Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA FORENSIK

DNA FINGERPRINT METODE BARU ANALISIS


KEJAHATAN PADA FORENSIK

ANDI EKA KARTIKA


H 311 13 305

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kimia Forensik merupakan aplikasi dari ilmu kimia itu sendiri. Beberapa
hal yang perlu diingat tentang kimia forensik yaitu untuk memecahkan masalah
kriminal dan menjaga seseorang yang tidak bersalah dari tuduan hukum atas
kriminal yang tidak ia perbuat.
Mungkin banyak mahasiswa kimia, sekarang ini yang bercita-cita untuk
menjadi seorang ahli forensik. Bekerja membuktikan suatu kejahatan dengan caracara ilmiah dan khas seorang kimiawan (terdapat sampel, peralatan laboratorium
dan metode analisis) tentunya adalah suatu pekerjaan yang menarik. Salah satu
metode analisis kejahatan di forensik yakni DNA fingerprint.
DNA fingerprint pertama kali dikembangkan sebagai alat identifikasi pada
1985. Awalnya adalah untuk mendeteksi keberadaan penyakit genetik. Lambat
laun metoda ini dikembangkan dalam investigasi kriminal dan ilmu forensik.
Hukuman terhadap pelaku kejahatan berdasarkan bukti analisis DNA pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat pada 1988. Dalam penyelidikan kriminal sampel
DNA fingerprint diperoleh dari TKP, kemudian DNA tersebut dibandingkan
dengan DNA pelaku. Jika cocok maka orang tersebut adalah pelakunya. Analisis
DNA disamping mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kekurangan
antara lain: keakuratan hasil, biaya, dan teknik penyalahgunaan. Keakuratan dari
DNA fingerprint dapat diragukan mengingat DNA fingerprint tidak selalu unik.
Belakangan ini penelitian mengkonfirmasikan bahwa hasil analisis DNA di

laboratorium bisa saja berbeda antara satu lab dengan lab yang lain. Di beberapa
tempat analisis yang digunakan tidak memenuhi standar testing yang seragam dan
kualitas

kontrol.

Disamping

itu

bisa

saja

terjadi

kesalahan

dalam

menginterpretasikan hasil data. Hal ini lebih didasarkan pada human error. Di
Amerika sendiri pihak FBI telah menyusun suatu data base nasional mengenai
informasi genetik yang dikenal dengan sistem indeks DNA nasional. Data base
dalam sistem ini mengandung DNA yang berasal dari pelaku kriminal dan barang
bukti yang ditemukan di TKP.
Di Indonesia, DNA fingerprint mencuat namanya sebagai cara identifikasi
kejahatan dan korban yang telah hancur setelah terjadi peristiwa peledakan bom di
tanah air seperti kasus bom Bali, bom Marriot, peledakan bom di depan Kedubes
Australia dan lain-lain. Pengunaan informasi DNA fingerprint di Indonesia boleh
dibilang masih sangat baru sedangkan di negara-negara maju, hal ini telah biasa
dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa itu DNA dan struktur DNA?
2. Apa itu DNA fingerprint?
3. Bagaimana metode analisis DNA fingerprint?
4. Apa itu Polymerase Chain Reaction (PCR)?
5. Bagaimana Penggunaan/ Aplikasi DNA Fingerprint?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DNA dan Struktur DNA


DNA (deoxyribonucleic acid) dalam bahasa Indonesia lebih dikenal
dengan asam deoksiribonukleat. Itu merupakan jenis asam nukleat yang
menyimpan semua informasi genetika manusia. DNA merupakan blueprint segala
aktivitas sel yang nanti diturunkan ke generasi berikutnya. Jadi secara garis besar,
peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik. DNA umumnya
terletak di dalam inti sel (Anonim, 2011).
DNA juga berperan dalam menentukan jenis rambut, warna kulit, dan
sifat-sifat khusus manusia. Jadi, seorang anak pasti memiliki ciri tidak jauh
berbeda dengan orang tuanya. Hal ini disebabkan karena komposisi DNA-nya
sama dengan sang orang tua. Struktur DNA terdiri atas dua untai yang berpilin
membentuk struktur double helix. Satu untai berasal dari ibu dan satu untai lagi
dari ayah. Masing-masing untai terdiri atas rangka utama dan basa nitrogen yang
menyatukan dengan untai DNA lain (Anonim, 2011).
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA
yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA
tergolong sebagai polinukleotida. Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus
fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa
(berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat
melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan

atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan
RNA adalah gula penyusunnya, gula RNA adalah ribosa. Empat basa yang
ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine),
guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan
guanin berikatan dengan sitosin (Anonim, 2011).
Ciri khas dari makhluk hidup termasuk manusia adalah terdapat informasi
biologik yang terdapat didalam DNAnya, yang diturunkan dari kedua orang
tuanya. Struktur molekul dari DNA dapat digambarkan seperti resliting yang gigigiginya saling bertaut disimbulkan sebagai huruf dari 4 huruf yaitu C,G,A dan T,
dimana gigi yang berlawanan terbentuk satu atau dua pasang, baik A-T atau G-C.
Huruf A,C,G dan T adalah singkatan dari asam amino Adenin, Cytosin, Guanin
dan Thymin, yang terbentuk merupakan bangunan dasar dari DNA. Dimana
Adenin dan Guanin adalah kelompok purine, sedangkan Thymin dan Cytosin
adalah kelompok pyrimidin (Darmono, 2008).

Informasi yang ada dalam DNA dideterminasi primer oleh sequens dari
huruf sepanjang untaian tersebut. Misalnya sequen ACGCT menunjukkan
informasi yang berbeda dengan sequen AGTCC. Seperti pada kata POST
artinya berbeda dengan STOP atau POTS walaupun kata-kata tersebut
menggunakan huruf yang sama. Ciri khas pada DNA orang adalah informasi yang
mengandung kode DNA. Bangunan dasar dari DNA adalah nukleotida, yang

komposisinya terdiri dari : gula desoksiribosa, kelompok fosfat dan 4 nitrogen


dasar (Adenin, Cytosin, Guanin dan Thymin/ ACGT). Komposisi dasar tersebut
berkombinasi pada jalur yang sangat spesifik. Pasangan Adenin (A) hanya
berkombinasi dengan Thymim (T) yaitu A-T. Sedangkan Guanin (G) hanya
berpasangan dengan Cytosin (C) yaitu G-C. Informasi dalam DNA dapat
dideterminasi oleh sequen pasangan dasar sepanjang kerangka gula fosfat
tersebut. Perbedaan sequen DNA akan membedakan diantara makhluk hidup atau
karakter mereka, karena mereka menyediakan perbedaan bangunan asam amino
yang membentuk protein (Darmono, 2008).

Makhluk hidup yang tampak berbeda atau


berbeda karakternya juga akan berbeda pula sequen DNA nya. Makin bervariasi
suatu organisme maka makin bervariasi pula sequen DNAnya. DNA Fingerprint
adalah cara yang paling cepat dan tepat untuk membedakan sequen DNA dari
organisme yang berbeda (Darmono, 2008).
2.2 DNA Fingerprint
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu jenis asam nukleat.
Asam nukleat merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua
informasi tentang genetika. Penemuan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR)
menyebabkan perubahan yang cukup revolusioner di berbagai bidang. Hasil
aplikasi dari tehnik PCR ini disebut dengan DNA fingerprint (Putra, 2007).
DNA fingerprint merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap
individu. Seperti halnya sidik jari (fingerprint) yang telah lama digunakan oleh
detektif dan laboratorium kepolisian sejak tahun 1930. Pada tahun 1989 telah

ditemukan mengenai sidik DNA yang terdapat pada setiap individu atau orang
yang lazim disebut DNA fingerprint yang unik dan selalu berbeda untuk setiap
orang atau individu. Seperti diketahui, manusia tersusun dari sekitar 30 milyar
kode genetika yang disebut Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Setiap orang,
memiliki ciri kode DNA yang berbeda. Ibaratnya sidik jari, maka sidik jari DNA
ini juga bisa dibaca. Tidak seperti sidik jari biasa atau fingerprint konvensional
yang terdapat pada ujung jari seseorang dan dapat dirubah dengan operasi, DNA
fingerprint mempunyai kesamaan pada setiap sel, jaringan dan organ pada setiap
individu. DNA fingerprint tidak dapat dirubah oleh siapapun dan dengan alat
apapun. Oleh karena itu DNA fingerprint adalah metode yang sangat akurat untuk
mengidentifikasi perbedaan diantara satu orang dengan orang lainnya (Pullaewa,
2010).
Ada 2 aspek DNA yang digunakan dalam DNA fingerprinting, yaitu di
dalam satu individu terdapat DNA yang seragam dan variasi genetik terdapat di
antara individu. Prosedur DNA fingerprinting memiliki kesamaan dengan
mencocokkan sidik jari seseorang dengan orang lain. Hanya saja perbedanya
adalah proses ini dilakukan tidak menggunakan sidik jari, tetapi menggunakan
DNA individu karena secara individu DNA seseorang itu unik. Digunakan DNA
karena DNA memiliki materi hereditas yang berfungsi untuk menentukan suatu
urutan keturunan dalam suatu keluarga secara turun-menurun dengan pola yang
acak (karena berasal dari fusi inti ovum dan sperma) sehingga dapat digunakan
untuk identifikasi pelaku kejahatan walaupun telah berganti wajah (Anonim,
2011).
Metode DNA fingerprinting dapat diaplikasikan untuk keperluan sebagai

berikut (Anonim, 2011):

Menentukan paternity
Untuk keperluan forensik
Untuk identifikasi pelaku ataupun korban kejahatan
Untuk memprediksi apakah ada hereditary desease yang bisa diantisipasi
untuk masa mendatang.
Pada umunya DNA yang digunakan untuk analisis adalah DNA

mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti
sel karena inti sel tidak bisa berubah, sedangkan DNA mitokondria dapat berubah
karena berasal dari garis keturunan ibu sehingga dapat berubah seiring dengan
perkawinan. Dalam bidang forensik, penggunaan kedua tes DNA tergantung pada
barang bukti apa yang ditemukan di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Untuk kasus
pemerkosaan diambil sampel dari spermanya tetapi yang lebih utama adalah
kepala spermatozoanya, karena terdapat DNA inti sel didalamnya. Namun bila di
TKP ditemukan satu helai rambut, sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya.
Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan rambut
karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan
akar rambut terdapat DNA inti sel (Anonim, 2011).
Pada umunya bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah
Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform berfungsi untuk mengisolasi
darah yang berbentuk cairan sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi
barang bukti berupa rambut. Lama dari waktu proses tergantung pada kemudahan
suatu sampel di isolasi. Tahap isolasi bisa selesai hanya dalam beberapa hari atau
bahkan berbulan-bulan (Anonim, 2011).
DNA fingerprinting bergantung pada sebagian kecil dari genom. Setiap
DNA tersusun dari ekson yang merupakan daerah yang mengkode protein dan
intron yang berupa daerah non-coding, biasanya disebut junk DNA. Dalam DNA

kromosom terdapat sekuens berukuran 20-100 bp yang berulang. Potongan


pengulangan ini dikenal sebagai VNTRs (Variable Number Tandem Repeats) yang
dapat diisolasi dari DNA seseorang. Setiap individu memiliki VNTRs yang
diturunkan oleh ayah dan ibu sehingga tidak ada individu yang memiliki VNTRs
sama persis. Perbedaan VNTRs dari setiap individu terletak dalam pada berapa
kali sequence ini diulang dalam daerah VNTRs. Perbedaan jumlah pengulangan
ini akan menyebabkan setiap individu memiliki panjang VNTRs yang berbeda
sehingga memungkin untuk mengetahui indentitas seseorang melalui profil
DNAnya (Anonim, 2011).
2.3 Metode analisis DNA fingerprint
Sistematika analisis DNA fingerprint sama dengan metode analisis ilmiah
yang biasa dilakukan di laboratorium kimia. Sistematika ini dimulai dari proses
pengambilan sampel sampai ke analisis dengan PCR. Pada pengambilan sampel
dibutuhkan kehati-hatian dan kesterilan peralatan yang digunakan. Setelah didapat
sampel dari bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi untuk mendapatkan
sampel

DNA.

Bahan

kimia

yang

digunakan

untuk

isolasi

adalah

Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform biasa digunakan untuk isolasi


darah yang berbentuk cairan sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi
barang bukti berupa rambut. Lama waktu proses tergantung dari kemudahan suatu
sampel di isolasi, bisa saja hanya beberapa hari atau bahkan bisa berbulan-bulan
(Waliono, 2007).
Tahapan selanjutnya adalah sampel DNA dimasukkan kedalam mesin
PCR. Langkah dasar penyusunan DNA fingerprint dengan PCR yaitu dengan
amplifikasi (pembesaran) sebuah set potongan DNA yang urutannya belum

diketahui. Prosedur ini dimulai dengan mencampur sebuah primer amplifikasi


dengan sampel genomik DNA. Satu nanogram DNA sudah cukup untuk membuat
plate reaksi. Jumlah sebesar itu dapat diperoleh dari isolasi satu tetes darah kering,
dari sel-sel yang melekat pada pangkal rambut atau dari sampel jaringan apa saja
yang ditemukan di TKP. Kemudian primer amplifikasi tersebut digunakan untuk
penjiplakan pada sampel DNA yang mempunyai urutan basa yang cocok. Hasil
akhirnya berupa kopi urutan DNA lengkap hasil amplifikasi dari DNA Sampel
(Waliono, 2007).
Selanjutnya kopi urutan DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis
untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka
jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda.
Pola pita inilah yang dimaksud DNA fingerprint. Adanya kesalahan bahwa
kemiripan pola pita bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil
kemungkinannya, mungkin satu diantara satu juta. Finishing dari metode ini
adalah mencocokkan tipe-tipe DNA fingerprint dengan pemilik sampel jaringan
(tersangka pelaku kejahatan) (Waliono, 2007).
2.4 Polymerase Chain Reaction (PCR)
PCR dikembangkan dan hak patennya masih dimiliki oleh Roche
Moleculer System Inc & F. Hoffman- La Roche Ltd. Seperti halnya proses
fotokopi, daerah DNA dapat dikopi dan dilipat gandakan. Polymerases adalah
enzim yang ada secara normal dalam tubuh makhluk hidup. Peran enzim tersebut
adalah mengkopi materi genetik, meneliti dan mengkoreksi kopian dari DNA.
Setelah enzim melekat pada DNA, DNA dobel helix tersebut terbentuk dua singel
strand DNA. Salah satu molekul DNA polimerase mengikat salah satu strand

DNA, kemudian ikatan tersebut bergerak sepanjang strand dan kemudian


mensintesis strand nukleotida dan setelah strand dikopi, dobel helix menutup
kembali. Diperlukan DNA original untuk dikopi, dua molekul primer yang
berbeda untuk mengurung DNA yang utuh. Nukleotida diperlukan untuk
kerangkanya, larutan buffer dan taq DNA poymerases. Dua primer diperlukan
untuk mengkomplement, satu strand DNA pada awal daerah target dan primer
kedua untuk mengkomplement strand lainnya pada akhir daerah target (Darmono,
2008).
Pada kondisi tertentu, daerah DNA akan berlipat ganda menjadi jumlah
yang besar dalam waktu singkat. Proses pencampuran PCR mengikuti 3 tahapan
yaitu: denaturasi, annealing primer dan replikasi DNA, detailnya adalah sebagai
berikut (Darmono, 2008):
a. Satu potong DNA original didenaturasi pada suhu 94-96oC, dobel helix
strand dipisahkan menjadi single strand.
b. Primer mengikat masing-masing strand DNA pada suhu sekitar 50-65oC
c. Suhu dinaikkan sampai 72oC untuk replikasi DNA.

2.5 Penggunaan/ Aplikasi DNA Fingerprint


DNA Fingerprint banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu baik
untuk kesehatan manusia, penelitian biologi, dunia medis dan untuk pembuktian
peristiwa kriminal/ forensik (Darmono, 2008).
i)

Untuk mendiagnosis kelainan keturunan

Suatu program penelitian kelainan genetik yang diturunkan dapat dilakukan pada
janin yang belum dilahirkan maupun bayi yang baru dilahirkan, telah
dikembangan pada berbagai rumah sakit didunia. Kelainan tersebut meliputi
kejadian cystik fibrosis, haemophilia, Huntingtons disease, famili alzhemers,
sickle cell anemia, thalasemia dan lain-lainnya.
Pendeteksian kelainan tersebut lebih awal akan memudahkan dokter atau
ahli medis untuk melakukan pengobatan pada anak yang menderita kelainan
tersebut. Suatu program pengobatan kelainan genetik menggunakan DNA
fingerprint sebagai informasi untuk orang tuanya mengenai resiko dari kelainan
tersebut pada anaknya. Pada program lain informasi pada orang tuanya mengenai

DNA fingerprint pada bayi yang masih dalam kandungan mengalami kelainan
genetik dan tindakan apa yang akan dilakukan.
ii)

Pengembangan penelitian mengenai kelainan genetik

Program penelitian difokuskan pada gangguan kelainan yang diturunkan pada


kromosom, hal ini perlu diinformasikan apa yang terdapat pada DNA fingerprint.
Dengan mempelajari DNA fingerprint pada orang yang menderita kelainan
tertentu atau membandingkan dengan kelompok orang noraml atau penderita
kelainan akan dapat diidentifikasi bentuk DNA yang berhubungan dengan
kelainan tersebut.
iii)

Bukti biologik

Barang bukti DNA Fingerprint telah sering digunakan pada laboratorium kriminal
kepolisian yaitu darah, rambut, semen dan sebagainya. Seperti peristiwa teror bom
Bali banyak bukti bahan biologik telah diuji DNA fingerprintnya untuk
menentukan korban dan identifikassi korban. DNA fingerprint juga dapat untuk
identifikasi korban pembunuhan maupun pelaku pembunuhan ataupun perkosaan.
2.6 Diskusi
Steven Friedland dalam artikelnya The Criminal Law Implications of The
Human Genom di Kentucky Law Journal tahun 1997 menyebutkan bahwa
dengan menangani dan menggunakan barang bukti DNA secara tepat, kasus-kasus
yang sulit terungkap bukan tidak mungkin akan terpecahkan. Dengan teknologi
DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya (Kompas Cybermedia dan
Berbagai Sumber, 2007).
Dengan teknologi DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya.
Menurut Dr Bruce Weir, profesor ilmu statistik-genetik dari North Carolina State

University, DNA fingerprinting atau tes DNA adalah karakterisasi DNA untuk
mengidentifikasi susunan DNA seseorang. Barang bukti DNA dapat diambil dari
barang bukti biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh. Berbeda
dengan analisis sidik jari, yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat
tergantung dengan keutuhan Menurut Beverly Himick, seorang peneliti forensik
dari Washington State Patrol Crime Lab, tes DNA dapat dilakukan hanya dengan
barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit (Kompas Cybermedia dan Berbagai
Sumber, 2007).
Dalam kasus-kasus kriminal, penggunaan tes DNA, bergantung pada
barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika
ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat
dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada
yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang
dapat dilacak.
Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama
adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan
jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada
akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan
rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria
sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya yang
dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang
dan kuku.
Kemampuan ahli forensik dalam mengendus jejak kejahatan melalui
metode analisis DNA fingerprint merupakan suatu langkah maju dalam proses

pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuratan hasil yang hampir mencapai


100% menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan
proses biometri (identifikasi menggunakan sidik jari, retina mata, susunan gigi,
bentuk tengkorak kepala serta bagian tubuh lainnya) yang telah lama digunakan
kepolisian untuk identifikasi. Terlepas dari keuntungannya itu, penerapan DNA
fingerprint masih terbatas di Indonesia dikarenakan dana yang dibutuhkan sangat
mahal dan SDM forensik yang kurang, sehingga kepolisian RI biasanya
menerapkan standar prioritas untuk analisis ini, prioritas utama analisis biasanya
menyangkut kasus-kasus nasional seperti peristiwa peledakan bom atau untuk
potongan tubuh korban yang telah hancur, yang tidak dapat diidentifikasi lagi
dengan proses biometri.

BAB III
KESIMPULAN

DNA fingerprinting adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang


berdasarkan pada profil DNAnya. DNA Fingerprint tidak dapat dirubah oleh
siapapun dan dengan alat apapun. Oleh karena itu DNA Fingerprint adalah metoda
yang sangat akurat untuk mengidentifikasi perbedaan diantara satu orang dengan
orang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Metode Analisis DNA Finger Printing Metode Rflp (Restriction
Fragment Length Polymorphism, (online), www.chem-is-try.org, diakses
tanggal 02 Mei 2011.
Darmono, 2008, DNA Fingerprint, (online), www.geocities.ws, diakses tanggal 02
Mei 2011.
Iyabu, H., 2010, DNA Fingerprint Metode Baru Analisis Kejahatan pada
Forensik, (online), www.hendriiyabu.blogspot.com, diakses tanggal 02
Mei 2011.
Pullaewa, S., 2010, DNA Fingerprint, (online),
wordpress.com, diakses tanggal 02 Mei 2011

www.saifuddinbiologi.

Putra, S. E., 2007, DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik,
(online), www.chem-is-try.org, diakses tanggal 02 Mei 2011.
Waliono, J., 2007, DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik,
(online), www.chem-is-try.org, diakses tanggal 02 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai