Anda di halaman 1dari 6

Nama: Andriana Dwi Rahmadhani

Kelas: XII MIPA 2


Tugas Agama Islam Kisah Hikmah Inspiratif

Kisah Abu Qilabah, Sahabat Nabi yang Selalu Sabar dan Bersyukur

Kisah Abu Qilabah ini merupakan salah satu kisah sahabat yang mengharukan. Dari kisah
Abu Qilabah ini kita bisa belajar bagaimana mensyukuri apa pun yang kita miliki dan tetap
bersabar dengan apa yang menimpa kita.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, kisah ini diriwayatkan dari Abdullah
bin Muhammad, ia mengatakan,

“Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku
melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah
orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir
tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya.

Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini
sedang berbaring dengan tangan dan kakinya buntung, telinganya sulit mendengar,
matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.

Dari lisannya orang itu mengucapkan,

“Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.”

Kuatnya Rasa Syukur dan Iman Abu Qilabah

Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu,

“Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?”

Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab,

“Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut
tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau
dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan
apapun kecuali rasa syukur.”
Aku kembali bertanya,

“Bersyukur atas apa?”

Laki-laki pemilik kemah itu menjawab lagi,

“Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir
dan bersyukur. Di samping itu, aku juga memiliki anak yang waktu sholat ia selalu
menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku. Namun sejak tiga hari ini dia
tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan dia?”

Aku pun menyanggupinya dan pergi untuk mencari anaknya. Setelah beberapa saat
mencari, aku mendapati jenazah yang sedang dikelilingi oleh singa. Ternyata anaknya laki-
laki itu sudah dimakan oleh singa.

Aku pun bingung bagaimana caraku untuk mengatakannya kepada laki-laki pemilik kemah
itu. Aku pun kembali dan berkata kepadanya,

“Wahai saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah tentang Nabi Ayub?”

Laki-laki itu menjawab, “Iya, aku tahu kisahnya.”

Kemudian aku bertanya lagi, “Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan
hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?”

Ia menjawab, “Ia menghadapinya dengan sabar.”

Aku kembali bertanya, “Wahai saudaraku, Allah telah menguji Ayub dengan kefakiran.
Bagaimana keadaanya?”

Ia menjawab, “Ia bersabar.”

Aku kembali bertanya, “Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana
keadaannya?”

Ia menjawab, “Ia tetap bersabar.”

Aku kembali bertanya, “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?”

Ia menjawab dan balik bertanya, “Ia tetap bersabar. Sekarang katakan padaku di mana
anakku?”

Kemudian aku berkata,

“Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah
diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu
dan menyabarkan engkau”
Kemudian Laki-laki pemiliki kemah ini mengatakan,

“Alhamdulillah, yang Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada
Allah sehingga ia diazab di neraka.”

Kemudian ia menarik napas panjang lalu meninggal dunia. Aku pun membaringkannya di
tangannya dan berpikir apa yang harus aku perbuat. Aku sendirian dan bagaiman aku
mengurus jenazah ini. Kemudian aku tutupi dengan jubahku dan beberapa saat kemudian
lewat empat orang laki-laki mengendarai kuda.

Mereka berkata, “Wahai saudara, apa yang terjadi padamu?”

Kemudian aku pun menceritakan kepada mereka apa yang telah aku alami dan aku meminta
bantuan kepada mereka untuk mengurus jenazah laki-laki ini. Mereka bertanya, “Siapa dia?”

Lalu aku menjawab, “aku juga tidak mengenalnya, dia dalam keadaan sakit dan
memprihatinkan,”

Kemudian keempat laki-laki ini meminta untuk membuka penutup wajahnya, karena
mungkin salah satu dari mereka mengenalnya. Ketika aku membuka penutup wajahnya,
tiba-tiba mereka tersentak, lalu mencium dan menangisinya, dan berkata, “Subhanallah,
wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang selalu menunduk atas apa yang
diharamkan Allah. Tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur”.

Aku pun bertanya, “Kalian kenal dengan laki-laki ini?”

Mereka menjawab, “Engkau tidak mengenalnya?”

Aku menjawab bahwa aku tidak tau siapa laki-laki ini. Kemudian mereka berkata,

“Ini adalah Abu Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas. Laki-laki ini, pernah dimintai oleh khalifah
untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut.”

Perlu diketahui bahwa jabatan hakim atau qadhi ini adalah suatu jabatan khusus, di mana
mereka akan mengatur hukum dan menentukan hukum di antara manusia. Ini merupakan
jabatan yang mulia pada saat itu. Namun, Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah
Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti ini.

Kemudian Abdullah bin Muhammad bersama empat laki-laki tadi pun memandikan,
mengkafani, dan menyholatkannya, sebelum akhirnya memamkamkan beliau. Dikatakan
dalam kisah lain bahwa Abu Qilabah ini adalah sahabat Rasulullah terakhir pada masa itu,
sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim.

Wallahu a’lam.
QS. Az-Zumar Ayat 10

َ ُ َ َ ّٰ ‫اِ َّن َما ُي َو َّّف‬


‫الص ِ ُب ْون ا ْج َره ْم ِبغ ْ رب ِح َساب‬

10. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

QS. Ali ‘Imran Ayat 146

146‫الص ِ ربْي َن‬ ُ ٰ ‫ َو‬. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
ّٰ ‫اّلل ُيحب‬
ِ
Nama: Andriana Dwi Rahmadhani
Kelas: XII MIPA 2
Tugas Agama Islam Kisah Hikmah Inspiratif

Sebongkah Roti

Ada seorang wanita yang membuat roti untuk makanan keluarganya setiap hari. Setiap
harinya, wanita ini membuat roti ekstra untuk diberikannya pada orang lain yang kebetulan
melewati rumahnya. Dia meletakkan roti itu pada jendela rumahnya untuk siapa saja yang
ingin mengambil roti tersebut.

Setiap hari, ada orang yang sudah bungkuk datang dan mengambil roti itu. Tetapi, bukannya
mengucapkan terima kasih dan menunjukkan keramahan, pria itu malah menggerutu
sejumlah kata yang selalu dia ucapkan setiap hari. Beginilah kira-kira ucapannya: “Perbuatan
burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali kepadamu.”

Hal ini berlangsung secara terus-menerus, hari demi hari. Pria bungkuk itu selalu datang dan
mengambil roti seraya mengatakan sesuatu dengan mengucapkan, “Perbuatan burukmu
akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali kepadamu.” Wanita itu merasa
sebal dengannya,”Bukannya berterima kasih..,” katanya dalam hati.

‘Setiap hari pria itu mengatakan hal yang sama, apa maksudnya?’ pikir wanita itu.Suatu hari,
tiba-tiba dia memiliki keinginan untuk menyingkirkan pria bungkuk itu. Dia berniat membuat
roti dengan racun di dalamnya. Tetapi, ketika akan meletakkannya pada jendela, dia
gemetar dan tersadar. “Apa yang telah aku lakukan?” katanya. Roti itu akhirnya dibakarnya
habis dan dia menggantinya dengan roti biasa. Seperti hari-hari sebelumnya, pria itu datang
lagi dan tetap mengatakan hal yang sama, tidak menyadari peperangan batin dalam wanita
itu.[quote]
Putra wanita itu pergi merantau jauh dari tempat tinggalnya. Dan sudah berbulan-bulan
dirinya tak mendapatkan kabar tentang keberadaan putranya itu. Wanita ini terus berdoa
agar putranya diberi keselamatan dan dapat kembali padanya.

Malam itu, pintu rumahnya diketuk dari luar, wanita itu pun membuka pintu rumahnya dan
terkejut melihat sang anak berdiri dihadapannya. Anaknya itu terlihat sangat kurus dan
lemah, rupanya dia kelaparan.

Sang anak menatap ibunya dan berkata,”Ibu, ini keajaiban. Ketika aku masih jauh dari sini,
aku kelelahan dan pingsan. Aku mungkin akan mati kelaparan, tetapi pada saat itu ada
orang bungkuk datang melintas dan memberiku sebuah roti,” ungkap sang anak. Pria itu
berkata,” Ini yang aku makan setiap hari. Hari ini aku harus memberikannya padamu karena
kamu lebih membutuhkannya daripada aku.”

Kemudian seketika wajah ibunya memucat dan tersandar di tembok.Dia teringat akan roti
beracun yang hampir saja dia berikan pada orang bungkuk itu pagi tadi. Andai saja dia
memberikannya pada orang bungkuk itu, tentu anaknya lah yang akan dia racuni dengan
tangannya sendiri. Akhirnya dia menyadari arti kata yang selalu diucapkan pria bungkuk
itu,”Perbuatan burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali
kepadamu.”

‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل‬ َ َ ‫ع ْن يَ ِزي َد ب ِْن ْاْل‬


َ ‫ص ِ ِّم‬ َ َ‫ع ْن َج ْعف َِر ب ِْن بُرْ قَان‬ َ ‫ب ُم َح َّم ُد بْنُ ْالعَ ََلءِ َح َّدثَنَا َوكِي ٌع‬
ٍ ‫َح َّدثَنَا أَبُو كُ َر ْي‬
‫عانِي‬ َ ‫ع ْبدِي بِي َوأَنَا َمعَهُ إِذَا َد‬ َ ‫ظ ِِّن‬ َ ‫َللا يَقُو ُل أَنَا ِع ْن َد‬
َ َّ َّ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِن‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َللا‬ َ ‫َللا‬ِ َّ ‫قَا َل َرسُو ُل‬

“Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu
baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.”
(HR. Muslim no. 4849)

Anda mungkin juga menyukai