumber, 2007).
Dalam kasus-kasus kriminal, penggunaan tes DNA, bergantung pada
barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika
ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat
dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada
yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang
dapat dilacak.
Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama
adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan
jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada
akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan
rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria
sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya yang
dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang
dan kuku.
Kemampuan ahli forensik dalam mengendus jejak kejahatan melalui
metode analisis DNA fingerprint merupakan suatu langkah maju dalam proses
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Metode Analisis DNA Finger Printing Metode Rflp (Restriction
Fragment Length Polymorphism, (online), www.chem-is-try.org, diakses
tanggal 02 Mei 2011.
Darmono, 2008, DNA Fingerprint, (online), www.geocities.ws, diakses tanggal 02
Mei 2011.
Iyabu, H., 2010, DNA Fingerprint Metode Baru Analisis Kejahatan pada
Forensik, (online), www.hendriiyabu.blogspot.com, diakses tanggal 02
Mei 2011.
Pullaewa, S., 2010, DNA Fingerprint, (online),
wordpress.com, diakses tanggal 02 Mei 2011
www.saifuddinbiologi.
Putra, S. E., 2007, DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik,
(online), www.chem-is-try.org, diakses tanggal 02 Mei 2011.
Waliono, J., 2007, DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik,
(online), www.chem-is-try.org, diakses tanggal 02 Mei 2011.