Anda di halaman 1dari 7

Sumber:

1. http://www.asyraaf.net/

Kisah Tentang Wanita-Wanita Yang Soleh


Dari Kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
Ahmad bin Abdullah bin Husein bin Tohir bercerita kepadaku, "Sekali waktu aku
pergi ke rumah saudara perempuanku, Nur. Dia berkata, "Wahai Ahmad, tolong
ambilkan gula dan biji kopi". Aku naik ke atas loteng, tapi di sana tidak kutemukan
apa-apa. Aku kembali menemuinya, "Perempuan tua anak Abdullah bin Husein, kau
membohongiku". Ia menjawab, "Wahai anak ibumu, naik dan lihatlah!" Aku sekali
lagi naik ke atas loteng dan tidak menemukan apa-apa. Dia lalu naik ke loteng
bersamaku dan membuka lemari, tempat gula dan biji kopi yang tadi kosong, ternyata
sekarang telah penuh.
Nur pernah berkata kepadaku, "Aku mendengar seruan Allah di akhir malam:
Bangunlah, mintalah apa saja yang kau inginkan, kebutuhan dunia maupun agama,
Aku akan memberimu saat ini juga". Ayah beliau, Habib Abdullah bin Husein
memberinya wasiat:
Wahai Nur,
jika kau menginginkan nur,
dan hati makmur,
dada lapang dan bahagia,
taatlah selalu kepada Allah.
Ahmad bin Abdullah juga bercerita, "Suatu hari aku duduk bersama Nur. Ketika
masuk waktu salat, ia bertanya, "Dimana arah kiblat?" Dengan maksud bercanda, aku

menunjuk arah lain, bukan arah kiblat. Ketika ia mulai mengangkat tangannya hendak
bertakbir, ia berkata, "Arah kiblatnya bukan ke situ. Kau pikir aku tidak tahu arah
kiblat. Demi Allah, aku tidak mengucapkan takbiratul ihram, kecuali setelah benarbenar melihat ka'bah".
Suatu hari aku berkunjung ke rumah Hababah Nur bersama beberapa orang
sahabatku. Hababah Nur berpesan, "Wahai keluargaku, curahkan perhatianmu pada
ilmu Fiqih, sebab dengan ilmu Fiqih-lah syariat suci ini akan dapat tegak. Namun
masyarakat telah meninggalkan ilmu Fiqih. Padahal ilmu fiqih merupakan inti
(agama). Allah...Allah dalam Fiqih, ketahuilah ilmu ini akan hilang.
Dan kau (wahai Ali), hendak pergi ke Tarim, bukan? Jadikanlah semua topik
ceramahmu tentang wara', juga masalah halal dan haram. Sebab, semua yang haram
telah tersebar merata dan sikap wara' telah meninggalkan lembah ini. Anjurkanlah
mereka untuk bersikap wara' dan meninggalkan semua yang syubhat. Ketahuilah,
makanan haram akan melemahkan hati".
Perhatikan generasi dahulu, para wanitanya banyak yang saleh. Hababah Nur ini
hidup di zamanku. Dikatakan bahwa: "Betapa banyak rambut terurai (wanita) lebih
baik dari jenggot (pria)" Ibu Habib Abdullah bin Husein bin Tohir lebih agung lagi.
Beliau adalah Hababah Syeikhoh binti Abdullah bin Yahya. Dari pasangan suami istri
ini lahir Husein, Tohir, Abdullah dan Khodijah. Khodijah adalah ibu Habib Abdullah
bin Umar bin Yahya.
Suatu hari Habib Abdulkadir bin Muhammad Al-Habsyi yang tinggal di Ghurfah
mengunjungi para Habaib yang tinggal di kota Masileh. Mereka semua merasa senang
dengan kedatangannya. Orang-orang mengatakan bahwa beliau gemar bermujahadah
yang berat-berat, dan berulang kali melakukan arbainiyah (khalwat selama 40 hari).
Selama dua puluh tahun beliau tidak minum air. Habib Tohir dan Habib Abdullah
melaporkan hal ini kepada ibunya, "Wahai ibu, Habib Abdulkadir ini amalnya begini
dan begini. Telah dua puluh tahun beliau tidak minum air".
"Dia lelaki yang baik, perbuatannya baik, dan apa yang telah disifatkan oleh orangorang tentang dirinya sangat baik. Ambilkanlah sebuah teko lalu penuhilah dengan
air", perintah ibunya. "Berikan teko ini kepadanya dan katakan: ibu kami
mengucapkan salam dan berpesan agar kau meminum air ini sebagaimana kakekmu
Muhammad saw meminumnya. Keutamaan kaum sholihin terletak pada
kemampuannya meninggalkan larangan. Apakah selama dua puluh tahun ini engkau
tidak mengerjakan yang makruh; apakah tidak pernah terlintas di hatimu untuk
melakukannya? Kalau sekedar ibadah, para wanita tua pun dapat melakukannya.
Demikian pesan ibu mereka setelah diambilkan teko yang penuh air.
"Kami tidak berani bersikap kurang ajar kepadanya, Bu". "Berikan teko ini lalu
sampaikan pesanku kepadanya jika kalian menginginkan kebaikan dan keberkahan".
Mereka berdua lalu menemui Habib Abdulkadir dan menyampaikan pesan ibunya.
"Benar, ibumu benar. Sungguh dia adalah seorang murabbiyah (pendidik) yang baik.
Sungguh beliau sebaik-baik muaddibah (pendidik). Sungguh baik ucapannya. Bawa
sini air itu", jawab Habib Abdulkadir. Setelah teko Itu beralih ke tangannya, beliau
pun segera meminum airnya. (N:102-105)

Suatu hari aku dan Ahmad Ali Makarim berjalan-jalan di kota Bur. Kami berbincangbincang tentang masalah nafs. Jauh dari situ ada beberapa wanita sedang mencari
kayu di tepi sungai yang sudah kering. Tiba-tiba salah seorang dari wanita-wanita itu
mendatangi kami dan berkata, "Tidak ada yang merintangi manusia dari Tuhannya
kecuali nafs". Kami berkata kepadanya, "Kau benar, Allah telah memuliakanmu
dengan hikmah". Wanita itu kemudian pergi untuk bergabung kembali dengan temantemannya. Rupanya pembicaraan kami di-kasyf oleh wanita tadi. (N:235)
Sholeh bin Nukh berkata kepadaku, "Wahai Habib Ali, aku memiliki anak perempuan
yang saleh". "Bagaimana kau tahu dia seorang saleh?" "Aku pernah bertanya
kepadanya, "Senangkah kau jika ada seseorang yang memberimu satu peti
perhiasan?" Dia menjawab, "Wahai ayah, apakah perhiasan ini dapat menyenangkan
hati seseorang? Perhiasan hanya akan melukai hati". Aku bertanya lagi, "Bagaimana
pendapatmu jika kau dapat melihat Allah Yang Maha Mulia?" Mendengar ucapanku
ini, ia terjatuh dan menangis selama tiga hari. Apakah ia seorang wanita saleh?"
"Ya, dia adalah seorang wanita yang saleh...sungguh-sungguh wanita yang saleh?"
Salim bin Abubakar (bin Abdullah Alatas) berkata kepadaku, "Aku pernah mendengar
Sholeh bin Nukh dan anak perempuannya berdzikir kepada Allah berdua di rumahnya,
suara mereka seakan-akan suara 100 orang". (N:463-464)

Mimpi
Dari Kalam Habib Abdullah Al-Haddad
Kamu bertanya tentang mimpi?
Mimpi adalah bagian dari kenabian1 dan memiliki alam tersendiri. Alam mimpi
merupakan dinding pemisah antara kasyf yang bersifat bathin dengan kesadaran
(yaqdhoh) yang bersifat dhohir.
Kewalian biasanya diawali dengan mimpi sebagaimana yang dialami Rasulullah saw
pada awal kenabian. Namun tidak setiap mimpi yang dialami oleh seseorang
merupakan bagian dari kenabian. Bagi orang yang suka mencampuraduk-kan yang
haq dengan yang b thil, kecil kemungkinannya untuk bermimpi benar (sidq). Syarat
untuk dapat bermimpi benar adalah bersikap jujur dan menjauhkan diri dari khayalankhayalan buruk.
Adakalanya orang yang suka mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil
mendapatkan mimpi yang benar. Namun setan menambahkan hal-hal buruk ke
dalamnya sehingga tabir mimpi itu menjadi kabur.
Terhadap orang yang dalam keadaan jaga, mendengar dan berpikir, setan mampu
menguasainya, apalagi sewaktu ia tidur, saat kesadarannya hilang, setan tentu lebih
mampu menguasainya.
Jika batin seseorang sehat, maka kelemahan tubuh tidak akan mempengaruhi
mimpinya. Seseorang yang sakit keras atau mengalami gangguan cairan tubuh,
khususnya: lendir dan cairan empedu hitam, kadang kala mengalami halusinasi2. Sakit

keras dan gangguan pada cairan tubuh ini dapat mengacaukan mimpi. Imam AlGhazali rhm menyebutkan bahwa orang yang suka berbicara sendiri tentang hal-hal
yang tidak masuk akal, menyibukkan lisannya dengan pembicaraan yang sia-sia,
begitu pula orang yang berdusta tentang mimpinya, maka sangat kecil
kemungkinannya untuk mendapatkan mimpi yang benar. Pahamilah dan
renungkanlah, karena pengetahuan ini sangat berharga. Hanya dari Allah-lah taufik itu
dan hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan ber-inabah.
1)Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Tiada yang
tertinggal dari kenabian kecuali kabar-kabar gembira (Al-Mubassyirit)." Mereka
bertanya, "Apa itu kabar gembira?" Beliau menjawab, "Impian yang baik." (HR
Bukhari, Malik dan Abu Daud).
Abu Hurairah ra berkata, "Apabila telah mendekati hari kiamat, maka mimpi orang
mukmin hampir tidak pernah dusta. Dan mimpi seorang mukmin adalah 1/46 bagian
dari kenabian." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)
2).Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat
tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang
ada dalam tubuh orang itu, yaitu:
1.sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
2.sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam),
3.sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan
4.sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairancairan tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras (normal) orangnya normal
(sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang
dari keadaan normal (sakit). (Sumadi Suryabrata, Psikologi kepribadian, PT Raja
Grafindo Persada, Mei 1993, hal. 12)

Belajar, Bekerja atau Beribadah?


Dari Kalam Habib Muhammad bin Hadi Assegaf
Setiap orang hendaknya menekuni jalan hidup yang ditetapkan Allah kepadanya.
Siapa yang ditetapkan Allah menjadi penuntut ilmu, hendaknya ia bersungguhsungguh menuntut ilmu, mengulang-ulang pelajaran dan hafalannya, kemudian
mengamalkan ilmunya.
Siapa yang ditetapkan Allah untuk mencari rezeki, hendaknya ia ridho dan
bersungguh-sungguh dalam mengelola usahanya.
Begitulah, setiap orang hendaknya ridho dan mensyukuri apa yang telah ditentukan
Allah baginya sehingga ia dapat mencapai derajat orang-orang yang sempurna.
Penulis Zubad berkata:

Yang benar, kamu bersikukuh pada ketentuan Allah,hingga Allah memindahkanmu


darinya.
Ibnu Atha Illah berkata dalam Al-Hikam:
Keinginanmu untuk ber-tajrid1, padahal Allah meletakkanmu pada asbab2 merupakan
syahwat yang tersembunyi. Keinginanmu untuk mencari asbab padahal Allah
meletakkanmu dalam tajrid akan menurunkanmu dari derajat yang tinggi. (II:72)
1)tajrid: mencurahkan semua perhatian, tenaga dan waktu hanya untuk beribadah
kepada Alloh.
2)asbab: semua kemudahan (fasilitas) dan sarana untuk memperoleh kenikmatan
duniawi.

Kisah Tentang Perjanjian 3 Habaib


Dari Kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
Habib Abdurrahman bin Musthofa Alaydrus, Habib Abubakar bin Husein Bilfaqih dan
Habib Syeikh bin Muhammad Al-Jufri mengadakan perjanjian di Madinah bahwa
mereka akan mengamalkan semua yang terdapat dalam kitab Bidayatul Hidayah.
Karena ketaatan mereka pada perjanjian itu, mereka semua akhirnya dapat bertemu
dengan Nabi saw. Nabi saw kemudian memberi Sayid Abdurrahman sebuah buku
berwarna putih, dan berkata kepadanya, "Pergilah ke kota Mesir. Bila kau ditanya
tentang suatu permasalahan, bukalah buku ini, niscaya kau akan menemukan
jawabannya tertulis di situ." Rasulullah memberi Sayid Abubakar sebuah piring, dan
berkata kepadanya, "Pergilah ke Asia." Rasulullah memberi Sayid Syeikh bin
Muhammad Al-Jufri sebuah tongkat dan tasbih, lalu berkata kepadanya, "Pergilah ke
Malabar"
Habib Abdurrahman bin Musthofa Alaydrus segera pergi ke Mesir. Beliau sampai di
negara itu pada waktu malam. Kebetulan di rumah syeikh dari para ahli fiqih sedang
dilangsungkan pesta perkawinan. Beberapa saat kemudian masuk waktu salat,
diserukan iqomah. Sang syeikh berkata, "Yang paling faqih di antara kalian
hendaknya maju untuk menjadi imam."
"Siapa yang paling faqih di antara kami?" tanya seorang ahli fikih."Yang paling faqih
adalah orang yang dapat menyebutkan 400 sunah dalam salat sunah fajar. Siapa pun
yang dapat menyebutkannya, maka dia layak menjadi imam kita."Mereka semua
menyerah. Habib Abdurrahman bin Musthofa maju, kemudian menyebutkan 400
sunah salat sunah fajar, dan menambah beberapa lagi. Sang syeikh berkata, "Kau
pantas menjadi imam kami." Beliau kemudian maju mengimami salat. Penduduk
Mesir kagum dengan kedalaman ilmu Habib Abdurrahman.

Suatu hari beberapa ulama Mesir datang menemui beliau dengan sejumlah persoalan
bahasa yang telah mereka persiapkan lebih dahulu. Padahal Habib Abdurrahman
kurang begitu menguasai ilmu Nahwu. "Berilah kami jawaban atas persoalanpersoalan ini," kata mereka setelah bertemu Habib Abdurrahman. Beliau membuka
buku putih itu dan menemukan semua jawaban atas persoalan tersebut. Beliau lalu
menukil dan menjelaskannya.
Begitu seterusnya. Setiap kali ada yang bertanya, beliau selalu mendapati jawabannya
telah tertulis di buku itu. Para ulama Mesir kemudian berusaha menipu beliau,
sehingga terjadilah peristiwa di mana beliau memakan seluruh lampu, seperti yang
pernah kuceritakan.
Habib Umar bin Muhammad Maulakhela, Jawahirul Anfas Fi Ma Yurdhi Rabban Nas,
I, Kumpulan Kalam Habib Ali, hal. 208-209. (Q:I:208-209)

Makanan yang tidak diketahui asalnya


Dari Kalam Habib As-Sheikh Abdurrahman Asseggaf
Berkata murid beliau Sayyidina Al-Wali Muhammad bin Hasan Jamalullail: "Suatu
ketika aku sedang berada di masjid Jami' As-Syekh Abdurrahman As-Segaff, dan
pada waktu itu aku dalam keadaan lapar. Beliau sendiri terlihat sedang duduk di
tengah-tengah masjid, kemudian beliau memanggilku dan tiba-tiba di samping beliau
terdapat makanan yang lezat yang membuatku terheran-heran lalu aku bertanya
kepada beliau, 'Siapakah yang mengantarkan makanan ini?' dan beliau menjawab,
'Pelayan perempuan.' Padahal tidak ada satu orang pun yang kulihat memasuki
masjid, hingga aku memperhatikan sekeliling masjid sekali lagi, tapi memang tidak
ada satu orang pun yang kulihat."
Kejadian ini mengingatkan kita seperti kejadian siti Maryam (Maryam dalam bahasa
Ibrani ertinya 'Pelayan') ketika mendapatkan buah-buahan di Mihrabnya dan
membingungkan Nabi Zakaria AS yang melihatnya. Kejadian ini adalah pembuktian
benarnya sabda Baginda Rasul Allah SAW yang menjelaskan kemuliaan umatnya;
bahwa Ulama umat Nabi Muhammad SAW menyamai derajat para Nabi Bani Israil.

Tertahannya Matahari
Dari Kalam Habib As-Syekh Abdurrahman Asseggaf
Salah satu dari kekeramatan Sayyidina As-Syekh Abdurrahman As-Segaff adalah bisa
menahan matahari atau waktu. Murid beliau yang bernama As-Syekh Abdurrahim bin
Ali Al-Khotib, bercerita mengenai hal ini:
"Sekali waktu kami pulang bersama-sama dengan As-Syekh As-Segaff dari ziarah ke
makam Nabi Allah Hud As, pada waktu itu hari telah menjelang senja, ketika beliau

berkata: pada akan sholat maghrib di Faraj". Kami pun merasa keheranan karena
tidak akan mungkin kami sempat sholat Maghrib di Faraj. Beliau meminta kami
untuk berzikir sambil terus berjalan. Ternyata matahari berhenti atau tertahan
sampai akhirnya kami sampai di Faraj, hingga karni sempat menunaikan sholat
Maghrib. Kami pun saling membicarakan kejadian yang baru saja kami alami.
Keramat beliau ini seperti yang terjadi pada Al-Wali Al-Kabir As-Syekh Ismail AlHadhrami."

Ramalan anak yang lahir dan akan meninggal


Dari Kalam Habib As-Syekh Abdurrahman Asseggaf
Kekeramatan beliau yang lain adalah beliau sering kali mengabarkan kejadiankejadian yang akan datang, seperti diriwayatkan dari kisah-kisah berikut. Beliau
memiliki seorang istri di daerah Al-Ajz yang sedang hamil. Suatu hari beliau berkata
kepada istrinya itu bahwa istri beliau yang sedang hamil itu akan melahirkan
(disebutkan oleh beliau harinya seorang anak laki-laki, tetapi anak tersebut akan
meninggal. Kemudian beliau memberikan sehelai baju kepada keluarga istrinya
sambil berpesan, "Kafanilah anakku itu dengan baju ini." Dan ternyata kejadian
tersebut terjadi persis seperti yang telah beliau ramalkan.
Pada lain waktu ketika beliau berada di Syibam, beliau berkata kepada orang yang
sedang bersama beliau: "Salah satu anakku di Tarim telah meninggal pada hari ini."
Ternyata kejadian tersebut terjadi persis seperti yang telah beliau katakan.

Anda mungkin juga menyukai